Omnibus Law dikenal di Indonesia setelah Presiden RI menyampaikannya dalam pidato
kenegaraan pada pelantikannya sebagai Presiden di hadapan sidang MPR pada 20 Oktober 2019. Omnibus law menjadi fokus presiden dengan tujuan agar dapat menyelesaikan permasalahan tumpang tindihnya regulasi dan birokrasi. Harapannya dengan adanya omnibus law tersebut dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat dan menarik investor asing berinvestasi di Indonesia. Alasan pemerintah membuat Omnibuslaw karena sudah terlalu banyak regulasi yang dibuat yang kemudian menimbulkan persoalan tersendiri, seperti tumpah tindih regulasi. Akibatnya tak sedikit menimbulkan konflik kebijakan atau kewenangan antara satu kementerian/ lemabaga dengan kemeterian/ lemaga lainnya. Dan juga antara pemerintah Pusat dengan pemerintah Daerah. UU Omnibuslaw cipta kerja ini terdiri atas 11 klaster pembahasan yaitu : 1. Penyerderhanaan perizinan berusaha 2. Persyaratan investasi 3. Ketenagakerjaan 4. Kemudahan dan perlindungan UMKM 5. Kemudahan berusaha 6. Dukungan riset dan inovasi 7. Administrasi pemerintahan 8. Pengenaan sanksi 9. Pengadaan lahan 10. Investasi dan proyek pemerintahan 11. Kawasan Ekonomi. Menurut saya tidak perlu melakukan penyederhanaan perizinan, karena bukankah dengan peraturan yang sudah dibuat sedemikian rupa saja masih banyak yang melanggarnya dan melakukan segala cara agar dapat mencapai tujuan tersebut, apa lagi dengan adanya penyederhanaan perizinan berusaha oknum oknum yang berkuasa akan semakin berani karena sudah tidak ada lagi yang menghalangi mereka. Persyaratan investasi, setiap negara memang tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan dari negara luar. Tetapi apakah dengan mempermudah persyaratan investasi adalah sebuah solusi yang tepat bagi negeri ini? Saya rasa tanpa adanya kemudahan dalam berinvestasi negara kita sudah seperti dijajah dalam sisi ekonomi. Masyarakat penduduk asli Indonesia banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan di negaranya sendiri. bukan kah itu sudah tertulis di Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945 bahwa, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dengan mempermudah persyaratan investasi memang bisa membuka lapangan pekerjaan yang baru. Tapi dengan kebijakan pembukaan kran yang selebar lebarnya untuk tenaga kerja asing masuk ke negri ini, dan itu menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi tenaga kerja dalam negri untuk bersaing dipasar kerja, memngingat SDM kita juga masih membutuhkan peningkatan skill dan kompetensi. Daripada mempekerjakan tenaga kerja asing lebih baik memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada tenaga kerja asli, agar dapat menjadi SDM yang berkualitas dan mengurangi angka pengangguran di negeri ini. Ketenaga kerjaan, pada UU omnibuslaw ini saya rasa sangat menyiksa bagi buruh karena: 1. Adanya perubahan pada jam kerja, yaitu waktu lembur dan hari libur mingguan, serta adanya penghapusan istirahat Panjang, cuti haid, cuti hamil/ melahirkan, dan hak menyusui. Dengan adanya perubahan UU seperti ini sama saja dengan mengabaikan hak asasi manusia, semata mata hanya unntuk keuntungan pebisnis, terutama perlindungan dan pemenuhan hak pekerja, hak pekerja perempuan, hak warga, dan lain lain. 2. Status pekerja/ karyawan Pasal yang mengatur mengenai PKWT yang ada di UU dihapus, tidak ada ketentuan yang mengatur tentang syarat pekerja waktru tertentu atau pekerja kontak. Artinya tidak ada batasan aturan pekerja bisa dikontrak alias status kontrak tanpa batas. 3. Upah Penghapusan pasal 91 di UU ketenagakerjaan, dengan dihapuskannya pasal ini akan berdampak pada kurangnya kepatuhan pengusaha terhadap upah minimum menurut undang undang. Dengan demikian pengusaha akan memberikan upah yang lebih rendah kepada pekerja karena sudah tidak ada lagi peraturan yang menghalangi supaya hal tersebut tidak terjadi, dan itu sama saja dengan mengeksploitasi pekerja.