DOSEN PENDAMPING
DISUSUN OLEH
KELAS B | KELOMPOK 4
Noor Andini Caesar Lutfianingrum Sanau 841419089
Sabrina Auliya Monoarfa 841419088
Sitti Nurhasanah Djailani 841419081
Fajrah A. Abas 841419069
Nur Riskiana 841419053
Asyulni Almaida Adjid 841419075
Isniyati Yasin 841419057
Siti Nur Mahfirah Tome 841419063
Rivandi Halid 841419085
Kelompok 4
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor primer mata yang paling umum pada
anak-anak, disebabkan oleh kelainan genetik yang melibatkan gen
supresor tumor RB1 (CLINICAL OVERVIEW, 2021).
B. Etiologi
1. Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi genetik yang mengakibatkan
hilangnya fungsi kedua alel gen supresor tumor RB1 (retinoblastoma)
yang terletak pada pita 13q14.2
2. Retinoblastoma yang dapat diturunkan (germline)
Retinoblastoma yang dapat diturunkan (germline) disebabkan oleh 2
kelainan terpisah pada gen RB1 (yaitu, hipotesis 2-hit). Mutasi
germline hadir di semua sel konstitusional tubuh menyebabkan varian
patologis pertama dalam 1 alel RB1. Mutasi germline yang diwariskan
dari orang tua adalah asal dari sekitar 25% pasien. Mutasi sporadis de
novo pada sel germinal adalah asal pada sekitar 75% pasien. Mutasi sel
germinal de novo biasanya berasal dari germline paternal. Peristiwa
somatik dalam sel retina tunggal kemudian dalam perkembangan
menyebabkan mutasi pada alel RB1 kedua. Varian patologis germline
dan somatik ada di sel tumor.Kombinasi varian patologis germline dan
kejadian somatik menyebabkan 2 alel RB1 patologis dan inaktivasi
produk supresor tumor gen, sehingga memungkinkan retinoblastoma
berkembang.
3. Kasus herediter bertanggung jawab untuk semua retinoblastoma
bilateral, retinoblastoma multifokal unilateral, dan sekitar 10%
penyakit unilateral. Retinoblastoma yang tidak diwariskan (somatik).
Kedua varian RB1 patologis terjadi karena peristiwa mutasi
spontan dalam sel retina tunggal. Varian patologis somatik alel RB1 tidak
ada dalam sel konstitusional (misalnya, darah tepi). Kadang-kadang,
pasien dengan penyakit mengembangkan varian RB1 patologis pertama
selama perkembangan embrio, menghasilkan mosaik sel konstitusional
untuk varian RB1 patologis pertama. Sebagian kecil dari pasien ini tidak
memiliki mutasi RB1, dan amplifikasi onkogen MYCN bertanggung
jawab atas manifestasi penyakit. Kasus nonherediter bersifat unilateral dan
unifokal (CLINICAL OVERVIEW, 2021).
C. Manifestasi Klinik
− Leukokoria (refleks pupil putih, kadang terlihat pada foto)
− Strabismus
Manifestasi okular lainnya yang kurang umum meliputi:
− Penglihatan berkurang (dapat bermanifestasi dengan kecanggungan,
tidak mengikuti gerakan dengan mata, atau menyipitkan mata)
− Proptosis 12
− Fotofobia atau sakit mata
− Eritema konjungtiva
− Eritema periorbita
− Perubahan warna iris
− Nistagmus
Gejala sugestif penyakit metastasis (CLINICAL OVERVIEW,
2021) :
− Gangguan neurologis (tentang keterlibatan sistem saraf pusat)
− Perubahan status mental
− Sakit kepala atau muntah
− Gejala konstitusional :
− Penurunan berat badan
− Anoreksia
− Kelelahan
D. Patofisiologi
Gen RB1 merupakan tumor supresor pertama yang dikloning. RB1
tersusun dari 183 kilobase DNA genomic, 27 exons dan kode untuk 110
kd protein p110, dengan 928 asam amino. Pengaturan transkripsi dan
proliferasi sel berhubungan dengan fosforilasi protein RB. Yang terlibat
dalam proses tersebut adalah E2F1, faktor transkripsi yang mengatur
siklus sel selama G1, histone deasetilase 1, dan downstream cell-cycle-
speific kinases. Hilangnya pRB mengakibatkan sel-sel lepas kendali dan
mitosis (Lanzkowsky 2016).
Patogenesis retinoblastoma diidentifikasi dengan mempelajari
retinoblastoma herediter. Diketahui bahwa 40% dari pasien retinoblastoma
merupakan retinoblastoma herediter, dengan predisposisi menghasilkan
tumor yang disebar sebagai dominan autosom. Carrier dari retinoblastoma
mempunyai risiko membentuk retinoblastoma multilateral dibandingkan
dengan populasi umum, dan meningkatkan risiko terkena penyakit
osteosarkoma dan soft-tissue sarcomas. Sedangkan 60% dari pasien
retinoblastoma muncul secara sporadis atau non herediter (selalu mengenai
salah satu mata pasien) dan retinoblastoma non herediter tidak ada risiko
terkena kanker yang lain.
Retinoblastoma dapat terjadi secara herediter dan non herediter,
Knudson mengajukan hipotesis “two-hit” onkogenesis. Dari segi
molekuler, hipotesis Knudson berbunyi:
a) Dua mutasi melibatkan alel dari RB pada kromosom 13q14
dibutuhkan untuk membentuk retinoblastoma.
b) Kasus herediter, anak-anak menerima salah satu kopian gen RB yang
defek (first hit) dan kopian lainnya normal. Retinoblastoma
berkembang ketika alel RB normal bermutasi di retinoblast sebagai
akibat dari mutasi somatik spontan (second hit). Dikarenakan second
hit tidak dapat dihindari di bagian kecil pada retinoblast, mayoritas
individu mewariskan salah satu alel RB yang defek membentuk
retinoblastoma unilateral atau bilateral, dan retinoblastoma herediter
diwariskan dalam dominan autosom.
c) Kasus non herediter, baik alel RB normal harus bermutasi somatik
pada retinoblast yang sama (two hits). Probabilitas kejadian tersebut
rendah (menjelaskan mengapa retinoblastoma merupakan tumor yang
jarang pada populasi secara umum), tapi pada akhirnya tetap sama:
sel retina yang kehilangan fungsi RB dan menjadi kanker
(pandey,2014)
Banyak faktor lingkungan seperti kerusakan DNA, termasuk sinar
kosmik, sinar X, virus DNA, iradiasi ultraviolet dan merokok. Kerusakan
DNA dapat berupa point mutation, delesi, promotor metilasi menutup
ekspresi RB1, dan yang paling langka kromotripsis. Mayoritas mutasi
RB1 muncul secara de novo, khas pada pasien atau keluarga spesifik
(Robbins & Cotran, 2015).
Hilangnya seluruh alel RB1 hanya mengakibatkan retinoma,
sebuah tumor precursor jinak menuju retinoblastoma, dan gen lain
bermodifikasi sehingga mempercepat perjalanan menjadi kanker. Selain
itu, 2% dari pasien Rb unilateral mempunyai RB1 normal dan disebabkan
oleh gen-gen lain (Soliman et all, 2017).
E. Klasifikasi
Terdapat beberapa cara pembagian penyakit, terpraktis untuk
kepentingan terapi, retinoblastoma dibagi menjadi: intraokular dan
ekstraokular (Kemenkes 2015).
− Intraokular : retinoblastoma terlokalisir di dalam mata, dapat terbatas
pada retina saja atau melibatkan bola mata; namun demikian tidak
berekstensi keluar dari mata kearah jaringan lunak sekitar mata atau
bagian lain dari tubuh. Angka bebas penyakit (DFS) selama 5 tahun :
>90%
− Ekstraokular : retinoblastoma telah melakukan ekstensi keluar dari
mata. Dapat terbatas pada jaringan lunak di sekitar mata, atau telah
menyebar, umumnya ke sistem saraf pusat, sumsum tulang, atau
kelenjar getah bening. Angka bebas penyakit selama 5 tahun : <10%.
F. Prognosis
Retinoblastoma adalah tumor yang tumbuh cepat dengan potensi
untuk berlipat ganda tanpa pengobatan dalam waktu sekitar 15 hari.
Tumor tumbuh ke arah rongga vitreous (pertumbuhan endofit) atau ke
dalam ruang subretinal (pertumbuhan eksofitik). Penyebaran terjadi pada
koroid di bawahnya, saraf optik, dan segmen anterior (misalnya, iris,
trabecular meshwork, kanal Schlemm), dan penyemaian terjadi ke ruang
vitreous dan subretinal dengan pertumbuhan tumor yang berlanjut.
Metastasis terjadi melalui invasi langsung saraf optik atau ruang
subarachnoid ke otak dan meningen dan/atau penyebaran hematogen ke
organ yang jauh (misalnya sumsum tulang, tulang, paru-paru, hati).
Nekrosis tumor yang luas dan nekrosis jaringan intraokular dapat
menyebabkan inflamasi okular, selulitis orbita aseptik, dan phthisis bulbi
(penyusutan seluruh mata). Penyakit lanjut berhubungan dengan selulitis
orbita, glaukoma, pembesaran mata, proptosis, perdarahan intraokular, dan
keterlibatan bilik mata depan. Kelangsungan hidup dan potensi
penyelamatan penglihatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit
pada presentasi.
Retinoblastoma tetap intraokular dan dapat disembuhkan hingga 3
- 6 bulan setelah tanda pertama leukokoria. Faktor utama yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dan potensi penyelamatan penglihatan
untuk penyakit yang diturunkan dan tidak diturunkan adalah keterlambatan
dalam diagnosis. Keterlambatan diagnosis lebih dari 6 bulan dari tanda
klinis awal dikaitkan dengan kematian 70%. Pasien yang lebih muda dari 1
tahun (lebih mungkin untuk memiliki retinoblastoma bilateral yang terkait
dengan mutasi germline RB1) didiagnosis pada tahap lebih awal dan
kurang membutuhkan enukleasi dibandingkan mereka yang didiagnosis
pada usia yang lebih tua; namun, tidak ada perbedaan dalam kelangsungan
hidup
Faktor-faktor yang terkait dengan prognosis yang lebih buruk
meliputi (CLINICAL OVERVIEW, 2021) :
− Tumor lebih besar dari 3 mm dan berdekatan (dalam 1,5 mm) dari
pusat fovea atau tepi diskus optikus; terkait dengan kelangsungan
hidup okular yang lebih buruk daripada tumor lokal yang lebih kecil
atau tumor yang jauh dari struktur okular kritis
− Tumor di tepi saraf optik yang ditranseksi; terkait dengan tingkat
kematian yang sangat tinggi (hingga 80%)
− Ekstensi ke lamina cribrosa; membawa tingkat kematian 29%,
sedangkan perluasan tumor ke posterior ke lamina cribrosa
membawa tingkat kematian 42%
− penyakit sistem saraf pusat; prognosisnya suram meskipun telah
diobati
− Penyakit metastasis hematogen ekstrakranial; fatal secara universal
meskipun telah diobati
− Penyemaian subretina atau vitreous; membawa risiko tinggi
kekambuhan
G. Pemeriksaan Penunjang
a) USG orbita
USG orbita biasanya digunakan untuk menentukan ukuran tumor.
USG orbita dapat juga mendeteksi kalsifikasi diantara tumor dan
berguna untuk menyingkirkan diagnose Coat’s disease.
b) CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI orbita dan kepala, sangat berguna untuk
mengevaluasi seluruh komponen mata, dan keterlibatan SSP. CT-scan
dapat mendeteksi klasifikasi sedangkan MRI tidak bisa. MRI lebih
berguna dalam evaluasi nervus. optikus, deteksi Rb trilateral dan Rb
ekstraokular.
c) Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
Aspirasi dan biopsi serta lumbal fungsi sangat disarankan untuk
pemeriksaan sitologi apabila ada penyebaran ekstraokuler.
H. Penatalaksanaan
Terapi retinoblastoma berdasarkan prinsip umum bertujuan untuk
menghilangkan tumor dan menyelamatkan nyawa penderita,
mempertahankan penglihatan bila memungkinkan, menyelamatkan mata,
menghindari tumor sekunder yang dapat juga disebabkan karena terapi
terutama pada anak yang mengalami retinoblastoma yang diturunkan.
Faktor terpenting yang menentukan pemilihan terapi meliputi apakah
tumor pada satu mata atau kedua mata, bagaimana penglihatannya, dan
apakah tumor telah meluas keluar bola mata. Hasil terapi akan lebih baik
bila tumor masih terbatas dalam mata dan akan memburuk bila tumor telah
menyebar. Berdasarkan stadium tumor, terapi yang dapat digunakan yaitu:
a. Kemoterapi
Kemoterapi atau kemoreduksi telah menjadi bagian tidak
terpisahkan dari manajemen retinoblastoma. Apabila penyakitnya
sudah menyebar ke bagian ekstraokuler, kemoterapi merupakan
terapi yang sangat dianjurkan. Obat kemoterapi yang digunakan
yaitu carboplatin, cisplatin, etoposid, teniposid, siklofosfamid,
ifosfamid,vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini dikombinasikan
dengan idarubisin. Dosis Vincristine 1,5 mg/m22 (0,05 mg/kg pada
anak <36 bulan dan dosis maksimum <2mg), Etoposide 150 mg/m
(5 mg/kg untuk anak <36 bulan), carboplatin 560 mg/m2 (18,6
mg/kg untuk anak <36 bulan).
b. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata biasanya dilakukan
beberapa minggu setelah prosedur enukleasi untuk meminimalkan
efek kosmetik. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma,
invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila
terapi lokal tidak dapat di evaluasi karena katarak atau gagal untuk
mengikuti pasien secara lengkap atau teratur.
c. External Beam Radiation Therapy (EBRT)
External Beam Radiation Therapy (EBRT), yang dahulu menjadi
terapi pilihan pada retinoblastoma, kini diindikasikan apabila
kemoterapi primer dan terapi lokal gagal atau terjadi kontraindikasi
(Pandey 2013).
d. Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)
Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi
penyelamatan mata dimana terapi penyelamatan bola mata gagal
untuk menghancurkan semua tumor aktif dan sebagai terapi utama
terhadap beberapa anak dengan ukuran tumor relatif kecil sampai
sedang.
e. Kryo dan fotokoagulasi
Teknik digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5
mm). Cara ini sudah banyak digunakan dan dapat dilakukan
beberapa kali sampai kontrol lokal tercapai. Kryoterapy biasanya
menggunakan probe yang sangat dingin untuk membekukan dan
mematikan tumor.Sementara fotokoagulasi menggunakan laser
argon atau xenom untuk mematikan tumor.
I. Komplikasi
Retinoblastoma dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Beberapa
di antaranya adalah
Ablasi retina.
Ablasio retina (retinal detachment) merupakan suatu keadaan
terpisahnya sel kerucut dan batang dari sel epitel pigmen retina.
Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membrane Brunch. Antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau
pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial
untuk lepas secara embriologis. (Sidarta Ilyas, ed.5. 2018).
Perdarahan dalam bola mata
Glaukoma.
Glaucoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris
terdorong atau menonjol kedepan mata outflow humor akuos
akan terhambat, keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intraocular. Jika penutupan sudut terjadi secara
mendadak maka gejala yang ditimbulkam sangat berat seperti:
nyeri pada mata, sakit kepala, pandangan kabur, haloe, mual,
dan muntah.
Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya (selulitis orbita).
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang
terletak posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus
selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena sinusitis
bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain
demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis,
kemosis hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan
bola mata.
Bola mata berkerut dan tidak berfungsi normal (phthisis bulbi).
J. Pencegahan
Uji semua anggota keluarga yang berisiko (misalnya, saudara
kandung, sepupu, orang tua, keturunan) dari pasien dengan
retinoblastoma herediter untuk varian patologis RB1
Beri tahu pasien dengan mutasi RB1 germline yang diwariskan
tentang risiko memiliki keturunan yang terpengaruh dengan mutasi
RB1. Risiko bahwa keturunannya akan mewarisi mutasi RB1 dari
orang tua yang terkena adalah 50%
Tawarkan diagnosis praimplantasi kepada orang tua dengan varian
patologis RB1 yang diketahui dapat diwariskan
Janin dengan tes genetik positif untuk mutasi germline RB1 familial
Pertimbangkan pengiriman elektif pada usia kehamilan 36 minggu
untuk memungkinkan deteksi dini dan pengobatan tumor kecil
Skrining prenatal dengan ultrasonografi pada anak-anak berisiko
dapat mendeteksi tumor intraokular besar sedini 33 minggu
kehamilan (CLINICAL OVERVIEW, 2021).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Jenis kelamin : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Retinoblastoma
2. Identitas orang tua
Nama : Tidak Terkaji
Usia : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
Anak dengan retinoblastoma akan mengalami serangkaian
gangguan pada penglihatan seperti strabismus, leukocoria,
penglihatan yang berkurang, fotofobia, eritema, hingga
nystagmus.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak terkaji
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anak dengan retinoblastoma bisa ditemukan pada ibu atau ayah
yang mengalami retinoblastoma pula.
5. Prenatal care
Tidak terkaji
6. Natal
Tidak terkaji
7. Post natal
Tidak terkaji
8. Pola Kebutuhan Dasar
a. Aktifitas /istirahat
Anak dengan retinoblastoma akan sulit melakukan aktivitas
sehari-hari karena gangguan pada penglihatan
b. Eliminasi
Tidak terkaji
c. Makanan/cairan
Tidak terkaji
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tidak terkaji
b. Tanda-tanda Vital
HR : Tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
TD : Tidak terkaji
c. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : Tidak terkaji
b) Wajah : Tidak terkaji
c) Mata : Terdapat eritema konjungtiva dan periorbita,
nystagmus, dan strabismus
d) Hidung : Tidak terkaji
e) Mulut : Tidak terkaji
2) Leher : Tidak terkaji
3) Dada/pernapasan : Tidak terkaji
4) Jantung : Tidak terkaji
5) Abdomen : Tidak terkaji
6) Genitourinaria : Tidak terkaji
7) Ekstermitas : Tidak terkaji
8) Integumen : Tidak terkaji
9) Neurologi : Tidak terkaji
1. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terkaji
B. PATHWAY
Faktor Keturunan, Faktor
Lingkungan : virus,zat
kimia,radiasi
Endofitik Eksofitik
Leukokoria
Strabismus
Penurunan Lapang
Kerusakan berat Pandang
pada mata
Metastase Gangguan
Operasi pengangkatan Penglihatan
bola mata
Masuk ke kelenjar DX . RESIKO
limfa pre artikuler Perubahan dalam Kerusakan CEDERA
penampilan penglihatan
Kemoterapi
DX. GANGGUAN DX. HAMBATAN
DX. NYERI CITRA TUBUH MOBILITAS FISIK
AKUT
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Tabel PES
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
3. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
4. Risiko Cedera (D.0136)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
D. RENCANA INTERVENSI
- Sulit tidur 10. Ketegangan otot budaya terhadap respon komplementer yang sudah
menurun nyeri diberikan
Gejala dan Tanda Minor : 11. Frekuensi nadi - Identifikasi pengaruh nyeri - Untuk mengetahui efek
Subjektif membaik pada kualitas hidup samping penggunaan
(tidak tersedia) 12. Pola napas - Monitor keberhasilan terapi analgetik
Objektif membaik komplementer yang sudah Terapeutik
- Tekanan darah 13. Proses berfikir diberikan - Untuk mengurangi rasa
meningkat membaik - Monitor efek samping nyeri dengan teknik
- Pola napas berubah 14. Focus membaik penggunaan analgetik nonfarmakologis.
- Nafsu makan berubah 15. Fungsi berkemih Terapeutik - Agar lingkuan lebih
membaik - Berikan teknik terkontrol untuk
- Proses berfikir
16. Nafsu makan mengurangi faktor nyeri
terganggu nonfarmakologis untuk
Membaik yang di pengaruhi oleh
mengurangi rasa nyeri (mis.
- Menarik diri 17. Pola tidur TENS, hipnosis, akupresur, lingkungan
- Berfokus pada diri Membaik. terapi musik, biofeedback, - Agar kualitas istirahat dan
sendiri terapi pijat, aromaterapi, tidur klien membaik.
- Diaphoresis. teknik imajinasi terbimbing, - Untuk mengetahui jenis
kompres hangat/dingin, dan sumber nyeri dalam
terapi bermain) pemilihan strategi
- Kontrol lingkungan yang meredakan nyeri
memperberat rasa nyeri Edukasi
(mis. Suhu ruangan, - Memberikan informasi
pencahayaan, kebisingan) terkait penyebab, periode,
- Fasilitasi istirahat dan tidur dan pemícu nyeri
- Pertimbangkan jenis dan - Untuk menginfomasikan
sumber nyeri dalam strategi meredakan nyeri
pemilihan strategi - Memberikan informasi
meredakan nyeri untuk memonitor nyeri
Edukasi secara mandiri
- Jelaskan penyebab, periode, - Untuk menginfomasikan
dan pemícu nyeri penggunaan analgetik
- Jelaskan strategi meredakan secara tepat
nyeri - Untuk menginfomasikan
- Anjurkan memonitor nyeri teknik nonfarmakologis
secara mandiri untuk mengurangi rasa
- Anjurkan menggunakan nyeri
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi (I.06171) Observasi
2.
(D.0054) Setelah di lakukan Definisi : Memfasilitasi pasien - Untuk menilai adanya
Kategori : Fisiologis tindakan keperawatan untuk meningkatkan aktivitas dan skala nyeri
Subkategori : selama 3x24 jam Mobilitas berpindah - Untuk mengurangi
Aktivitas/Istirahat fisik meningkat dengan Tindakan masalah yang terjadi
Definisi kriteria hasil: Observasi aktibat pergerakan
Keterbatasan dalam gerakan fisik 1. Pergerakan - Idenifikasi adanya nyeri berlebih
dari satu atau lebih ekstremitas ekstremitas atau keluhan fisik lainnya - Untuk mengetahui
secara mandiri meningkat - identifikasi toleransi fisik frekuensi jantung dan
Penyebab 2. Kekuatan otot melakukan ambulasi tekanan darah
1.Perubahan metabolisme meningkat - Monitor frekuensi jantung - Untuk memonitor
2. penurunan masa otot 3. Rentang gerak dan tekanan darah sebelum perubahan kondisi
3. Kekuan sendi (ROM) meningkat melakukan ambulasi pasien
4. Kontraktur 4. Nyeri menurun - monitor kondisi umum Terapeutik
5. Malnurtrisi 5. Kecemasan selama melakukan ambulasi - Untuk mengurangi
6. Efek agen farmakologis menurun Terapeutik fraktur
7. Program pembatas gerak 6. Gerakan terbatas - Fasilitasi aktifitas ambulasi Edukasi
8. Nyeri menurun dengan alat bantu - Agar pasien
7. Kelemahan fisik (misalnya. Tongkat,kruk) mengetahui tujuan dan
Gejala dan Tanda Mayor menurun - Fasilitasi melakukan prosedur ambulasi
Subjektif
mobilitas fisik, Jika perlu - Untuk mencegah
- Mengeluh sulit
- Libatkan keluarga untuk terjadi masalah yang
menggerakkan ekstremitas lebih parah
membantu pasien dalam
Objektif
meningkatkan ambulansi
- Kekuatan otot menurun
Edukasi
- Rentang gerak ROM - Jelaskan tujuan dan
menurn prosedur ambulasi
- Anjurkan Melakukan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Ambulasi dini
- Nyeri saat bergerak - Ajarkan ambulasi sederhana
- Merasa cemas saat yang harus dilakukan
bergerak ( misalnya berjalan dari
Objektif tempat tidur ke kursi roda,
- Sendi kaku berjalan dari tempat tidur ke
- Gerakan tidak kamar mandi, Berjalan