Materi Ihsan Dan Islam Putri Annisa
Materi Ihsan Dan Islam Putri Annisa
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas terselesainya
makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Makalah yang saya buat berisi
materi tentang Ihsan.
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah
ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata dengan harapan semoga makalah ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Amin
Penyusun
Ihsan kepada sesama makhluk adalah mendermakan dengan segala jenis kebaikan
pada siapapun makhluk (baik manusia maupun hewan) sesuai hak dan kedudukannya.
Al-Jurjani mengatakan :
دح55ق بالم55يء متعل55ون الش55العلم وك5ال ك55فة الكم55يء ص55ون الش55الفرح وك55ع ك55ا للطب55الحسن هو كون الشيء مالئم
كالعبادات وهو ما يكون متعلق المدح في العاجل والثواب في اآلجل
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang
baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.
[QS. Al-Baqarah : 83]
As-Sa’di menafsirkan : Yakni berbaktilah kepada kedua orang tua. Perintah ini
bersifat kebaikan secara umum, baik itu dengan ucapan maupun perbuatan. Termasuk
juga larangan berbuat buruk kepada kedua orang tua, atau tidak berbuat baik
mesikupun tidak berbuat buruk. Karena, jika berbuat baik adalah suatu kewajiban,
maka melakukan kebalikannya adalah sebuah larangan.
Kebalikan dari berbuat baik pada kedua orang tua itu ada dua (yaitu) :
1. Berbuat buruk, yang mana ini merupakan kejahatan yang paling besar
2. Tidak berbuat baik, tidak juga berbuat buruk, dan ini diharamkan, akan
tetapi tidak sama dengan yang pertama
Demikian pula berbuat baik kepada kerabat dengan bersilaturahmi, berbuat baik pada
anak-anak yatim, dan juga orang miskin sama wajib hukumnya. Adapun rincian
dalam berbuat baik ini tidak terbatas pada bilangan, akan tetapi sesuai dengan
ketetapan.
Kemudian, pada perintah selanjutnya Allah perintahkan untuk berbuat baik kepada
manusia secara umum, Allah berfirman (yang artinya) : “serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia”. Diantara ucapan yang baik adalah memerintahkan pada
kebaikan, melarang dari kemungkaran, mengajarkan ilmu, menyebarkan salam, wajah
berseri, dan lain sebagainya.
Apabila seseorang tidak mampu berbuat baik pada orang dengan hartanya maka Allah
perintahkan dengan perbuatan baik kepada setiap makhluk yang mampu ia kerjakan,
yaitu dengan ucapan yang baik. Maka dari itu ayat ini juga mengandung larangan
berkata buruk, bahkan kepada orang kafir sekalipun.[3]
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas
sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.
[QS. Al-Baqarah : 178]
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
[QS. Al-Qashash : 77]
Asy-Syaukani menafsirkan : maksud dari “dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu” adalah berbuat baiklah kepada
hamba-hamba Allah sebagaimana Allah berbuat baik padamu yakni Allah telah
memberikan nikmat dunia kepadamu.[4]
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
[QS. Al-A’raaf : 56]
Ibnul Qayyim mengatakan : Ayat ini mengandung peringatan yang jelas bahwa
perintah berbuat baik yang dituntut oleh Allah kepada kalian dan yang kalian tuntut
dari Allah adalah rahmat-Nya, dan rahmat Allah itu dekat pada orang-orang yang
berbuat baik.
Mereka itulah orang-orang yang mengerjakan apa yang Allah perintahkan dengan
berdoa kepada-Nya dengan harapan (diterima doanya) dan rasa khawatir (tidak
diterima doanya). Dengan mengerjakan perintah itu maka Allah dekatkan apa yang
kalian tuntut dari Allah yaitu rahmat.
Rahmat yang Allah berikan tergantung seberapa besar kalian mengerjakan apa yang
Allah tuntut dari kalian yaitu berbuat baik, yang mana sebenarnya berbuat baik itu
sendiri merupakan berbuat baik kepada diri kalian sendiri, karena Allah ta’ala itu
Maha Kaya dan Maha Terpuji (tidak butuh dengan perbuatan baik kalian). Apabila
kalian berbuat baik maka sebenarnya kalian telah berbuat baik pada diri kalian
sendiri.[5]
Seorang lelaki datang pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin
mengikuti jihad. Rasulullah bertanya : “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”
Ia menjawab : “Iya”
Rasulullah bersabda : “Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya!”
[HR. Muslim : 2549]
Ingatlah, berbuat baiklah kalian pada para istri, karena sesungguhnya mereka
adalah tawanan kalian. Kalian tidak memiliki hak mereka lebih dari itu, kecuali
apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata.
Jika mereka berbuat keji maka pisahilah tempat tidur mereka dan pukullah mereka
dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Apabila mereka sudah taat pada kalian
maka janganlah mencari jalan untuk memberatkan mereka.
Ingatlah sesungguhnya kalian memiliki hak atas istri-istri kalian, dan istri-istri kalian
memiliki hak atas kalian.
Adapun hak kalian atas istri-istri kalian adalah mereka tidak boleh memasukkan
orang yang kalian benci pada tempat tidur kalian (selingkuh), dan tidak boleh
memberi izin tamu yang kalian benci masuk ke dalam rumah kalian.
Ingatlah, hak mereka para istri atas kalian adalah kalian berbuat baik kepada
mereka dengan memberikan pakaian dan makanan.
[HR. Tirmidzi : 1163]
ِ َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليُحْ ِس ْن إِلَى َج
ار ِه
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berbuat
baik kepada tetangga
[HR. Muslim : 48]
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
sangat setia.
[QS. Fush-shilat : 34]
Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis), Islam
memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini merupakan
salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang
mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau senantiasa memperjuangkan
perdamaian, bukan peperangan atau konflik dan kekacauan.
صلِ ُحوا بَ ْينَ ُه َما ۖ فَإِنْ بَ َغتْ إِ ْحدَا ُه َما َعلَى اأْل ُ ْخ َر ٰى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَ ْب ِغي َحت َّٰى تَفِي َء ْ َ َوإِنْ طَائِفَتَا ِن ِمنَ ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ ا ْقتَتَلُوا فَأ
ِ صلِ ُحوا بَ ْينَ ُه َما بِا ْل َع ْد ِل َوأَ ْق
ِ سطُوا ۖ إِنَّ هَّللا َ يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْق
َس ِطين ْ َ إِلَ ٰى أَ ْم ِر هَّللا ِ ۚ فَإِنْ فَا َءتْ فَأ
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku
adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS. 49 : 9).
Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah Allah SWT melalui Al-Quran baru mengizinkan atau
memperbolehkan kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-
musuhnya.
ْ َأُ ِذنَ لِلَّ ِذينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّ ُه ْم ظُلِ ُموا ۚ َوإِنَّ هَّللا َ َعلَ ٰى ن
ص ِر ِه ْم لَقَ ِدي ٌر
ْ َ)أ
2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’ (سلَ َم
Aslama artinya berserah diri atau pasrah, yakni berserah diri kepada aturan Allah
SWT.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
سنٌ َواتَّبَ َع ِملَّةَ إِ ْب َرا ِهي َم َحنِيفًا ۗ َوات ََّخ َذ هَّللا ُ إِ ْب َرا ِهي َم َخلِياًل ْ َسنُ ِدينًا ِم َّمنْ أ
ِ سلَ َم َو ْج َههُ هَّلِل ِ َو ُه َو ُم ْح َ َو َمنْ أَ ْح
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan
ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang
ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah
SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83)
3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim
atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa
dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.
يم
ٍ ِسل ٍ إِاَّل َمنْ أَتَى الَّهَ بِقَ ْل
َ ب
"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (QS. 26 : 89).
يم
ٍ ِسل ٍ إِ ْذ َجا َء َربَّهُ ِبقَ ْل
َ ب
ْ َ سأ
ستَ ْغفِ ُر لَكَ َربِّي إِنَّهُ َكانَ ِبي َحفِيًّا َ قَا َل
َ سال ٌم َعلَ ْي َك
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa
kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih
dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan
risalah Islam.
Menurut istilah, Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan
pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing
umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Secara istilah juga, Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada
Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi dan utusan Allah (Rasulullah) terakhir untuk
umat manusia, berlaku sepanjang zaman, bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah
serta Ijma' Ulama.
Wahyu ialah perintah atau kata-kata Allah ( )كالم هللاyang disampaikan kepada para
rasul-Nya. Nabi Muhammad sebagai salah seorang rasul (pesuruh) Allah Ta'ala juga
menerima wahyu yang disampaikan melalui perantaraan malaikat Jibril.
)٥( ش ِدي ُد ا ْلقُ َوى َ ُ) إِنْ ُه َو إِال َو ْح ٌي ي٣( َن ا ْل َه َوى
َ ُ) َعلَّ َمه٤( وحى ُ َو َما يَ ْن ِط
ِ قع
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 53 :
3-4).
Wahyu Allah kini terhimpun semuanya dalam Mushaf Al-Quran, kitab suci Umat
Islam, sebagai sumber utama ajaran agama Islam.
“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-
anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan
mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya
kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS. 3 : 84)
“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini" (QS. 45 : 20).
Islam adalah jalan hidup (way of life). Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam
menjadi bacaan wajib sekaligus panduan dalam menjalani kehidupan.
4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
SAW
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian
dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang
yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. 5 : 49-
50)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.”
Dalam QS Al-Fatihah, umat Islam membaca doa "Tunjukkanlah kami ke jalan yang
lurus":
Islam adalah agama yang membawa pemeluknya kepada kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Dengan amal kebaikan (amal shalih) yang dikerjakannya, sesuai dengan
syariat Islam, kaum Muslim akan menjalani kehidupan yang baik, tentram, dan di
akhirat nanti pun demikian.
َ صالِ ًحا ِمنْ َذ َك ٍر أَ ْو أُ ْنثَى َو ُه َو ُمؤْ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً َولَنَ ْج ِزيَنَّ ُه ْم أَ ْج َر ُه ْم بِأ َ ْح
َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون َ َمنْ َع ِم َل