Anda di halaman 1dari 3

Lesson From 

Life
Posted on December 23, 2009 by Arif Perdana

Sebuah Cerita dari Seorang Teman…

Ada seorang anak dari teman, sudah setengah tahun lulus Wisuda, tidak pergi mencari kerja, pagi
tidur sampai siang, malam pergi main internet sampai tengah malam. Belakangan ini meminta
uang kepada orang tuanya, mau pergi ke Amerika menuntut ilmu lebih dalam lagi. Teman ini
bertanya kepada saya, mesti tidaknya dia membiarkan dia pergi. Saya menatap rambut teman
saya yang banyak putihnya dalam dalam & berkata: “Jika kamu berniat agar anak kamu baik
nantinya, biarkan dia pergi, tapi jangan kasih dia uang”. Saya terpikir cerita keponakan saya. Dia
adalah warga Amerika, dari kecil selalu berpikir mau jadi pengembara, ingin berkelana melihat
lihat dunia luar, jadi ingin pergi berkeliling dunia, nanti setelah kembali mau melanjutkan
sekolah di Universitas. Biarpun ayahnya seorang dokter, ekonomi keluarga memungkinkan,
tetapi ayah ibunya tidak memberinya uang dan dia juga tidak memintanya dari mereka. Sesudah
tamat SMA, maka dia segera pergi ke hutan Alaska untuk memotong kayu untuk menabung.

Karena di Alaska saat musim panas siang hari sangat panjang, matahari baru terbenam kira²
tengah malam dan sebentar kemudian jam 3 subuh sudah terbit lagi. Jika dalam sehari dia bisa
bekerja 16 jam, memotong kayu selama 1 musim, maka dia bisa menabung untuk keliling dunia
selama 3 musim.

Maka setelah keliling dunia 2 tahun akhirnya kembali ke sekolah untuk meneruskan pelajaran di
Universitas. Dan karena hal ini adalah dirinya sendiri yang memikirkan matang² & secara
mendalam, maka jurusan pilihannya yang semestinya perlu 4 tahun untuk lulus, diselesaikannya
dalam waktu 3 tahun. Setelah itu mulai mencari pekerjaan.
Karirnya cukup baik, bisa dibilang searah dengan arah angin, lancar naik terus sampai ke posisi
Kepala Insinyur/ Manajer Teknik. Pada suatu saat dia bercerita kepada saya dan mengatakan hal
di bawah ini yang mempengaruhinya seumur hidup.

Ketika dia bekerja paruh waktu di Alaska, pernah sekali dia dan temannya mendengar teriakan
erangan serigala di atas gunung. Mereka sangat cemas dan mulai mencari cari, akhirnya
menemukan seekor serigala betina terjerat jebakan dan sedang merintih kesakitan. Terus dia
memperhatikan alat jebakan besi yang unik dan tahu bahwa itu adalah milik seorang Pak Tua.

Pak Tua ini adalah amatiran, menggunakan waktu luangnya untuk menangkap binatang,
kemudian menjual kulitnya untuk menambah kebutuhan dapurnya. Tetapi setahu mereka, si
Bapak Tua tadi beberapa hari lalu karena serangan jantung telah diangkut pakai helikopter ke
rumah sakit Ancrukhy untuk mendapatkan pertolongan dan dirawat sekarang.

Dan serigala betina ini bakal mati kelaparan karena tidak diurus. Timbul keinginan dia
melepaskan serigala betina itu tetapi serigala itu sangat ganas & garang sehingga dia tidak dapat
mendekat. Dia juga mengamati ada tetesan susu dari serigala betina ini dan ini menandakan
bahwa di sarangnya pasti ada anak² srigala. Dia & temannya menghabiskan banyak sekali tenaga
& waktu untuk mencari sarang srigala, sampai menemukan 4 ekor anak serigala dan membawa
mereka ke tempat serigala betina tadi untuk diberikan susu. Dengan demikian bisa
menghindarkan mereka dari bahaya mati kelaparan. Dia mengeluarkan bekal makanan sendiri
untuk diberikan ke serigala betina sebagai makanan & mempertahankan hidupnya.
Malam hari masih harus berkemah di sana dekat serigala betina untuk menjaga serigala &
keluarganya dari serangan binatang lain karena ibu serigalanya terjerat tidak bisa membela
keamanan diri sendiri maupun anak anaknya. Hal ini terus berlangsung sampai hari kelima, saat
dia mau memberi makan serigala betina, tiba² dia memperhatikan serigala tadi mulai meng-
goyang²-kan ekornya. Kemudian dia tahu kalau dia sudah mulai mendapatkan kepercayaan dari
serigala betina ini.

Akhirnya setelah berlalu 3 hari lagi, baru serigala betina mengizinkan dirinya didekati, membuka
jeratan jebakan yang men jepitnya dan melepaskannya bebas kembali. Setelah bebas, serigala
betina ini kemudian menjilat tangannya dan membiarkan dia memberikan obat luka di kakinya.

Terakhir serigala betina ini membawa anak² pergi, dengan sesekali memutar balikkan kepalanya
melihat ke belakang ke arah dia.
Dia terduduk di atas batu dan berpikir, jika seorang manusia bisa membuat seekor binatang buas
seperti serigala menjilat tangannya dan menjadi temannya, apakah bisa tidak mungkin seorang
manusia membuat manusia lain meletakkan senjatanya & berkawan?

Dia bertekad di kemudian hari untuk berbuat baik & menunjukkan ketulusan hati kepada orang
lain, karena dari kasus ini dia mempelajari bahwa dia terlebih dahulu menunjukkan ketulusan
hati, maka lawan pasti akan membalasnya dengan ketulusan juga. (Sambil bergurau dia berkata,
jika demikian saja tidak bisa, maka kalah sama binatang.)

Karenanya setelah masuk bekerja, di perusahaan dia berbaik hati kepada orang lain. Per-tama²
selalu menganggap orang lain berniat baik, kemudian sendiri bersikap tulus, sering kali suka
menolong orang lain, tidak berhati sempit & mengingat kesalahan kesalahan kecil orang lain.

Oleh karena ini setiap tahun dia selalu naik jabatan, promosinya cepat sekali. Yang paling
penting adalah dia setiap hari melewati kehidupannya dengan sangat gembira, katanya orang
yang membantu orang lain adalah lebih gembira dibandingkan dengan orang yang menerima
bantuan, memberi lebih baik daripada menerima.

Dia berkata kepada saya bahwa dia selalu berterima kasih atas pengalaman dia di Alaska dulu,
karena ini membuat dia menerima rejeki kebajikan yang tak habis habisnya seumur hidup ini.
Dan ini benar sekali, hanya sesuatu hal yang kita mau, yang bisa kita hargai, strawberry yang
sudah mendapatkan embun baru akan manis, manusia yang sudah diasah kesulitan baru menjadi
dewasa dan matang.

Jika ada seseorang yang tamat Universitas dan tidak tahu mau bekerja apa, maka harus
membiarkan dia pergi keluar untuk diasah oleh sang kehidupan, tidak perlu memberikan dia
uang, biarkan dia mencari makan dengan tenaganya, berikan dia 1 kesempatan untuk
membuktikan kekuatan dirinya & mencicipi kehidupan, percaya dia pasti bisa mendapatkan
sebuah pengalaman yang berguna seumur hidup.

Lamar Boschman – “I would rather my heart be without words than my words be without heart.”

Anda mungkin juga menyukai