Anda di halaman 1dari 2

Variasi biologis adalah perbedaan kuantitatif efek farmakologi pada suatu individu, yang

diberikan suatu obat yang sama pada dosis dan jenis sediaan yang sama. Faktor yang mempengaruhi
efek farmakologi suatu obat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor dari penerima obat itu sendiri, sementara faktor eksternal
adalah faktor di luar tubuh penerima obat.

Hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah keadaan lingkungan hidup (atau pada
hewan uji : kandang) misalnya suhu, kelembapan, intensitas cahaya, suplai oksigen. Faktor eksternal lain
yang dapat mempengaruhi hewan uji adalah perlakuan pada hewan uji sebelum pemberian obat, karena
dapat mempengaruhi tingkat stress hewan, yang berpengaruh pada denyut jantung, ekskresi urin dan
aktivitas hewan.

Faktor internal meliputi keadaan tubuh penerima obat. Faktor-faktor yang termasuk dalam
faktor internal diantara lain adalah usia, bobot dan luas permukaan tubuh (BSA), jenis kelamin, ras,
nutrisi tubuh, kondisi psikologis dan kesehatan organ. Untuk menekan variasi biologis dalam sebuah
percobaan, faktor eksternal dan internal sebisa mungkin disamakan untuk setiap hewan uji.

Diazepam adalah senyawa golongan benzodiazepine, memiliki efek farmakologi sedatif, hipnotik
dan antikonvulsan (Katzun, et al., 2012). Diazepam bekerja dengan berikatan pada reseptor gamma-
aminobutyric acid (GABA) pada sistem limbic dan hipotalamus. Ikatan antara reseptor GABA dan
diazepam membuka channel ion klorida, sehingga ion klorida akan masuk ke dalam sel menyebabkan
terjadinya hiperpolarisasi sel sehingga post synaptic membrane sel tidak dapat dieksitasi (Tjay, et al.,
2002).

Pada manusia, diazepam memiliki waktu paruh 20-40 jam, dengan volume distribusi 0,8- 1 L/kg.
Diazepam berikatan dengan kuat pada protein plasma, hingga 98% dari diazepam berikatan dengan
protein plasma. Pada manusia, waktu onset yang dibutuhkan oleh diazepam adalah 0,5 sampai 2 jam.
Diazepam dimetabolisme di hati menjadi n-desmethyldiazepam yang juga memiliki efek farmakologi
sedative.

Pada penelitian farmakokinetika diazepam pada tikus yang diberikan secara intraperitoneal,
diazepam memiliki waktu paruh 0,88 jam, memiliki volume distribusi 19,3 ml/kg dan clearance 255
ml/kg/menit. Diazepam juga dimetabolisme menjadi n-desmethyldiazepam, memberikan efek
farmakologi sedative dengan waktu paruh 1,11 jam.

Rute pemberian diazepam adalah melalui injeksi intraperitoneal. Intraperitoneal adalah rute
pemberian obat melalui rongga perut. Injeksi intraperitoneal memiliki kelebihan absorpsi obat yang
cepat sehingga efek farmakologi lebih cepat didapatkan, namun memiliki kekurangan dapat
menyebabkan luka pada organ apabila terjadi kesalahan dalam penyuntikan dan mudah terjadi infeksi,
maka dari itu sebelum dan sesudah penyuntikan, lokasi penyuntikan dibasuh oleh etanol untuk
mengurangi mikroba.

Pada percobaan ini, diamati variasi biologis pada hewan dengan jenis kelamin jantan dan betina.
Berdasarkan pengujian klinis yang dilakukan pada diazepam yang diberikan secara parenteral intravena,
volume distribusi diazepam pada wanita adalah 1,87 L/kg, lebih besar dibandingkan pada pria (1,34
L/kg). Clearance total pada wanita juga lebih besar (0,63 ml/menit/kg) dibandingkan pada pria (0,49
ml/menit/kg).
Pembahasan prosedur

Hewan uji (mencit betina) diambil dari kandang dan ditandai agar tidak tertukar. Mencit
kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analisis. Penimbangan bobot berat badan
bertujuan untuk menghitung dosis yang akan diberikan kepada hewan uji agar dosis tetap sama
walaupun berat badan berbeda. Setelah itu, disiapkan larutan diazepam dan alat suntiknya. Alat suntik
yang digunakan adalah jarum suntik nomor 27 dengan panjang jarum ¾ - 1 inchi. Cara penyuntikan
intraperitoneal adalah dengan memegang mencit pada tengkuk dan kakinya dibuka untuk mencari
rongga perut, kemudian diposisikan sehingga bagian abdomen berada lebih tinggi dari bagian kepala.
Hal ini bertujuan untuk menurunkan organ sehingga pada penyuntikan tidak melukai organ. Kemudian
dicari bagian rongga kosong pada abdomen mencit dan diusap alcohol untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi. Kemudian dilakukan penyuntikan dengan sudut jarum 10˚, pada sudut ini jarum tidak
terlalu tinggi maupun tidak terlalu rendah untuk dapat melukai organ. Kemudian cairan diazepam
dikeluarkan secara perlahan dan jarum suntik ditarik keluar. Seharusnya tidak terdapat darah pada
penarikan jarum, apabila terdapat darah maka jarum suntik menusuk organ dan administrasi
intraperitoneal gagal. Kemudian bekas penyuntikan diusap kembali dengan alcohol untuk mengurangi
resiko infeksi. Hewan uji kemudian diamati waktu onset dan durasi efek diazepam. Pengujian efek
diazepam adalah dengan menguji righting reflexnya. Righting reflex adalah kemampuan hewan untuk
mempertahankan posisi normal tubuhnya. Pada mencit, posisi normal tubuhnya adalah berbaring pada
perutnya dengan kepala di atas perut. Untuk menguji righting reflex, mencit dibaringkan pada
punggungnya dan dilihat kemampuannya untuk kembali ke posisi berbaring pada perutnya.

Anda mungkin juga menyukai