Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA

PANDANGAN ISLAM TENTANG RADIKALISME

OLEH :
KELOMPOK 1

ANGGOTA :
1. WELLY AFRISA (1910070100046)
2. ARIFA YULIAN KUMALA (1910070100047)
3. GIFFAN PRIAMANDA (1910070100048)
4. DEWI WAHYUNI (1910070100049)
5. WAFDA AZIZAH ILYAN (1910070100050)
6. BUNGA RISKY YUNANDA (1910070100051)
7. WAHYU PRATAMA PUTRA (1910070100052)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah
SWT  yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini penulis membahas mengenai “konsep kepedulian sosial dalam Islam”,
dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Padang, 17 November 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................ 2
D. Batasan Masalah............................................................................... .......... 2
BAB II PEMBAHASAN.... ................................................................................... 3
BAB II PENUTUP................................................................................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 12

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
1. Manusia makhluk sosial
2. Kewajiban sebagai makhluk sosial
3. Kepedulian terhadap orang kurang mampu
4. Ancaman Islam terhadap orang yang mengabaikan kepedulian sosial
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui makna dari manusia sebagai makhluk sosial
2. Untuk mengetahui kewajiban sebagai makhluk sosial
3. Untuk mengetahui kepedulian terhadp orang kurang mampu
4. Untuk mengetahui ancaman islam terhadap orang yang mengabaikan kepedulian
sosial

D. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dari makalah pendidikan berkarakter yang berjudul
“konsep kepedulian sosial dalam islam” .

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Manusia sebagai makhluk sosial


Secara kodrati, manusia meru-pakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai
mahluk individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu,
manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani
(jiwa) yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.
Sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia
mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia
cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.
Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Menurut Aristoteles (384 ± 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada dasarnya
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon) yang
artinya mahluk yang selalu hidup bersama dalam masyarakat. Pada diri manusia sejak
dilahirkan sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di
tengah-tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia
lainnya yang disebut (gregoriousness). Ada beberapa alasan dasar manusia selaku mencari
orang lain, terutama adalah dorongan biologisnya, seperti (1) Dorongan untuk makan, (2)
Dorongan untuk mempertahankan diri, dan (3) Dorongan untuk melangsungkan
keturunannya/jenisnya/ Dorongan tersebut menggam-barkan bagaimana individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu
komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi dalam
masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
2.2.   Kewajiban sebagai makhluk sosial
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia
tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab
dan kewajibannya di dalam kebersamaan. oleh karena itu kewajiban manusia, adalah :
Sebagai Makhluk Individu:
1.    Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
2.    Berhati nurani yang bersih
3.    Memiliki semangat hidup yang tinggi
4.    Memiliki prinsip hidup yang tangguh
5.    Memiliki cita-cita yang tinggi
6.    Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi alam
7.    Berjiwa besar dan penuh optimis

4
8.    Mengembangkan rasa perikemanusiaan
9.    Selalu berniat baik dalam hati
10. Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun egois
11. Mampu hidup mandiri
12. Harus mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya
Sebagai Makhluk Sosial:
1.    Harus bisa menghargai orang lain
2.    Saling tolong menolong dengan sesama
3.    Mampu menciptakan suasana damai dan sejahtera di mana tempat kita tinggal
2.3.   Kepedulian terhadap orang kurang mampu
Kepedulian terhadap orang kurang mampu : 1.Memperhatikan kesusahan orang lain,
dalam setiap agama peduli pada kesusahan orang lain adalah suatu kewajiban. Dalam agama
islam pun diwajibkan untuk membantu saudara sesama manusia dan sesama makhluk tuhan.

1. Meringankan penderitaan orang lain yakni untuk dapat memahami pentingnya peningkatan
kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat, dan kepedulian sosial merupakan suatu
rangkaian ibadah.

2. Kepedulian masyarakat berupa sandang, pangan dan kesehatan:

a. Memberi bantuan berupa pakaian

b. Memberi bantuan berupa makanan

c. Memberikan biaya untuk mereka berobat ketika dalam keadaan sakit

3. Kepedulian masyarakat dalam memberikan perhatian dan kasih sayang:

a. Memberikan perlakuan yang adil tanpa membeda-bedakan atau dapat menganggap sebagai
anak sendiri

b. Mengunjungi anak panti asuhan

c. Memberi teguran kepada anak panti asuhan jika berbuat salah

d. Berbuat baik kepada anak seperti bersedia untuk menjadi orang tua asuh

4. Memberikan bantuan berupa biaya pendidikan:

a. Membantu memberi biaya untuk membayar SPP sekolah anak

b. Membantu memenuhi perlengkapan sekolah anak panti asuhan

c. Membantu biaya pendidikan diluar sekolah (Bimbingan belajar ataupun les privat)

5
2.4.    Ancaman Islam terhadap orang yang mengabaikan kepedulian sosial

Mengingat betapa berbahayanya kesenjangan sosial antara si mampu dan si lemah


jika tercipta, Rasulullah SAW sudah memberikan peringatan yang tegas kepada orang-orang
beriman untuk tidak abai terhadap si lemah. Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW
mengatakan, ''Siapa yang melepaskan kesusahan saudaranya, Allah akan melepaskan
kesusahannya nanti pada hari kiamat.'' (HR Bukhari).
Rasulullah SAW dengan tegas mengecam orang-orang beriman sebagai orang yang
hakikatnya 'bukan beriman' (tidak sempurna) karena tidak peduli dengan orang-orang lemah
di sekitarnya. Karena itulah, pada hadis lain, ketika seorang beriman membuat masakan,
Rasulullah SAW menganjurkan agar kuahnya diperbanyak dan dibagi-bagikan kepada
tetangganya (HR Bukhari-Muslim).
Para pelaku kezaliman seolah lupa bahwa Allah SWT selalu mengawasi perilaku
mereka. Lalu mengapa Allah SWT seolah membiarkan kezaliman mereka ?. jawabnya adalah
tidak lain karena Allah SWT menunda siksa atas mereka di hari akhirat kelak nanti
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT :QS.Ibrahim : 42
Artinya : janganlah engkau mengira bahwa lengah terhadap apa yang dilakukan oleh orang-
orang yang zalim, sesungguhnya Allah hanya menangguhkan sisksaan atas mereka hingga
tibanya hari yang pada waktu itu mata-mata mereka terbelalak, saat itu mereka datang
tergesa-gesa dengan mengangkat kepala mereka, sementara mata mereka tidak berkedip dan
kalbu mereka kosong.
Saat ini para pelaku kezaliman mungkin masih bisa selamat dari azab Allah SWT dan
merasa bebas melakukan berbagai kezaliman, namun mereka harus sadar bahwa di akhirat
mereka baru akan merasakan siksaan yang amat mengerikan. Sebagaiman firman Allah SWT
QS. Ash-shu’araa: 227
Artinya : “kelak orang-orang zalim itu akan tahu kemana mereka akan dikembalikan.”
Rasul SAW bersabda: ”siapa saja yang menipu kami bukanlah termasuk golongan kami”
(HR. Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad).
Rasul juga memberikan ancaman bagi orang-orang yang zalim dengan Sabdanya :
“Kezaliman akan berubah menjadi kegelapan pada hari kiamat nanti” (HR. Bukhari-Musli.
Tirmidzi dan Ahmad).

6
BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
Bahwa memang dalam islam manusia di kondratkan menjadi makhluk sosial oleh karena itu
dalam makalah ini dijelaskan bagaimana hak dan kewajiban kita sebagai manusia terhadap
manusia lainnya.
3.2     KRITIK / SARAN
Demikianlah Makalah yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat kepada
seluruh pembaca, dengan senang hati kami menerima kritik dan masukan yang saudara
berikan, Teriamakasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mujib A dan Mudzakir Y. (2008) .Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : prenada media
Groupcet. Ke 2.
Abdullah SH. (2007). Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur`an, Jakarta : Cipta
Karya, Cet. ke 4.
HM Arifin., Filsafat Pendidikan Islam. (1987). Jakarta, Bina Aksara.
Muchsin B,SultthoM m, dan Wahid A. (2010). Pendidikan Islam
Humanistik:Alternatif Pendidikan Pembebasan Anak. Bandung : Refgika Aditama. cetke 1.
Kahmad D. (2012) Pendidikan Multikultural, disampaikan pada kuliah Pendidikan
Multikultural, Tanggal 09 Maret program Doktor (S3) UIN Sunan Gunungdjati, Bandung.
Langgulung H. (2004).Manusia dan Pendidikan:Suatu Analisa Psikologis. Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Jalaludin. ( 2003) TeologiPendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada. cet, ke 3 Kutubut
Tis¶DKSunanTurmudzi, hadis ke 27

8
9

Anda mungkin juga menyukai