Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPRASI DIRUANGAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM KARTINI KALIREJO LAMPUNG TENGAH

PADA TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

VANY HIDAYAH

2019206203146p

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang

dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika

pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan (Mirianti,

2011). Menurut Smeltzert and Bare dalam Jurnal hubungan perilaku caring perawat

terhadap tingkat kecemasan pasien pre op Appendiksitis tindakan pembedahan

preoperative baik terencana maupun kedaruratan merupakan peristiwa kompleks yang

menimbulkan kecemasan. Semua bentuk pembedahan tersebut selalu didahului oleh

suatu reaksi fisiologis seseorang yang akan melakukan tindakan seseorang baik

normal maupun tidak normal yang akhirnya terjadi kecemasan (2001 dikutip dalam

Aliftita S, 2017).

Menurut Capernito (2006) menyatakan 90% pasien pre operasi berpotensi

mengalami kecemasan, adapun tanda dari kecemasan yang biasanya timbul pada

pasien pre operatif yaitu meningkatnya frekuensi nadi, pernafasan, gerakan-gerakan

tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan

pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih (Twistiandayani &

Muzakki, 2017). Kecemasan berlebihan dapat memperburuk keadaan pasien yang

akan di operasi sehingga dapat berdampak pada pembatalan jadwal operasi yang akan

di jalani oleh pasien selain itu dampak yang di timbulkan oleh kecemasan apabila
tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan darah dan pernafasan yang dapat

menyebabkan pendarahan baik pada saat pembedahan atau pun pasca operasi.

Didalam keadaan cemas kemampuan seseorang dalam mempersepsikan stimulus

yang berasal dari individu akan mengalami suatu penyempitan bahkan bisa terjadi

suatu penyimpangan dalam tingkat panik.

Di dalam tahap ini perawat memiliki kewajiban untuk menenangkan klien dari

rasa cemasnya terlebih dahalu agar dapat mempelancar jalannya tindakan

pembedahan atau oprasi, salah satunya dengan cara komunikasi terapeutik terhadap

klien. Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan

secara sadar dimana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan

juga sangat penting dalam hubungan perawat dan klien yang di rancang untuk

memfasilitasi tujuan therapy dalam pencapaian tingkat kesembuhan yang optimal.

Salah satu tujuan komunikasi terapeutik adalah agar hubungan perawat dan klien

menjadi efektif dalam rangka mencapai kesembuhan, kesadaran diri, penerimaan diri

dan meningkatan kehormatan diri. (Hombi (1974), yang di kutip oleh Abdul Muhith

& Sandu Siyoto ( 2018).

Pengalaman masa lalu klien atau pengetahuan klien tentang prosedur

mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis saat proses perawatan dilakukan.

Klien yang belum mempunyai pengalaman atau pengetahuan tentang prosedur

tindakan kemungkinan mempunyai perbedaan dengan orang yang sudah pernah

mengalaminya (Potter & Perry, 2011).


Adapun teori – teori yang telah disebutkan diatas, sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Basra dkk pada tahun 2017 dengan judul penelitian Hubungan

komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di

ruangan Rawat Inap Bedah RSUD Nene Mallomo Kab. Sidrap dengan metode

deskriptif analitik dan pendekatan cross sectional study penelitian ini di lakukan pada

bulan desember. Dengan sempel pasien yang akan menjalani operasi di ruangan

perawatan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan

jumlah sampel sebanyak 30 orang. Hasil penelitian dengan uji Pearson Chi Square

didapat nilai p=0,031dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Nilai p < α (0,05), hasil

untuk tingkat kecemasan jumlah tertinggi yaitu pasien yang mengalami cemas berat

sebanyak 16 orang dengan presentase (53,3%) sedangkan jumlah terendah yaitu

pasien yang tidak cemas dan mengalami cemas ringan sebanyak 1 orang dengan

presentase (3,3%). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan komunikasi

terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit

Umum Daerah Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang (Basra 2017).

Penelitian lain di lakukan oleh Magdalena Ginting dkk dengan judul

penelitian Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kecemasan pasien pre

operatif di RSU Herna Medan pada tahun 2017 dengan Populasi sebanyak 30 orang.

Sampel sebanyak 30 dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik


perawat dengan kecemasan pasien pre operatif yang dirawat di Rumah Sakit Herna

Medan tahun 2017 dengan niali p value =0,000 (Ginting 2017).

Peneliti lainnya di lakukan oleh Warsini dkk dengan judul penelitian

komunikasi terapeutik perawat berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi di ruangan instalasi bedah senctral RSUD Saras Husada Purworejo,

penelitian ini di lakukan pada bulan mei tahun 2015. Jenis peneltian ini adalah

observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien pre-operasi di ruang IBS RSUD Saras Husada Purworejo. Teknik

pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Dengan jumlah Sempel 81 orang.

Analisis data menggunakan kendall tau. Hasil penelitian didapatkan bahwa

komunikasi terapeutik perawat tergolong cukup baik yaitu sebesar 37,0%. Tingkat

kecemasan pasien pre-operasi sebagian besar mengalami kecemasan sedang yaitu

sebesar 44,4%. Hasil uji statistik dengan menggunakan Kendal tau diperoleh nilai

p=0,000 (p<0,05). Ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat

kecemasan pasien pre-operasi (Warsini 2015).

Dalam jurnal penelitian yang berjudul Hubungan Komunikasi Terapeutik

Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Oprasi Basra mengatakan

Berdasarkan data tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada

tahun 2014 tercatat 609 kasus operasi (21,20%), pada tahun 2015 terdapat 983 kasus

operasi (34,22%) dan pada tahun 2016 terdapat 1281 kasus operasi (44,59%).

Adapun data kasus pasien oprasi diRumah Sakit Umum Kartini Kalirejo

Lampung Tengah pada tahun 2020 tercatat 484 kasus oprasi (11,5%) pasien oprasi
yang telah mendapatkan pelayanan. Dari hasil data pada bulan Januari sampai bulan

Maret 2021 didapatkan data bahwa tercatat 131 kasus oprasi (14,6%), didapatkan

pada bulan Maret 2021 sendiri terhitung 36 pasien, 20 pasien merasakan takut, 10

pasien merasakan gelisah, 5 pasien merasakan cemas dan 1 pasien merasakan biasa

saja (Reka Medis RSU Kartini,2020).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti: Hubungan

Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi

diRuangan Bedah Rumah Sakit Kartini Kalirejo Lampung Pada Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian adalah

“Adakah Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Pre Operasi diRuangan Bedah Rumah Sakit Kartini Kalirejo Lampung Pada

Tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Apakah ada hubungan Komunikasi Teraupetik dengan kecemasan pasien

sebelum menjalani Tindakan operasi diRuangan Bedah Rumah Sakit Umum

Kartini Kalirejo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia,

jenis kelamin dan pendidikan.


b. Mengetahui distribusi frekuensi komunikasi Teraupetik yang dilakukan

perawat pada pasien sebelum menjalani tindakan operasi diRuangan Bedah

Rumah Sakit Umum Kartini.

c. Mengetahui distribusi frekuensi kecemasan pada pasien sebelum menjalani

tindakan operasi diRuangan Bedah Rumah Sakit Umum Kartini.

d. Mengetahui hubungan Komunikasi Teraupetik dengan tingkat kecemasan

pada pasien sebelum menjalani tindakan operasi diRuangan Bedah Rumah

Sakit Umum Kartini.

D. Ruang Lingkup

1. Subjek penelitian: Pasien dewasa yang menjalani tindakan operasi diRuangan

Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kartini Kalirejo.

2. Lokasi penelitian: diRuangan Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kartini

Kalirejo.

3. Waktu penelitian: Maret - Mei tahun 2021.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan kajian ilmu

keperawatan manajemen di Rumah Sakit dan menjadi acuan dalam menyusun

pembelajaran dalam ilmu keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit


Meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan pemberian komunikasi

teraupetik kepada pasien. Menambah wawasan dan pengetahuan perawat dalam

melakukan pemberian pelayanan kesehatan dengan komunikasi Teraupetik.

3. Bagi Perawat

Agar peneliti dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sebagai

seorang perawat.

4. Bagi Pasien

Tambahan mengenai pentingnya pemberian komunikasi Teraupetik

dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien. Meningkatkan pengetahuan pasien

mengenai dampak meningkatnya kecemasan. Wacana dan landasan ilmiah agar

pasien dapat menurunkan tingkat kecemasan.

5. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan refrensi dalam

melakukan penelitian yang selanjutnya .

Anda mungkin juga menyukai