Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

istem informasi kesehatan kabupaten merupakan tulang punggung


bagi pelaksanaan pembangunan daerah. Sistem informasi ini juga diharapkan
dapat menyediakan data-data dan informasi dalam penyusunan rencana
pembangunan daerah khususnya perencanaan pembangunan kesehatan,
memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan dana atau anggaran.
Sistem informasi kesehatan yang ada saat ini kita sadari masih jauh dari kondisi
ideal, yaitu belum mampu menyediakan data dan informasi kesehatan yang
evidence based sehingga belum mampu menjadi alat manajemen kesehatan
yang efektif. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan. Diantaranya adalah kegiatan pengelolaan data dan
informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama
yang baik.
Di bidang kesehatan yang merupakan pilar utama dari indikator
keberhasilan sistem informasi kesehatan yaitu perlunya suatu dokumen profil
pembangunan dan kegiatan yang dilaksanakan dan merupakan data dasar (Data
Base) dalam penyusunan perencanaan pembangunan khususnya dibidang
kesehatan baik jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Sehingga satu-
satunya alat yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat adalah adanya
Profil Kesehatan Kabupaten Lahat, yang merupakan salah satu paket penyajian
data/informasi kesehatan yang relatif lengkap.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat bertujuan tersedianya
data/informasi yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna.
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Lahat Data Tahun
2017 adalah sebagai berikut :
Bab I – Pendahuluan. Bab ini berisi tentang maksud dan tujuan profil kesehatan
kabupaten Lahat dan sistematika penyajiannya

1
Bab II – Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
kabupaten Lahat dan mengulas letak geografis, administratif dan informasi umum
lainnya.
Bab III – Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator
mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat
Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan
kesehatan dasar. Kunjungan rawat inap, rawat jalan dan kunjungan gangguan
jiwa. Pemberantasan penyakit menular dan perbaikan gizi masyarakat
Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan
Bab VI – Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang
perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Lahat
data tahun 2017 yang bersangkutan
Lampiran – Pada lampiran ini berisi tabel angka pencapaian Kabupaten Lahat
sebanyak 81 tabel data.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

abupaten Lahat secara astronomis terletak antara 3,25 derajat


sampai dengan 4,15 derajat Lintang selatan dan 102,37 derajat sampai dengan
103,45 derajat bujur timur. Kabupaten Lahat mempunyai iklim Tropis dan basah
dengan variasi curah hujan sebanyak 267.375 milimeter atau 222.175 milimeter
per-bulan, dengan jumlah hari hujan sebanyak 145 hari atau rata-rata 12 hari
setiap bulannya. Keadaan suhu udara di Kabupaten Lahat bervariasi antara 22
derajat Celsius sampai dengan 30 derajat Celsius, sedangkan rata-rata
kelembaban udara sebesar 79 RH (Relative Humidity atau kelembaban relative)
dengan rata-rata kecepatan angin 5 Km per-jam.
Pada tahun 2017 secara administratif Kabupaten Lahat terbagi dalam 22
kecamatan yang mencakup 360 desa dan 16 kelurahan, dimana kecamatan
terbaru adalah kecamatan Sukamerindu. Wilayah kecamatan yang paling luas
yaitu Kecamatan Kikim Timur sebesar 564,45 Km² sedangkan kecamatan yang
wilayahnya paling kecil yaitu Kecamatan Muara Payang sebesar 37,50 Km².
Kabupaten Lahat terletak di Propinsi Sumatera Selatan dengan batas-
batas yaitu sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Empat Lawang,
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi
Bengkulu dan Kota Pagar Alam, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Muara Enim, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim dan
Kabupaten Empat Lawang.
Kabupaten Lahat merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian
wilayah dari atas permukaan laut yang bervariasi mulai dari 100 meter sampai
dengan 1.000 meter. Selain bentangan bukit barisan Kabupaten Lahat juga
merupakan daerah pegunungan, Bukit Serelo adalah merupakan puncak
bentangan bukit di wilayah Kecamatan Merapi yang menjulang tinggi terlihat dari
ibu kota kabupaten.
Kabupaten Lahat juga dibentangi dengan sungai-sungai besar dan kecil.
Berpuluh-puluh sungai terbentang membelah wilayah, mengairi sawah-sawah,
kolam-kolam ikan serta menjadi andalan dalam pertanian. Sungai Lematang

3
merupakan sungai terbesar yang melintasi Kabupaten Lahat. Sungai Lematang
ini merupakan Sumber Daya Alam yang sangat berguna bagi masyarakat
Kabupaten Lahat, selain menjadi sumber air bersih juga merupakan sumber air
utama untuk pertanian di empat kecamatan tersebut.
Masalah kependudukan yang antara lain meliputi jumlah, komposisi, dan
distribusi penduduk merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan
dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi
potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika
berkualitas rendah. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan
pembangunan dalam menangani permasalahan penduduk, pemerintah tidak saja
mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tapi juga
menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Disamping
itu, program perencanaan pembangunan di segala bidang harus mendapat
prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.
Suatu analisis kependudukan menjadi penting mengingat sifat profil
penduduk yang selalu mengalami perubahan sejalan dengan perjalanan waktu.
Perubahan tersebut terjadi karena perubahan komponen penduduk yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi. Dengan tersedianya data kependudukan
memungkinkan dilakukan suatu analisis mengenai keadaan kependudukan di
suatu daerah saat ini. Dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana
perubahan yang terjadi antar waktu.
Tersedianya analisis kependudukan akan sangat berguna terutama
dalam kaitan dengan kebutuhan akan informasi kependudukan yang baru bagi
perencana pembangunan di daerah. Terlebih lagi di era otonomi daerah saat ini,
informasi kependudukan yang menyajikan data sampai level kabupaten/kota
sangat diperlukan.
Salah satu ciri kependudukan di negara berkembang adalah jumlah
penduduk yang banyak dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.
Demikian pula di Kabupaten Lahat, jumlah penduduk terus bertambah.
Perubahan jumlah penduduk selain sebagai konsekuensi logis dari kejadian
kelahiran dan kematian, juga sangat dipengaruhi oleh faktor perpindahan
penduduk baik penduduk yang datang (migrasi masuk) maupun penduduk yang
pindah (migrasi keluar). Bagi Kabupaten Lahat faktor migrasi tampaknya
mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi dinamika kependudukan di daerah

4
ini. Faktor-faktor inilah yang menjadi daya tarik Kabupaten Lahat sehingga
menyebabkan kecenderungan penduduk untuk memilih menetap di wilayah ini.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lahat pada tahun 2017 sebesar
92,05 per Km2. Angka ini mengandung arti bahwa pada tiap-tiap satu kilometer
persegi wilayah di Kabupaten Lahat didiami sekitar 92 jiwa. Tampak bahwa
Kecamatan Lahat merupakan kecamatan yang kepadatan penduduknya tertinggi
di Kabupaten Lahat (465,78 jiwa/Km2), disusul Kecamatan Muara Payang
(241,33 jiwa/Km2) dan Kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah
Kecamatan Pseksu (32,03 jiwa/Km2).

Kepadatan Penduduk (Jiwa) Menurut Kecamatan


di Kabupaten Lahat Tahun 2017

Kepadatan
Jumlah Luas Wilayah
Kecamatan (22) Penduduk
Penduduk (km2)
(jiwa/km2)
60,2
Tanjung Sakti Pumi 16.314 271,00 0
62,6
Tanjung Sakti Pumu 14.381 229,59 4
78,6
Kota Agung 13.023 165,59 5
104,4
Mulak Ulu 17.947 171,84 4
101,4
Tanjung Tebat 8.394 82,72 7
72,4
Pulau Pinang 11.930 164,66 5
118,9
Pagar Gunung 12.553 105,51 7
62,2
Gumay Ulu 5.419 87,01 8
124,5
Jarai 20.869 167,52 8
93,6
Pajar Bulan 13.686 146,11 7
Muara Payang 9.050 37,50 241,33
Kikim Barat 15.951 272,00 58,64
Kikim Timur 28.230 564,45 50,01
128,8
16.076 124,80
Kikim Selatan 1
33,4
Kikim Tengah 8.892 265,60 8
465,7
Lahat 111.075 238,47 8
Gumay Talang 10.639 249,61 42,6

5
2
32,0
Pseksu 8.626 269,29 3
92,2
Merapi Barat 21.467 232,64 8
85,0
Merapi Timur 22.152 260,55 2
39,7
Merapi Selatan 7.953 200,14 4
124,3
Sukamerindu
6.867 55,23 3

Kabupaten Lahat 401.494 4.361,83 92,05

Sumber : Badan Pusat Statistik Lahat Tahun 2017

Tingkat pendidikan penduduk merupakan indikator yang reliable untuk


mengukur kualitas Sumber Daya Manusia suatu wilayah. Hanya dengan kualitas
pendidikan yang baik, maka proses pembangunan suatu daerah dapat
dilaksanakan dengan terencana dan terukur. Disamping itu pendidikan dapat
menyebabkan seseorang menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan berbagai
perubahan yang terjadi, yang pada akhirnya dapat menyikapi segala perubahan
dan kemajuan dengan elegan, tanpa harus meninggalkan aspek kepribadian
serta jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
dan berbudi luhur.
Oleh karenanya perbaikan taraf pendidikan penduduk merupakan suatu
keharusan jika pemerintah ingin mempercepat akselerasi pembangunan di
Kabupaten Lahat. Pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan
dan ditunjang kesadaran pentingnya pendidikan kepada penduduk harus terus
dilakukan oleh pemerintah, baik dalam bentuk pemberian beasiswa bagi keluarga
miskin dan kurang mampu maupun melalui penyediaan guru-guru yang lebih
berkualitas dengan jumlah cukup ke berbagai penjuru Kabupaten Lahat.

6
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

ntuk menilai derajat kesehatan masyarakat terdapat beberapa


indikator yang dapat digunakan seperti mortalitas (angka kematian), morbiditas
(angka kesakitan) dan angka status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS
Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang
diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya
disebut mortalitas. Angka kematian yang disajikan pada bab ini antara lain Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu
(AKI).

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


IMR (Infant Mortality Rate) atau angka kematian bayi merupakan
indikator yang menunjukkan banyaknya kematian bayi dari setiap 1.000 kelahiran
dalam satu tahun. Secara implisit indikator ini dapat menunjukkan derajat
kesehatan penduduk, tingkat pendidikan penduduk, dan tingkat kesejahteraan
penduduk. Pada tahun 2017 jumlah kematian bayi sebanyak 5 orang dan jumlah
kematian neonatal (bayi berusia sampai dengan 28 hari) sebanyak 6 orang
dengan angka kematian neonatal sebesar 1 per 1.000 kelahiran hidup akan
tetapi angka kematian neonatal yang dilaporkan tersebut belum tentu
menggambarkan angka kematian neonatal yang sebenarnya di populasi.

1. Angka Kematian Balita (AKABA)


AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan
faktor–faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi,
sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan. Angka kematian balita ( 1-5 tahun )
adalah jumlah kematian anak umur 1-5 tahun per-1000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2017 tdak ada kematian anak balita di Kabupaten Lahat. Hal ini
menggambarkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan anak

7
balita nya sudah baik dan tenaga kesehatan pun sudah bekerja dengan sangat
baik.

2. Angka Kematian Ibu (AKI)


AKI singkatan dari Angka Kematian Ibu adalah banyaknya kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak pengakhiran kehamilan
(terminasi) tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain
per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2017 jumlah kematian ibu yang dilaporkan sebanyak 6
orang meliputi jumlah kematian ibu hamil sebanyak 2 orang dan jumlah kematian
ibu bersalin sebanyak 4 orang, dengan angka kematian ibu sebesar 81 per
100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi angka kematian ibu yang dilaporkan
tersebut belum tentu menggambarkan angka kematian ibu yang sebenarnya di
populasi.

A. MORBIDITAS
Angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit
disebut morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu
populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Penyakit Menular
a. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals
(MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria
pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang
tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan
kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang
rendah, serta perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat yang kurang.
Pada tahun 2017 Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi
disertai menggigil) ‘Tanpa Pemeriksaan Sediaan Darah’ atau suspek sebanyak
3.811 orang. Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai

8
menggigil) ‘Dengan Pemeriksaan Sediaan Darah’ di laboratorium atau malaria
positif sebanyak 216 orang, dari jumlah tersebut yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 86 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 130 orang

b. Tb Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui
droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Penyakit tuberkulosa paru termasuk
penyakit yang diamati baik di tingkat puskesmas maupun rumah sakit. Pada
tahun 2017 data jumlah kasus baru TB BTA+ di Dinas Kesehatan Kabupaten
Lahat sebanyak 231 orang dan data jumlah kasus baru TB BTA+ di RSUD Lahat
sebanyak 215 orang. Untuk jumlah seluruh kasus TB di Kabupaten Lahat
sebanyak 468 orang, sedangkan kasus TB anak usia 0 – 14 tahun sebanyak 12
orang dimana kasus TB anak terbanyak terdapat pada Puskesmas Merapi I
sebanyak 3 orang. Angka yang menunjukkan jumlah pasien TB semua tipe yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk pada satu periode di suatu
wilayah tertentu (CNR) sebesar 63,01.
Suspek TB adalah Orang yang memiliki gejala utama yaitu batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada
tahun 2017 pasien suspek TB di Kabupaten Lahat sebanyak 1.554 orang dan
pasien TB Paru BTA+ sebanyak 493 orang, dimana sebanyak 459 orang pasien
BTA+ diobati.
Angka kesembuhan TB BTA+ yaitu pasien yang telah menyelesaikan
pengobatan secara lengkap dan hasil pemeriksaan apusan dahak ulang (follow-
up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan
sebelumnya sebanyak 69 orang (15,03%), sedangkan angka keberhasilan
pengobatan (Success Rate/SR) pasien TB BTA+ yang sembuh dan pengobatan
lengkap sebesar 20,70%. Pada tahun 2017 jumlah kematian pasien TB BTA+
selama pengobatan sebanyak 4 orang, dimana pasien tersebut terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Saung Naga sebanyak 1 orang, Puskesmas Pagar Jati
sebanyak 1 orang, Puskesmas Bandar Jaya sebanyak 1 orang dan Puskesmas
Pagar Agung sebanyak 1 orang.

9
c. Kusta
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan
kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf,
anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya
kondisi sebagai berikut : (1) kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan
disertai mati rasa, (2) penebalan syaraf tepi yang disertai gangguan fungsi syaraf
berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot, (3) adanya kuman tahan
asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif). Pada tahun 2017 jumlah
kasus Pausi Basiler (PB)/Kusta kering yang tercatat sebanyak 1 orang dengan
jenis kelamin laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sakti, untuk jumlah
kasus Multi Basiler (MB)/Kusta Basah yang tercatat sebanyak 2 orang dengan
jenis kelamin laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Bungamas dan Puskesmas
Nanjungan.

d. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penderita demam
tinggi mendadak berlangsung 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara
lain uji tourniqet positiv, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan/atau melena, dsb) ditambah trombositopenia (trombosit ≤
100.000 /mm³) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%). Pada
tahun 2017 jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat
sebanyak 87 orang dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang dan
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang. Jumlah kematian pada
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2017 yang terlapor
sebanyak 3 orang dengan jenis kelamin perempuan di wilayah kerja Puskesmas
Pagar Agung, Merapi II, Selawi.

2. Sepuluh Penyakit Terbesar

Daftar 10 penyakit terbesar yang bersumber dari Bidang Pencegahan &


Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat menunjukkan
bahwa kasus terbesar adalah penyakit Saluran Pernafasan Bagian Atas dengan
jumlah kasus 32.407. Adapun rincian mengenai 10 penyakit terbesar tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

10
Daftar 10 Penyakit Terbesar di Dinas Kesehatan di Kabupaten Lahat
Tahun 2017

Jumlah
No Jenis Penyakit
Kasus
(1) (2) (3)
1 Penyakit infeksi saluran pernafasan 32.407
bagian atas
2 Penyakit infeksi pada usus 15.164
3 Penyakit lainnya 15.104
4 Penyakit tekanan darah tinggi 13.684
5 Penyakit pada sistem otot dan jaringan 13.293
pengikat (penyakit tulang belulang,
radang sendi termasuk rematik)

6 Penyakit kulit dan jaringan subkutan 11.394


7 Penyakit rongga mulut 7.341
8 Riketsiasis dan penyakit karena 3.553
Arthopoda lain
9 Penyakit lain-lain pada saluran bagian 3.064
bawah
10 Kecelakaan dan keracunan 2.601
Total 106.211
Sumber : Bidang Pencegahan & Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Lahat

B. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT


Kondisi gizi seseorang sangat menentukan status kesehatnnya, karena
status gizi merupakan keadaan dari struktur tubuh dan metabolisme yang
dipengaruhi oleh zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Sebagai indikator gizi
masyarakat biasanya dapat dilihat dari status gizi penduduk usia dibawah lima
tahun (balita) karena mereka tergolong rawan gizi. Disebut begitu karena
konsumsi makanan balita sangat tergantung kepada orang dewasa di sekitarnya,
dan mereka sangat rentan terhadap penyakit. Pada tahun 2017 kasus balita gizi
buruk ditemukan sebanyak 31 orang, dari jumlah tersebut yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 14 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 17
orang. Kasus balita gizi buruk ditemukan paling banyak di wilayah kerja
Puskesmas Merapi II yaitu sebanyak 5 orang, Wilayah kerja Puskesmas
Perumnas dan Puskesmas Pajar Bulan sebanyak 4 orang.

11
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

12
paya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat
inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (KN1 dan KN Lengkap)
Cakupan KN1 adalah Pelayanan kunjungan neonatal pertama pada 6-
48 jam setelah lahir sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Pada tahun 2017 kunjungan KN1 ibu hamil berjumlah 7.368 ibu hamil,
kunjungan ibu hamil yang tertinggi terdapat pada puskesmas Bandar Jaya
berjumlah 656 ibu hamil sedangkan Kunjungan ibu hamil yang terendah terdapat
pada puskesmas Senabing dengan 73 ibu hamil.
Cakupan KN Lengkap adalah Pelayanan kunjungan neonatal lengkap,
minimal 3 kali yaitu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada 3 - 7 hari, dan 1 kali
pada 8 - 28 hari sesuai standar di satu wilayah kerja. Pada tahun 2017
kunjungan KN Lengkap ibu hamil berjumlah 6.710 ibu hamil, kunjungan ibu hamil
yang tertinggi terdapat pada puskesmas Bandar Jaya berjumlah 596 ibu hamil
sedangkan Kunjungan ibu hamil yang terendah terdapat pada puskesmas
Senabing dengan 65 ibu hamil.

b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin/Nifas


Pemanfaatan pelayanan persalinan dengan tenaga medis profesional
sangat penting untuk menjamin persalinan yang aman. Karena faktor persalinan
akan berpengaruh terhadap kematian bayi dan kematian ibu melahirkan. Selain
itu, angka persalinan yang ditolong oleh tenaga medis dapat digunakan sebagai
salah satu indikator kesejahteraan penduduk, karena hal tersebut
menggambarkan tingkat pengetahuan penduduk tentang kesehatan persalinan
dan sekaligus mencerminkan kemampuan untuk membayar tenaga medis.
Pelayanan kesehatan ibu bersalin/nifas yang diberikan meliputi antara
lain :
 Pemeriksaan tekanan darah, nadi, rispirasi dan suhu

13
 Pemeriksaan fundus uteri
 Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya pemeriksaan
payudara dan anjuran asi eksklusif 6 bulan
 Pemeberian kapsul vitamin A 200000 IU sebanyak 2 kali
 Pelayanan KB pasca persalinan.

Pada tahun 2017 diketahui bahwa ibu bersalin/nifas berjumlah 8.132


orang yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar
90,9%, yang mendapat pelayanan kesehatan nifas sebesar 91,1% dan yang
mendapat vitamin A sebesar 91,1%.

e. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal


Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil di Kabupaten Lahat yang tersebar di
33 Puskesmas sebanyak 8.520 orang ibu hamil dimana jumlah perkiraan ibu
hamil dengan komplikasi kebidanan sebanyak 1.704 ibu hamil. Perhitungan
jumlah ibu hamil dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu yang sama adalah dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari Total Ibu
Hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, pendarahan per
vaginan, hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)
dengan atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan prematur, infeksi berat
dalam kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju), dan infeksi
masa nifas.

f. Bayi yang Diberi ASI Eksklusif


ASI Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu pada bayi mulai berumur
0–6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI diyakini dan terbukti memberi
manfaat baik bagi bayi baik dari aspek gizi, aspek imunologik, aspek kecerdasan,
aspek neurologi, aspek ekonomi serta aspek penundaan kehamilan. Selain
aspek tersebut ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi
secara mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS). Pada tahun 2017
jumlah bayi yang tercatat sebanyak 3.166 bayi dimana dari jumlah bayi tersebut
yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 1.816 bayi (57,4%).

14
3. Pelayanan Imunisasi
a. Imunisasi Dasar pada bayi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya
merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-
11 bulan). Imunisasi dasar pada bayi yang dianjurkan pemerintah terdiri dari
imunisasi BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio4, Campak.
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana  80% dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
dalam waktu satu tahun. Pada tahun 2017 desa/kelurahan UCI yang sudah
mencapai 100% terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Kota Agung, Tanjung
Tebat, Pulau Pinang, Pajar Gunung, Jarai, Pajar Bulan, Muara Payang,
Palembaja, Bumi Lampung, Pagar Jati, Tanjung Aur, Bandar Jaya, Pagar Agung,
Selawi, Usila, Merapi I, Muara Lawai, GGB.

b. Imunisasi pada Ibu Hamil


Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang
disebut Clostridium tetani. Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang
tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih
jauh dari kondisi steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko
ibu maupun bayinya terkena tetanus. Pada tahun 2017 cakupan imunisasi TT-1
pada ibu hamil di kabupaten Lahat sebesar 30,2%, TT-2 sebesar 28,2%, TT-3
sebesar 8,8%, TT-4 sebesar 6,6%, TT-5 sebesar 4,6%, TT-2 sebesar 28,2%,
sedangkan cakupan imunisasi TT2+ (Ibu hamil yang telah mempunyai status T2
sampai dengan T5) pada ibu hamil sebesar 48,1%. Maternal and Neonatal
Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada
neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.

Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tatanus neonatorum dan maternal


antara lain :
 Pertolongan persalinan yang aman dan bersih
 Cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata
 Penyelenggaraan surveilans

15
C. KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN
GANGGUAN JIWA
Pada tahun 2017 di Kabupaten Lahat jumlah kunjungan rawat jalan di
33 Puskesmas sebanyak 199.277 pasien yang terdiri dari jumlah kunjungan
rawat jalan laki-laki sebanyak 86.280 pasien dan perempuan sebanyak 112.997
pasien. Untuk jumlah kunjungan rawat inap di 33 Puskesmas sebanyak 913
pasien yang terdiri dari jumlah kunjungan rawat inap laki-laki sebanyak 360
pasien dan perempuan sebanyak 553 pasien, untuk Puskesmas non rawat inap
hanya melayani kunjungan rawat jalan.
Pada tahun 2017 di Kabupaten Lahat jumlah kunjungan Orang Dalam
Gangguan Jiwa (ODGJ) di 33 Puskesmas sebanyak 3.320 pasien sedangkan di
RSUD Lahat sebanyak 1.139 pasien.

D. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


1. Pengendalian Penyakit ISPA
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang
ditemukan harus ditatalaksana sesuai standar. Dalam pemberantasan ISPA
kegiatan komunikasi sangatlah penting diarahkan pada masyarakat umum
dengan mengubah perilakunya. Pesan yang disampaikan dapat dikomunikasikan
secara lisan melalui tatap muka atau dengan memanfaatkan cara lain seperti
media cetak dan media elektronik.

4. Pengendalian Penyakit Malaria


Sampai saat ini malaria masih merupakan penyakit endemis dan
menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Lahat. Setiap tahunnya penyakit
jumlah kasus penyakit malaria terus berfluktuasi.
Adapun upaya pengendalian penyakit malaria yaitu :

a. Pemakaian Kelambu
Pencegahan penularan penyakit malaria sangat efektif dengan
memasang kelambu. Bahkan, pemerintah membagikan kelambu cuma-cuma
kepada daerah yang berstatus endemik malaria sebanyak 23,4 juta tahun 2004-
2016. Kelambu sangat efektif mencegah penyakit malaria untuk saat ini.
Pembagian kelambu massal ini pada tahun 2016 dibagikan sebanyak 1.451.194.

16
Kelambu ini dibagikan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Nusa
Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara. Kelambu hanya dapat mencegah
nyamuk di saat tidur. Ketika beraktivitas, Anda harus menggunakan reppelent
untuk mencegah gigitan nyamuk.

b. Pengendalian Vektor
Upaya pengendalian vector yang dilakukan terhadap jentik dilakukan
larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi,
menggunakan insektisida), biological control (menggunakan ikan pemakan
jentik), manajemen lingkungan, dan lain lain. 
Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakuan dengan
penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/Indoors Residual
Spraying).

c.  Pengobatan
Pengobatan penyakit malaria tergantung kepada jenis parasit dan
resistensi parasit terhadap klorokuin. Untuk suatu serangan penyakit Malaria
Falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan
kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada penyakit Malaria lainnya jarang
terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan
primakuin.

5. Pengendalian Penyakit TBC


Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan
cara:
 Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
 Membudayakan perilaku etika berbatuk;
 Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat;
 Peningkatan daya tahan tubuh;
 Penanganan penyakit penyerta TBC;
 Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Pilar dan Komponen Penanggulangan TBC:

17
1. Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC
a. Diagnosis TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua
dan penapisan TBC secara sistematis bagi kontak dan kelompok
populasi berisiko tinggi
b. Pengobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita
resistan obat dengan disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan
pasien (patient-centred support)
c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain
d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan
berisiko tinggi serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC.
2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan
layanan dan pencegahan TBC
b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan
pemberi layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan
kerangka kebijakan lain yang mendukung pengendalian TBC seperti
wajib lapor, registrasi vital, tata kelola dan penggunaan obat rasional
serta pengendalian infeksi
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk
mengurangi dampak determinan sosial terhadap TBC.
3. Intensifikasi riset dan inovasi
a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode
intervensi dan strategi baru pengendalian TB.
b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan
merangsang inovasiinovasi baru untuk mempercepat pengembangan
program pengendalian TB.

6. Pengendalian Penyakit Kusta


Pengendalian penyakit Kusta dilakukan melalui antara lain :
 Pelayanan penyakit Kusta yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan
dasar dengan memberi peluang pada pendekatan atau strategi khusus yang
diperlukan untuk daerah dengan tingkat epidemi berbeda.

18
 Mempertahankan tersedianya pelayanan Kusta (service availability) pada
jaringan pelayanan tingkat dasar. Tersedianya pelayanan ini ditandai dengan
adanya tenaga terlatih, adanya stok obat dan berjalannya sistim rujukan.
 Miningkatkan akses (access) pelayanan kusta, sehingga pada cakupan
pelayanan wilayah kecamatan tidak ada hambatan (barrier) untuk mencapai
dan mendapatkan pelayanan Kusta melalui puskesmas dan puskesmas
pembantu.
 Meningkatkan penggunaan pelayanan Kusta (utilization) dengan
melakukan kegiatan untuk menyadarkan masyarakat (awareness) melalui
kegiatan penyuluhan, KIE, promosi kesehatan dan mobilisasi masyarakat.
 Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan Kusta melalui
pengembangan keterampilan tenaga teknis dan mangerial serta
mengembangkan sistim pelayanan kesehatan

7. Pengendalian Penyakit Campak


Meskipun penyakit Campak sangat menular dan bisa menyebabkan
kematian, penyakit ini dapat dicegah melalui program imunisasi. Pengendalian
penyakit Campak di Indonesia diawali pada tahun 1982. Program Imunisasi
Nasional diperluas dan mulai menerapkan jadwal standar untuk imunisasi rutin
yang mencakup dosis vaksin Campak diberikan pada usia 9 bulan.

Strategi pengendalian Campak :


 Crash program Campak untuk anak balita di daerah risiko tinggi
 Catch-up campaign Campak untuk anak sekolah
 Introduksi pemberian dosis kedua melalui kegiatan rutin BIAS untuk kelas
satu SD pada tahun berikutnya setelah catch-up campaign.

Selain pelaksanaan imunisasi, salah satu strategi untuk mencapai


eliminasi dan pengendalian Campak di Indonesia adalah pelaksanaan surveilans
Campak Rubella berbasis individu yang dikenal juga dengan CBMS (case based
measles surveillance). Pelaksanaan surveilans ini jika ditemukan setiap satu
kasus dengan gejala demam, rash/bintik merah pada tubuh, disertai salah satu
gejala atau lebih batuk/pilek/mata merah, maka diambil spesimen darah/serum
diperiksa di laboratorium rujukan nasional yaitu Badan Litbangkes Kemenkes,

19
Bio Farma, BBLK Surabaya dan BLK Yogyakarta untuk memastikan diagnosis
Campak atau Rubella.

8. Pengendalian Penyakit DBD


Di kabupaten Lahat pengendalian penyakit DBD dilakukan dengan cara
Fogging Focus bila ditemukan kasus dan dilakukan fogging Massal bila telah
terjadi penularan.

Metode yang tepat untuk mencegah penyakit DBD yaitu dengan prinsip 3 M,
antara lain :
 Membersihkan/menguras bak mandi satu kali
seminggu atau menutupnya rapat-rapat
 Menaburkan Abate pada bak mandi dan sumur
 Mengubur/menanam barang-barang bekas yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

9. Pengendalian Penyakit Diare


Penyebab diare bermacam-macam, diantaranya infeksi (bakteri maupun
virus) maupun alergi makanan (khususnya susu atau laktosa). Diare pada anak
harus segera ditangani karena bila tidak segera ditangani, diare dapat
menyebabkan tubuh dehidrasi yang bisa berakibat fatal.

Pengendalian penyakit diare dapat dicegah antara lain dengan cara :


 Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima
waktu penting yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum
memegang bayi, setelah membersihkan anak dari BAB, dan sebelum
menyiapkan makanan
 Masaklah makanan dengan benar, pisahkan
makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak, pisakan pula
makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan jaga makanan
dari serangga seperti Lalat.
 Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah,
antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau
proses klorinasi.

20
 Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan
tidak tercemar serangga (Lalat, Kecoa, Kutu, Lipas, dan lain-lain)
 Buang air besar dan air kecil pada tempatnya.

10. Pengendalian Penyakit Filariasis


Filariasis atau lebih dikenal sebagai penyakit kaki Gajah (Elephantiasis)
merupakan penyakit menular akibat infeksi cacing (Mikrofilaria, jenis Brugia
Malayi, W.Brancofti) dengan penularan melalui gigitan berbagai jenis nyamuk
terutama Culex Sp dan Anopheles sp. Meskipun filariasis ini tidak menimbulkan
kematian, tapi pada kasus-kasus kronis dapat menyebabkan kecacatan yang
permanent.

Cara pengendalian penyakit filariasis antara lain:


 Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua
penduduk di daerah endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg
BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5
tahun, guna memutuskan rantai penularan

 Tatalaksana kasus klinis Filariasis yang bertujuan untuk mencegah atau


mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita menjadi mandiri dalam
merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medis yang
disimpan di Puskesmas dan mendapatkan kunjungan dari petugas
kesehatan minimal 6 kali dalam setahun.

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi
terutama anemia gizi besi. Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini
terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil
mendapat tablet tambah darah sebanyak 90 tablet selama kehamilannya.
Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet fe3 (90
tablet) di 33 Puskesmas sebanyak 7.990 ibu hamil (93,78%). Hal yang perlu
diperhatikan dalam anemia gizi pada ibu hamil adalah kepatuhan ibu hamil
menelan tablet Fe. Walaupun dari pelaporan dihasilkan bahwa cakupan ibu hamil
yang mendapat tablet Fe3 cukup baik namun jika tidak dikonsumsi oleh ibu hamil
dengan baik maka efek minum tablet Fe yang diharapkan tidak akan tercapai.

21
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

umber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung


dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

A. SARANA KESEHATAN
1. Puskesmas
Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat, 3) pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer dan 4) pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer. Pada tahun 2017 jumlah Puskesmas di Kabupaten Lahat
berjumlah 33 Puskesmas dengan klasifikasi Puskesmas rawat inap 11
Puskesmas dan Puskesmas non rawat inap sebanyak 22 Puskesmas.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, ada
beberapa Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi Puskesmas dengan
tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini terutama yang berlokasi jauh dari
rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah
terpencil.

2. Puskesmas Pembantu
Untuk memperluas cakupan pelayanan, Puskesmas dibantu dengan
jejaringnya yaitu Puskesmas Pembantu. Pelayanan kesehatan di Puskesmas
Pembantu minimal dilakukan oleh seorang perawat. Jumlah Puskesmas
Pembantu di Kabupaten Lahat pada tahun 2017 sebanyak 52 unit.

3. Polindes/Poskesdes dan Posyandu


Pada tahun 2017 jumlah Polindes/Poskesdes di Kabupaten Lahat
sebanyak 177 unit sedangkan jumlah Posyandu sebanyak 359 Posyandu. Untuk
memantau perkembangannya Posyandu dikelompokan menjadi 4 strata yaitu

22
Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu
Mandiri. Persentase Posyandu berdasarkan tingkat stratanya tahun 2017 yaitu
Posyandu Pratama sebesar 15%, Posyandu Madya 69%, Posyandu Purnama
16% dan Posyandu Mandiri 0% dengan persentase Posyandu aktif 16%.

11. Gudang Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan
salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial
merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik
publik maupun swasta. Sebagai komoditi khusus, semua bat yang beredar harus
terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin
mutu obat hingga ke tangan konsumen adalah menyediakan sarana
penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara
fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat disamping tenaga pengelola
yang terlatih. Gudang farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian
dan alat kesehatan yang ada di Kabupaten Lahat sebagai sarana penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Sampai dengan
tahun 2017 jumlah gudang farmasi di Kabupaten Lahat ada 1 (satu) unit.

F. TENAGA KESEHATAN
Aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya
Manusia sebagai pelaku pembangunan. Manusia yang sehat baik mental
maupun fisik akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap taraf kesejahteraannya.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Lahat dihitung berdasarkan
klasifikasi tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lainnya.

1. Tenaga Medis di Puskesmas


Tenaga medis di fasilitas kesehatan terdiri dari dokter spesialis, dokter
umum, dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Pada tahun 2017 di wilayah kerja
Puskesmas belum ada dokter spesialis, akan tetapi dokter umum sudah ada
sebanyak 27 orang namun masih ada 10 Puskesmas yang belum ada dokter

23
umum yaitu Puskesmas Tinggi Hari, Puskesmas Muara Payang, Puskesmas
Wanaraya, Puskesmas Palembaja, Puskesmas Nanjungan , Puskesmas Tanjung
Aur, Puskesmas Senabing, Puskesmas Muara Lawai, Puskesmas GGB,
Puskesmas Sukamerindu.
Untuk dokter gigi spesialis di wilayah kerja Puskesmas belum ada, akan
tetapi dokter gigi sudah ada sebanyak 3 orang di Pusksmas Bandar Jaya,
Puskesmas Pagar Agung, Puskesmas Selawi, namun masih ada 30 Puskesmas
lagi yang belum ada dokter gigi.

2. Perawat dan Perawat Gigi di Puskesmas


Jumlah perawat berdasarkan tingkat pendidikan di lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Lahat dikategorikan menjadi SPK, D3, D4, Sarjana
Keperawatan (Skep)/Nurse. Pada tahun 2017 jumlah perawat di wilayah kerja
Puskesmas sebanyak 164 orang sedangkan untuk jumlah perawat gigi sebanyak
8 orang di wilayah kerja Puskesmas.

3. Bidan di Puskesmas
Pada tahun 2017 jumlah bidan di wilayah kerja Puskesmas sebanyak
275 orang. Jumlah bidan yang terbanyak terdapat pada Puskesmas Merapi II,
Puskesmas Pagar Agung dan Puskesmas Selawi dengan jumlah bidan sebanyak
18 orang, sedangkan jumlah bidan yang terkecil terdapat pada Puskesmas
Wanaraya yaitu berjumlah 1 orang. Pada tahun 2017 semua wilayah kerja
Puskesmas sudah memiliki bidan desa.

4. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Tenaga Kesehatan Lingkungan di


Puskesmas
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas pada
tahun 2017 sebanyak 8 orang dan jumlah tenaga kesehatan lingkungan wilayah
kerja Puskesmas berjumlah 7 orang.

5. Tenaga Nutrisionis di Puskesmas


Pada tahun 2017 jumlah tenaga Nutrisionis di wilayah kerja Puskesmas
sebanyak 15 orang dan untuk tenaga Nutrisionis tersebut belum tersebar rata di
33 Puskesmas di Kabupaten Lahat.

24
6. Tenaga Keteknisian Medis di Puskesmas
Tenaga keteknisian medis terdiri dari tenaga Radiografer, Radioterafis,
Teknisi Elektromedis, Teknisi Gigi, Analis Kesehatan, Refraksionis Optisien,
Ortetik Prostetik, Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Teknisi Transfusi
Darah dan Teknisi Radiovaskuler. Pada tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas
yang ada adalah Teknisi Gigi dan Analis Kesehatan, dimana jumlah Teknisi Gigi
ada 1 orang di wilayah kerja Puskesmas Jarai dan tenaga teknisi Analis
Kesehatan berjumlah 3 orang di wilayah kerja Puskesmas Bungamas.

7. Tenaga Kefarmasian di Puskesmas


Tenaga Kefarmasian terdiri dari Tenaga Teknis Kefarmasian dan
Apoteker. Pada tahun 2017 jumlah Tenaga Kefarmasian di wilayah kerja
Puskesmas sebanyak 14 orang, dimana Apoteker sebanyak 5 orang dan Tenaga
Teknis Kefarmasian sebanyak 9 orang.

8. Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan di Puskesmas


Pada tahun2017 Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas yang ada adalah Pejabat Struktural sebanyak 66 orang dan
Staf Penunjang Administrasi sebanyak 60. Akan tetapi masih ada 8 Puskesmas
yang belum mempunyai Staf Penunjang Administrasi yaitu Puskesmas Tanjung
Sakti, Puskesmas Pagar Gunung, Puskesmas Jarai, Puskesmas Bungamas,
Puskesmas Pagar Jati, Puskesmas Tanjung Aur, Puskesmas Senabing dan
Puskesmas GGB.

G. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Persentase alokasi anggaran kesehatan Kabupaten Lahat pada tahun
2017 sebesar 5,94 % terhadap APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).
Total anggaran kesehatan Kabupaten Lahat Tahun 2017 yang bersumber dari
anggaran APBD, APBN sebesar Rp. 117.585.952.446,- (Seratus Tujuh Belas
Miliar Lima Ratus Delapan Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Dua
Ribu Empat Ratus Empat Puluh Enam Rupiah).

25
BAB VI
KESIMPULAN

rofil Kesehatan Kabupaten Lahat merupakan salah satu media


yang dapat berperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil
pembangunan kesehatan, termasuk didalamnya membahas situasi penduduk,
situasi derajat kesehatan, situasi upaya kesehatan, situasi sumber daya
kesehatan di tahun 2017. Sistem informasi yang baik dan tepat akan sangat
berguna sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Lahat,
khususnya bagi Stakeholder terkait yang memerlukan data untuk mengevaluasi
apakah kegiatan yang telah dilaksanakan sudah berhasil dengan baik atau perlu
perubahan/membuat kebijakan baru untuk mengatasi permasalahan kesehatan
dimana hasil akhirnya adalah meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi
tingginya.
Sarana dan prasarana secara umum sudah mencukupi terutama jumlah
Puskesmas walaupun masih ada sarana dan prasarana yang perlu penambahan
seperti jumlah Poskesdes/Polindes dan peralatannya, juga peningkatan status
Posyandu dan keaktifan kadernya.
Peningkatan kuantitas dan pemerataan ketenagaan perlu menjadi
perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Lahat karena program kegiatan tidak akan berhasil tanpa didukung oleh
ketenagaan yang memadai, begitu juga pelayanan kesehatan tidak akan berjalan
maksimal jika tenaganya tidak mencukupi.
Pembiayaan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat
mengalami kenaikan setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa keseriusan
pemerintah daerah untuk mendukung keberhasilan dibidang kesehatan.
Dalam penyusunan profil ini tentu masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat bekerja sama dengan instansi
terkait akan selalu berusaha meningkatkan kualitas data.

26

Anda mungkin juga menyukai