PENDAHULUAN
1
Bab II – Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
kabupaten Lahat dan mengulas letak geografis, administratif dan informasi umum
lainnya.
Bab III – Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator
mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat
Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan
kesehatan dasar. Kunjungan rawat inap, rawat jalan dan kunjungan gangguan
jiwa. Pemberantasan penyakit menular dan perbaikan gizi masyarakat
Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan
Bab VI – Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang
perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Lahat
data tahun 2017 yang bersangkutan
Lampiran – Pada lampiran ini berisi tabel angka pencapaian Kabupaten Lahat
sebanyak 81 tabel data.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
3
merupakan sungai terbesar yang melintasi Kabupaten Lahat. Sungai Lematang
ini merupakan Sumber Daya Alam yang sangat berguna bagi masyarakat
Kabupaten Lahat, selain menjadi sumber air bersih juga merupakan sumber air
utama untuk pertanian di empat kecamatan tersebut.
Masalah kependudukan yang antara lain meliputi jumlah, komposisi, dan
distribusi penduduk merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan
dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi
potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika
berkualitas rendah. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan
pembangunan dalam menangani permasalahan penduduk, pemerintah tidak saja
mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tapi juga
menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Disamping
itu, program perencanaan pembangunan di segala bidang harus mendapat
prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.
Suatu analisis kependudukan menjadi penting mengingat sifat profil
penduduk yang selalu mengalami perubahan sejalan dengan perjalanan waktu.
Perubahan tersebut terjadi karena perubahan komponen penduduk yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi. Dengan tersedianya data kependudukan
memungkinkan dilakukan suatu analisis mengenai keadaan kependudukan di
suatu daerah saat ini. Dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana
perubahan yang terjadi antar waktu.
Tersedianya analisis kependudukan akan sangat berguna terutama
dalam kaitan dengan kebutuhan akan informasi kependudukan yang baru bagi
perencana pembangunan di daerah. Terlebih lagi di era otonomi daerah saat ini,
informasi kependudukan yang menyajikan data sampai level kabupaten/kota
sangat diperlukan.
Salah satu ciri kependudukan di negara berkembang adalah jumlah
penduduk yang banyak dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.
Demikian pula di Kabupaten Lahat, jumlah penduduk terus bertambah.
Perubahan jumlah penduduk selain sebagai konsekuensi logis dari kejadian
kelahiran dan kematian, juga sangat dipengaruhi oleh faktor perpindahan
penduduk baik penduduk yang datang (migrasi masuk) maupun penduduk yang
pindah (migrasi keluar). Bagi Kabupaten Lahat faktor migrasi tampaknya
mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi dinamika kependudukan di daerah
4
ini. Faktor-faktor inilah yang menjadi daya tarik Kabupaten Lahat sehingga
menyebabkan kecenderungan penduduk untuk memilih menetap di wilayah ini.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lahat pada tahun 2017 sebesar
92,05 per Km2. Angka ini mengandung arti bahwa pada tiap-tiap satu kilometer
persegi wilayah di Kabupaten Lahat didiami sekitar 92 jiwa. Tampak bahwa
Kecamatan Lahat merupakan kecamatan yang kepadatan penduduknya tertinggi
di Kabupaten Lahat (465,78 jiwa/Km2), disusul Kecamatan Muara Payang
(241,33 jiwa/Km2) dan Kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah
Kecamatan Pseksu (32,03 jiwa/Km2).
Kepadatan
Jumlah Luas Wilayah
Kecamatan (22) Penduduk
Penduduk (km2)
(jiwa/km2)
60,2
Tanjung Sakti Pumi 16.314 271,00 0
62,6
Tanjung Sakti Pumu 14.381 229,59 4
78,6
Kota Agung 13.023 165,59 5
104,4
Mulak Ulu 17.947 171,84 4
101,4
Tanjung Tebat 8.394 82,72 7
72,4
Pulau Pinang 11.930 164,66 5
118,9
Pagar Gunung 12.553 105,51 7
62,2
Gumay Ulu 5.419 87,01 8
124,5
Jarai 20.869 167,52 8
93,6
Pajar Bulan 13.686 146,11 7
Muara Payang 9.050 37,50 241,33
Kikim Barat 15.951 272,00 58,64
Kikim Timur 28.230 564,45 50,01
128,8
16.076 124,80
Kikim Selatan 1
33,4
Kikim Tengah 8.892 265,60 8
465,7
Lahat 111.075 238,47 8
Gumay Talang 10.639 249,61 42,6
5
2
32,0
Pseksu 8.626 269,29 3
92,2
Merapi Barat 21.467 232,64 8
85,0
Merapi Timur 22.152 260,55 2
39,7
Merapi Selatan 7.953 200,14 4
124,3
Sukamerindu
6.867 55,23 3
6
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS
Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang
diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya
disebut mortalitas. Angka kematian yang disajikan pada bab ini antara lain Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu
(AKI).
7
balita nya sudah baik dan tenaga kesehatan pun sudah bekerja dengan sangat
baik.
A. MORBIDITAS
Angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit
disebut morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu
populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
terhadap derajat kesehatan masyarakat.
1. Penyakit Menular
a. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals
(MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria
pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang
tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan
kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang
rendah, serta perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat yang kurang.
Pada tahun 2017 Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi
disertai menggigil) ‘Tanpa Pemeriksaan Sediaan Darah’ atau suspek sebanyak
3.811 orang. Kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi disertai
8
menggigil) ‘Dengan Pemeriksaan Sediaan Darah’ di laboratorium atau malaria
positif sebanyak 216 orang, dari jumlah tersebut yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 86 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 130 orang
b. Tb Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui
droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Penyakit tuberkulosa paru termasuk
penyakit yang diamati baik di tingkat puskesmas maupun rumah sakit. Pada
tahun 2017 data jumlah kasus baru TB BTA+ di Dinas Kesehatan Kabupaten
Lahat sebanyak 231 orang dan data jumlah kasus baru TB BTA+ di RSUD Lahat
sebanyak 215 orang. Untuk jumlah seluruh kasus TB di Kabupaten Lahat
sebanyak 468 orang, sedangkan kasus TB anak usia 0 – 14 tahun sebanyak 12
orang dimana kasus TB anak terbanyak terdapat pada Puskesmas Merapi I
sebanyak 3 orang. Angka yang menunjukkan jumlah pasien TB semua tipe yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk pada satu periode di suatu
wilayah tertentu (CNR) sebesar 63,01.
Suspek TB adalah Orang yang memiliki gejala utama yaitu batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada
tahun 2017 pasien suspek TB di Kabupaten Lahat sebanyak 1.554 orang dan
pasien TB Paru BTA+ sebanyak 493 orang, dimana sebanyak 459 orang pasien
BTA+ diobati.
Angka kesembuhan TB BTA+ yaitu pasien yang telah menyelesaikan
pengobatan secara lengkap dan hasil pemeriksaan apusan dahak ulang (follow-
up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan
sebelumnya sebanyak 69 orang (15,03%), sedangkan angka keberhasilan
pengobatan (Success Rate/SR) pasien TB BTA+ yang sembuh dan pengobatan
lengkap sebesar 20,70%. Pada tahun 2017 jumlah kematian pasien TB BTA+
selama pengobatan sebanyak 4 orang, dimana pasien tersebut terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Saung Naga sebanyak 1 orang, Puskesmas Pagar Jati
sebanyak 1 orang, Puskesmas Bandar Jaya sebanyak 1 orang dan Puskesmas
Pagar Agung sebanyak 1 orang.
9
c. Kusta
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan
kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf,
anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya
kondisi sebagai berikut : (1) kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan
disertai mati rasa, (2) penebalan syaraf tepi yang disertai gangguan fungsi syaraf
berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot, (3) adanya kuman tahan
asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif). Pada tahun 2017 jumlah
kasus Pausi Basiler (PB)/Kusta kering yang tercatat sebanyak 1 orang dengan
jenis kelamin laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sakti, untuk jumlah
kasus Multi Basiler (MB)/Kusta Basah yang tercatat sebanyak 2 orang dengan
jenis kelamin laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Bungamas dan Puskesmas
Nanjungan.
10
Daftar 10 Penyakit Terbesar di Dinas Kesehatan di Kabupaten Lahat
Tahun 2017
Jumlah
No Jenis Penyakit
Kasus
(1) (2) (3)
1 Penyakit infeksi saluran pernafasan 32.407
bagian atas
2 Penyakit infeksi pada usus 15.164
3 Penyakit lainnya 15.104
4 Penyakit tekanan darah tinggi 13.684
5 Penyakit pada sistem otot dan jaringan 13.293
pengikat (penyakit tulang belulang,
radang sendi termasuk rematik)
11
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
12
paya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat
inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan.
13
Pemeriksaan fundus uteri
Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya pemeriksaan
payudara dan anjuran asi eksklusif 6 bulan
Pemeberian kapsul vitamin A 200000 IU sebanyak 2 kali
Pelayanan KB pasca persalinan.
14
3. Pelayanan Imunisasi
a. Imunisasi Dasar pada bayi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya
merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-
11 bulan). Imunisasi dasar pada bayi yang dianjurkan pemerintah terdiri dari
imunisasi BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio4, Campak.
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana 80% dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
dalam waktu satu tahun. Pada tahun 2017 desa/kelurahan UCI yang sudah
mencapai 100% terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Kota Agung, Tanjung
Tebat, Pulau Pinang, Pajar Gunung, Jarai, Pajar Bulan, Muara Payang,
Palembaja, Bumi Lampung, Pagar Jati, Tanjung Aur, Bandar Jaya, Pagar Agung,
Selawi, Usila, Merapi I, Muara Lawai, GGB.
15
C. KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN
GANGGUAN JIWA
Pada tahun 2017 di Kabupaten Lahat jumlah kunjungan rawat jalan di
33 Puskesmas sebanyak 199.277 pasien yang terdiri dari jumlah kunjungan
rawat jalan laki-laki sebanyak 86.280 pasien dan perempuan sebanyak 112.997
pasien. Untuk jumlah kunjungan rawat inap di 33 Puskesmas sebanyak 913
pasien yang terdiri dari jumlah kunjungan rawat inap laki-laki sebanyak 360
pasien dan perempuan sebanyak 553 pasien, untuk Puskesmas non rawat inap
hanya melayani kunjungan rawat jalan.
Pada tahun 2017 di Kabupaten Lahat jumlah kunjungan Orang Dalam
Gangguan Jiwa (ODGJ) di 33 Puskesmas sebanyak 3.320 pasien sedangkan di
RSUD Lahat sebanyak 1.139 pasien.
a. Pemakaian Kelambu
Pencegahan penularan penyakit malaria sangat efektif dengan
memasang kelambu. Bahkan, pemerintah membagikan kelambu cuma-cuma
kepada daerah yang berstatus endemik malaria sebanyak 23,4 juta tahun 2004-
2016. Kelambu sangat efektif mencegah penyakit malaria untuk saat ini.
Pembagian kelambu massal ini pada tahun 2016 dibagikan sebanyak 1.451.194.
16
Kelambu ini dibagikan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Nusa
Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara. Kelambu hanya dapat mencegah
nyamuk di saat tidur. Ketika beraktivitas, Anda harus menggunakan reppelent
untuk mencegah gigitan nyamuk.
b. Pengendalian Vektor
Upaya pengendalian vector yang dilakukan terhadap jentik dilakukan
larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi,
menggunakan insektisida), biological control (menggunakan ikan pemakan
jentik), manajemen lingkungan, dan lain lain.
Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakuan dengan
penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/Indoors Residual
Spraying).
c. Pengobatan
Pengobatan penyakit malaria tergantung kepada jenis parasit dan
resistensi parasit terhadap klorokuin. Untuk suatu serangan penyakit Malaria
Falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan
kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada penyakit Malaria lainnya jarang
terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan
primakuin.
17
1. Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC
a. Diagnosis TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua
dan penapisan TBC secara sistematis bagi kontak dan kelompok
populasi berisiko tinggi
b. Pengobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita
resistan obat dengan disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan
pasien (patient-centred support)
c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain
d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan
berisiko tinggi serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC.
2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan
layanan dan pencegahan TBC
b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan
pemberi layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan
kerangka kebijakan lain yang mendukung pengendalian TBC seperti
wajib lapor, registrasi vital, tata kelola dan penggunaan obat rasional
serta pengendalian infeksi
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk
mengurangi dampak determinan sosial terhadap TBC.
3. Intensifikasi riset dan inovasi
a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode
intervensi dan strategi baru pengendalian TB.
b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan
merangsang inovasiinovasi baru untuk mempercepat pengembangan
program pengendalian TB.
18
Mempertahankan tersedianya pelayanan Kusta (service availability) pada
jaringan pelayanan tingkat dasar. Tersedianya pelayanan ini ditandai dengan
adanya tenaga terlatih, adanya stok obat dan berjalannya sistim rujukan.
Miningkatkan akses (access) pelayanan kusta, sehingga pada cakupan
pelayanan wilayah kecamatan tidak ada hambatan (barrier) untuk mencapai
dan mendapatkan pelayanan Kusta melalui puskesmas dan puskesmas
pembantu.
Meningkatkan penggunaan pelayanan Kusta (utilization) dengan
melakukan kegiatan untuk menyadarkan masyarakat (awareness) melalui
kegiatan penyuluhan, KIE, promosi kesehatan dan mobilisasi masyarakat.
Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan Kusta melalui
pengembangan keterampilan tenaga teknis dan mangerial serta
mengembangkan sistim pelayanan kesehatan
19
Bio Farma, BBLK Surabaya dan BLK Yogyakarta untuk memastikan diagnosis
Campak atau Rubella.
Metode yang tepat untuk mencegah penyakit DBD yaitu dengan prinsip 3 M,
antara lain :
Membersihkan/menguras bak mandi satu kali
seminggu atau menutupnya rapat-rapat
Menaburkan Abate pada bak mandi dan sumur
Mengubur/menanam barang-barang bekas yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
20
Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan
tidak tercemar serangga (Lalat, Kecoa, Kutu, Lipas, dan lain-lain)
Buang air besar dan air kecil pada tempatnya.
21
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1. Puskesmas
Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat, 3) pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer dan 4) pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer. Pada tahun 2017 jumlah Puskesmas di Kabupaten Lahat
berjumlah 33 Puskesmas dengan klasifikasi Puskesmas rawat inap 11
Puskesmas dan Puskesmas non rawat inap sebanyak 22 Puskesmas.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, ada
beberapa Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi Puskesmas dengan
tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini terutama yang berlokasi jauh dari
rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah
terpencil.
2. Puskesmas Pembantu
Untuk memperluas cakupan pelayanan, Puskesmas dibantu dengan
jejaringnya yaitu Puskesmas Pembantu. Pelayanan kesehatan di Puskesmas
Pembantu minimal dilakukan oleh seorang perawat. Jumlah Puskesmas
Pembantu di Kabupaten Lahat pada tahun 2017 sebanyak 52 unit.
22
Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu
Mandiri. Persentase Posyandu berdasarkan tingkat stratanya tahun 2017 yaitu
Posyandu Pratama sebesar 15%, Posyandu Madya 69%, Posyandu Purnama
16% dan Posyandu Mandiri 0% dengan persentase Posyandu aktif 16%.
F. TENAGA KESEHATAN
Aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya
Manusia sebagai pelaku pembangunan. Manusia yang sehat baik mental
maupun fisik akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap taraf kesejahteraannya.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Lahat dihitung berdasarkan
klasifikasi tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lainnya.
23
umum yaitu Puskesmas Tinggi Hari, Puskesmas Muara Payang, Puskesmas
Wanaraya, Puskesmas Palembaja, Puskesmas Nanjungan , Puskesmas Tanjung
Aur, Puskesmas Senabing, Puskesmas Muara Lawai, Puskesmas GGB,
Puskesmas Sukamerindu.
Untuk dokter gigi spesialis di wilayah kerja Puskesmas belum ada, akan
tetapi dokter gigi sudah ada sebanyak 3 orang di Pusksmas Bandar Jaya,
Puskesmas Pagar Agung, Puskesmas Selawi, namun masih ada 30 Puskesmas
lagi yang belum ada dokter gigi.
3. Bidan di Puskesmas
Pada tahun 2017 jumlah bidan di wilayah kerja Puskesmas sebanyak
275 orang. Jumlah bidan yang terbanyak terdapat pada Puskesmas Merapi II,
Puskesmas Pagar Agung dan Puskesmas Selawi dengan jumlah bidan sebanyak
18 orang, sedangkan jumlah bidan yang terkecil terdapat pada Puskesmas
Wanaraya yaitu berjumlah 1 orang. Pada tahun 2017 semua wilayah kerja
Puskesmas sudah memiliki bidan desa.
24
6. Tenaga Keteknisian Medis di Puskesmas
Tenaga keteknisian medis terdiri dari tenaga Radiografer, Radioterafis,
Teknisi Elektromedis, Teknisi Gigi, Analis Kesehatan, Refraksionis Optisien,
Ortetik Prostetik, Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Teknisi Transfusi
Darah dan Teknisi Radiovaskuler. Pada tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas
yang ada adalah Teknisi Gigi dan Analis Kesehatan, dimana jumlah Teknisi Gigi
ada 1 orang di wilayah kerja Puskesmas Jarai dan tenaga teknisi Analis
Kesehatan berjumlah 3 orang di wilayah kerja Puskesmas Bungamas.
G. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Persentase alokasi anggaran kesehatan Kabupaten Lahat pada tahun
2017 sebesar 5,94 % terhadap APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).
Total anggaran kesehatan Kabupaten Lahat Tahun 2017 yang bersumber dari
anggaran APBD, APBN sebesar Rp. 117.585.952.446,- (Seratus Tujuh Belas
Miliar Lima Ratus Delapan Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Dua
Ribu Empat Ratus Empat Puluh Enam Rupiah).
25
BAB VI
KESIMPULAN
26