220142003
Metode practice-rehearsal pair (praktek berpasangan) menurut Hisyam Zaini yaitu metode
dimana siswa dikelompokkan dalam pasangan-pasangan (berpasangan) dengan temannya sendiri
yang satu mengamati dan yang satunya lagi mempraktekkan.
Dalam penjelasan lain Hisyam Zaini menjelaskan bahwa metode practice-rehearsal pair adalah
metode sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktekkan suatu ketrampilan atau produser
dengan teman belajar. Tujuannya adalah untuk meyakinkan masing-masing pasangan dapat
melakukan ketrampilan dengan benar. Materi-materi yang bersifat psikomotorik adalah materi yang
baik untuk diajarkan dengan metode ini. Dengan metode practice-rehearsal pair (praktek
berpasangan) diharapkan siswa mampu memahami materi pelajaran.
2)Guru membentuk pasangan-pasangan. Dalam setiap pasangan, buat dua peran, yaitu penjelas atau
pendemonstrasi dan pengecek/pengamat.
3)Siswa yang bertugas sebagai penjelas atau demonstrator menjelaskan atau mendemonstrasikan
cara mengerjakan ketrampilan atau materi yang telah ditentukan oleh guru.
5) Kedua Pasangan bertukar peran, yang semula demonstrator menjadi pengamat, dan semula
pengamat menjadi demnstrator.
Metode atau strategi pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, seperti metode
practice rehearsal pairs praktik berpasangan. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu cocok jika
diterapkan untuk materi materi yang bersifat psikomotorik atau materi-materi yang bersifat praktik,
tetapi kelemahannya metode ini tidak cocok digunakan pada materi yang bersifat teoritis. Praktik
berpasangan mempunyai kelebihan diantaranya adalah dapat meningkatkan partisipasi antar
peserta didik, membangun ketergantungan yang positif, membentuk semua anggota kelompok
menjadi pribadi yang kuat, membentuk komunikasi antar siswa secara akurat dan tidak ambisius.
Kekurangannya menurut Agus Suprijono adalah jika antar pasangan tidak aktif maka akan sedikit ide
yang muncul dan jika pasangannya banyak maka akan membutuhkan waktu yang banyak,
memunculkan kesan negatif yaitu ada perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik atau keunikan pribadi karena mereka harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
51. Reflektif
Sistem pembelajaran reflektif (reflective learning) adalah sistem pembelajaran dimana guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan analisis atau pengalaman individual
yang dialami dan memfasilitasi pembelajaran dari pengalaman tersebut. Adapun langkah-langkah
sistem pembelajaran reflektif dalan suatu kelas adalah dengan belajar jurnal, belajar mitra
(kelompok), belajar kontrak, dan jadwal penilaian diri. Pembelajaran reflektif melihat bahwa proses
adalah produk dari berpikir dan berpikir adalah produk dari sebuah proses.
1.Belajar Jurnal
Pertama adalah belajar jurnal, para siswa diminta untuk membuat jurnal mingguan di mana mereka
merekam dan berkomentar tentang pengalaman mereka sebagai pelajar dalam kelas tersebut.
Dibutuhkan waktu lima menit untuk siswa menulis jurnal tersebut. Pada akhir pelajaran jurnal
tersebut di kumpulkan kepada guru untuk diberi komentar.
Belajar mitra berguna untuk mendiskusikan ide-ide yang dibangkitkan, mengeksplorasi kepentingan
mereka sendiri, bertukar pikiran untuk memberikan komentar satu sama lainnya.
3. Belajar Kontrak
-Sebelum penyusunan sebuah draft awal untuk disampaikan kepada siswa harus fokus pada
pengalaman mereka, kebutuhan mereka belajar dan bagaimana mereka bisa belajar dengan baik.
-Dalam dialog dengan siswa, konsepsi pembelajaran ini didiskusikan dan kontrak yang direvisi
dihasilkan.
-Sebelum penyerahan hasil ahir belajar mereka, siswa diminta dalam kontrak untuk meninjau
pembelajaran mereka dan bagaimana mereka dapat menyampaikannya kepada orang lain.
Jadwal penilaian diri digunakan sebagai sarana memungkinkan siswa untuk menyatukan berbagai
pembelajaran mereka dalam suatu kelas, untuk merefleksikan prestasi mereka dan mengkaji
implikasinya untuk pembelajaran lebih lanjut. (Tebow, 2008)
Kelebihan Reflektif
Menurut Andrew Pollard, 2002, dalam buku Reflective Teaching, kelebihan pembelajaran
reflektif mampu memberikan siswa pemahamannya sendiri. Hal tersebut dikarenakan dalam proses
pembelajaran reflektif melibatkan berfikir reflektif di dalamnya. Pada saat berfikir reflektif
berlangsung pada siswa, siswa tersebut akan mempelajari apa yang dihadapinya, berasumsi, menilai,
dan menyelesaikan permasalahan dengan pengalamannya sendiri. Selain itu metode ini juga dapat
membantu para pengajar untuk keluar dan kejenuhan selama proses pembelajaran dilakukan secara
online.
52. Index Card Match
Model pembelajaran aktif tipe index card match (ICM) adalah metode atau cara belajar
siswa yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan gagasan diri sendiri atau
gagasan orang lain dengan cara mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya
melalui teknik mencari pasangan kartu yang merupakan soal atau jawaban. Strategi pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran berkelompok (Learning Community) dengan tujuan untuk
membangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan peserta didik ikut berpartisipasi dalam
proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe index card match berhubungan dengan cara–cara untuk
mengingat kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya, menguji pengetahuan serta
kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau
soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.
menurut Zaini (2008), langkah-langkah model pembelajaran aktif tipe tipe index card match adalah
sebagai berikut:
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada di dalam kelas.
6. Beri setiap peserta didik satu kertas. Dan jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan
berpasangan. Separoh peserta didik akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan
mendapatkan jawaban.
7. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika sudah ada yang sudah menemukan
pasangan minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberi tahu
materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan
secara bergantian untuk membacakan soal yang di peroleh dengan kertas kepada teman-teman yang
lain. Selanjutnya soal tersebut di jawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya. Demikian seterusnya, lakukan secara berulang sampai waktu pembelajaran selesai.
Siapa saja yang menjadi juara berilah mereka apresiasi, agar di lain kesempatan lebih baik. Berilah
motivasi bagi yang belum berhasil.
Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran aktif tipe index card match adalah:
Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran aktif tipe index card match adalah:
1. Siswa membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyelesaikan tugas dan prestasinya.
3. Keterampilan yang memadai dan jiwa yang demokratis dalam diri guru harus dikuasai dalam
pengelolaan kelas.
5. Kelas menjadi gaduh dan ricuh sehingga dapat mengganggu kelas yang lain.
a. Guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan
pemikiran dan pemahaman yang dimiliki oleh siswa:
4) Membangkitkan minat siswa tentang materi tertentu sehingga timbul keinginan untuk
mempelajari
b. Guru memberikan kesempatan beberapa saat kepada siswa untuk dapat memikirkan jawaban
atas pertanyaan yang di ajukan pada tahap ini guru memberikan keluasan kepada siswa untuk
menjawab secara berpasangan atau berkelompok
c. Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil jawaban serta mencatat jawaban-jawaban yang
mereka sampaikan. Apabila memungkinkan catat jawaban-jawaban tersebut kemudian di
kelompokkan dalam kategorinya masing-masing secara terpisah yang akan di jadikan sebagai bahan
dalam pembelajaran.
d. Guru menyajikan poin-poin pembelajaran yang akan di sampaikan serta meminta siswa untuk
menjelaskan kesesuaian jawaban dengan poin-poin pokok pembelajaran. Pada tahap ini guru
hendaknya mencatat gagasan atau poin-poin yang dapat memperluas pokok bahasan dalam
pembelajaran.
-Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebab pembelajaran di awali dengan beberapa
pertanyaan.
-Melatih siswa berfikir untuk menjawab pertanyaan secara benar.
-Dapat meningkatkan kerja sama siswa, Karena dalam belajar di bentuk kelompok-kelompok kecil
-Kadang-kadang terjadi kelarutan dalam pertanyaan sehingga materi yang di ajarkan kurang
tersampaikan dengan baik.
-Lebih mengutamakan perbandingan dari materi dari pada penyampaian pesan materi yang akan di
sampaikan.
Model the learning cell dikembangkan oleh Goldschmid (1971) dari swiss federal intitute of
teknology di lausanne. The learning cell menunjuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam
bentuk berpasangan , dimana peserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian
berdasar pada materi bacaan yang sama. Model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell
merupakan cara praktis untuk mengadakan pengajaran sesama siswa di kelas. Model pembelajaran
ini juga memungkinkan guru untuk memberi tambahan bila dirasa perlu oleh siswa. Menurut
Suprijono dalam Evia, dkk (2011: 53) model pembelajaran the learning cell merupakan strategi
alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara individu maupun
kelompok. Salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah dalam hal menemukan gagasan
utama.
Model pembelajaran the learning cell merupakan bentuk pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan konstruktivistik. Sementara pembelajaran kooperatif merupakan model alternatif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model ini berupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja
sama, berargumentasi, dan meningkatkan prestasi akademik. Di samping itu, the learning cell dapat
membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit dan pada saat bersamaan sangat berguna
untuk menumbuhkan kemauan membantu teman dan membagi ilmu pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran, jika guru menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, maka
seorang guru akan menjadi sumber informasi yang penting. Karena terdesak waktu untuk
mengajar dan pencapaian kurikulum, maka guru akan mencari jalan pintas yang mudah yakni
dengan menginformasikan fakta dengan menggunakan model ceramah semata. Akibatnya siswa
akan memiliki banyak pengetahuan, akan tetapi tidak terlatih untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Agar seorang guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, maka seorang guru
dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang berbagai model pengajaran. Hal ini dimaksudkan
agar guru dapat menyesuaikan model yang dipakai dalam proses pembelajaran dengan bahan
pengajaran atau pokok bahasan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan semakin termotivasi bila
dilibatkan dalam kerja kelompok dan berpasangan. Tugas yang berat dikerjakan seorang diri akan
menjadi mudah bila dikerjakan bersama. Keuntungan lainnya dari belajar bersama yaitu siswa yang
belum mengerti penjelasan guru akan menjadi mengerti melalui penjelasan dan diskusi mereka
dalam kelompok berpasangan.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif the learning cell
Langkah-langkah model pembelajaran the learning cell yang pertama adalah persiapan; siswa diberi
tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pertanyaan yang berhubungan dengan masalah
pokok yang muncul dari bacaan atau materi terkait lainnya. Kemudian pada awal pertemuan, siswa
ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari kawan yang disenangi. Siswa A memulai dengan
membacakan pertanyaan pertama dan dijawab oleh siswa B. Setelah mendapatkan jawaban dan
mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, giliran siswa B mengajukan
pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa A. Jika siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan
kemudian dijawab oleh siswa B, ganti B yang bertanya, dan begitu seterusnya. Selama berlangsung
tanya jawab, guru bergerak dari pasangan ke pasangan yang lain sambil memberi masukan atau
penjelasan dengan bertanya atau menjawab pertanyaan ( Istarani, 2012: 228).
Zaini, dkk dalam Evia (2011) juga mengutarakan 5 langkah model pembelajaran kooperatif tipe the
learning cell yang sama seperti di atas. Namun, menurut Zaini, dkk model pembelajaran the learning
cell ini dapat dimodifikasi dalam bentuk lain. Salah satu bentuk variasi lain dari model ini adalah
setiap siswa membaca atau mempersiapkan materi yang berbeda. Dalam contoh seperti ini, siswa A
“mengajar” siswa B pokok-pokok dari yang siswa A baca kemudian meminta siswa B untuk bertanya
kemudian siswa A dan B berganti peran dan begitu seterusnya.
Tujuan dari penggunaan model kooperatif tipe the learning cell itu sendiri adalah untuk
menciptakan suasana belajar yang mendorong siswanya aktif dalam proses belajar. Keaktifan
ini dapat dicapai melalui ketergantungan model yang digunakan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang yang terjadi pada saat ini sudah semakin pesat.
Dengan perkembangan tersebut maka akan menuntut perubahan cara mengajar atau model yang
digunakan oleh seorang guru dalam mengajar. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung
jawab profesional setiap guru. Guru tidak mungkin lagi hanya mengajarkan fakta dan konsep
kepada siswa. Jika hal ini tetap dipaksakan maka tujuan pendidikan tidak dapat tercapai secara
sempurna, karena sasaran dan tujuan pendidikan tidak hanya pada segi kognitif saja, akantetapi
juga pada segi afektif juga psikomotor siswa.
Penerapan model the learning cell tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses
pembelajaran. Adapun kelebihan-kelebihan model the learning cell menurut Nadifah yaitu:
1. Siswa lebih siap dalam menghadapi materi yang akan dipelajari karena siswa telah memiliki
informasi materi yang akan dipelajari melalui berbagai sumber di antaranya buku, internet, guru,
dan orang yang ahli di bidang materi tersebut.
2. Siswa akan memiliki kepercayaan diri dalam pembelajaran, karena pembelajaran ini menggunakan
teman sebaya dalam proses pembelajarannya.
3. Siswa yang ditutori tidak akan segan-segan dalam memberikan pertanyaan yang tidak dipahami.
4. Bagi siswa tutor selain pengetahuannya bertambah, kemampuan dalam mengkomunikasikan ilmu
pengetahuan pada teman sebaya meningkat.
Adapun kelemahan-kelemahan pada model the learning cell menurut Nasta’in (2014: 51) adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat kemungkinan siswa yang hanya menyalin hasil pekerjaan temannya saja tanpa
memahami maksudnya.
2. Siswa yang tidak paham terhadap instruksi guru sehingga ia menyalin pertanyaan yang ada di
buku bacaan tanpa menganalisa pemahamannya.
3. Siswa yang mempunyai kesulitan dalam membuat kalimat tanya akan membingungkan temannya
ketika bertanya jawab sedang berlangsung.
Strategi pembelajaran learning contract atau kontrak belajar adalah salah satu jenis metode di
dalam model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan guru untuk mengidentifikasi berbagai
kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan aktifitas- aktifitas yang hendak dikerjakan siswa untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Darsono (2001: 24) menyatakan learning contract adalah metode
yang dikembangkan guru untuk mengidentifikasikan berbagai kebutuhan siswa dalam pembelajaran
dan aktifitas-aktifitas, guru mendapatkan kesepakatan yang jelas tentang apa dan bagaimana
sesuatu akan dipelajari dan siswa diberi kesempatan memikul tanggung jawab pribadi atas yang
mereka pelajari. Menurut M. Huda, (2013:103) menyatakan:
Strategi pembelajaran learning contract atau kontrak belajar adalah salah satu metode yang
dikembangkan guru untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang hendak dikerjakan siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Langkah-
langkah metode pembelajaran kontrak belajar adalah:
1. Mintalah setiap peserta didik untuk memilih tugas yang ia inginkan untuk dipelajari dan
dikerjakan secara independent.
2. Doronglah setiap peserta didik untuk memikirkan secara hati-hati melalui rencana studi.
4. Mintalah kontrak yang ditulis peserta didik yang mencakup topics, learning objectives (tujuan
pembelajaran), learning strategies (strategi pembelajaran), dan closed-date.
Learning contract merupakan suatu keterampilan, sikap, aktifitas, apa saja yang dilakukan oleh
seorang pendidik bersama peserta didik dalam proses pembelajaran. Kontrak belajar yang dibuat
dan disepakati oleh peserta didik dan pendidik hanya berlaku di dalam kelas ketika pembelajaran
berlangsung, bagi yang melanggar akan mendapatkan hukuman sesuai kesepakatan kelas. Learning
contract (kontrak belajar) Belajar mandiri sering lebih mendalam dan lebih permanent pengaruhnya,
akan tetapi guru harus yakin bahwa ada kesepakatan yang jelas tentang apa dan bagaimana sesuatu
yang akan dipelajari.
56. Listening Team
Model Pembelajaran Listening Team merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan
metode atau cara listening team yaitu suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman
suatu konsep atau keterampilan tertentu melalui kegiatan yang menonjolkan indera pendengaran
sebagai alat utama. Sehingga model pembelajaran listening team akan lebih banyak memberi
penekanan pada pengoptimalan indera pendengaran siswa di samping indera lain yang dimilikinya.
Dengan cara tersebut diharapkan siswa dapat melatih konsentrasi dan kemampuannya untuk tetap
fokus. Model pembelajaran yang satu ini sangat membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dengan
baik saat pembelajaran berlangsung secara verbal atau biasa disebut sebagai teknik ceramah. Pada
model pembelajaran listening team ini dilakukan dengan menempatkan siswa pada kelompok
belajar. Masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu yang
berhubungan dengan materi pelajaran. Model pembelajaran ini juga sangat menuntut partisipasi
siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
1. Bagi siswa menjadi empat kelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 hingga 5
orang. Kemudian beri tugas yang berbeda pada masing-masing anggota kelompok. Ada yang
bertugas sebagai penanya, pendukung, penentang, ada pemberi contoh. Penanya memiliki tugas
utama membuat pertanyaan tentang materi pelajaran yang telah dipelajari. Pendukung bertugas
mencari alasan logis mengenai ide atau dipandang yang disampaikan. Penentang bertugas mencari
alasan atau ide logis yang bertentangan dengan materi yang baru dibahas. Pemberi contoh bertugas
memberi contoh kongkrit dan spesifik mengenai penerapan materi yang telah dipelajari.
2. Langkah berikutnya Guru menyajikan materi pembelajaran yang akan di bahas hari itu dengan
cara berceramah, sambil memberikan kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk
melakukan tugas yang telah diembannya.
3. Beri kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugasnya
didepan kelas. Pada langkah yang satu ini beri kesempatan kepada peserta didik untuk
membenarkan, menyanggah ataupun menjawab berbagai pertanyaan dan pemyataan yang di
kemukakan oleh kelompok yang lain. Dengan demikian akan tercipta partisipasi aktif siswa saat
pembelajaran tengah berlangsung.
4. Langkah terakhir guru memberikan penguatan dan koreksi jika ada miskonsepsi yang dialami oleh
siswa saat pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran listening team memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah dapat
meningkatkan interaksi antara siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan sosial siswa, melatih
siswa berfikir kritis, pembelajaran tidak monoton, melatih siswa untuk berkomunikasi, berdebat
dengan santun dan mempertahankan pendapat yang dimiliki serta mengembangkan kemampuan
siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan. Namun model yang satu ini juga memiliki beberapa
kekurangan diataranya adalah memerlukan waktu pembelajaran yang panjang, sangat sulit
menumbuhkan sikap komunikatif untuk menghidupkan suasana tanya jawab yang aktif serta tidak
cocok dengan semua jenis materi, terutama materi sains yang cenderung tidak dapat di sangkal dan
diperdebatkan.
Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode ini
merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama
antarpersonal. Dalam pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapatdisusun
guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.
Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode STAD dalam
pembentukan kelompok dan penyampaian materi kecuali satu hal, TGT menggunakan turnamen
akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para peserta didik
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
mereka. Teman satu tim atau kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk
permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain,
tetapi sewaktu peserta didik sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak
boleh membantu, dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini peserta didik sebelumnya telah belajar secara individual,
untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompok masing-masing. Dan kemudian mengadakan
turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya.
TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan peserta didik
bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKPD
kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama dengan anggota kelompoknya.
Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota
kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Kemudahan penerapan TGT ini disebabkan dalam
pelaksanaanya tidak adanya fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan
khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh peserta
didik untuk memperoleh konsep yang diinginkan.
Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering juga disebut
dengan presentasi kelas (class presentations). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok
materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat
kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan
menentukan skor kelompok.
3. Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang
peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta
didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya
turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKPD). Turnamen
atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba.
Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya
pada meja II dan seterusnya.
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika
rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team”
apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang
telah mereka buat.
Kelebihan dan Kekurangan Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT)
Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih
menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga
ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai
sesama anggota kelompoknya.
Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik
atau kelompok terbaik.
Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
- Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama. Dalam model
pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal
untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari
yang tertinggi hingga terendah.
Concept Map merupakan salah satu strategi pembelajaran yang mengaitkan tahapan siklus yang
baru dengan tahapan siklus sebelumnya. Tujuan pembelajaran seharusnya didasarkan pada proses,
di samping untuk menghasilkan produk atau karya, sehingga mahasiswa dapat terlibat aktif dalam
penerapan teori yang menghasilkan karya.
Konsep pemetaan adalah teknik yang digunakan untuk mewakili hubungan antara konsep-konsep
dalam grafik dua dimensi. Konsep pemetaan adalah prosedur yang digunakan untuk mengukur
struktur dan organisasi pengetahuan individu. Sebuah pemetaan konsep merupakan kumpulan
konsep yang saling berhubungan dengan hubungan tertentu antara pasangan konsep diidentifikasi
pada garis yang menghubungkan beberapa konsep tersebut. Konsep pemetaan adalah representasi
spasial dari konsep dan keterkaitan yang dimaksudkan untuk mewakili struktur pengetahuan bahwa
manusia menyimpan dalam pikiran mereka.
Trianto (2010) menyatakan bahwa “Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu
sajian visual atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain”. Untuk membuat concept map
siswa / mahasiswa dilatih untuk mengidentifikasi beberapa ide kunci yang berhubungan dengan
suatu topik dan menyusun beberapa ide tersebut dalam suatu pola logis.
Ada beberapa urgensi concept map ditinjau dari beberapa kepentingan pembelajaran. Pertama,
concept map merupakan representasi secara visual dari beberapa ide kunci yang berhubungan.
Artinya, concept map merupakan satu bentuk diagram atau gambar visualisasi beberapa konsep
yang saling berhubungan. Kedua, concept map mampu menunjukkan arti hubungan¬ tersebut ke
dalam bentuk label.
Nur (2000) cit. Trianto (2010) menyebutkan bahwa “peta konsep ada empat macam, yaitu pohon
jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan
peta konsep laba-laba (spider concept map)”. Trianto (2010) menyatakan bahwa “Dalam peta
konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final”.
Keunggulan Concept Map terletak pada pemahaman yang terwakili di dalam concept map yang
dihasilkan, pada proses pembuatan Concept Map-Concept Map, dan di dalam potensi proses
memfasilitasi satu hubungan yang lebih antara guru dengan siswa.
a. bila seseorang terlalu banyak menggunakan kata kunci/ gambar kunci (key word/ key image), kode
(asosiasi) yang hanya di mengerti oleh si pembuat, maka orang lain akan kesulitan untuk
memahaminya. Hal ini memang dianjurkan oleh pakem Mind Map, peta konsep harus di buat
sepribadi mungkin dan itu akan menempel kuat di otak sang pembuatnya.
b. cara berpikir seseorang akan menjadi divergen dan ini bisa menjadi kelemahan dan juga sekaligus
kekuatan. Kelemahan karena ia akan menjadi kurang fokus pada satu masalah. Kekuatan karena ia
terus akan menggenerate ide dari apa yang sudah terlihat di kertas dan menambahkan ide-ide baru
yang muncul dikepalanya (otak kanan). Perlu di latih agar ia bisa fokus untuk menganalisis (otak kiri):
kelogisan ide-ide yang telah muncul, detil dari sebuah cabang peta konsep. memerlukan 2-3 kali
penggambaran ulang agar peta konsep bisa terlihat lebih rapih dan artistik (bila menggunakan kertas
dan pensil/spidol warna), kecuali pakai bantuan program komputer seperti FreeMind,
MindManager.