Anda di halaman 1dari 13

Definisi Teory Betty Neuman

Betty Neuman adalah seorang perawat, penasihat, dan profesor Amerika, yang


mengembangkan model sistem Neuman, sebuah teori yang sangat mudah dipahami dan
memiliki dampak besar di bidang keperawatan sejak pertama kali dikenal.
Sistem Neuman berkaitan dengan hubungan yang dimiliki masing-masing individu
dengan tingkat stres khusus mereka, cara orang-orang ini bereaksi terhadapnya dan
rekonstruksi faktor-faktor eksternal yang telah menciptakan tingkat stres ini dalam diri
seseorang.
Sistem Neuman ini berputar di sekitar bagaimana setiap pasien berinteraksi dalam
lingkungan kesehatan, di mana seluruh struktur penelitian yang menjadi sasarannya
dikembangkan dengan cara tertentu. Artinya, fokus pada studi pasien berdasarkan
karakteristik psikologis dan fisik mereka sendiri.
Pada 1982 ia menulis buku berjudul Model sistem Neuman. Dalam buku ini ia
menjelaskan bahwa peran seorang perawat kesehatan mental adalah untuk menstabilkan
sistem energi seseorang untuk menciptakan keseimbangan mental dan, oleh karena itu,
mencapai tingkat kesehatan sebaik mungkin..
Model Neuman diimplementasikan oleh berbagai macam perawat yang bekerja dengan
keluarga atau klien individu, untuk membuat diagnosa yang tepat tentang penyakit
masing-masing pasien.
Model Neuman melihat manusia sebagai sistem yang terbuka dan kompleks, yang
berinteraksi dengan serangkaian faktor internal dan eksternal yang memengaruhi tekanan
individu masing-masing manusia. Sistem ini dianggap sebagai mekanisme dinamis yang
terus berubah. Menurut teori Neuman, manusia berkembang dalam suatu lingkungan,
yang merupakan dasar bagi sistem untuk bekerja. Lingkungan ini dianggap sebagai
jumlah dari semua faktor yang mempengaruhi pengembangan sistem; segala sesuatu yang
mengelilingi dan memengaruhi individu.
Di sisi lain, setiap sistem memiliki mekanisme internal, yang didefinisikan
sebagai faktor yang mempengaruhi sistem (manusia) dan yang dibatasi dalam individu
yang sama. Artinya, mereka adalah faktor pribadi.
Kesehatan dianggap sebagai tingkat stabilitas setiap sistem, yang ditentukan oleh
kesejahteraan. Ketika kondisi kesejahteraan setiap orang terpenuhi, kesejahteraan optimal
dari sistem diperoleh. Jika kondisi tidak terpenuhi, dianggap bahwa sistem dalam
keadaan tidak nyaman.
Keperawatan Neuman didasarkan pada menemukan alat yang ideal untuk mengontrol
kesejahteraan, menggunakan pengontrol tingkat stres setiap individu.

Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan


Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan
yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan
adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan fleksibel,
yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan lain-lain, garis
pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status
nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resistan yang meliputi
adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, transportasi,
tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi di daerah yang ada. Intervensi keperawatan
diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan
yang dinamis. Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat bersifat
menyeluruh dan saling ketergantungan (interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar
pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan satu
kesatuan dari variable yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan
spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan sekitar
klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini
berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses
adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan
menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat
stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapat meliputi
berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial
dan aktual yang terjadi akibat stresor tertentu seperti mengidentifikasi adanya stressor,
mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien
secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahan dan sumber
internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang
tampak, menurut Neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena
adanya stressor dan pencegahan tersier untuk memberikan penguatan pertahan tubuh
terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan untuk
membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama dapat meliputi pengobatan
secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari
komplikasi suatu penyakit.
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam
mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat mengkaji
mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel
yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor.
Betty neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan
dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman, manusia merupakan
makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologi, sosiokultural dan
variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka,
manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang
digambarkan sebagai stesor. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang
mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal
segala sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembetukan
lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang di sadari
maupun yang tidak disadari. Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh
stresor yang dapat merusak sistem. Model Neuman mencakup stresor interpersonal,
intrapersonal, daan ekspersonal.
Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik, sistem terbuka
(meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy dan stabilitas),
lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien (meluputi lima variable
klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis pertahanan
fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan intervensi dan rekontruksi. Adapun
maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah :
- Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga, kelompok,
masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang utuh bagian dari
interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua variabel yang secara simultan
mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
- Sistem Terbuka
Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi dan energi dalam suatu
organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress adalah komponen dasar
pada suatu system terbuka.
- Fungsi atau Proses :
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal dengan lingkungannya
dan menggunakan sumber energi yang didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang
utuh.
- Input dan Out put
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat, energy, informasi yang
saling bertukar antara klien dan lingkungan.
- Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan sebagai feed back
untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan untuk merubah, meningkatkan,
atau menstabilkan system.
- Negentropy
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang membantu kemajuan system
kearah stabilitas atau baik.
- Entropy
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan sistem kearah
sakit atau kemungkinan kematian.
- Stability
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan stressor untuk
memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas.
- Enviroment
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan mempengaruhi klien setiap saat
sebagai bagian dari lingkungan.
- Created Enviroment
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk mengekspresikan system
secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah menyediakan suatu arena
aman untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari stressor.
- Client sistem
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual) klien
dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien sebagai system.
- Basic Clien Structure
Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran terpusat.
Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan faktor kehidupan dasar atau sumber
energi klien. Inti struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasar yang umum untuk
seluruh anggota organisme. Seperti sebagai faktor bawaan atau genetik.
- Lines of Resistance
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar disebut garis
pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang membantu klien
mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon system imun
tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat menyusun system kembali. Jika
tidak efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan oleh
interrelationship kelima variable sistem klien.
- Normal line defence
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat. Hal itu
menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu dipelihara dari
waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji penyimpangan
dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system dan perilaku seperti
kebiasaan pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran
dari garis normal merefleksikan suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan, suatu
penyusutan keadaan kesehatan.
- Garis Pertahanan Fleksibel
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal ini
dinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini
dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi terhadap stressor dari
pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil yang di presentasikan sebagai
garis pertahanan normal. Hubungan antara variabel (fisiologi, psikologi, sosoikultural,
perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat kemampuan individu untuk
menggunakan pertahanan garis fleksibel untuk melawan kemungkinan dari reaksi
stressor seperti gangguan tidur. Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel
meluas, hal ini akan memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang
singkat terhadap invasi stressor. Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit
pertahanan.
- Kesejahteraan (Wellness)
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien berinteraksi
secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
- Sakit (Illness)
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan keadaan tidak
seimbang dan penurunan energi.
- Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan gangguan pada
sistem yang stabil. Stressor dapat berupa :
1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon kondisional
seseorang.
2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu, seperti
harapan peran.
3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti keadaan finansial.
- Tingkat reaksi
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien untuk
menyesuaikan terhadap stressor.
- Pencegahan sebagai intervensi
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien menahan, mencapai,
atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan sesudah
garis perlindungan dan perlawanan yang dilakukan pada fase reaksi dan rekonstitusi.
Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau faktual dari tingkat reaksi, sumber daya,
tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga level intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai atau
diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui. Neuman
menyatakan sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi kemungkinan
pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata lain usaha untuk
memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau menguatkan garis
pertahanan fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau treatment
awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal dan eksternal
digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan garis internal resistensi,
mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau pencegahan
sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian kearah kestabilan sistem
yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan resistensi terhadap stressor
untuk membantu mencegah terjadinya kembali reaksi atau regresi. Proses ini
mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke pencegahan primer. Sebagai contoh
akan dihindarinya suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan klien.
- Rekonstitusi
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal ini menggambarkan
kembalinya sistem stabil dimana tingkat kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih
rendah dari sebelumnya untuk melawan stressor.
Hal ini mencakup faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal, dan
lingkungan yang berhubungan dengan variable sistem klien (fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan, dan spiritual).
4 komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut Teori Betty Neuman
1. Manusia
Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman menyatakan
konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
komunitas, atau kelompok sosial tertentu. Sistem klien adalah gabungan hubungan
yang dinamik antara faktor fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual. Sistem klien digambarkan sebagai perubahan atau pergerakan konstan
yang hidup sebagai system terbuka dalam hubungan timbak balik dengan
lingkungan.
2. Kesehatan
Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera. Dia memandang
kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju sakit yang secara
alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah untuk mencapai kondisi
sehat yang optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem
terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan akibat dari tidak terpenuhi
kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi dinamis baik sehat atau sakit dalam
beberapa tahap yang diberikan pada waktu itu.
3. Keperawatan
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan semua aspek
manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah profesi yang unik
yang memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi respon individu
terhadap stress. Persepsi perawat mempengaruhi terhadap pelayanan yang
diberikan sehingga Neuman menyatakan bahwa persepsi antara pemberi
pelayanan dan pasien harus dikaji. Dia mengembangkan instrument pengkajian
dan intervensi untuk membantu melakukan tugas tersebut.
4. Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari model
sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan
yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor internal dan
eksternal yang berada disekelilingi manusia dan berinteraksi dengan manusia dan
klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal) adalah signifikan
terhadap konsep lingkungan dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang
berinteraksi dengan dan secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :
a. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya yang
terjadi pada klien
b. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan semua
interaksinya yang terjadi di luar klien.
c. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan digunakan
klien untuk membantu mekanisme pertahanan.
Hal ini merupakan komponen utama pada intrapersonal. Lingkungan yang
diciptakan adalah kondisi dinamis yang diatur atau memobilisasi varibel-variabel
sistem untuk menciptakan efek yang ditentukan sehingga dapat membantu klien
mengatasi stressor lingkungan yang mengancam dengan melakukan perubahan
pada diri sendiri atau situasi. Contohnya respon menolak (variabel fisiologi), dan
semangat untuk survive pada siklus kehidupan (variabel perkembangan).
Lingkungan yang diciptakan secara terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh perubahan oleh keadaan sehat yang dipersepsikan klien.
Aplikasi Teori dan Model Betty Neuman
Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan diabetes mellitus di
desa margalaksana kecamatan cilawu kabupaten garut
Dengan menerapkan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan DM,
meliputi lima aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial-kultural
dan spiritual.
Pembahasan :
Teori Betty Neuman sangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian
praktik keperawatan di komunitas dengan agregat lansia dengan DM. Pengkajian lansia
hendaknya dilakukan secara holistik meliputi bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual.
Dalam penerapan teori Betty Newman aspek pengkajiannya sudah secara holistik yang
meliputi : aspek perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek social-
kulturas, serta aspek spiritual. Dalam pengelolaannya pun Teori Betty Newman sudah
membuat tingkatan intervensi dengan melihat garis pertahanan klien (komunitas) yang
terganggu, fleksibel (intervensi primer), normal (intervensi sekunder), dan resisten
(intervensi tertier).
Aspek perkembangan lansia. Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi menjadi 3
kelompok yaitu : 1) Usia 45-55 tahun disebut sebagai pralansia, 2) Usia 56-66 tahun
disebut sebagai lansia madya, dan Usia > 60 tahun disebut sebagai lansia akhir. Secara
teoritis setelah seseorang berusia 30 tahun maka fungsi tubuh akan mengalami
kemunduran sebanyak 1% tiap tahunnya. Berdasarkan usianya lansia akan mengalami
proses degeneratif yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi tubuhnya,
sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental, sosial, ekonomi dan kemampuan
produktivitasnya. Dalam menghadapi proses penuaan dan perawatan terhadap masalah
kesehatannya, lansia memerlukan bantuan dan dukungan dari keluarga (family care
giver). Dari hasil penelitian lansia yang dirawat oleh keluarganya sebanyak 94%,
sebanyak 2% lansia di rawat oleh tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang
merawat.
Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang pernah
mendapatkan informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%, sedangkan sebanyak
77% lansia belum pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM. Kurangnya
informasi yang didapat menyebabkan sebanyak 91% lansia memiliki pengetahuan
tentang DM yang rendah, sebanyak 72% lansia memiliki sikap yang negatif terhadap
perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia memiliki perilaku yang negatif terhadap
penyakit DM.
Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan pasti
akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya proses degeneratif
tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian DM, secara teoritis kejadian
DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan banyak faktor beberapa
diantaranya adalah karena penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi hormon
insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa dan lain sebagainya. Salah satu cara
untuk menurunkan faktor resiko DM pada lansia adalah dengan beraktivitas, bisa
dengan tetap bekerja maupun dengan berolah raga. Hasil penelitian menunjukkan
aktivitas lansia yang masih bekerja sebanyak 39%, sedangkan yang tidak bekerja
sebanyak 61%, dalam hal olah raga sebanyak 42% lansia melakukan oleh raga secara
rutin dan sebanyak 58% lansia tidak melakukan olah raga secara rutin. Setelah
dilakukan pengkajian tentang resiko DM pada lansia dari hasil penelitian didapatkan
sebanyak 76% lansia kondisinya sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena
DM dan sebanyak 4% lansia menderita DM.
Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini mendasari apakah
dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan atau tidak, dan
membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke pelayanan kesehatan mendasari tingkat
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia
tentang DM sebanyak 7% lansia mengatakan DM merupakan penyakit ringan tidak
harus segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia mengatakan DM merupakan penyakit
berat yang harus segera ditangani. Dalam hal kondisi psikologis, sebanyak 41% kondisi
psikologis lansia negatif dan sebanyak 59% kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan
kesehatan yang ada dan sebanyak 2% lansia merasa kurang puas dengan pelayanan
kesehatan.
Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang
diwariskan secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan
masyarakat. Budaya mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan
terhadap praktik kesehatan dan pemilihan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian
didapatkan sebanyak 11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang bertentangan
dengan kesehatan, dan sebanyak 89% lansia memiliki budaya sesuai dengan kesehatan.
dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan sebanyak 83% lansia mempercayai
pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak mempercayai.
Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap orang akan
menunjukkan respon yang berbeda-beda. Agama merupakan aspek penting yang
dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan batin dalam
menghadapi permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada lansia harusnya
mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan usia, karena sejalan dengan
teori perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan
manusia, dimana manusia mengalami pertumbuhan, perkembangan dan akhirnya
mati. Semakin tua seseorang maka masalah kesehatan akan semakin kompleks dan
lebih dekat dengan kematian. Hal ini sejalan dengan temuan pada hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa sebanyak 100% lansia beragama islam, sebanyak 96%
lansia melaksanakan ibadah secara rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam
kegiatan keagamaan yang ada dilingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Zakieh. 2017. Penerapan model sistem Betty Neuman dalam asuhan keperawatan
pasien/ klien dengan multiple sclerosis.

Anda mungkin juga menyukai