PERMASALAHAN

TRANSPORTASI DARAT

Dr. ZAINAL ARIFIN, MT.

TEKNIK OTOMOTIF – FT UNY
 TRAFFIC CONGESTION

EMISSIONS CAUSED FROM NEED TO HANDLED

MOTOR VEHICLE BY TECHNOLOGY,
REGULATION,
TRAFFIC ACCIDENTS INFRASTRUCTURE,
HUMAN RESOURCES

ENERGI

NEXT
BACK
 CO
HC CO
NOx C
SO2
CO2 HC
Pb Pb
CO2 C
NOx
Asap Asap
SO2

CO HC Nox SO2 Pb C CO2 Asap

DIESEL 11% 27% 39% 85% 0% 67% 47% 99%
BENSIN 89% 73% 61% 15% 100% 33% 53% 1%
DAMPAK PENCEMARAN
EMISI KENDARAAN
HARUSKAH DEMIKIAN …… ?

BACK
• Kecelakaan fatal pertama di London Nov 1896
pada kecepatan 15km/jam
• “It will never happen again”
• Saat ini 1,5 juta mati, 15 juta luka/tahun, setengahnya
di Asia-Pasifik
• Trend kematian:
–Eropa -5%,
–Afrika +15%,
–Asia pasifik +95%
• Kerugian ekonomi BESAR: 2 - 4 % GNP
• Isu global dan serius, masalah kesehatan (WHO)
 KECELAKAAN…
• 1 % merupakan kecelakaan murni (nasib):
ketika semua sistem telah ideal!
• 99 % disebabkan satu atau lebih faktor ‘gagal’

Kendaraan & Pengemudi

INFRASTRUKTUR

Istilah yang tepat: Tabrakan (crash)

 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan
Faktor Proporsi (%)
Manusia 92 Manusia (95%)
Kendaraan 5
Jalan &Lingkungan 3
67%
Indonesia Lingkungan
Manusia (95,4%)
&jalan (28%) 24%
47,8%

4%
6,4%
34,8%
4%
6,4%
Kendaraan (8%)
1,6%
2,6%
4%
0,4%

Jalan & Lingkungan

Kendaraan
(Sumber: Austroads, 2002)
(44,2%)
(14,8%)

(Sumber: Penelitian Treat dkk (NHTSA*, 1977))

*NHTSA: National Highway & Transportation Safety Administration, US-DOT
10
 Mengalami Pemiskinan
13%
Tingkat Kesejahteraan
7%
Menurun
13%
67%
Tidak Mengalami
Perubahan Ekonomi
Ekonomi Dapat Pulih
Keluarga Korban Luka Berat

Tidak
Mengalami
Mengalami
KECELAKAAN:
Pemiskinan
37,50%
Pemiskinan Dampak Terhadap
62,50%
Kesejahteraan

Keluarga Korban Meninggal Dunia

 Berapa Kerugian akibat kecelakaan jalan?
Keparahan Jumlah Korban Biaya Total (juta Rp)
Fatal
30.464 9.972.037
Serius
450.000 9.614.672
Ringan
2.100.000 12.772.448
PDO
13.515.000 9.036.899
TOTAL 41.396.056
PDB 1.421.000.000
Perkiraan ADB,
Tahun 2002 % PDB 2,91
BACK
Dengan GDP 2009 (+ Rp 6.000 trilyun), (economic loss)
diperkirakan Rp 160 – 180 triliun
 KONSUMSI BBM PADA MASING-MASING
MODA
KAPASITAS ANGKUT KONSUMSI BBM/KM KONSUMSI
MODA TRANSPORTASI (ORANG) (LITER/KM) BB/KM/ORANG
(LITER/KM/ORANG)
KERETA API 1.500 3 0.002
BUS 40 0.5 0.0125
MOBIL PENUMPANG 4 0.1 0.025
SEPEDA MOTOR 2 0.08 0.04
PESAWAT TERBANG 500 40 0.05
KAPAL LAUT 1.500 10 0.006

PARAMETER FUNGSI
PERTUMBUHAN f (jumlah moda, penduduk, ekonomi, waktu)
KONSUMSI f (type & jenis moda, kapasitas mesin, load, jarak tempuh, efisiensi)
INTENSITAS f (konsumsi energi, aktivitas)
ELASTISITAS f (pertumbuhan konsumsi energi, pertumbuhan PDB (PDRB))
EFISIENSI f (optimasi konsumsi, pemakaian energi)
 14

PROYEKSI KONSUMSI DAN PRODUKSI BBM

 15

KEBUTUHAN ENERGI SEKTORAL

 16

KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR TRANSPORTASI

Juta SBM
250

200

150

100

50

0
9 98 9 99 0 00 0 01 0 02 0 03 0 04 0 05 0 06 0 07 0 08
1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Gas Avgas Avtur Gasoline Diesel Kerosene FO Electricity

BACK
 SOLUSI

Fuel Technology Inspection + Traffic

Standards
Imrpovement Improvement maintenance Management
 EMISSION REGULATION UNDER UN-WP29
ORGANIZATION

UN GRPE Working Party on Pollution and Energy

Inland G R B Working Party on Noise

transport
committee

GRSG Working Party on General Safety Provisions

WP29
GRRF Working Party on Brakes and Running Gear

G R E Working Party on Lighting and Light-signaling

GRSP Working Party on Passive Safety

Source : GAIKINDO
 GASOLINE ENGINE TECH. VS EMISSION REG.

TYPICAL SYSTEM TWC = Three Way Catalyst S/C = Swirl Control

OBD= On Board Diagnostic O2S = O2 Sensor
EM

HC g/km
1.0

EM S<500 ppm Euro1

1O2S

TWC(13R)
OBD 0.5
EM 2O2S S<150 ppm
Euro2

TWC(13R)

EM OBD
Euro3
S<50 ppm
2O2S
Euro4
3 2 1 0 0.5 1.0
CO NOx
S/C(7R) TWC(9R)
Source : JAMA
 DIESEL ENGINE PASSENGER TECH.
VS EMISSION REGULATION

TYPICAL SYSTEM EGR =EXHAUST GAS RECIRCULATING

HC g/km
IP 1.0
EM Euro1

IP S<500 ppm
EGR
EM
0.5
OC
Euro2
CR S<350 ppm
EGR
EM Euro3
OC Euro4
CO 3 NOx
2 1 0 0.5 1.0
CR S<50 ppm 0.05
EGR
EM
0.10
OC
0.15
EM =EXHAUST MANIFOLD IP= Injection Pump
VE =INJECTION PUMP CR =COMMON RAIL PM Source : JAMA
 DIESEL ENGINE HEAVY DUTY TECH.
VS EMISSION REGULATION
TYPICAL SYSTEM HC g/kWh
IP 1.0
Euro1
ESC
Euro3 ETC
Euro2
IP S<500 ppm
EGR Euro3 Euro4
0.5

CR S<350 ppm Euro4

EGR

OC CO NOx
6 4 2 0 5 10
CR S<50 ppm 0.1
EGR 0.2
0.3
OC 0.4
(Diesel Particulate NOx Reduction) PM
Source : JAMA
 VEHICLE POWER CLASSIFICATION
VEHICLE
POWER

INTERNAL
ELECTRIC HYDROGEN
COMBUSTION
ENGINE
MOTOR FUEL CELL

ROTARY RECIPROCATING
HYBRID ENGINE
ENGINE ENGINE

SPARK IGNITION COMPRESSION

ENGINE IGNITION ENGINE

NEXT
2 STROKE 4 STROKE
 FUEL EFFICIENCY TECNOLOGY DEVELOMENT
PRIUS 2001

Hybrid Car
50
PRIUS 1997
Vehicle Efficiency (Km/ liter)

40 LEXUS 2003 HINO BUS 2004

30

HIGHLANDER
CAMRY 2006
20 2003
Conventional Car

10

1900 2000 2005

Source : TMC
 TUJUAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
MESIN KBM

• Efisiensi bahan bakar

• Increase power out-put
• Low emission  zero emission
• Low noise
ACUAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KBM

O2 CnH2n+2
(Fuel)

Fire/Heat
 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
PADA MESIN KBM
• SISTEM BAHAN BAKAR
– Bensin : EFI, MPI, GDI
– Diesel : EDC, UIP, UP, Common Rail
• SISTEM PENGAPIAN
– Electronic spark advancer (ESA)
– Intelligent Dual & Sequential Ignition (i-DS)
• SISTEM PEMASUKAN BAHAN BAKAR
– Turbo charger, Turbo intercooler, compressor
– Variabel geometric turbo
 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
PADA MESIN KBM
• PERUBAHAN KONSTRUKSI MESIN
– Pembaruan sistem mekanisme katup : VVL (variable valve lift),
VVT (variable valve timing), MIVEC (Mitsubishi Innovative Valve
timing Electronic Control system), VVT-i, VANOS, dan VITEC
– HLA (hidraulic lash adjuster)
– ACIS (Acoustic Control Induction System)
– Stratified Charge Combustion = CVCC (compound vortex
controlled combustion)
– TGP (turbulence generating port)
– Hino Micro Mixing System
• PENGENDALIAN EMISI
– Catalitic converter
– Diesel particulat trap
– Exhaust Gas Re circulating (EGR)
 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEMUDI, REM
DAN SUSPENSI
• SISTEM KEMUDI
– Sistem Kemudi Power Steering
– Electric Power Steering (EPS)
– Sistem Kemudi 4 roda
• SISTEM REM
– Anli lock brake sistem (ABS)
– Collision Warning with Full Auto Brake (CWAB)
– Vehicle Stability Control (VSC)
– Vehicle Stability Assist (VSA)
– Vehicle Dynamics Integrated Management (VDIM)
– Electronic Brake-force Distribution (EBD)
– Electronic Stability Control (ESC)
– TCS (Traction Control System)
 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEMUDI, REM
DAN SUSPENSI
• SISTEM SUSPENSI
– Front Suspension : MacPerson strut, Double
wishbone, multi link suspension system
– Rear Suspension : strut type, semi trailing, trailing
arm, axle beam type with panhard rod, coupled
torsion beam type, multi link beam axle system,
double wishbone, multi link system, 4 link system,
5 link system
– Active body control
 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
SISTEM PEMINDAH TENAGA
• KOPLING (Clutch)
– Kopling hydraulic (torque converter)
• TRANSMISI
– Hydraulic Automatic transmission
– Continously variabel transmission (CVT)
• DIFFERENTIAL (Gardan)
– Interaxle Differential
• PROPELER SHAFT
• FRONT AND REAR AXLE
 PENGEMBANGAN SISTEM BAHAN BAKAR

FUEL SYSTEM

GASOLINE DIESEL
FUEL SYSTEM FUEL SYSTEM

CONVENTIONAL INJECTION CONVENTIONAL ELECTRONIC

CONVENTIONAL MEKANIS DISTRIBUTOR EDC

GDI
UNIT INJECTION
ELEKTRONIK IN-LINE
PUMP

MEKANIS -
UNIT PUMP
ELEKTRONIK

COMMONRAIL

BACK
KARBURATOR
 KARBURATOR

BACK
LPG Conversion
 FUEL SYSTEM

FUEL INJECTION

MEKANIS ELEKTRONIS MEKANIS ELEKTRONIS

Injeksi EFI
(Injeksi K) (L - Jetronik) (Injeksi EF)
Injektor membuka terus Injektor membuka se- cara Injeksi K yang memakai unit
menerus pada tekanan elektromagnetis yang diatur pengontrol elektronika
tertentu oleh unit pengontrol
elektronika

Memakai satu injektor untuk Memakai satu injektor untuk

semua silinder motor (Mono satu silinder motor
Jetronik)

BACK
 FUEL SYSTEM
ELECTRONIC FUEL INJECTION SYSTEM (EFI)
FUEL SYSTEM
FUEL SYSTEM
 FUEL SYSTEM

BACK
 FUEL SYSTEM
GASOLINE DIRECT INJECTION SYSTEM (GDI)

BACK
 DIESEL FUEL SYSTEM

BACK
 DIESEL FUEL SYSTEM
CONVENTIONAL INJECTION SYSTEM

BACK
 DIESEL FUEL SYSTEM
ELECTRONIC DIESEL CONTRO (EDC)
DIESEL FUEL SYSTEM
DIESEL FUEL SYSTEM

1. Relay
2. Pedal kopling
3. Pedal Gas
4. Pedal Rem
5. Indikator lamp
6. Tachometer
7. EDIC Control Lamp
8. Diagnosis Lamp
9. PC diagnosis
10. Water temp sensor
11. Air temp sensor
12. Turbo sensor
13. Crankshaft sensor
14. Injector
15. Fuel Stopper valve
16. Governor
17. ABS
18. Retarder
19. Exhaust brake
20. Optic cruise
DIESEL FUEL SYSTEM
DIESEL FUEL SYSTEM

1. Cam shaft
2. Roller tappet
3. High pressure cylinder
4. Injector
5. Pressure line
6. Suction chamber
7. Unit pump solenoid
8. Pump unit head
9. High pressure
chamber
10. Pump plunger
11. High pressure line
12. Valve body
DIESEL FUEL SYSTEM
 DIESEL FUEL SYSTEM
COMMONRAIL DIESEL INJECTION
SYSTEM (CDI)
Rail Pressure Pressure
Sensor Regulator Valve
High Pressure
Fuel

Primer Pump High Pressure

Fuel

Injector

High Pressure
Pump (secondary)
Cam Boost Air
BACK ECU Shaft Pressure temperature
Crank shaft
Speed Acceleration Atmospheric Air Mass
 PERUBAHAN KONSTRUKSI MESIN
1) OHV (Overhead Valve) 2) OHC (Overhead Camshaft)

Rocker arm Cam shaft

Valve

Push rod Cylinder

Piston

Connecting rod

Crank shaft
Cam shaft
VALVE MECHANISM

OVER HEAD VALVE

(OHV)
VALVE MECHANISM

OVER HEAD CAM

(OHC)
 VALVE MECHANISM
(Variable Valve Timing Electronic Control - VTEC )
VALVE MECHANISM
 VALVE MECHANISM

BACK
ENGINE COMPONENT
3) Multi-valve systems
 PENGENDALIAN PROSES PEMBAKARAN
(Stratified Charge Combustion )

 Pada metode ini dikondisikan

campuran gas di dekat spark plug
dalam kondisi yang mudah
dinyalakan (campuran stoikiometris)
sementara campuran pada bagian
luarnya sebagai campuran miskin.
 Metode ini dapat dilakukan dengan
menambahkan ruang bakar
sekunder seperti yang
dikembangkan Honda dengan
CVCC-nya (compound vortex
controlled combustion).
 Dalam ruang bakar sekunder
dipasang busi dan akan dihisap
campuran kaya, sedangdalam ruang
bakar utama akan dihisap campuran
miskin.
 PENGENDALIAN PROSES PEMBAKARAN
(FAST BURN )

 Pada metode ini ketidak stabilan

proses pembakaran dengan
campuran miskin dapat diperbaiki
dengan membuat “gangguan”
(disturbance) untuk menaikkan
kecepatan rambat api (flame speed)
dengan cara
 Teknologi TGP (turbulence
generating port) yang telah
dikembangkan Toyota yang mirip
dengan CVCC hanya dalam ruang
bakar sekunder tidak hanya
dihasilkan api tetapi juga
disturbance yang kemudian
disemburkan ke ruang bakar utama
untuk mempercepat pembakaran
dengan campuran miskin
 PENGENDALIAN PROSES PEMBAKARAN
(FAST BURN )

 Selain teknologi TGP dikenal pula

teknologi MCA – JET (mitsubishi
clean air jet)
 Yang memanfaatkan katup
tambahan untuk menyemburkan
udara ke dalam ruang bakar dengan
tujuan meningkatkan intensitas
turbulence campuran gas
 PENGENDALIAN PROSES PEMBAKARAN
(HINO MICRO MIXING SYSTEM )

 HMMS merupakan system pembakaran yang

dikembangkan oleh Hino Motors.
 Pada system HMMS ini udara yang masuk
merupakan kombinasi dari putaran yang
udara besar dan kecil yang memungkinkan
percepatan pencampuran udara dan bahan
bakar sehingga pencapaian pembakaran lebih
efisien
 Pada langkah intake piston menghasilkan
putaran udara yang melingkar dalam ruang
bakar
 Sementara pada langkah kompresi, piston
mengkompresi putaran udara yang masuk
secara horisontal dan serempak, sehingga
menimbulkan gelombang udara dalam ruang
bakar pada sisi luar piston yang disebut
dengan “SQUISH”, yang memungkinkan
pencampuran udara dan bahan bakar yang
sesuai.
PENGEMBANGAN SISTEM PENGAPIAN
 IGNITION SYSTEM

BACK
PENGEMBANGAN SISTEM PEMASUKAN UDARA
 TURBO INTERCOOLER

BACK
PENGENDALIAN EMISI
(catalytic converter)
PENGENDALIAN EMISI
(catalytic converter)
PENGENDALIAN EMISI
(Particulate Filter)
PENGENDALIAN EMISI
(Diesel Particulate Filter)
PENGENDALIAN EMISI
(Diesel Air Injection System)
 PENGENDALIAN PROSES PEMBAKARAN
(Exhaust Gas Re circulating - EGR)

 Metode ini digunakan dengan

mensirkulasikan sebagian gas
buang untuk menaikkan kapasitas
panas campuran gas, sehingga
untuk mendapatkan daya tinggi tidak
membutuhkan temperatur yang
sangat tinggi, sehingga mampu
menurunkan emisi berupa NOx lebih
signifikan.
 Besarnya gas yang disirkulasikan
sebesar 10 – 15% dalam campuran
gas mampu menurunkan NOx
hingga ½ - 1/3 konsentrasi NOx, Catalytic
Converter
namun penggunaan EGR ini
menimbulkan problem yaitu
turunnya flame speed.