Anda di halaman 1dari 5

1.

Leukimia limfoblastik akut


a. Definisi
Merupakan keganasan klonal dari sel precursor limfoid
b. Gejala
 Anemia: mudah Lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada
 Anoreksia
 Nyeri tulang dan sendi akibat infiltrasi sst oleh sel leukimia
 Demam akibat dampak hipermatobolisme
 Infeksi di berbagai lokasi tubuh, akibat dari adanya bakteri
 Perdarahan di berbagai lokasi tubuh, spt gusi, saluran cerna, hematuria, otak
 Hepatomegaly
 Splenomegaly
 Limfadenopati
 Massa di mediastinum
 Leukimia di ssp, nyeri kepala, muntah (tekanan darah tinggi di intracranial,
perubahan status mental
c. Penyebab

Pada kasus dewasa penyebab tidak diketahui, namun pada kasus LLA anak-anak factor
keturunan dan sindroma predisposisi genetic.

Adapun factor lingkungan dan kondisi klinis yang berpengaruh contohnya,

1) Radiasi ionic
2) Paparan benzene dengan kadar tinggi yang dapat menyebabkan aplasia di sst,
kerusakan kromosom hingga leukimia
3) Merokok
4) Obat kemoterapi
5) Infeksi virus Epstein Barr
6) Pasien dengan sindroma Down dan Wiskott-Aldrich
d. Pemeriksaan fisik
1) Terlihat pasien lemas dan nampak pucat
2) Didapatkan konjungtiva palpebra anemis
3) Pada ekstremitas ditemukan hematoma dan ptekie di sekujur tubuh
4) Multiple limfadenopati
5) Perut terlihat cembung
6) Teraba splenomegaly
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan hematologi
Hb : 5,1gr/dL, leukosit: 276.200/uL, trombosit: 129.000/uL, MCV: 93 uL, MCH: 27 pg,
MCHC : 29 g/dL
Gambaran darah tepi: eritrosit menurun, distribusi renggang, normokrom
normositer, leukosit meningkat, seri granulosit: netrofil segmen (+), seri non
granulosit: kimfosit matur (+) ditemukan banyak limfoblast, trombosit menurun,
kesan leukositosi dengan tanda depresi eritropoetik dan trombopoetik
2) Hitung darah lengkap
3) Aspirasi dan biopsy sst di illiaka atau sternum, pewarnaan sitokimia, analisis
sitogenetik, analisis imunofenotip, analisis molekuler BCR-ABL
4) Pemeriksaan BMP
5) Pemeriksaan koagulasi
6) Kadar fibrinogen
7) Golongan darah ABO dan Rh, penentuan HLA
f. Diagnose
Leukimia limfanoblastik akut
g. Diagnosis banding
Limfositosis, limfadenopati dan hepatosplenomegaly yang berhubungan dengan infeksi
virus dan limfoma, anemia aplastic
h. Pengobatan
Farmakologi
Kombinasi kemoterapi,terapi pencegahan SSP: kemoterapi intratekal dan/atau sistemik
dosis tinggi, radiasi kranial dengan lama 1,5-3 tahun dg tujuan eredikasi sel leukimia,
perlu di perhatikan metabolic, infeksi, hematologic pasien.

Terapi LLA dibagi menjadi

 Induksi remisi
 Intensifikasi dan konsolidasi
- Terapi induksi remisi
Dengan tujuan untuk mencapai keadaan hematopoesis normal dan hilangnya secara
keseluruhan sel leukimia, terapinya adalah prednisone, vinkritis dan antrasiklin dan
juga L-asparginase dengan tambahan siklofosfamid, sitarabin dosis konfesional atau
tinggi, merkaptopurin yg diberikan dengan beberapa regimen
- Terapi intensifikasi atau konsolidasi
Dengan tujuan untuk mengeleminasi sel leukimia residual dan mencegah terjadinya
relaps dan timbulnya sel resisten obat, dilakukan 6 bulan kemudian
- Profilaksis SSP
Terdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal, radiasi kranial dan pemberian obat
dengan bioavibilitas SSP tinggi, dengan tujuan untuk mencegah relaps pada SSP
- Pemeliharaan jangka Panjang
Pemberian 6-merkatopurin tiap hari selama 2-3 tahun dengan tujuan
memperpanjang kebebasan dari penyakit
- Transplantasi SST
Dilakukan pada pasien dengan resiko relaps yang tinggi (kromosom philedelpia,
perubahan susunan gen MLL, hiperleukositosis, gagal mencapai remisi komplit
dalam waktu 4 mgg, pasien dewasa yang mengalami relaps setelah remisi komplit

Non-farmakologi
1) Membuat kamar yang protektif bersih dan steril
2) Keluar menggunakan masker
3) Kurangi kontak dengan orang lain
4) Sering menjaga kebersihan mulut
5) Konsumsi makanan yang higienis
i. Pencegahan
- Menghindari paparan bahan kimia
- Menghindari paparan radiasi yang tidak perlu
- Menghindari rokok
- Menjaga berat badan ideal
- Berolahraga rutin
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang

2. Leukimia mieloblatik akut


a. Definisi
Adalah suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplatik dab gangguan
diferensiasi sel progenitor dari seri myeloid
b. Gejala
- Rasa Lelah
- Perdarahan dan infeksi
- Adanya purpura atau ptekie
- Perdarahan gusi atau retina
- Gangguan kesadaran
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Priapismus ( ereksi berkepanjangan tanpa gairah seksual)
- hiperurisemia
- nyeri tulang
- adanya benjolan tidak berpigmen
- adanya nodul dibawah kulit
- pembengkakan gusi
c. etiologi
ada beberapa factor yang berpengaruh terhadap terjadinya LMA:
- paparan benzene diketahui merupakan zat leukomogenik
- radiasi ionic
- trisomy kromosom 21 pada sindrom Down
- pasien dengan sindrom bloom dan anemia falconi
- pengobatan kemoterapi sitotoksik pada pasien tumor padat
d. pemeriksaan fisik
- kepucatan sebab anemia, takikardi, murmur(suara darah yg mengalir dari
jantung), sinkope(pingsan), angina/angin duduk (nyeri dada akibat kurang
pasokan darah ke jantung)
- pembesaran organ
- kelainan kulit dan hipertrofi gusi
e. pemeriksaan penunjang
- immunophenotyping (penghitungan sel dengan pengecatan antigen yg
dihasilkan sel dengan antibody yang spesifik)
- analisis sitogenik ( ditemukannya penambahan atau pengurangan materi
kromosom)
- cek morfologi sel
- pengecatan sitokimia
f. diagnosis
leukimia mieloblastik akut
g. diagnosis banding
Limfositosis, limfadenopati dan hepatosplenomegaly yang berhubungan dengan infeksi
virus dan limfoma, anemia aplastic
h. pengobatan
farmakologi
- terapi pada umumnya, terapi 7+3, kemoterapi induksi dengan regimen sitaribin
100mg/m2 diberikan secara infus kontinu selama 7 hari dan daunorubisin 45-60
mg/m2/hari iv selama 3 hari
pada pasien dengan gangguan fungsi jantung hindari pemberian antrasiklin dan
memilih terapi high dose cytrabine (ara-C)/HDAC yaitu sitarabin 2-3g/m2 infus iv
selama 1-2jam selama 12 dosis sitarabin 2-3g/m2 selama 2 jam setiap 12 ham
pada hari 1,3, dan 5
- transplantasi hematopoetik stem cell otology, atau alogenik
- bila terjadi relaps dapat diberikan kemoterapi intensif atau HSCT
- terapi leukemia promielositik akut, merupakan LMA dengan kelainan sitogenik t,
diberikan obat yang disebut all-trans retinoic acid (ATRA) dengan kemoterapi
berbasis antrasiklin

non-farmakologi

1) Membuat kamar yang protektif bersih dan steril


2) Keluar menggunakan masker
3) Kurangi kontak dengan orang lain
4) Sering menjaga kebersihan mulut
5) Konsumsi makanan yang higienis
i. Pencegahan
1. Menghindari paparan bahan kimia
2. Menghindari paparan radiasi yang tidak perlu
3. Menghindari rokok
4. Menjaga berat badan ideal
5. Berolahraga rutin
6. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang

Anda mungkin juga menyukai