TELAAH KURIKULUM
RISA EVELIN
NIM: 2201142003
KELAS A
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di
bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajar.
Menurut Hilda Taba isi kurikulum sebagai of Clans of learning yang berarti bahwa kurikulum adalah
sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa yang membuat rencana untuk peserta didik.
Menurut al – syahbani kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan sosial
olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah Bagi murid-murid dan di luar sekolah dengan
maksud membantunya untuk berkembang menurut dalam segala Sisi dan merubah tingkah laku
mereka Sesuai dengan tujuan Pendidikan.
1. Kurikulum ada yang harus dilakukan dan diselesaikan oleh peserta didik di sekolah atau di
luar sekolah
2. Kurikulum mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik agar peserta didik
tumbuh dan berkembang.
3 Pendapat ahli belum menyatakan Apakah kurikulum sebenarnya cocok untuk diaplikasikan.
S. Nasution dan biodata Bang sama-sama mendefinisikan kurikulum sebagai suatu perencanaan
pembelajaran yang sistematis tetapi tidak hanya memfokuskan kurikulum kepada peserta didik
melainkan merupakan suatu bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga yang
bersangkutan. Data yang lebih memfokuskan kurikulum hanya kepada peserta didik saja sedangkan
menurut Alisjahbana mengartikan kurikulum pada lingkup yang lebih luas tidak hanya pada
lingkungan sekolah. Dari menyatakan kurikulum merupakan pengalaman atau sesuatu yang nyata
terjadi dalam proses pendidikan yang mencakup budayaan sosial olahraga dan kesenian yang
disediakan di sekolah ataupun di luar sekolah.
Konsep kurikulum itu menjadi sebuah serangkaian mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta
didik untuk mencapai suatu ijazah dan itu adalah konsep yang paling tradisional yang paling lama
kemudian setelah itu berkembang menjadi lebih luas lagi bahwa kurikulum itu bukan hanya sekedar
seperangkat pelajaran tapi juga Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa yang dibimbing oleh
sekolah baik itu oleh guru oleh tenaga kependidikan lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kompetensi para peserta didik yang memang di bawah bimbingan sekolah dan pengawasan dari
sekolah juga jadi kalau hakikat kurikulum itu ada beberapa komponen dalam hakikat kurikulum
.sekarang ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kurikulum pun mengalami
perkembangan , kurikulum itu sebagai sebuah tujuan untuk mencapai visi kompetensi yang ingin
dicapai kemudian juga kurikulum sebagai aktivitas yang berisikan tentang pengalaman pengalaman
yang dilakukan oleh peserta didik di bawah arahan dan bimbingan guru dan sekolah tentunya
kemudian juga kurikulum sebagai alat evaluasi sebagai evaluasi untuk menilai sejauh mana
rangkaian tujuan yang telah disusun untuk kemudian dilihat efektivitasnya dinilai. Apakah sesuai
dengan apa yang sudah direncanakan atau mungkin juga ada hal-hal yang perlu kita perbaiki sendiri
untuk orang tua . Bagi masyarakat kita sebagai pengelola pendidikan atau di lembaga sekolah
kurikulum ini menjadi acuan menjadi panduan kita dalam melaksanakan pembelajaran
melaksanakan proses pendidikan seperti yang kita ketahui bahwa dalam sekolah tidak hanya belajar
tapi juga bagaimana kita mengarahkan siswa untuk memperoleh sejumlah kompetensi dari mulai
kompetensi kepribadian sosial akademik dan juga keterampilan . Pendidikan itu bukan menjadikan
siswa sebagai generalisasi abu-abu tapi dia dilihat potensi secara bakarnya apa kemudian
dieksplorasi Seperti apa dan hakikat nya antara orang tua dan guru itu punya energi yang
dibangun.Tapi di sekolah umumnya guru harus memperhatikan bakat-bakat siswanya yang unik-unik
dan kurikulum dari peranan kreatif . Menghadirkan satu hal yang inovasi satu hal-hal yang terjadi
jika terjadi perkembangan jika ada perkembangan ilmu pengetahuan kemudian perkembangan
teknologi itu bagaimana dia bisa memasukkan ilmu pengetahuan itu menjadi sebuah kurikulum
kemudian dikritisi tidak hanya bahwa pengetahuan itu harus Semuanya masuk tapi harus dipilah
harus di filter harus ditentukan mana yang sesuai dengan peserta didik tentang hakikat pendidikan
dari konteks kurikulum. Bahwa pendidikan ada peran-perannya tersendiri . pendidikan tanpa
kurikulum tidak akan berjalan dengan baik karena kurikulum adalah jantungnya sebuah proses
pendidikan Kurikulum merupakan panduan yang harus kita jadikan sebagai patokan di dalam
melaksanakan proses pendidikan itu sendiri sehingga apa yang kita rencanakan bisa kita lihat
hasilnya ketika kita sudah bisa melaksanakan keputusan.
Telaah kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan ajaran
serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum mencakup beberapa hal yang
pertama adalah ide, rencana tulis , isi kegiatan , hasil dan evaluasi. Rencana tertulis bisa berbentuk
RPP silabus RPS setelah itu barulah rencana tertulis dikembangkan dalam bentuk kegiatan, setelah
itu baru akan ada namanya hasil namun jika hasil ini dianggap belum bisa mencapai tujuan
pendidikan maka kita dapat memberlakukan yang namanya evaluasi. Dengan mengganti ide awal
atau ide cadangan yang biasa disebut hidden curriculum.
• Tujuan
1. Tujuan pendidikan nasional dapat dipilih pada undang-undang nomor 20 tahun 2003.
2. Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan 3.
Tujuan kurikuler yaitu tujuan yang harus dicapai oleh bidang .
• Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik melalui kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan untuk membuat isi atau materi kurikulum harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Isi kurikulum harus memiliki bahan yang jelas
2. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial yang ketiga isi kurikulum harus sesuai
dan bermakna bagi perkembangan siswa isi kurikulum harus mengandung pengetahuan
ilmiah yang tahan uji yang kelima isi kurikulum harus menunjang tercapainya tujuan
Pendidikan.
• Metode atau strategi
Metode tenaga pendidik diharuskan memiliki metode atau strategi pembelajaran yang kreatif yang
memungkinkan peserta dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar yang aktif kreatif dan tentunya
menyenangkan.
• Evaluasi
Evaluasi adalah keseluruhan pengukuran dan pengumpulan data informasi penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan keputusan hasil dari tingkat pelajar untuk tercapainya
tujuan pendidikan
Kurikulum atau curriculum berasal dari kata kurir dan curere atau tempat berpacu Kurikulum mata
pelajaran yang harus ditempuh ijazah dari pengertian diatas kurikulum mengandung dua hal pokok
ada adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa tujuan utama yaitu untuk memperoleh
ijazah. Pengertian lain kurikulum yaitu semua pengalaman belajar atau learning experienceS yang
dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya. Harold B alberty 1965 semua kegiatan
yang diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah. Saylor Alexander dan Lewis 1974
segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar baik dalam ruangan kelas di
halaman sekolah maupun di luar sekolah. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas
seperangkat rencana dan peraturan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu . Si Endang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pasal 36 ayat 3 kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan iman dan taqwa peningkatan akhlak mulia peningkatan potensi kecerdasan dan
minat peserta didik keragaman potensi daerah dan lingkungan tuntutan Pembangunan Daerah dan
nasional tuntutan dunia kerja perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni,agama dinamika
perkembangan global dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dimensi kurikulum
R Ibrahim 2005 dimensi kurikulum,kurikulum sebagai substansi rencana kegiatan belajar bagi siswa
di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai kurikulum sebagai sistem bagian dari
sistem persekolahan sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat kurikulum sebagai bidang
studi . Sukmadinata NS 2005 dimensi kurikulum ilmu- konsep asumsi teori teori dan prinsip-prinsip
dasar tentang kurikulum Sistem- kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem-sistem
lain komponen-komponen kurikulum jenis pendidikan dan lain-lain rencana- beragam rencana dan
rancangan atau desain kurikulum . Said Hamid Hasan 1988 dimensi kurikulum,kurikulum sebagai
suatu ide atau gagasan- sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan
kurikulum selanjutnya .kurikulum sebagai suatu rencana- seperangkat rencana dan cara
administrasikan tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Fungsi kurikulum
Guru pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran kepala sekolah dan pengawas- pedoman
dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan orang tua- pedoman dalam membimbing anaknya
belajar di rumah,masyarakat pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan di sekolah . Yang kedua tidak menjelaskan secara rinci mengenai tujuan kurikulum Gani
menjelaskan tujuan kurikulum lebih tinggi yaitu untuk membantu peserta didik berkembang
menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka lebih baik lagi. Dapat disimpulkan
bahwa kurikulum merupakan program atau perencanaan yang harus diselesaikan oleh peserta didik
baik itu dalam mata pelajaran hasil belajar maupun kegiatan diluar kelas yang tersusun secara
sistematis dan guru mempunyai pengalaman mempunyai peran untuk membantu siswa dalam hal
pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan Kompetensi sosial siswa.
Makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar mampu
menyelesaikan fungsi penyesuaian yaitu yang terjadi pada masa
C.KOMPONEN KURIKULUM
A. Komponen tujuan
Komponen tujuan adalah rumusan tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan dan
harus dicapai oleh siswa
B. Komponen materi
Komponen materi adalah bahan atau materi yang disusun untuk diberikan kepada siswa agar dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan
C. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran jangka.
D. Organisasi kurikulum
Organisasi kurikulum adalah bentuk pengelompokan mata pelajaran untuk memudahkan dalam
pencapaian tujuan pembelajaran
E. Komponen evaluasi
Komponen evaluasi adalah alat untuk mengukur dan menilai program pendidikan
Tugas Rutin 2
1. KONSEP KURIKULUM
Kurikulum adalah suatu perencanaan pengalaman belajar secara tertulis kurikulum itu akan
menghasilkan suatu proses yang akan terjadi seluruhnya di sekolah rancangan tersebut akan
merupakan silabus yang berupa daftar judul pelajaran dan urutannya akan tersusun secara runtut
sehingga merupakan program . Dalam merencanakan suatu kurikulum untuk anak Guru harus
memiliki tujuan Bagaimana mengorganisasi isi kurikulum memilih bentuk pengalaman belajar bagi
anak Bagaimana urutan pelajaran diberikan dan kemudian menentukan bagaimana melakukan
penilaian terhadap hasil belajar anak dan program itu sendiri .
A. Bentuk kurikulum
1. Kurikulum yang sifatnya terpisah-pisah artinya setiap pelajaran mempunyai kurikulum
tersendiri dan satu dengan lainnya tidak ada kaitannya karena masing-masing mata
pelajaran mempunyai organisasi yang terintegrasi kan.
2. Kurikulum yang saling berkaitan antara masing-masing mata pelajaran ada keterkaitannya
antara dua mata pelajaran masih ada kaitannya .
3. Kurikulum yang terintegrasi kan dalam kurikulum ini anak mendapat pengalaman yang luas
Karena antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain saling berkaitan .
B. Organisasi kurikulum
Bilamana akan merancang kurikulum guru dapat melakukan beberapa pilihan mengorganisasi
pengalaman belajar biasanya yang paling sering diterapkan untuk mengorganisasikan kurikulum
untuk anak yang masih muda adalah pendekatan fakta dan pendekatan melalui pengalaman yang
konkret misalnya nama hari dalam satu minggu abjad atau nama warna
Kurikulum mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan tantangan di masa depan
melalui pengetahuan keterampilan sikap dan keahlian untuk beradaptasi serta bisa bertahan hidup
dalam lingkungan yang senantiasa berubah.
1. Memperkaya kurikulum
2. Meningkatkan relevansi kurikulum dengan kebutuhan bakat dan minat
3. Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan tuntutan dan perkembangan yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat
4. Menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
Disini terlihat bahwa fungsi dan peranan guru sangat penting dan strategis karena melalui
kepiawaiannya kurikulum mempunyai makna dan nilai artinya Melalui guru nilai-nilai yang
terkandung dalam kurikulum dapat disampaikan kepada siswa dan aktualisasi serta transformasi
nilai nilai sikap pengetahuan dan keterampilan yang terkandung dalam kurikulum dilakukan oleh
guru melalui implementasi kurikulum . Secara sepintas tempatnya fungsi dan peranan guru Tidaklah
terlalu berat tapi bila dihayati dan dikaji lebih mendalam bahwa fungsi dan peranan guru sangatlah
Kompleks fungsi dan peran tersebut memerlukan kompetensi kemauan dan komitmen keguruan
yang tinggi Oleh karena itu jabatan guru memerlukan kualifikasi yang diperlukan dalam tugas
sebagai pendidik dan pengajar di sekolah.
2. 5 FUNGSI KURIKULUM
Menurut UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengetahuan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan.
A. Fungsi kurikulum
1.Fungsi Penyesuaian dengan kata lain untuk menyesuaikan diri dengan dengan perubahan yang
terjadi di lingkungan karena lingkungan bersifat dinamis .
2. Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat dibutuhkan dalam integrasi di masyarakat
3. diferensiasi kurikulum sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan di
setiap siswa yang harus dihargai dan dilayani .
4 sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa ke jenjang selanjutnya dan juga dapat
mempersiapkan diri dan dapat hidup dalam masyarakat jika tidak melanjutkan Pendidikan.
C. Tujuan kurikulum
Mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman produktif kreatif inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat berbangsa bernegara dan peradaban dunia .
4. PERANAN KURIKULUM
Peranan kurikulum sebagai salah satu bagian dalam sistem pendidikan yang telah direncanakan
secara sistematis kurikulum tentunya memiliki peranan yang sangat penting bagi kegiatan
pendidikan yang sedang dilaksanakan . Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah
direncanakan mengemban peranan penting bagi pendidikan , apabila dianalisis sifat dari masyarakat
dan kebudayaan dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam menjalankan operasinya ,maka dapat
ditentukan paling tidak kurikulum apabila dianalisis secara sederhana .
Peranan kurikulum apabila dianalisis secara sederhana paling tidak terdapat tiga jenis peranan
kurikulum yang dinilai sangat pokok yaitu :
1. Peran kritis dan evaluatif peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-
nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan
2. Peran kreatif peran gratis menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
atau mengembangkan sesuatu yang baru Sesuai dengan perkembangan yang terjadi
3. Peran konserfatif peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan
sebagai sarana.
A. Peran Konservatif
Kurikulum sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang
dianggap masih relevan dengan masa kini kepada anak didik selaku generasi penerus . Dengan
demikian kurikulum bisa dikatakan konservatif karena mentransmisikan sosial kepada anak didik
atau generasi muda . pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani antara siswa selaku peserta didik
dengan orang dewasa di dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih
kompleks . Dalam hal ini kurikulum menjadi sangat penting serta turut membantu dalam proses
tersebut .
B. Peran kreatif
Kreatif sama dengan sesuatu yang baru . Peran kreatif perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-
aspek lainnya senantiasa terjadi setiap saat kurikulum melakukan kegiatan kegiatan kreatif dan
konstruktif . Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa
mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan
pengetahuan baru serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya .
Peranan kritis dan evaluatif dilatarbelakangi oleh adanya nilai dan budaya yang hidup dalam
masyarakat yang mengalami perubahan kewarisan nilai-nilai dan budaya pada anak didik perlu
sesuai masa sekarang. Selain itu perkembangan yang terjadi di masa sekarang dan masa mendatang
belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai
dan budaya serta pengetahuan baru yang akan di Wariskan tersebut , Oleh karena itu peranan
kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan
baru yang terjadi .
Peranan kritis dan evaluative > turut aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter.
D. Pengembangan kurikulum
Filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari
hasil berpikir secara mendalam analisis logis dan sistematis filosofis dalam merencanakan
melaksanakan Membina dan mengembangkan kurikulum dalam bentuk program tertulis maupun
kurikulum dalam bentuk pelaksanaan operasional di sekolah . Filosofis dalam pengembangan
kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam
analisis logis dan sistematis filosofis dalam merencanakan melaksanakan Membina dan
mengembangkan kurikulum dalam bentuk program tertulis maupun kurikulum dalam bentuk
pelaksanaan operasional di sekolah. Menelaah tiga pokok persoalan itu hakikat benar salah logika
sikap buruk dan baik atau etika dan hakikat Indah jelek estetika. Terdapat tiga sistem pemikiran
filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan di
Indonesia khususnya itu idealisme realisme dan pragmatisme
• Landasan psikologis
Pengembangan kurikulum meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik
serta Bagaimana peserta didik belajar atas dasar itu terdapat dua cabang psikologi yang
perkembangan kurikulum yaitu Psikologi perkembangan dan psikologi belajar
Landasan Sosiologi kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik
tolak dalam pengembangan kurikulum. Sosiologi dalam pembahasannya mencakup secara garis
besar akan perkembangan masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam masyarakat yang ada
di Indonesia ini .
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun tidak langsung perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap pendidikan dalam abad pengetahuan
sekarang ini diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang Hayat dan
standar mutu tinggi
Tugas Rutin 3
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan model kurikulum yang dikeluarkan oleh
pemerintah sebagai penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini lahir
seturut dengan tuntutan perkembangan yang menghendaki desentralisasi, otonomi, fleksibilitas,
dan keluwesan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengalaman selama ini dengan sistem
pendidikan yang sentralistik telah menimbulkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pusat
sehingga kemandirian dan kreativitas sekolah tidak tumbuh. Dalam pada itu pendidikan pun
cenderung mencerabut siswa-siswi dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkan
pendekatan baru berupa desentralisasi yang ditandai dengan pemberian kewenangan kepada
sekolah untuk mengelolah sekolah. Desentralisasi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
mutu layanan dan kinerja pendidikan, baik pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Selain itu desentralisai juga dimaksudkan untuk mengurangi beban pemerintah pusat yang
berlebihan, mengurangi kemacetan-kemacetan jalur-jalur komunikasi, meningkatkan
(kemandirian, demokrasi, daya tanggap, akuntabilitas, kreativitas, inovasi, prakarsa), dan
meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan dan kepemimpinan pendidikan. Kurikulum yang
dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional. Padahal
kondisi sekolah pada umumnya sangat beragaman. Oleh karena itu, dalam implementasinya,
sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, memodifikasi), namun tidak boleh
mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk
mengembangkan muatan kurikulum lokal. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun,
dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP ). Sebagaimana panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP, KTSP memiliki empat
komponen yaitu: 1. Tujuan Pendidikan, 2. Struktur dan muatan KTSP, 3. Kalender pendidikan
dan 4. Silabus dan RPP.
2. Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi sendiri. Untuk semua
jenjang.
4. .Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda. Untuk semua jenjang.
5. Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan dengan terpisah ( separated curriculum) . Untuk
jenjang SD.
6. Tematik untuk kelas I-III (belum integrated). Ini khusus untuk jenjang SD.
7. TIK adalah mata pelajaran tersendiri. Ini khusus untuk jenjang SMP.
9. Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI. Untuk jenjang SMA.
10. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi. Untuk SMA dan SMK.
2. Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi yang diikat
oleh kompetensi inti tiap kelas. Untuk semua jenjang.
4. Semua mata pelajaran diajarkan terkait dan terpadu dengan pendekatan yang sama
(saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, dan menalar,...Untuk semua jenjang.
5. Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain ( cross
curriculum atau integrated curriculum). Untuk jenjang SD.
6. Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan konten penggerak mata pelajaran
lainnya. Untuk jenjang SD.
10. Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat. Untuk SMA dan SMK.
11. SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar- dasar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.Untuk SMA dan SMK.
12. Penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), di dalamnya terdapat
pengelompokan pembelajaran dan pendalaman, Untuk jenjang SMA dan SMK.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan (Standar Nasional Pendidikan), para pengembang KTSP harus dituntuk dan harus
memerhatikan ciri khas kedaeraan, sesuai dengan bunyi undang-undang No. 20 Tahun 2003 ayat 2,
yakni bahwa semua kurikulum pada jenjang dan jenis pendiddikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Perbedaan struktur dari kbk dan ktsp itu sendiri adalah berupa:
1) Pada kbk kompetisi lulusan diturunkan dari standar isi, dimana standar isi ini langsung
diturunkan dari standar kompetensi lulusan mata pelajaran
1) Sekolah diberikan keleluasaan untuk mendelegasikan seluruh isi kurikulum melihat karakter,
dan potensi local, ktsp tetap menekankan kompetensi akan tetapi lebih dikerucutkan lagi dalam
operasioanl dan implementasinya di sekolah.
3) Pada KBK, guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing.
4) Pada KBK, bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.Pada KBK,
penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.
Sedangkan, Menurut Sihite, (2012 : 2-3 ) kelebihan KTSP (Kurikulum Berbasisi Satuan Pendidikan)
yaitu :
2) Mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkat kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
4) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli beban
belajar dapat mempengaruhi perkembangan anak.
5) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
Kelemahan yang ada lebih banyak pada penerapan KBK di setiap jenjang pendidikan, hal ini
disebabkan beberapa permasalahan antara lain:
1) Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya
yang lebih pada teacher oriented
2) Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43% SMA, 34%
SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu 17,2% guru atau
setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109
dari 179 negara berdasarkan Human Development Index.
3) Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap sekolah,
sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.
4) Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba di
beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum tentang
pelaksanaan tersebut.
Sedangkan Menurut Sihite, (2012 :3-4 ), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai
beberapa kelemahan diantaranya :
1) Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya guru dan sekolah.
3) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsep
penyusunannya maupun prakteknya dilapangan.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis mengandung arti bahwa pendidikan senantiasa berhubungan dengan manusia
baik sebagai subjek, sebagai objek, maupun sebagai pengelola. Dengan demikian, pendidikan
senantiasa berintikan interaksi antarmanusia. Di dalam interaksi tersebut tentu saja ada tujuan dan
sasaran yang harus dicapai, ada materi atau bahan yang diinteraksikan, ada proses yang ditempuh
dalam menginteraksikannya, serta ada kegiatan evaluasi untuk mengetahui ketercapaian proses dan
hasilnya. Tentu saja untuk merumuskan dan mengembangkan setiap aspek yang terkait dengan
setiap dimensi kurikulum tersebut memerlukan jawaban atau pemikiran yang mendalam dan
mendasar atau dengan kata lain harus menggunakan pemikiran filosofis. Pendidikan sebagai ilmu
terapan tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, dalam hal ini filsafat. Filsafat
pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan (Susilana, dkk.: 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa kurikulum pada
hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan karena tujuan pendidikan sangat
dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa maka tentu saja kurikulum yang
dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh
karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara
dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda,
kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda.
Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang maka orientasi kurikulum berpindah disesuaikan
dengan kepentingan dan sistem nilai negara Jepang. Setelah kemerdekaan, kurikulum pendidikan
secara utuh menggunakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam pengembangannya. Menurut
Maclure dalam Wijaya, dkk. (1992) terdapat 6 acuan dimensi pendekatan nasional dalam
perkembangan kurikulum di suatu negara, yakni:
a. kerangka acuan yang jelas tentang tujuan nasional dihubungkan dengan program
pendidikan;
b. hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum nasional dengan reformasi sosial
politik negara;
2. Landasan Psikologis
Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
dan kematangan. Lingkungan yang dimaksud dapat berasal dari proses pendidikan. Kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam pendidikan tentu saja berkaitan dengan proses
perubahan yang terjadi pada peserta didik. Dengan adanya kurikulum diharapkan perubahan yang
terjadi pada peserta didik dapat membentuk kemampuan atau kompetensi aktual maupun
potensial. Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan perkembangan
merupakan kajian dari psikologi perkembangan. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum
harus senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik maka
landasan psikologi mutlak harus menjadi dasar pengembangan kurikulum. Perkembangan-
perkembangan yang dialami oleh peserta didik, pada umumnya diperoleh melalui proses belajar.
Guru/pendidik harus selalu mencari upaya untuk dapat membelajarkan peserta didik. Cara belajar
dan mengajar yang dapat memberikan hasil optimal tentu memerlukan pemikiran yang mendalam,
yaitu dilihat dari kajian psikologi belajar (Susilana, dkk.: 2006). Anak adalah pribadi yang unik harus
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri
dan memiliki perbedaan dan juga persamaan. Implikasinya adalah:
a. setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan
kebutuhannya;
b. di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari
setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran yang sesuai dengan minat anak;
c. kurikulum di samping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan, juga menyediakan
bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan
untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya;
Implikasi lain dari perkembangan anak terhadap proses pembelajaran menurut Susilana, dkk. (2006)
adalah:
a. tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada perubahan
tingkah laku peserta didik;
b. bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak,
bahan tersebut mudah diterima oleh anak;
c. strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak;
d. media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak;
e. sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan dari
satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus-menerus.
Pada hakikatnya, pandangan tentang seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh aliran psikologi
belajar. Pada perkembangannya, psikologi belajar atau teori belajar ini memuat berbagai aliran,
misalnya teori Disiplin Mental atau teori Daya, Behaviorisme, dan Perkembangan Mental. Pengaruh
dari teori belajar terhadap proses belajar seseorang akan dibahas secara khusus dalam prinsip-
prinsip belajar.
3. Landasan Sosiologis
Landasan ini didasari bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia
yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina, dan
dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia
(Susilana, dkk. 2006). Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari
cara orang berpikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu, dalam
mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami kebudayaan. Kebudayaan adalah pola kelakuan
yang secara umum terdata dalam satu masyarakat, meliputi keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan,
kepercayaan, cara berpikir, dan kesenian. Pengembangan kurikulum yang dilandasi oleh hal tersebut
sifatnya umum, artinya berlaku bagi kehidupan masyarakat.
Sumber nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada tiga,
yaitu logika, estetika, dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang
bersumber pada logika (pikiran). Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia maka kehidupan manusia semakin luas, semakin
meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan
hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat. Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat
menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan
hanya pemenuhan dari segi isi kurikulumnya saja, melainkan juga segi strategi pelaksanaannya. Oleh
karena itu, guru, pembina, dan pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi
perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi
kehidupannya di masyarakat.
Calhoun, Light, dan Keller (Susilana, dkk.: 2006) merinci 7 fungsi sosial pendidikan yang patut
diperhatikan oleh para pendidik, yakni:
a. mengajar keterampilan;
b. mentransmisikan budaya;
c. mendorong adaptasi lingkungan;
d. membentuk kedisiplinan;
Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia. Negara-
negara penjajah yang mendiami wilayah Indonesia ikut juga mempengaruhi sistem pendidikan di
Indonesia. Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan
siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda
dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya. Sistem
pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan membedakan
pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih
dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. (Sanjaya, 2008: 207). Persekolahan
anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi mengguna-kan pengantar bahasa daerah, namanya
Sekolah Desa 3 tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh melajutkan ke Sekolah
Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun. Dari sini mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru
atau Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah sekolah paling atas untuk bangsa pribumi biasa. Untuk
golongan pribumi masyarakat bangsawan bisa memasuki His Inlandsche School selama 7
tahun, Mulo selama 3 tahun, dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3 tahun.
Selama 70 tahun Indonesia merdeka, telah mengalami 12 kali perubahan kurikulum. Rinciannya
adalah pada zaman Orde Lama (Orla) atau zaman Presiden Soekarno berkuasa, pernah terjadi 3
kali perubahan kurikulum, yaitu (Kuri-kulum) Rencana Pelajaran tahun 1947, (Kurikulum) Rencana
Pendidikan Sekolah dasar tahun 1964 dan Kurikulum Sekolah Dasar tahun 1968. Pada zaman Orde
Baru (Orba) atau zaman kekuasaan Presiden Soeharto, terjadi 6 kali pergantian kurikulum, yaitu
Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) tahun 1973, Kurikulum SD tahun 1975,
Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Revisi Kurikulum 1994 pada tahun 1997. Usai
zaman Orba berakhir atau dimulainya masa reformasi terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu
Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran
(KTSP) tahun 2006 dan terakhir Kurikulum 2013.
Tiga tahun setelah Indonesia merdeka (1947) mulailah pemerintah membuat kurikulum yang
sederhana yang disebut dengan “Rencana Pelajaran”. Tahun 1947, kurikulum ini terus berjalan
dengan beberapa perubahan terkait dengan orientasinya, arah dan kebijakanyang ada, hingga
bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa
Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan
kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama
Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi
sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat
juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan
pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini.
Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di rapor bagi kelas I dan II
yang asalnya berupa skor 10-100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI
tetap menggunakan skor 10-100. Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang
memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).
3) Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana.
1) Kurikulum 1973
a. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi:
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus.
b. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
2) Kurikulum 1975
a. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
3) Kurikulum 1984
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA
adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat
secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman
belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan
yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah
dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke
sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
4) Kurikulum 1994
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa
guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat
keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan
dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
5) Kurikulum 1997
a. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-
hari.
c. Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu
upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
(a) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat. (b)
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang
ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana
pendukungnya.
Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara lain menyatakan pusat
berkewenangan dalam menentukan:kompetensi siswa; kurikulum dan materi pokok; penilaian
nasional; dan kalender pendidikan.
Atas dasar itulah maka Indonesia memilih untuk memberlakukan Kurikulum KBK sebagai
pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penyempurnaan-nya dalam bentuk Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
a. KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi Paradigma pembelajaran
versi UNESCO: learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be.
b. Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses pembelajaran,
silabus menjadi kewenangan guru.
c. Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu, tetapi jumlah mata pelajaran belum bisa dikurangi.
e. Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian memadukan
keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis kelas.
f. KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian berbasis
kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS).
KHB berisi tentang perencanaan pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara
keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. PBK adalah melakukan penilaian secara seimbang
di tiga ranah, dengan menggunakan instrumen tes dan non tes, yang berupa portofolio, produk,
kinerja, dan pencil test.
KBM diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru tidak
bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar secara penuh dan optimal. (Ahmadi, 2013: 79).
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses
pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang
demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan lingkungan
siswa.
g. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
h. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.
Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya
adalah mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh
atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi
pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena
alam, sosial, seni, dan budaya.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar nasional yang telah disepakati.