Anda di halaman 1dari 28

4

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah seni kemampuan mempengaruhi perilaku manusia

dan kemampuan mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku

mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pemimpin organisasi agar

bekerja sama menuju suatu tujuan tertentu yang diinginkan bersama.

Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang

organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengaitkan aspek

individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin

tersebut menerapkan kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat

kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan

memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota

organisasi.

Seseorang dikatakan sebagai pemimpin jika ia dapat mempengaruhi orang

lain untuk mencapai tujuan tertentu., meskipun tidak ada ikatan-ikatan yang

formal dalam organisasi. Dengan demikian pengertian kepemimpinan akan

timbul di mana pun, asalkan terdapat unsur-unsur berikut :

1. Adanya orang yang dipengaruhi

2. Adanya orang yang mempengaruhi

3. Orang yang mempengaruhi mengarahkan kepada tercapainya sesuatu

tujuan.

Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :


1. Kootz dan O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses

mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-

sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

2. George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-

orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.

3. Stoner, Kepemimpinan adalah suatu proses mengenai pengarahan dan

usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota

kelompok.

4. Young (Kartono,2003), kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang

didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak

orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh

kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang

khusus.

5. Tead, Terry, Hoyt (Kartono,2003), Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni

mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada

kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai

tujuan-tujuan yang diinginkan.

6. G. L. Feman & E.K. aylor (1950), Kepemimpinan adalah kemampuan

untuk menciptakan kegiatan kelompok mencapai tujuan organisasi dengan

efektivitas maksimum dan kerja sama dari tiap-tiap individu.

Dapat disimpulkan bahwa sudut pandang yang dilihat oleh para ahli

tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan

bersama.

5
2.2 Fungsi dan Teori - Teori Kepemimpinan

a. Fungsi Kepemimpinan

Untuk menciptakan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan

tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal

tersebut, menurut Hadari Nawawi (1995) “fungsi kepemimpinan berhubungan

langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing

yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam, bukan berada

di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam

situasi sosial kelompok atau organisasinya”. Fungsi kepemimpinan menurut

Hadari Nawawi “memiliki dua dimensi yaitu:

1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan

dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan

orang-orang yang dipimpinnya.

2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-

orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok

atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-

keputusan dan kebijakan pemimpin.

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut

Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan “lima

fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

1. Fungsi Instruktif

6
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultasi sebagai komunikasi

satu arah. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa

(isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu

memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat

mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.

Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.

2. Fungsi Konsultasi

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultasi sebagai komunikasi

dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha

menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan

berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin

berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam

pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota

kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam

melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai

dengan posisi masing-masing.

4. Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan

pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi

delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang

yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan

7
melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian ini,

harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak

mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif

harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam

koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan

bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian,

pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,

koordinasi, dan pengawasan.

Melaksanakan fungsi manajerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi

pelaksanaan:

1. Penyusunan rencana. Penyusunan organisasi pengarahan organisasi

pengendalian penilaian atau pelaporan.

2. Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan

tekun.

3. Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-

masing secara baik.

4. Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien

5. Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis.

6. Menyusun fungsi manajemen secara baik.

7. Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreativitas.

8. Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar.

8
b. Teori-teori kepemimpinan

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji

sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan

secara efektif serta menunjang kepada produktivitas organisasi secara

keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya

kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar

nantinya mempunyai referensi dalam menjalan sebuah organisasi. Beberapa

teori tentang kepemimpinan antara lain:

1. Teori kepemimpinan sifat (Trait Theory)

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan

perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di

Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu

dilahirkan, bukan diciptakan. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat

pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa

sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga

dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara

lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian. Teori ini berkesimpulan bahwa

kepemimpinan “orang besar” didasarkan ada sifat-sifat yang dibawa sejak

lahir, jadi merupakan suatu yang diwariskan. Itulah sebabnya teori ini

dikenal sebagai “Teori Genetis”.

2. Teori lingkungan

9
Teori lingkungan menyatakan bahwa munculnya para pemimpin

merupakan hasil pembentukan dari waktu, tempat, dan keadaan dan

kondisi. Teori ini sejalan dengan teori sosial, dimana teori sosial

mengatakan bahwa seorang pemimpin akan muncul bila ia berada di

lingkungan sosial. Selain itu teori lingkungan mengatakan bahwa masa,

periode, tempat, lokasi, situasi, dan kondisi atau keadaan tertentu,

misalnya sebagai akibat peristiwa yang menggemparkan akan

menampilkan seorang pemimpin yang dikehendaki oleh lingkungan dan

tempat tersebut.

3. Teori pribadi dan situasi

Penganut teori ini berpendapat bahwa kepemimpinan seseorang

ditentukan oleh kepribadiannya. Pemimpin harus mengenal dirinya,

mengenal kelompok orang-orang yang dipimpinnya, mengenal sifat-sifat

pekerjaan yang diselesaikan, serta mengetahui sifat serta hukum di

lingkungannya. Pemimpin harus berperan sebagai pembina kelompok

yang dipimpin, menciptakan cara-cara yang gampang untuk membangun

semangat kerja atau memberi kesempatan serta memahami apa yang harus

dikerjakan dan apa yang harus dicapai. Teori pribadi dan situasi hanya

menjelaskan kepemimpinan sebagai akibat dari seperangkat yang tunggal

dan mengabaikan faktor interaksi antara faktor pribadi dan faktor situasi

karena itu muncul teori pribadi dan situasi.

4. Teori Interaksi dan harapan

10
Teori ini berpendapat bahwa interaksi-interaksi manusia yang

berkelompok itu terdiri atas aksi, reaksi dan interaksi bermacam-macam

perasaan pada pihak-pihak yang bersangkutan. Segala tindakan pemimpin

harus dapat memberi kepercayaan, demikian pula orang-orang yang

dipimpinnya. Seorang pemimpin harus mengembangkan

kepemimpinannya yang terdiri atas perbuatan-perbuatan yang selalu ada

isinya. Artinya yang tidak mengecewakan orang-orang yang bersangkutan

dalam harapan-harapan mereka.

5. Teori Kelompok

Teori kepemimpinan yang mengutamakan pertukaran positif dari

pemimpin kepada para anggota dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok

ataupun organisasi. Dalam teori ini, dipercaya bahwa dengan adanya

hubungan saling tukar pendapat antara pemimpin dan anggota, tujuan

organisasi ataupun kelompok dapat tercapai.

6. Teori sosial

Teori ini berlawanan dengan teori sifat atau genetis. Teori ini

menyebutkan “Leaders are made and not born”. Penganut teori ini

mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa

menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang

cukup. Pada hakikatnya teori ini memandang semua orang sama dan dapat

menjadi pemimpin. Karena mereka memiliki bakat dan kesempatan yang

sama untuk menjadi pemimpin. Kesimpulannya kepemimpinan bukan

ditakdirkan, tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan.

11
7. Teori tukar-menukar

Teori ini berpendapat bahwa antara pemimpin dan yang dipimpin

harus terdapat tukar-menukar keuntungan. Pemimpin yang hanya

mengejar keuntungannya akan kecil daya kepemimpinannya dan

sebaliknya pemimpin yang mampu memberi penghargaan, gengsi atau

kehormatan kepada anggotanya akan memperoleh daya kepemimpinan

yang tinggi. Dalam hal ini cara memberi merupakan suatu seni sendiri,

salah-salah akan merusak segala-galanya. Selain itu teori ini juga

menyatakan bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar

menukar dimana anggota kelompok memberikan kontribusi dengan

pengorbanan-pengorbanan mereka sendiri dan menerima imbalan.

Interaksi menukar secara sosial ini saling memberikan penghargaan atau

keuntungan.

8. Teori Ekologis

Inti teori ini adalah seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin

yang baik apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat

kepemimpinan, bakat-bakat mana kemudian dikembangkan melalui

pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang

memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang

memang telah dimiliki.

9. Teori hubungan antar manusia

Penganut teori ini menekankan kepada faktor atau unsur manusia.

Manusia pada umumnya mempunyai motif untuk mau berbuat sesuatu.

12
Motif tersebut didasarkan pada perhitungan keinginan atau pamrih, atau

perhitungan untung-rugi. Akan tetapi hal itu tergantung dari pendidikan,

kecerdasan, pengalaman, nasihat lingkungan, dan sebagainya. Menurut

teori ini seorang pemimpin dalam melakukan kepemimpinannya harus

pandai melakukan hubungan-hubungan antar manusia yaitu dapat

memelihara keseimbangan antara kepentingan-kepentingan perseorangan

dan kepentingan umum organisasi.

2.3 Tipe-tipe dan Gaya-gaya Kepemimpinan

a. Tipe-tipe kepemimpinan

1. Tipe Autokrasi/otoriter/

Merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin menganggap

bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan

tindakan, mengarahkan, memberi motivasi, dan mengawasi bawahan

terpusat di tangannya. Seorang otoriter mengawasi pelaksanaan

pekerjaannya dengan maksud agar tidak terjadi penyimpangan dari

arah yang diberikannya.

Dalam melaksanakan kepemimpinannya, pemimpin bertindak

sebagai penguasa sehingga segala tindakan dan keputusan atas suatu

masalah sesuai dengan kehendak pemimpin. Dalam tipe

kepemimpinan yang seperti ini, setiap bawahan harus taat dan patuh

dengan aturan dan kebijakan yang dibuat oleh pemimpinnya.

Kepemimpinan Autokrasi/otoriter memiliki ciri-ciri antara lain:

13
a. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus

dipatuhi.

b. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.

c. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

d. Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata.

e. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.

f. Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.

g. Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya.

h. Selalu ingin berkuasa secara absolut.

i. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat, dan kaku.

Kelebihan:

a. Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak

pemimpin, tak ada bantahan dari bawahan.

b. Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga

apabila terjadi kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan

untuk menegur.

c. Mudah dilakukan pengawasan

Kelemahan:

a. Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari

pemimpin.

b. Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan

karena bawahan tidak merasa nyaman.

14
c. Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan

pendapat, pemimpin akan menganggapnya sebagai

pembangkangan dan kelicikan.

d. Kreativitas dari bawahan sangat minim karena tidak diberikan

kesempatan mengajukan pendapat.

e. Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin

yang berlebihan.

f. Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman

bahkan pemecatan dari atasan.

g. Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah

perintah yang diberikan sudah dijalankan dengan baik oleh

anggotanya

2. Tipe Demokratis

Tipe kepemimpinan demokratis adalah kebalikan dari pemimpin

otoriter. Pemimpin ikut berbaur dan berada ditengah-tengah

anggotanya. Hubungan yang tercipta juga tidaklah kaku seperti

majikan dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri.

Pemimpin selalu memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan

mempertimbangkan kesanggupan kelompok dalam mengerjakan tugas.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,

mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui

keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu

memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-

15
saat dan kondisi yang tepat. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah

membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling

tepat untuk organisasi modern karena:

a. Pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan

dari bawahan.

b. Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dalam usaha mencapai

tujuan.

c. Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai

pemimpin.

Kelebihan:

a. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin ini mau menerima dan

bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari kelompoknya.

b. Pemimpin ini mempunyai kepercayaan pula pada anggotanya

bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan

bertanggung jawab.

c. Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku

d. Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan.

e. Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan

sejalan.

Kelemahan:

a. Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena

diambil secara musyawarah.

16
b. Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karena pendapat setiap

orang jelas berbeda.

c. Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai

dan apabila ego masing-masing anggota tinggi.

3. Tipe Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik adalah tipe pemimpin yang

memiliki disiplin tinggi dan biasanya menyukai hal-hal yang formal.

Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan bawahannya untuk

melakukan perintah. Menggunakan pangkat dan jabatan dalam

mempengaruhi bawahan untuk bertindak. Seorang pemimpin yang

bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memilih sifat-sifat :

a. Kebanyakan sistem perintah/komando yang sering digunakan,

keras dan sangat otoriter, kaku dan sering kali kurang bijaksana.

b. Senang bergantung pada pangkat dan jabatan.

c. Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.

d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya.

e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari

bawahannya.

f. Komunikasi hanya berlangsung searah.

Kelebihan:

a. Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan

mengambil keputusan.

b. Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi.

17
c. Bawahan akan merasa aman dan terlindungi.

Kelemahan:

a. Pemimpin sukar dalam menerima kritikan dan saran dari bawahan.

b. Bawahan akan merasa tertekan dan tidak nyaman karena banyak

aturan dan sifat keras dari pemimpin

4. Tipe Karismatik

Tipe kepemimpinan karismatik memiliki kekuatan energi, daya

tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,

sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan

pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan karismatik

dianggap memiliki kekuatan gaib (supernatural power) dan

kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya

sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang karismatik

memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian

sendiri. Totalitas kepemimpinan karismatik memancarkan pengaruh

dan daya tarik yang amat besar. Dalam keadaan tertentu, tipe

kepemimpinan ini sangat diperlukan karena dapat menutupi sifat

negatifnya dengan kharisma positif yang dimilikinya. Terkadang para

bawahannya tidak memiliki alasan yang kuat untuk memilih seseorang

tersebut sebagai pemimpin. Pemimpin karismatik bisa dilihat dari cara

mereka berbicara, berjalan maupun bertindak.

Kelebihan:

a. Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas.

18
b. Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih.

c. Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena

sifatnya yang berkarisma sehingga bisa dipercaya.

d. Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa

memanfaatkannya semaksimal mungkin

Kelemahan:

a. Para pemimpin karismatik mudah mengambil keputusan yang

berisiko.

b. Pemimpin karismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa

yang dilakukan pasti benar karena pengikutnya terlanjut percaya.

c. Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin

uang berkompeten sulit.

5. Tipe Paternalistik/Maternalistik.

Tipe pemimpin ini memiliki sifat kebapakan, mereka menganggap

bahwa bawahan tidak bisa bersifat mandiri dan perlu dorongan dalam

melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu melindungi bawahannya.

Pemimpin paternalistik memiliki sifat maha tahu yang besar sehingga

jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil

keputusan. Ciri-ciri dari tipe kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:

a. Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa.

b. Bersikap terlalu melindungi.

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil keputusan.

19
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil inisiatif.

e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengembangkan daya kreasi dan fantasi.

f. Sering bersikap maha tahu.

Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda

dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah

dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau

terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang

berlebih-lebihan.

Kelebihan:

a. Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil

keputusan.

b. Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan.

Kelemahan:

a. Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak

diberi kesempatan.

b. Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama

karena menganggap dirinya sudah melakukan yang benar.

c. Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena

tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya.

6. Tipe Laissez-Fair (bebas apa maunya)

20
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia

membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.

Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan

kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan

oleh bawahannya sendiri. Pemimpin tipe laissez faire biasanya

menjadikan bawahan itu sebagai rekan kerja karena bersama-sama

melaksanakan tugasnya sampai kepada tujuan yang diinginkan.

Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki

keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol

anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu

menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai

pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau

karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya

biasanya kacau balau.

Kelebihan:

a. Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap

mandiri dan memiliki inisiatif.

b. Pemimpin tidak memiliki dominasi besar.

c. Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas.

Kelemahan:

a. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi

terhadap pekerjaan bawahannya.

21
b. Struktur organisasinya tidak jelas, segala kegiatan dilakukan tanpa

rencana dan tanpa pengawasan dari pemimpin.

c. Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan.

b. Gaya-gaya kepemimpinan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan

gaya yang berarti kesanggupan untuk berbuat dan sebagainya atau bisa

juga diartikan dengan kekuatan. Dengan demikian gaya kepemimpinan

bisa diartikan pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk

mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang

dimiliki bawahannya sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi

dapat dimaksimalkan.

Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk

mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat

mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya

(Guritno dan Waridin, 2005: 65). Menurut Tjiptono (2006: 161), gaya

kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam

berinteraksi dengan bawahannya.

Dari beberapa pengertian di atas gaya kepemimpinan merupakan suatu

pola tingkah laku baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan yang

digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahan

1. Gaya Persuasif

22
Gaya pemimpin persuasif adalah gaya memimpin dengan

menggunakan pendekatan yang mengubah perasaan, pikiran atau

dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan (Sutrisno, 2010:242).

Dengan demikian gaya kepemimpinan persuasif adalah gaya

memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah

perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau

bujukan.

2. Gaya represif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud

dengan represif adalah menekan, mengekang, menahan atau menindas.

Dengan kata lain gaya kepemimpinan dengan cara memberi tekanan,

mengekang, bahkan sampai menindas sehingga para bawahan merasa

takut.

Menurut Sutrisno (2010: 242), gaya pemimpin represif adalah gaya

kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-

ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.

Dengan kata lain gaya represif merupakan gaya kepemimpinan

dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman,

sehingga bawahan merasa ketakutan yang bertujuan mengembalikan

keserasian.

3. Gaya partisipatif

Gaya pemimpin partisipatif adalah gaya kepemimpinan dengan

cara memberikan kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif

23
baik menata, spiritual, fisik maupun material dalam kiprahnya dalam

perusahaan (Sutrisno, 2010: 242).

Sedangkan menurut Hasibuan (2006: 205), kepemimpinan

partisipatif yaitu jika seseorang pemimpin dalam melaksanakan

kepemimpinannya dilakukan secara persuasif, menciptakan kerja sama

yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahannya.

Pemimpin memotivasi para bawahan, agar mereka merasa ikut

memiliki perusahaan, falsafah pemimpin, pemimpin adalah untuk

bawahan, dan bawahan diminta untuk berpartisipasi dalam proses

pengambilan keputusan dengan memberikan informasi, saran-saran

dan pertimbangan. Pemimpin menerapkan sistem terbuka (open

management). Informasi dan pembinaan kaderisasi mendapat perhatian

serius.

Dengan demikian kepemimpinan partisipasif merupakan gaya

kepemimpinan dengan menerapkan sistem terbuka dengan

memberikan kesempatan kepada bawahan berperan aktif dalam menata

baik memberikan informasi maupun saran-saran demi keserasian.

4. Gaya Inovatif

Gaya pemimpin Inovatif adalah pemimpin yang selalu berusaha

dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan didalam

segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap

produk terkait dengan kebutuhan manusia (Sutrisno, 2010: 244).

24
Dengan kata lain gaya pemimpin seperti ini selalu memiliki inovasi

pembaharuan demi lancarnya suatu organisasi baik dalam hal

pemecahan masalah maupun dalam hal menciptakan produk terkait

kebutuhan manusia dan perkembangan zamannya.

5. Gaya Motivatif

Gaya pemimpin motivatif adalah pemimpin yang dapat

menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, program-program dan

kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik. Komunikasi

tersebut membuat segala ide bawahan-bawahan dan kebijakan

dipahami oleh bawahan sehingga bawahan mau (Sutrisno, 2010: 245).

Motivasi juga bagian inti dari dari tugas pemimpin. Memotivasi

orang lain berarti mengajak orang lain untuk bekerja lebih keras.

Motivasi adalah tantangan utama yang sudah ada sejak lama di dalam

tugas manajer (Dubrin, 2009: 12).

Gaya pemimpin motivatif ini merupakan gaya pemimpin dengan

menyampaikan segala ide, program dan kebijakan kepada bawahan

secara baik dan memberikan dorongan semangat kepada orang lain

untuk bekerja lebih keras.

6. Gaya Edukatif

Gaya pemimpin edukatif adalah pemimpin yang suka melakukan

pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan

keterampilan kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki

wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari hari ke hari, sehingga

25
seorang pemimpin yang bergaya edukatif tidak akan pernah

menghalangi bawahan ingin mengembangkan pendidikan dan

keterampilan (Sutrisno, 2010: 245).

Gaya kepemimpinan ini selalu mempercayakan kepada bawahan

untuk selalu mengembangkan kependidikan dan keterampilan guna

menambah wawasan dan pengalaman yang lebih baik.

Gaya-gaya kepemimpinan yang merupakan tolok ukur akan

keberhasilan berjalannya suatu organisasi. Semua gaya kepemimpinan

di atas dalam praktiknya di lapangan saling mendukung atau saling

menunjang secara bervariasi, yang disesuaikan dengan situasi dan

kondisinya sehingga akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif

26
Gaya
Kepemimpina Pendekatan Bawahan
n

Menggunakan pendekatan yang Pekerjaan dilaksanakan atas dasar


Persuasif
mengunggah perasaan dan pikiran. kemauan sendiri.

Gaya kepemimpinan dengan cara


Pekerjaan dilaksanakan atas dasar rasa
Represif memberikan tekanan-tekanan, ancaman-
takut.
ancaman.

Pemimpin yang selalu berusaPekerjaan


Pemimpin menerapkanm sistem terbuka dilaksanakan atas dasar rasa nyaman
(open management). Informasi dan karna bekerja bersama dengan
Partisipatif
pembinaan kaderisasi mendapat pimpinanha dengan keras untuk
perhatian serius. mewujudkan usaha-usaha pembaruan
didalam segala bidang.

Pemimpin yang selalu berusaha dengan Pekerjaan dilaksanakan atas dasar


Inovatif keras untuk mewujudkan usaha-usaha kemauan sendiri dengan upaya
pembaruan didalam segala bidang. pembaruan.

Pemimpin yang dapat menyampaikan


informasi mengenai ide-idenya, program- Pekerjaan dilaksanakan atas dasar
Motivatif kemauan sendiri dengan penuh semangat
program dan kebijakan-kebijakan kepada
atas motivasi dari pemimpin.
bawahan dengan baik.

Suka melakukan pengembangan


Seolah selalu merasakan ada banyak
bawahan dengan cara memberikan
Edukatif pembelajaran sebab sering diikut
pendidikan dan keterampilan kepada
sertakan dalam keterampilan.
bawahan.

2.4 Peran Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam organisasi mencakup segala aspek. Kepemimpinan

tentu saja sangat penting bagi jalannya organisasi karena jika sebuah

organisasi berjalan tanpa adanya unsur kepemimpinan yang baik dari

anggotanya juga dari pimpinan organisasinya, maka setiap masalah yang

27
muncul dalam berjalannya organisasi tersebut akan sulit untuk diselesaikan

secara cepat dan efisien, yang mengakibatkan tujuan adanya organisasi

tersebut terhambat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar

kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:

1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan

pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain

terhadap kepemimpinan yang bersangkutan.

2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh

dan berkembang.

3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi.

4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui

pertumbuhan dan perkembangan.

5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap

anggota mau menyesuaikan cara berpikir dan bertindaknya untuk

mencapai tujuan organisasi.

Ada beberapa peran pemimpin yang harus ada dalam sebuah organisasi yaitu :

1. Bersikap Adil

Dalam kehidupan Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa

kebersamaan di antara para anggotanya adalah mutlak. Sebab rasa

kebersamaan pada hakikatnya merupakan pencerminan dari kesepakatan

antar sesama bawahan, maupun antar pemimpin dengan bawahan, dalam

mencapai tujuan organisasi.

2. Memberikan sugesti

28
Sugesti bisa disebut saran atau anjuran. Sugesti mempunyai peranan

yang sangat penting dalam memelihara dan membina rasa pengabdian,

partisipasi dan harga diri, serta rasa kebersamaan di antara para bawahan.

3. Mendukung tercapainya tujuan

Tercapainya tujuan organisasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan

harus didukung oleh berbagai sumber. Oleh sebab itu, agar setiap

organisasi dapat efektif dalam arti mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

serta pendayagunaan sumber daya manusianya secara optimal, perlu

disiapkan sumber pendukungnya yang memadai.

4. Katalisator

Secara kimia, arti kata “katalis” atau katalisator” ialah saat yang tidak

ikut bereaksi, tetapi mempercepat reaksi (kimia). Dalam dunia

kepemimpinan, seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai seorang

katalisator apabila pemimpin tersebut berperan selalu meningkatkan

penggunaan segala sumber daya manusia yang ada, berusaha memberikan

reaksi yang memberikan semangat dan daya kerja cepat dan semaksimal

mungkin, serta selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.

5. Menciptakan rasa aman

Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan rasa aman bagi para

bawahannya. Fungsi ini hanya dapat dilaksanakan apabila setiap

pemimpin selalu mampu memelihara hal-hal yang positif, sikap optimisme

dalam menghadapi setiap permasalahan, sehingga dengan demikian dalam

melaksanakan tugas-tugasnya, bawahan merasa aman, bebas dari segala

29
perasaan gelisah, kekhawatiran, dan merasa memperoleh jaminan

keamanan dari pimpinan.

6. Sebagai wakil organisasi

Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apa pun selalu

memandang atasan atau pimpinannya mempunyai peranan dalam segala

bidang kegiatan, lebih-lebih kepemimpinan yang menganut prinsip

“keteladanan atau panutan”. Penampilan dan kesan-kesan positif seorang

pemimpin akan memberikan gambaran yang positif pula terhadap

organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian setiap pemimpin tidak lain

juga diakui sebagai tokoh yang mewakili dalam segala hal dari organisasi

yang dipimpinnya.

7. Sumber inspirasi

Seorang pemimpin pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para

bawahannya. Oleh karena itu setiap pemimpin harus selalu dapat

membangkitkan semangat para bawahan, sehingga para bawahan

menerima dan memahami tujuan organisasi secara antusias dan bekerja

secara efektif ke arah tercapainya tujuan organisasi.

8. Bersikap menghargai

Setiap orang pada dasarnya mengehendaki adanya pengakuan dan

penghargaan dari orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam suatu

organisasi memerlukan adanya pengakuan dalam penghargaan dari

atasannya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemimpin harus mau

30
memberikan penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apa pun kepada

bawahannya.

2.5 Etika Kepemimpinan

Etika kepemimpinan adalah bagaimana cara menjalankan kepemimpinan

yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Etika

kepemimpinan tidak dapat mengingkari bahwa pemimpin bertugas memimpin,

mengatur, dan mengelola dengan rasa tanggung jawab serta mengarahkan

kelompok atau lembaga pimpinannya menuju tujuan ekonomis dan sosial-

kesejahteraan, serta mengarahkan pada peningkatan martabat manusia.

Adapun etika dalam kepemimpinan yakni :

 Menjaga perasaan orang lain.

 Memecahkan masalah dengan rendah hati.

 Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang

lain.

 Mengutamakan dialog dalam memecahkan masalah.

 Menanggapi suatu masalah dengan cepat dan sesuai dengan keahlian.

 Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki serta

mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya.

31

Anda mungkin juga menyukai