Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II

KONSEP DASAR RETINOBLASTOMA

DOSEN PENDAMPING

Ns. Cindy Puspita Sari Haji Jafar, S. Kep., M. Kep

DISUSUN OLEH
KELAS B | KELOMPOK 4
Noor Andini Caesar Lutfianingrum Sanau 841419089
Sabrina Auliya Monoarfa 841419088
Sitti Nurhasanah Djailani 841419081
Fajrah A. Abas 841419069
Nur Riskiana 841419053
Asyulni Almaida Adjid 841419075
Isniyati Yasin 841419057
Siti Nur Mahfirah Tome 841419063
Rivandi Halid 841419085

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada
keluarga, sahabat, kerabat beliau sekalian.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul “Konsep Dasar
Retinoblastoma” dapat selesai sesuai waktu yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Cindy Puspita Sari Haji Jafar, S. Kep., M. Kep , selaku dosen
pendamping Universitas Negeri Gorontalo
2. Kedua orang tua.
3. Teman teman sekalian
Yang mana telah memberikan dukungan, bantuan, beserta dorongan
semangat agar makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber
yang lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan
tulisan ataukata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Gorontalo, November 2021

Kelompok 4
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor primer mata yang paling umum pada
anak-anak, disebabkan oleh kelainan genetik yang melibatkan gen
supresor tumor RB1 (CLINICAL OVERVIEW, 2021).

B. Etiologi
1. Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi genetik yang mengakibatkan
hilangnya fungsi kedua alel gen supresor tumor RB1 (retinoblastoma)
yang terletak pada pita 13q14.2
2. Retinoblastoma yang dapat diturunkan (germline)
Retinoblastoma yang dapat diturunkan (germline) disebabkan oleh 2
kelainan terpisah pada gen RB1 (yaitu, hipotesis 2-hit). Mutasi
germline hadir di semua sel konstitusional tubuh menyebabkan varian
patologis pertama dalam 1 alel RB1. Mutasi germline yang diwariskan
dari orang tua adalah asal dari sekitar 25% pasien. Mutasi sporadis de
novo pada sel germinal adalah asal pada sekitar 75% pasien. Mutasi sel
germinal de novo biasanya berasal dari germline paternal. Peristiwa
somatik dalam sel retina tunggal kemudian dalam perkembangan
menyebabkan mutasi pada alel RB1 kedua. Varian patologis germline
dan somatik ada di sel tumor.Kombinasi varian patologis germline dan
kejadian somatik menyebabkan 2 alel RB1 patologis dan inaktivasi
produk supresor tumor gen, sehingga memungkinkan retinoblastoma
berkembang.
3. Kasus herediter bertanggung jawab untuk semua retinoblastoma
bilateral, retinoblastoma multifokal unilateral, dan sekitar 10%
penyakit unilateral. Retinoblastoma yang tidak diwariskan (somatik).
Kedua varian RB1 patologis terjadi karena peristiwa mutasi
spontan dalam sel retina tunggal. Varian patologis somatik alel RB1 tidak
ada dalam sel konstitusional (misalnya, darah tepi). Kadang-kadang,
pasien dengan penyakit mengembangkan varian RB1 patologis pertama
selama perkembangan embrio, menghasilkan mosaik sel konstitusional
untuk varian RB1 patologis pertama. Sebagian kecil dari pasien ini tidak
memiliki mutasi RB1, dan amplifikasi onkogen MYCN bertanggung
jawab atas manifestasi penyakit. Kasus nonherediter bersifat unilateral dan
unifokal (CLINICAL OVERVIEW, 2021).

C. Manifestasi Klinik
− Leukokoria (refleks pupil putih, kadang terlihat pada foto)
− Strabismus
Manifestasi okular lainnya yang kurang umum meliputi:
− Penglihatan berkurang (dapat bermanifestasi dengan kecanggungan,
tidak mengikuti gerakan dengan mata, atau menyipitkan mata)
− Proptosis 12
− Fotofobia atau sakit mata
− Eritema konjungtiva
− Eritema periorbita
− Perubahan warna iris
− Nistagmus
Gejala sugestif penyakit metastasis (CLINICAL OVERVIEW,
2021) :
− Gangguan neurologis (tentang keterlibatan sistem saraf pusat)
− Perubahan status mental
− Sakit kepala atau muntah
− Gejala konstitusional :
− Penurunan berat badan
− Anoreksia
− Kelelahan

D. Patofisiologi
Gen RB1 merupakan tumor supresor pertama yang dikloning. RB1
tersusun dari 183 kilobase DNA genomic, 27 exons dan kode untuk 110
kd protein p110, dengan 928 asam amino. Pengaturan transkripsi dan
proliferasi sel berhubungan dengan fosforilasi protein RB. Yang terlibat
dalam proses tersebut adalah E2F1, faktor transkripsi yang mengatur
siklus sel selama G1, histone deasetilase 1, dan downstream cell-cycle-
speific kinases. Hilangnya pRB mengakibatkan sel-sel lepas kendali dan
mitosis (Lanzkowsky 2016).
Patogenesis retinoblastoma diidentifikasi dengan mempelajari
retinoblastoma herediter. Diketahui bahwa 40% dari pasien retinoblastoma
merupakan retinoblastoma herediter, dengan predisposisi menghasilkan
tumor yang disebar sebagai dominan autosom. Carrier dari retinoblastoma
mempunyai risiko membentuk retinoblastoma multilateral dibandingkan
dengan populasi umum, dan meningkatkan risiko terkena penyakit
osteosarkoma dan soft-tissue sarcomas. Sedangkan 60% dari pasien
retinoblastoma muncul secara sporadis atau non herediter (selalu mengenai
salah satu mata pasien) dan retinoblastoma non herediter tidak ada risiko
terkena kanker yang lain.
Retinoblastoma dapat terjadi secara herediter dan non herediter,
Knudson mengajukan hipotesis “two-hit” onkogenesis. Dari segi
molekuler, hipotesis Knudson berbunyi:
a) Dua mutasi melibatkan alel dari RB pada kromosom 13q14
dibutuhkan untuk membentuk retinoblastoma.
b) Kasus herediter, anak-anak menerima salah satu kopian gen RB yang
defek (first hit) dan kopian lainnya normal. Retinoblastoma
berkembang ketika alel RB normal bermutasi di retinoblast sebagai
akibat dari mutasi somatik spontan (second hit). Dikarenakan second
hit tidak dapat dihindari di bagian kecil pada retinoblast, mayoritas
individu mewariskan salah satu alel RB yang defek membentuk
retinoblastoma unilateral atau bilateral, dan retinoblastoma herediter
diwariskan dalam dominan autosom.
c) Kasus non herediter, baik alel RB normal harus bermutasi somatik
pada retinoblast yang sama (two hits). Probabilitas kejadian tersebut
rendah (menjelaskan mengapa retinoblastoma merupakan tumor yang
jarang pada populasi secara umum), tapi pada akhirnya tetap sama:
sel retina yang kehilangan fungsi RB dan menjadi kanker
(pandey,2014)
Banyak faktor lingkungan seperti kerusakan DNA, termasuk sinar
kosmik, sinar X, virus DNA, iradiasi ultraviolet dan merokok. Kerusakan
DNA dapat berupa point mutation, delesi, promotor metilasi menutup
ekspresi RB1, dan yang paling langka kromotripsis. Mayoritas mutasi
RB1 muncul secara de novo, khas pada pasien atau keluarga spesifik
(Robbins & Cotran, 2015).
Hilangnya seluruh alel RB1 hanya mengakibatkan retinoma,
sebuah tumor precursor jinak menuju retinoblastoma, dan gen lain
bermodifikasi sehingga mempercepat perjalanan menjadi kanker. Selain
itu, 2% dari pasien Rb unilateral mempunyai RB1 normal dan disebabkan
oleh gen-gen lain (Soliman et all, 2017).

E. Klasifikasi
Terdapat beberapa cara pembagian penyakit, terpraktis untuk
kepentingan terapi, retinoblastoma dibagi menjadi: intraokular dan
ekstraokular (Kemenkes 2015).
− Intraokular : retinoblastoma terlokalisir di dalam mata, dapat terbatas
pada retina saja atau melibatkan bola mata; namun demikian tidak
berekstensi keluar dari mata kearah jaringan lunak sekitar mata atau
bagian lain dari tubuh. Angka bebas penyakit (DFS) selama 5 tahun :
>90%
− Ekstraokular : retinoblastoma telah melakukan ekstensi keluar dari
mata. Dapat terbatas pada jaringan lunak di sekitar mata, atau telah
menyebar, umumnya ke sistem saraf pusat, sumsum tulang, atau
kelenjar getah bening. Angka bebas penyakit selama 5 tahun : <10%.
F. Prognosis
Retinoblastoma adalah tumor yang tumbuh cepat dengan potensi
untuk berlipat ganda tanpa pengobatan dalam waktu sekitar 15 hari.
Tumor tumbuh ke arah rongga vitreous (pertumbuhan endofit) atau ke
dalam ruang subretinal (pertumbuhan eksofitik). Penyebaran terjadi pada
koroid di bawahnya, saraf optik, dan segmen anterior (misalnya, iris,
trabecular meshwork, kanal Schlemm), dan penyemaian terjadi ke ruang
vitreous dan subretinal dengan pertumbuhan tumor yang berlanjut.
Metastasis terjadi melalui invasi langsung saraf optik atau ruang
subarachnoid ke otak dan meningen dan/atau penyebaran hematogen ke
organ yang jauh (misalnya sumsum tulang, tulang, paru-paru, hati).
Nekrosis tumor yang luas dan nekrosis jaringan intraokular dapat
menyebabkan inflamasi okular, selulitis orbita aseptik, dan phthisis bulbi
(penyusutan seluruh mata). Penyakit lanjut berhubungan dengan selulitis
orbita, glaukoma, pembesaran mata, proptosis, perdarahan intraokular, dan
keterlibatan bilik mata depan. Kelangsungan hidup dan potensi
penyelamatan penglihatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit
pada presentasi.
Retinoblastoma tetap intraokular dan dapat disembuhkan hingga 3
- 6 bulan setelah tanda pertama leukokoria. Faktor utama yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dan potensi penyelamatan penglihatan
untuk penyakit yang diturunkan dan tidak diturunkan adalah keterlambatan
dalam diagnosis. Keterlambatan diagnosis lebih dari 6 bulan dari tanda
klinis awal dikaitkan dengan kematian 70%. Pasien yang lebih muda dari 1
tahun (lebih mungkin untuk memiliki retinoblastoma bilateral yang terkait
dengan mutasi germline RB1) didiagnosis pada tahap lebih awal dan
kurang membutuhkan enukleasi dibandingkan mereka yang didiagnosis
pada usia yang lebih tua; namun, tidak ada perbedaan dalam kelangsungan
hidup
Faktor-faktor yang terkait dengan prognosis yang lebih buruk
meliputi (CLINICAL OVERVIEW, 2021) :
− Tumor lebih besar dari 3 mm dan berdekatan (dalam 1,5 mm) dari
pusat fovea atau tepi diskus optikus; terkait dengan kelangsungan
hidup okular yang lebih buruk daripada tumor lokal yang lebih kecil
atau tumor yang jauh dari struktur okular kritis
− Tumor di tepi saraf optik yang ditranseksi; terkait dengan tingkat
kematian yang sangat tinggi (hingga 80%)
− Ekstensi ke lamina cribrosa; membawa tingkat kematian 29%,
sedangkan perluasan tumor ke posterior ke lamina cribrosa
membawa tingkat kematian 42%
− penyakit sistem saraf pusat; prognosisnya suram meskipun telah
diobati
− Penyakit metastasis hematogen ekstrakranial; fatal secara universal
meskipun telah diobati
− Penyemaian subretina atau vitreous; membawa risiko tinggi
kekambuhan

G. Pemeriksaan Penunjang
a) USG orbita
USG orbita biasanya digunakan untuk menentukan ukuran tumor.
USG orbita dapat juga mendeteksi kalsifikasi diantara tumor dan
berguna untuk menyingkirkan diagnose Coat’s disease.
b) CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI orbita dan kepala, sangat berguna untuk
mengevaluasi seluruh komponen mata, dan keterlibatan SSP. CT-scan
dapat mendeteksi klasifikasi sedangkan MRI tidak bisa. MRI lebih
berguna dalam evaluasi nervus. optikus, deteksi Rb trilateral dan Rb
ekstraokular.
c) Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
Aspirasi dan biopsi serta lumbal fungsi sangat disarankan untuk
pemeriksaan sitologi apabila ada penyebaran ekstraokuler.

H. Penatalaksanaan
Terapi retinoblastoma berdasarkan prinsip umum bertujuan untuk
menghilangkan tumor dan menyelamatkan nyawa penderita,
mempertahankan penglihatan bila memungkinkan, menyelamatkan mata,
menghindari tumor sekunder yang dapat juga disebabkan karena terapi
terutama pada anak yang mengalami retinoblastoma yang diturunkan.
Faktor terpenting yang menentukan pemilihan terapi meliputi apakah
tumor pada satu mata atau kedua mata, bagaimana penglihatannya, dan
apakah tumor telah meluas keluar bola mata. Hasil terapi akan lebih baik
bila tumor masih terbatas dalam mata dan akan memburuk bila tumor telah
menyebar. Berdasarkan stadium tumor, terapi yang dapat digunakan yaitu:
a. Kemoterapi
Kemoterapi atau kemoreduksi telah menjadi bagian tidak
terpisahkan dari manajemen retinoblastoma. Apabila penyakitnya
sudah menyebar ke bagian ekstraokuler, kemoterapi merupakan
terapi yang sangat dianjurkan. Obat kemoterapi yang digunakan
yaitu carboplatin, cisplatin, etoposid, teniposid, siklofosfamid,
ifosfamid,vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini dikombinasikan
dengan idarubisin. Dosis Vincristine 1,5 mg/m22 (0,05 mg/kg pada
anak <36 bulan dan dosis maksimum <2mg), Etoposide 150 mg/m
(5 mg/kg untuk anak <36 bulan), carboplatin 560 mg/m2 (18,6
mg/kg untuk anak <36 bulan).
b. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata biasanya dilakukan
beberapa minggu setelah prosedur enukleasi untuk meminimalkan
efek kosmetik. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma,
invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila
terapi lokal tidak dapat di evaluasi karena katarak atau gagal untuk
mengikuti pasien secara lengkap atau teratur.
c. External Beam Radiation Therapy (EBRT)
External Beam Radiation Therapy (EBRT), yang dahulu menjadi
terapi pilihan pada retinoblastoma, kini diindikasikan apabila
kemoterapi primer dan terapi lokal gagal atau terjadi kontraindikasi
(Pandey 2013).
d. Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)
Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi
penyelamatan mata dimana terapi penyelamatan bola mata gagal
untuk menghancurkan semua tumor aktif dan sebagai terapi utama
terhadap beberapa anak dengan ukuran tumor relatif kecil sampai
sedang.
e. Kryo dan fotokoagulasi
Teknik digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5
mm). Cara ini sudah banyak digunakan dan dapat dilakukan
beberapa kali sampai kontrol lokal tercapai. Kryoterapy biasanya
menggunakan probe yang sangat dingin untuk membekukan dan
mematikan tumor.Sementara fotokoagulasi menggunakan laser
argon atau xenom untuk mematikan tumor.

I. Komplikasi
Retinoblastoma dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Beberapa
di antaranya adalah
 Ablasi retina.
Ablasio retina (retinal detachment) merupakan suatu keadaan
terpisahnya sel kerucut dan batang dari sel epitel pigmen retina.
Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membrane Brunch. Antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau
pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial
untuk lepas secara embriologis. (Sidarta Ilyas, ed.5. 2018).
 Perdarahan dalam bola mata
 Glaukoma.
Glaucoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris
terdorong atau menonjol kedepan mata outflow humor akuos
akan terhambat, keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intraocular. Jika penutupan sudut terjadi secara
mendadak maka gejala yang ditimbulkam sangat berat seperti:
nyeri pada mata, sakit kepala, pandangan kabur, haloe, mual,
dan muntah.
 Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya (selulitis orbita).
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang
terletak posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus
selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena sinusitis
bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain
demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis,
kemosis hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan
bola mata.    
 Bola mata berkerut dan tidak berfungsi normal (phthisis bulbi).

J. Pencegahan
 Uji semua anggota keluarga yang berisiko (misalnya, saudara
kandung, sepupu, orang tua, keturunan) dari pasien dengan
retinoblastoma herediter untuk varian patologis RB1
 Beri tahu pasien dengan mutasi RB1 germline yang diwariskan
tentang risiko memiliki keturunan yang terpengaruh dengan mutasi
RB1. Risiko bahwa keturunannya akan mewarisi mutasi RB1 dari
orang tua yang terkena adalah 50%
 Tawarkan diagnosis praimplantasi kepada orang tua dengan varian
patologis RB1 yang diketahui dapat diwariskan
 Janin dengan tes genetik positif untuk mutasi germline RB1 familial
 Pertimbangkan pengiriman elektif pada usia kehamilan 36 minggu
untuk memungkinkan deteksi dini dan pengobatan tumor kecil
 Skrining prenatal dengan ultrasonografi pada anak-anak berisiko
dapat mendeteksi tumor intraokular besar sedini 33 minggu
kehamilan (CLINICAL OVERVIEW, 2021).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Jenis kelamin : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Retinoblastoma
2. Identitas orang tua
Nama : Tidak Terkaji
Usia : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
Anak dengan retinoblastoma akan mengalami serangkaian
gangguan pada penglihatan seperti strabismus, leukocoria,
penglihatan yang berkurang, fotofobia, eritema, hingga
nystagmus.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak terkaji
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anak dengan retinoblastoma bisa ditemukan pada ibu atau ayah
yang mengalami retinoblastoma pula.
5. Prenatal care
Tidak terkaji
6. Natal
Tidak terkaji
7. Post natal
Tidak terkaji
8. Pola Kebutuhan Dasar
a. Aktifitas /istirahat
Anak dengan retinoblastoma akan sulit melakukan aktivitas
sehari-hari karena gangguan pada penglihatan
b. Eliminasi
Tidak terkaji
c. Makanan/cairan
Tidak terkaji
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tidak terkaji
b. Tanda-tanda Vital
HR : Tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
TD : Tidak terkaji
c. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : Tidak terkaji
b) Wajah : Tidak terkaji
c) Mata : Terdapat eritema konjungtiva dan periorbita,
nystagmus, dan strabismus
d) Hidung : Tidak terkaji
e) Mulut : Tidak terkaji
2) Leher : Tidak terkaji
3) Dada/pernapasan : Tidak terkaji
4) Jantung : Tidak terkaji
5) Abdomen : Tidak terkaji
6) Genitourinaria : Tidak terkaji
7) Ekstermitas : Tidak terkaji
8) Integumen : Tidak terkaji
9) Neurologi : Tidak terkaji
1. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terkaji
B. PATHWAY
Faktor Keturunan, Faktor
Lingkungan : virus,zat
kimia,radiasi
Endofitik Eksofitik

Tumor ke dalam Retinoblastoma Tumor Keluar


lapisan retina

Leukokoria
Strabismus

Penurunan Lapang
Kerusakan berat Pandang
pada mata

Metastase Gangguan
Operasi pengangkatan Penglihatan
bola mata
Masuk ke kelenjar DX . RESIKO
limfa pre artikuler Perubahan dalam Kerusakan CEDERA
penampilan penglihatan
Kemoterapi
DX. GANGGUAN DX. HAMBATAN
DX. NYERI CITRA TUBUH MOBILITAS FISIK
AKUT
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Tabel PES

PROBLEM: DS/DO ETIOLOGI SYMTHOM


Data Subjektif Faktor keturunan, factor lingkungan
- Mengeluh nyeri (virus, zat kimia, radiasi)
kepala ↓
Retinoblastoma
Data Objektif ↓
- Tampak meringis Endofitik & eksofitik
- Bersikap protektif ↓
- Gelisah Tumor ke dalam & keluar lapisan
- Sulit tidur retina
- Nafsu makan ↓
berubah Leukokoria & Strabismus
Nyeri Akut
- Proses berpikir ↓
(D.0077)
terganggu Kerusakan berat pada mata

Metastase

Masuk ke kelenjar limfa pre
artikuler

Kemoterapi

Nyeri Akut

Data Subjektif: Faktor keturunan, factor lingkungan


- Enggan melakukan (virus, zat kimia, radiasi)
pergerakan ↓ Gangguan
- Merasa cemas saat Retinoblastoma Mobilitas
bergerak ↓ Fisik (D.0054)
Data Objektif: Endofitik & eksofitik
- Rentang gerak ↓
(ROM) menurun Tumor ke dalam & keluar lapisan
- Gerakan tidak retina
terkoordinasi ↓
- Gerakan terbatas Leukokoria & Strabismus

Kerusakan berat pada mata

Operasi pengangkatan bola mata

Kerusakan penglihatan

Gangguan Mobilitas Fisik
Data Subjektif: Faktor keturunan, factor lingkungan
- Mengungkapkan (virus, zat kimia, radiasi)
kecacatan/kehilang ↓
an bagian tubuh Retinoblastoma
- Mengungkapkan ↓
Gangguan
perubahan gaya Endofitik & eksofitik
Citra Tubuh
hidup ↓
(D.0083)
Data Objektif: Tumor ke dalam & keluar lapisan
- Kehilangan bagian retina
tubuh ↓
- Fungsi/struktur Leukokoria & Strabismus
tubuh ↓
berubah/hilang Kerusakan berat pada mata
- Menyembunyikan ↓
bagian tubuh Operasi pengangkatan bola mata

secara berlebihan Perubahan dalam penampilan

Gangguan Citra Tubuh
Faktor Risiko: Faktor keturunan, factor lingkungan
- Perubahan sensasi (virus, zat kimia, radiasi)
(gangguan ↓
penglihatan) Retinoblastoma

Eksofitik
Risiko Cedera

(D.0136)
Keluar lapisan retina

Strabismus

Penurunan lapang pandang

Gangguan penglihatan

Risiko Cedera

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
3. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
4. Risiko Cedera (D.0136)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
D. RENCANA INTERVENSI

No. DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI RASIONAL


Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi
1.
Kategori : Psikologis Setelah di lakukan Definisi : Mengidentifikasi dan - Untuk mengetahui lokasi,
Subkategori: Nyeri dan tindakan keperawatan mengelola pengalaman sensorik karakteristik, durasi,
Kenyamanan selama 3x24 jam atau emosional yang berkaitan frekuensi, kualitas,
Definisi : diharapkan Tingkat Nyeri dengan kerusakan jaringan atau Intensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau dapat membaik dengan fungsional dengan onset mendadak - Untuk mengetahui skala
emosional yang berkaitan dengan kriteria hasil : atau lambat dan berintensitas nyeri
kerusakan jaringan actual atau 1. Keluhan nyeri ringan hingga berat dan konstan. - Untuk mengetahui respons
fungsional, dengan onset Menurun Tindakan : nyeri non verbal
mendadak atau lambat dari 2. Meringis Observasi - Untuk mengetahui faktor
berintensitas ringan hingga berat Menurun - Identifikasi lokasi, yang memperberat dan
yang berlangsung kurang dari tiga 3. Sikap protektif karakteristik, durasi, memperingan nyeri
bulan. menurun. frekuensi, kualitas, - Untuk mengetahui
4. Gelisah Menurun Intensitas nyeri pengetahuan dan
Gejala dan Tanda Mayor : 5. Kesulitan tidur - Identifikasi skala nyeri keyaninan klien tentang
Subjektif menurun - Identifikasi respons nyeri nyeri
- Mengeluh nyeri 6. Menarik diri - Untuk mengetahui
Objektif menurun non verbal pengaruh budaya terhadap
- Tampak meringis 7. Berfokus pada diri - Identifikasi faktor yang respon nyeri
- Bersikap protektif (mis, sendiri menurun. memperberat dan - Untuk mengetahui
waspada, posisi 8. Diaforesis memperingan nyeri pengaruh nyeri pada
menghindari nyeri) Menurun - Identifikasi pengetahuan kualitas hidup
- Gelisah 9. Perineum terasa dan keyaninan tentang nyeri - Untuk mengetahui
- Frekuensi nadi meningkat tertekan Menurun - Identifikasi pengaruh keberhasilan terapi

- Sulit tidur 10. Ketegangan otot budaya terhadap respon komplementer yang sudah
menurun nyeri diberikan
Gejala dan Tanda Minor : 11. Frekuensi nadi - Identifikasi pengaruh nyeri - Untuk mengetahui efek
Subjektif membaik pada kualitas hidup samping penggunaan
(tidak tersedia) 12. Pola napas - Monitor keberhasilan terapi analgetik
Objektif membaik komplementer yang sudah Terapeutik
- Tekanan darah 13. Proses berfikir diberikan - Untuk mengurangi rasa
meningkat membaik - Monitor efek samping nyeri dengan teknik
- Pola napas berubah 14. Focus membaik penggunaan analgetik nonfarmakologis.
- Nafsu makan berubah 15. Fungsi berkemih Terapeutik - Agar lingkuan lebih
membaik - Berikan teknik terkontrol untuk
- Proses berfikir
16. Nafsu makan mengurangi faktor nyeri
terganggu nonfarmakologis untuk
Membaik yang di pengaruhi oleh
mengurangi rasa nyeri (mis.
- Menarik diri 17. Pola tidur TENS, hipnosis, akupresur, lingkungan
- Berfokus pada diri Membaik. terapi musik, biofeedback, - Agar kualitas istirahat dan
sendiri terapi pijat, aromaterapi, tidur klien membaik.
- Diaphoresis. teknik imajinasi terbimbing, - Untuk mengetahui jenis
kompres hangat/dingin, dan sumber nyeri dalam
terapi bermain) pemilihan strategi
- Kontrol lingkungan yang meredakan nyeri
memperberat rasa nyeri Edukasi
(mis. Suhu ruangan, - Memberikan informasi
pencahayaan, kebisingan) terkait penyebab, periode,
- Fasilitasi istirahat dan tidur dan pemícu nyeri
- Pertimbangkan jenis dan - Untuk menginfomasikan
sumber nyeri dalam strategi meredakan nyeri
pemilihan strategi - Memberikan informasi
meredakan nyeri untuk memonitor nyeri
Edukasi secara mandiri
- Jelaskan penyebab, periode, - Untuk menginfomasikan
dan pemícu nyeri penggunaan analgetik
- Jelaskan strategi meredakan secara tepat
nyeri - Untuk menginfomasikan
- Anjurkan memonitor nyeri teknik nonfarmakologis
secara mandiri untuk mengurangi rasa
- Anjurkan menggunakan nyeri
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi (I.06171) Observasi
2.
(D.0054) Setelah di lakukan Definisi : Memfasilitasi pasien - Untuk menilai adanya
Kategori : Fisiologis tindakan keperawatan untuk meningkatkan aktivitas dan skala nyeri
Subkategori : selama 3x24 jam Mobilitas berpindah - Untuk mengurangi
Aktivitas/Istirahat fisik meningkat dengan Tindakan masalah yang terjadi
Definisi kriteria hasil: Observasi aktibat pergerakan
Keterbatasan dalam gerakan fisik 1. Pergerakan - Idenifikasi adanya nyeri berlebih
dari satu atau lebih ekstremitas ekstremitas atau keluhan fisik lainnya - Untuk mengetahui
secara mandiri meningkat - identifikasi toleransi fisik frekuensi jantung dan
Penyebab 2. Kekuatan otot melakukan ambulasi tekanan darah
1.Perubahan metabolisme meningkat - Monitor frekuensi jantung - Untuk memonitor
2. penurunan masa otot 3. Rentang gerak dan tekanan darah sebelum perubahan kondisi
3. Kekuan sendi (ROM) meningkat melakukan ambulasi pasien
4. Kontraktur 4. Nyeri menurun - monitor kondisi umum Terapeutik
5. Malnurtrisi 5. Kecemasan selama melakukan ambulasi - Untuk mengurangi
6. Efek agen farmakologis menurun Terapeutik fraktur
7. Program pembatas gerak 6. Gerakan terbatas - Fasilitasi aktifitas ambulasi Edukasi
8. Nyeri menurun dengan alat bantu - Agar pasien
7. Kelemahan fisik (misalnya. Tongkat,kruk) mengetahui tujuan dan
Gejala dan Tanda Mayor menurun - Fasilitasi melakukan prosedur ambulasi
Subjektif
mobilitas fisik, Jika perlu - Untuk mencegah
- Mengeluh sulit
- Libatkan keluarga untuk terjadi masalah yang
menggerakkan ekstremitas lebih parah
membantu pasien dalam
Objektif
meningkatkan ambulansi
- Kekuatan otot menurun
Edukasi
- Rentang gerak ROM - Jelaskan tujuan dan
menurn prosedur ambulasi
- Anjurkan Melakukan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Ambulasi dini
- Nyeri saat bergerak - Ajarkan ambulasi sederhana
- Merasa cemas saat yang harus dilakukan
bergerak ( misalnya berjalan dari
Objektif tempat tidur ke kursi roda,
- Sendi kaku berjalan dari tempat tidur ke
- Gerakan tidak kamar mandi, Berjalan

terkoordinasi sesuai toleransi)

- Gerakan terbatas Dukungan Mobilisasi (I. 05173) Observasi :

- Fisik lemah Definisi : Memfasilitasi pasien - Untuk mengidentifikasi


untuk meningkatkan aktiviats adanya nyeri atau
pergerakan fisik keluhan fisik lainnya
Tindakan - Untuk
Observasi : mengiidentifikasi
- Identifikasi adanya nyeri toleransi fisik
atau keluhan fisik lainnya melakukan pergerakan
- Identifikasi toleransi fisik - Untuk memonitor
melakukan pergerakan frekuensi jantung dan
- Monitor frekuensi jantung tekanan darah sebelum
dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum - Untuk memonitor
Selma amelkukan kondisi umum Selma
mobilsiasi amelkukan mobilsiasi
Terapeutik Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas - Untuk memfasilitasi
mobilisasi dengna alat aktivitas mobilisasi
bantu mis. Oagar temoat dengna alat bantu mis.
tidur Oagar temoat tidur
- Fasilitasi melakukan - Untuk menngetahui
pergerakan Fasilitasi melakukan
- Libatkan keluarga untik pergerakan
membantu pasien dalam - Untuk menngetahui
meningkatkan pergerakan Libatkan keluarga
Edukasi : untik membantu pasien
- Jelasan tujuan dan prosedur dalam meningkatkan
mobilisasi pergerakan
- Anjurkan melkuakn Edukasi :
mobilisais dini - Untuk menjelaskan
tujuan dan prosedur
- Ajarkan mobilisais mobilisasi
sederhana yang harus di - Untuk menganjurkan
lakukan. Duduk di tempat melkuakn mobilisais
tidur, di sisi tempat tidur, dini
pindah dari tempat tidur - Untuk mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus di lakukan.
Duduk di tempat tidur,
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur
3. Gangguan Citra Tubuh Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra Tubuh (I.09305) Observasi :
(D.0083) Setelah melakukan Definisi : Meningkatkan perbaikan - Mengetahui harapan citra
Kategori : Psikologis tindakan keperawatan perubahan presepsi terhadap fisik tubuh pasien sesuai
Subkategori : Integritas Ego selama 3x24 jam maka pasien. perkembangan
Definisi : Citra Tubuh pada pasien Observasi : - Mengetahui apakah pasien
Pertahanan persepsi tentang dapat meningkat, dengan - Identifikasi harapan citra tubuh dapat melihat perubahan
penampilan, struktur dan fungsi Kriteria hasil : berdasarkan tahap pada tubuhnya
fisik individu. 1. Verbalisasi perkembangan Terapeutik :
perasaan negatif - Identifikasi budaya, agama, - Menyampaikan kepada
Gejala dan Tanda Mayor tentang perubahan jenis kelamin, dan umur terkait pasien secara baik baik
Subjektif : tubuh menurun citra tubuh mengenai penampilan
- Mengungkapkan 2. Verbalisasi - Identifikasi perubahan citra fisik terhadap harga diri
kecacatan / kehilangan kekhawatiran pada tubuh yang mengakibatkan - Agar pasien tahu jika
bagian tubuh penolakan/reaksi isolasi sosial stress dapat
Objektif : orang lain menurun Terapeutik : mempengaruhi citra tubuh
- Kehilangan bagian tubuh 3. Verbalisasi - Diskusikan perubahan tubuh - Mengetahui bagaimana
- Fungsi / struktur tubuh perubahan gaya dan fungsinya cara pandang pasien dan
berubah / hilang hidup menurun - Diskusikan perbedaan keluarga terhadap
4. Fokus pada bagian penampilan fisik terhadap perubahan citra tubuh
Gejala dan Tanda Minor tubuh menurun harga diri Edukasi :
Subjektif : 5. Fokus pada - Diskusikan cara - Keluarga merupakan
- Tidak mau penampilan masa mengembangkan harapan citra dukungan pertama bagi
mengungkapkan lalu menurun tubuh secara realistis pasien sehinnga keluarga
kecacatan / kehilangan 6. Melihat bagian - Diskusikan presepsi pasien dan harus mengetahui
bagian tubuh tubuh membaik keluarga tentang perubahan bagaimana cara merawat
- Mengungkapkan perasaan 7. Verbalisasi citra tubuh tubuh pasien tentang perubahan
negatif tentang perubahan kecacatan bagian Edukasi : citra tubuh.
tubuh tubuh membaik - Anjurkan menggunakan alat - Pasien dapat
- Mengungkapkan 8. Verbalisasi bantu mengungkapakan
kekhawatiran pada kehilangan bagian - Anjurkan mengikuti kelompok gamabaran dirinya
penolakan/reaksi Orang tubuh membaik pendukung terhadap peruabahan citra
lain 9. Respon nonverbal - Latih peningkatan penampilan tubuh
- Mengungkapkan pada perubahan diri - Untuk memudahkan
perubahan gaya hidup tubuh membaik kegiatan pasien
Objektif : 10. Hubungan sosial - Untuk menilai
- Menyembunyikan / membaik bagaiamana fungsi
menunjukkan bagian tubunya melakukannya
tubuh secara berlebihan
- Menghindari melihat
dan /atau menyentuh
bagian tubuh
- Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh
- Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi
tubuh
- Fokus pada penampilan
dan kekuatan masa lalu
- Hubungan sosial
perubahan
4. Risiko Cedera (D.0136) Tingkat Cedera Pencegahan Cedera (I.14537) Observasi :
Kategori : Lingkungan (L.14136) Definisi : Mengidentifikasi dan me - Untuk mengetahui
Subkategori: Keamanan dan Setelah melakukan nurunkan risiko mengalami bahaya lingkungan yang
Proteksi tindakan keperawatan atau kerusakan fisik berpotensi terjadinya
Definisi : selama 3x24 jam maka Tindakan cedera
Berisiko mengalami bahaya atau Tingkat cedera pada pasien Observasi : - Untuk menghindarkan
kerusakan fisik yang menyebabka dapat meningkat, dengan - Identifikasi lingkungan yang pasien dari bahaya obat
n seseorang tidak lagi sepenuhnya Kriteria hasil : berpotensi menyebabkan ce yang berpotensi
sehat atau dalam kondisi baik 1. Kejadian cedera dera menyebabkan cedera
menurun - Identifikasi obat yang berpot Terapeutik :
Faktor Risiko 2. Luka/lecet ensi menyebabkan cedera - Agar pasien dan keluarga
Eksternal : ketegangan otot Terapeutik : mampu memahami
- Terpapar pathogen menurun - Sediakan pencahayaan yang lingkungan apa saja yang
- Terpapar zat kimia memadai rawan menyebabkan
- Terpapar agen nosokomi - Pastikan bel panggilan atau t resiko cedera
al elepon mudah dijangkau - Untuk mengetahui dan
- Ketidaknyamanan transp - Pastikan barang-barang prib menindaklanjuti terapi
fisik apa yang cocok
ortasi adi mudah di jangkau dengan pasien
- Pastikan roda tempat tidur at Edukasi :
Internal : au kursi roda dalam kondisi - Agar pasien dan keluarga
- Ketidaknormalan profil d terkunci mampu memahami
arah - Diskusikan mengenai latiha tindakan apa saja yang
- Perubahan orientasi afekt n dan terapi fisik yang diperl akan di lakukan selama
if ukan proses berlangsung
- Perubahan sensasi - Tingkatkan frekuensi observ - Untuk menghindari
- Disfungsi autoimun asi dan pengawasan pasien, terjadinyakekuatan otot
- Disfungsi biokimia sesuai kebutuhan dan dekubitus terhadap
- Hipoksia jaringan Edukasi : pasien
- Kegagalan mekanisme p - Jelaskan alasan intervensi pe
ertahan tubuh ncegahan jatuh ke pasien da
- Malnutrisi n keluarga
- Perubahan fungsi psikom Manajemen Keselamatan Observasi :
otor Lingkungan (I.14513) - Untuk mengetahui apa
- Perubahan fungsi kogniti Definisi: Mengidentifikasi dan yang di butuhkan untuk
f mengelola lingkungan fisik untuk keselamatan
meningkat keselamatan - Untuk mengentrol
perubahan status
Tindakan keselamatan lingkungan
Observasi : Terapeutik :
- Identifikasi Kebutuhan - Untuk mencegah faktor
Keselamatan (mis. Kondisi faktor yang
fisik, fungsi kognitif dan membahayakan
riwayat perilaku) - Untuk membantu
- Monitor Perubahan status meningkatkan keamanan
keselamatan lingkungan lingkungan
Terapeutik: - Untuk melindungi dari
- Hilangkan bahaya keselamatan faktor yang berbahaya
lingkungan (mis. Fisik,biologi, - Untuk membantu masalah
dan kimia) yang terjadi
- Modifikasi lingkungan untuk - Untuk memastikan
meminimalkan bahaya dan keamanan
risiko - Untuk memcegah terlebih
- Sediakan alat bantu keamanan dahulu bahaya dalam
lingkungan (mis. Commode lingkungan
chair dan pegangan tangan Edukasi :
- Gunakan perangkatpelindung - Untuk membantu klien
(mis. Pengekangan fisik, rel memahami resiko tinggi
samping, pintu terkunci pagar) bahaya lingkungan
- Hubungi pihak berwenang sehingga masalah yang
sesuai maslah komunitas (mis. akan timbul lebih kecil
Puskesmas, polosi, damkar)
- Fasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining
bahaya lingkungan
Edukasi:
- Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/TGL/JAM NO DX IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


Manajemen Nyeri (I.08238)
Tidak Terkaji S : Klien mengatakan
Nyeri Akut (D.0077) Observasi keluhan telah teratasi
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, O: Tanda dan gejala yang
frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri dialami pasien sudah
- Mengidentifikasi skala nyeri kembali normal
- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal A: Masalah keperawatan
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan telah teratasi
memperingan nyeri P: Intervensi dihentikan
- Mengidentifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang
nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Memonitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemícu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Dukungan Ambulasi (I.06171)


Tidak Terkaji S : Klien mengatakan
Gangguan Mobilitas Fisik Observasi keluhan telah teratasi
(D.0054) - Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik O: Tanda dan gejala yang
lainnya dialami pasien sudah
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan kembali normal
ambulasi A: Masalah keperawatan
- Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah telah teratasi
sebelum melakukan ambulasi P: Intervensi dihentikan
- Memonitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
Terapeutik
- Memfasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat bantu
(misalnya. Tongkat,kruk)
- Memfasilitasi melakukan mobilitas fisik, Jika perlu
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulansi
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Menganjurkan Melakukan Ambulasi dini
- Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan ( misalnya berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi, Berjalan sesuai toleransi
Dukungan Mobilisasi (I. 05173) S : Klien mengatakan
Observasi : keluhan telah teratasi
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik O: Tanda dan gejala yang
lainnya dialami pasien sudah
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan kembali normal
pergerakan A: Masalah keperawatan
- Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah telah teratasi
sebelum memulai mobilisasi P: Intervensi dihentikan
- Memonitor kondisi umum Selma amelkukan
mobilsiasi
Terapeutik
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengna alat bantu
mis. Oagar temoat tidur
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
- Melibatkan keluarga untik membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Menganjurkan melkuakn mobilisais dini
- Mengajarkan mobilisais sederhana yang harus di
lakukan. Duduk di tempat tidur, di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Tidak Terkaji S : Klien mengatakan
Gangguan Citra Tubuh Observasi : keluhan telah teratasi
(D.0083) - Mengidentifikasi harapan citra tubuh berdasarkan O: Tanda dan gejala yang
tahap perkembangan dialami pasien sudah
- Mengidentifikasi budaya, agama, jenis kelamin, kembali normal
dan umur terkait citra tubuh A: Masalah keperawatan
- Mengidentifikasi perubahan citra tubuh yang telah teratasi
mengakibatkan isolasi sosial P: Intervensi dihentikan
Terapeutik :
- Mendiskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
- Mendiskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
- Mendiskusikan cara mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis
- Mendiskusikan presepsi pasien dan keluarga
tentang perubahan citra tubuh tubuh
Edukasi :
- Menganjurkan menggunakan alat bantu
- Menganjurkan mengikuti kelompok pendukung
- Melatih peningkatan penampilan diri
Pencegahan Cedera (I.14537)
Tidak Terkaji S : Klien mengatakan
Risiko Cedera Observasi : keluhan telah teratasi
(D.0136) - Mengidentifikasi lingkungan yang berpotensi meny O: Tanda dan gejala yang
ebabkan cedera dialami pasien sudah
- Mengidentifikasi obat yang berpotensi menyebabka kembali normal
n cedera A: Masalah keperawatan

Terapeutik : telah teratasi

- Menyediakan pencahayaan yang memadai P: Intervensi dihentikan

- Memastikan bel panggilan atau telepon mudah dija


ngkau
- Memastikan barang-barang pribadi mudah di jangk
au
- Memastikan roda tempat tidur atau kursi roda dala
m kondisi terkunci
- Mendiskusikan mengenai latihan dan terapi fisik ya
ng diperlukan
- Mendiskusikan bersama anggota keluarga yang dap
at mendampingi pasien
- Meningkatkan frekuensi observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi :
- Menjelaskan alas an intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
Manajemen Keselamatan Lingkungan (I.14513) S : Klien mengatakan
Observasi : keluhan telah teratasi
- Mengidentifikasi Kebutuhan Keselamatan (mis. O: Tanda dan gejala yang
Kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat perilaku) dialami pasien sudah
- Memonitor Perubahan status keselamatan kembali normal
lingkungan A: Masalah keperawatan
Terapeutik: telah teratasi
- Menghilangkan bahaya keselamatan lingkungan P: Intervensi dihentikan
(mis. Fisik,biologi, dan kimia)
- Memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bahaya dan risiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis.
Commode chair dan pegangan tangan
- Menggunakan perangkatpelindung (mis.
Pengekangan fisik, rel samping, pintu terkunci
pagar)
- Menghubungi pihak berwenang sesuai maslah
komunitas (mis. Puskesmas, polosi, damkar)
- Memfasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
- Melakukan program skrining bahaya lingkungan
Edukasi:

- Mengajarkan individu, keluarga dan kelompok


risiko tinggi bahaya lingkungan
F. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
CLINICAL OVERVIEW Retinoblastoma Elsevier Point of Care Updated April
15, 2021. Copyright Elsevier BV. All rights reserved.
Kemenkes 2015, Panduan Nasional Penanganan Kanker Retinoblastoma, 1st
edn, Depkes, Jakarta.
Lanzkowsky, P., Lipton, J.M., Fish, J.D. 2016, Lanzkowsky’s Manual of Pediatric
Hematology And Oncology, 6th edn, Academic Press, London.
Pandey, A.N. 2014, ‘Retinoblastoma: An overview’, Saudi Journal of
Ophthalmology, 28, pp. 310-315.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Sidarta, Ilyas. 2018, Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi keempat . Jakarta: Balai
Penerbit FK UI :204-205
Soliman, S.E., Racher, H., Zhang, C. et all 2017, ‘Genetics and Molecular
Diagnostics in Retinoblastoma-An Update’, Asia-Pacific Journal of
Opthalmology, 6, pp. 197-207.

Anda mungkin juga menyukai