Potensi Likuifaksi
Wahyu Budi Kusuma
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas
Bumi, Cepu
ABSTRAK
Pada tahun 2018, tepatnya pada tanggal 28 September, Indonesia dikejutkan dengan
fenomena bergerak dan amblasnya semua yang ada di permukaan baik berupa bangunan
maupun tanaman di daerah Petobo dan Balaroa, setelah gempa berkekuatan 7,4 skala Richter
mengguncang Palu, Sulawesi Tengah. Fenomena ini dikenal dengan likuifaksi. Apakah
likuifaksi itu? Mengapa bisa terjadi? Bagaimana proses terjadinya? Bagaimana mengatasinya?
Pertanyaan tersebut menjadi trending topic pasca gempa palu. Tulisan ini disusun dari berbagai
sumber dan pendapat para ahli dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas.
Likuifaksi merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di daerah dengan kondisi tanah
yang jenuh air, muka air tanah dangkal dan jenuh air. Potensi likuifaksi suatu wilayah dapat
diprediksi secara kualitatif dan kuantitatif Analisis kualitatif digunakan untuk skala regional
sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk skala detil Penyusunan zona potensi likuifaksi
dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Liquefaction Potential Index (LPI), Liquefaction
Severity Index (LSI) dan Liquefaction Risk Index (LRI). Metoda yang umum dilakukan untuk
menentukan potensi likuifaksi adalah dengan menghitung kekuatan tanah menahan likuifaksi
akibat gempa (cyclic resistance ratio (CRR)) dan tegangan geser tanah akibat gempa (cyclic
stress ratio (CSR)). CRR dan CSR dihitung dari data yang diperoleh dengan melakukan self
penetration test (SPT) atau cone penetration test (CPT).
Kata kunci: Likuifaksi, Gempa Bumi, Indeks Likuifaksi
ABSTRACT
In 2018, precisely on September 28, Indonesia was shocked by the phenomenon of movement
and the collapse of everything on the surface in the form of buildings and plants in the Petobo
and Balaroa regions, after an earthquake measuring 7.4 on the Richter scale shook Palu,
Central Sulawesi. This phenomenon is known as liquefaction. What is the liquefaction? How
did it happen? How is the process happening? How to overcome it? The question became a
trending topic after the earthquake. This paper is compiled from various sources and opinions
of experts in order to answer the questions above.
Liquefaction is a natural phenomenon that usually occurs in areas with water-saturated
soil conditions, shallow ground water levels and water saturation. Potential liquefaction can
be predicted qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis is used for regional scales
while quantitative analysis is used for detailed scales. The compilation of potential zones of
PENDAHULUAN
Tsunami menjadi bahan pembicaraan umum di lingkungan masyarakat Indonesia sejak
terjadinya gempa Aceh 26 Desember 2004. Sejak saat itu setiap ada kejadian gempa maka orang
bertaya-tanya apakah berpotensi tsunami? Tsunami seolah-olah melekat pada setiap kejadian
gempa.
Pada tahun 2018, tepatnya pada tanggal 28 September, Indonesia dikejutkan dengan fenomena
bergerak dan amblasnya semua yang ada di permukaan baik berupa bangunan maupun tanaman
di daerah Petobo dan Balaroa, setelah gempa berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Palu,
Sulawesi Tengah. Fenomena ini dikenal dengan likuifaksi.
Apakah likuifaksi itu? Mengapa bisa terjadi? Bagaimana proses terjadinya? Bagaimana
mengatasinya? Pertanyaan tersebut menjadi trending topic pasca gempa palu. Tulisan ini disusun
dari berbagai sumber dan pendapat para ahli dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan
diatas.
TINJAUAN PUSTAKA
Likuifaksi adalah hilangnya kekuatan tanah akibat kenaikan tegangan air pori dan turunnya
tekanan efektif dari lapisan tanah yang timbul akibat dari beban siklis dinamis. Pada lapisan
tanah, beban siklis dinamis terjadi akibat rambatan gelombang gempa bumi tektonik.
Seed et al ( 1975 ) mendefenisikan, bahwa likuifaksi adalah proses perubahan kondisi tanah
pasir yang jenuh air menjadi cair akibat meningkatnya tekanan air pori yang harganya menjadi
sama dengan tekanan total oleh sebab terjadinya beban dinamik, sehingga tegangan efektif
tanah menjadi nol.
Liou (1976) mendefinisikan, bahwa likuifaksi adalah proses berubahnya tanah granular
jenuh dari keadaan padat ( solid ) menuju keadaan berprilaku cair akibat kenaikan tekanan air
pori.
Likuifaksi dapat terjadi jika material lepas, sedimen jenuh air atau di dekat permukaan hilang
kekuatannya akibat gempa yang kuat (USGS).
Fenomena likuifaksi menjadi perhatian para ahli khususnya di bidang geologi teknik setelah
kejadian dramatis akibat gempa pada tahun 1964 di Jepang dan Alaska. Di Niigata, Jepang,
likuifaksi mengakibatkan terjadinya sand boils (semburan pasir), hilangnya daya dukung tanah,
differential settlement (penurunan setempat) dan slope movement (longsoran). Peristiwa ini
Beberapa contoh kasus gempa bumi lain yang memicu terjadinya likuifaksi adalah gempa
Van Norman di bagian selatan California yang mengakibatkan keruntuhan bendungan Lower
San Fernando Dam dan Upper Fernando Dam tahun 1971, gempa Aceh dan Nias tahun 2004,
gempa Yogyakarta pada tahun 2006 dan gempa Christchurch di New Zealand pada tahun 2011
(Mase, 2011).
Gambar 2. Dampak likuifaksi gempa Christchurch, 2011 (Tonkin and Taylor 2013)
Likuifaksi di Petobo dan Balaroa menjadi kejadian terbaru dan terdahsyat di Indonesia.
Kejadian likuifaksi di lokasi ini menghancurkan ratusan bangunan diatasnya. Kerugian akibat
gempa di Palu (gempa, tsunami dan likuifaksi) mencapai 8,3 triliun rupiah (Pusdatin Kegempaan
Provinsi Sulteng, 2019).
POTENSI LIKUIFAKSI
Secara umum dari beberapa pendapat ahli dan sejarah likuifaksi, maka syarat terjadinya
likuifaksi ada tiga:
1. Tanah non kohesif jenuh air (saturated)
2. Muka air tanah dangkal
3. Gempa dangkal (minimal 5.0 SR)
LRI PLP
LRI WLW
( z()dz
z )dz
0 0
11
PLPL 3, 5 3, 5
FsFs
1
1
1 1
Tabel
Tabel3. Klasifikasi
3.
Tabel Klasifikasipotensi
3. Klasifikasi potensilikuifaksi
potensi likuifaksi
likuifaksi dari
dari
dari nilai LRI
nilai
nilai LRI LRI
Nilai LRI
Nilai LRI Potensi Likuifaksi
Potensi Likuifaksi
LPI > 30
LPI > 30 Sangat
Sangattinggi
tinggi
2020
<<LRI < 30
LRI < 30 Tinggi
Tinggi
LRI < 20
LRI < 20 Rendah
Rendah
EVALUASI
EVALUASI POTENSI
POTENSI LIKUIFAKSI
LIKUIFAKSI
Metode
Metode evaluasi
evaluasipotensi
potensilikuifaksi
likuifaksi dapat dilakukan
dapat dilakukan dengan
dengan cara kualitatif
cara dan
kualitatif dankuantitatif.
kuantitatif.
Metode kualitatif umumnya digunakan untuk area yang sangat luas skala
Metode kualitatif umumnya digunakan untuk area yang sangat luas skala regional sedangkan regional sedangkan
metode
metode kuantitatif
kuantitatif
Majalah untuk
Ilmiah Swaraskala
untuk skala
Patra detil.
detil.
Vol 10 No. 2 Tahun 2020 9
Metode kualitatif yang diprakarsai oleh Keith et.al (1999) dimulai
Metode kualitatif yang diprakarsai oleh Keith et.al (1999) dimulai dengan melakukan dengan melakukan
identifikasi apakah
identifikasi apakah di di
daerah
daerahtersebut
tersebut terdapat
terdapatlapisan tanah
lapisan tanahberbutir
berbutiryang
yangjenuh
jenuh airair
(saturated
(saturated
granular)
granular) jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakahdi di
jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakah
daerah
daerahtersebut
tersebut terdapat
terdapatdata
datapemboran.
pemboran. Jika tidak
Jika maka
tidak maka dilihat
dilihatumur
umur lapisan
lapisantanah
tanah dan
danmuka
muka
Tabel 3. Klasifikasi potensi likuifaksi dari nilai LRI
Nilai LRI Potensi Likuifaksi
LPI > 30 Sangat tinggi
20 < LRI < 30 Tinggi
LRI < 20 Rendah
EVALUASI POTENSI LIKUIFAKSI
Metode evaluasi
EVALUASI POTENSI potensi likuifaksi dapat dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif.
LIKUIFAKSI
Metode kualitatif umumnya digunakan
Metode evaluasi potensi likuifaksi dapat untukdilakukan
area yangdengan
sangat cara
luas kualitatif
skala regional sedangkan
dan kuantitatif.
metode
Metode kuantitatif untuk skala
kualitatif umumnya detil.
digunakan untuk area yang sangat luas skala regional sedangkan
metode kuantitatif
Metode untuk
kualitatif skala
yang detil.
diprakarsai oleh Keith et.al (1999) dimulai dengan melakukan
Metode kualitatif yang diprakarsai oleh Keith
identifikasi apakah di daerah tersebut terdapat et.al
lapisan tanah(1999) dimulai
berbutir yang dengan
jenuh airmelakukan
(saturated
identifikasi apakah di daerah tersebut terdapat lapisan tanah berbutir yang jenuh air
granular) jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakah di (saturated
granular) jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakah di
daerah tersebut terdapat data pemboran. Jika tidak maka dilihat umur lapisan tanah dan muka air
daerah tersebut terdapat data pemboran. Jika tidak maka dilihat umur lapisan tanah dan muka
tanahnya. Jika ada data bor makadilakukan analisis ambang likuifaksi yang melibatkan faktor
air tanahnya. Jika ada data bor makadilakukan analisis ambang likuifaksi yang melibatkan
kegempaan. Untuk lebih jelasnya alur metode kualitatif Keith et.al (1999) ini dapat dilihat pada
faktor kegempaan. Untuk lebih jelasnya alur metode kualitatif Keith et.al (1999) ini dapat
gambar 4: gambar 4:
dilihat pada
dengan menghitung kekuatan tanah menahan likuifaksi akibat gempa (cyclic resistance ratio
(CRR)) dan tegangan geser tanah akibat gempa (cyclic stress ratio (CSR)).
2004). v v '
Faktor stress reduction (rd) memiliki hubungan dengan faktor kedalaman (Gam
Total vertical stress dan vertical effective stress adalah fungsi dari berat isi tanah
6) dengan perkiraan rentang nilai menurut Robertson & Wride, 1997 adalah seba
dengan Faktor stress Faktor
kedalaman. reduction (rd) reduction
stress memiliki hubungan
(rd) merupakan dengangambaran
faktor kedalaman (Gambar
perbandingan
berikut:
6) dengan
antara perkiraan
cyclic stress padarentang
tanah nilai
yang menurut
fleksibelRobertson
dengan tanah & Wride,
yang 1997
rigid adalah
(Idriss sebagai
&
rd = 1,0 – 0,000765z (jika z < 9,15 m)
Boulanger,
berikut:2004).
rd = 1,174
Faktor stress reduction (rd) memiliki – 0,0267z
hubungan dengan (jika 9,15≤
faktor z ≤23 m) (Gambar
kedalaman
• r = 1,0 – 0,000765z
6) dengan perkiraand rentang nilai menurut r d = (jika
0,744 z <
– 9,15
0,008z m)(jika
Robertson & Wride, 1997 23 ≤ z ≤ 30adalah
m) sebagai
berikut: r d = 0,5 (jika z > 30)
• rd = 1,174 – 0,0267z (jika 9,15≤ z ≤23 m)
rd = 1,0 – 0,000765z (jika z < 9,15 m)
• rd = r1,174
d
= 0,744 – 0,008z
– 0,0267z (jika
(jika 23 ≤zz≤23
9,15≤ ≤ 30m)m)
• rd = r0,744
= 0,5–(jika
0,008zz >(jika
30) 23 ≤ z ≤ 30 m)
d
rd = 0,5 (jika z > 30)
12 Gambar 7. Kurva
Majalah Ilmiahhubungan
Swara PatraCRR vsNo.
Vol 10 SPT terkoreksi
2 Tahun 2020
Kurva ini menunjukkan daerah yang terindikasi likuifaksi dan yang non-likuifa
Persamaan berikut ini dikembangkan oleh Idriss dan Boulanger untuk faktor kore
(N1)60 penyetaraan clean sand, (N1)60cs :
Gambar 7. Kurva hubungan CRR vs SPT terkoreksi
Diambil dari sebuah consensus NCEER tentang ketahanan tanah terhadap likuifaksi
tahun 1998 mengenai analisis likuefkasi didapatkan metode evaluasi CRR dengan kriteria
untuk evaluasi tahanan likuifaksi berdasarkan nilai SPT telah digunakan selama bertahun
– tahun. Kriteria tersebut sebagian besar diwujudkan dalam plot kurva antara nilai SPT
terkoreksi (N1)60 dan nilai CSR.
Gambar 7. 7.
Gambar Kurva
Kurvahubungan CRR
hubungan CRR vs vs
SPTSPT terkoreksi
terkoreksi
Kurva
Kurva ini
ini menunjukkan
menunjukkan daerah
daerah yang
yang terindikasi
terindikasi likuifaksi
likuifaksi dan
dan yang
yang non-likuifaksi.
non-likuifaksi.
Persamaanberikut
Persamaan berikutiniini dikembangkan
dikembangkan oleholeh Idriss
Idriss dan Boulanger
dan Boulanger untuk untuk
faktor faktor
koreksikoreksi
(N1)60
(N1) penyetaraan
penyetaraan
60 clean sand, (N1)
clean sand, (N1)60cs : 60cs :
(N1)60cs = α + β (N1)60
7
Dimana α dan β adalah koefisien yang didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
(N1)60cs = α + β (N1)60
seperti di bawah ini:
Dimana α dan β adalah koefisien yang didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
sepertiα di
= 0bawah
dan β ini:= 1.0………..untuk FC < 5% (N1)60cs = α + β (N1)60
Dimana α dan β adalah koefisien (N1)yang 60cs = α + β (N1)60
didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
α α= =0 5dan
danβ β= =1.0………..untuk
Dimana α 1,2………..untuk
dan β adalah FCFC
koefisien <> 5% 35%
yang didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
α =untuk
5 dan seperti
5%β =< di<bawah
1,2………..untuk
FC 35% ini: FC > 35%
maka:
seperti αdi=bawah dan ini:
untuk 5%α<=FC
α = exp[1,76-(190/FC2)]
0 <0 35%
dan β =
βmaka:
= 1.0………..untuk FC < 5%
1.0………..untuk FC FC < 5%
α = 5 dan β = 1,2………..untuk
α β= =exp[1,76-(190/FC2)] > 35%
exp[0,99+(FC1,5/1,00)]
α = untuk
5 dan β5% = 1,2………..untuk FC > 35%
β = exp[0,99+(FC1,5/1,00)] < FC < 35% maka:
persamaan CRR
untuk adalah< sebagai berikut:
persamaan CRR = 5%
αadalah FC < 35%
exp[1,76-(190/FC2)]
sebagai berikut:
maka:
α =βexp[1,76-(190/FC2)]
= exp[0,99+(FC1,5/1,00)]
N1
60cs N160cs N160cs N160cs
2 3
β = exp[0,99+(FC1,5/1,00)]
persamaan CRR exp
CRR7,5 adalah
sebagai
berikut: 2,8
14,1 126 23,6 25,4
persamaan CRR adalah sebagai berikut:
N1
3
N 1
2
N 160cs N160cs
Nilai CRR berdasarkan nilai SPT CRR7,5 Nexp160cs 14,1 N160cs 126 60cs 60cs
N160cs N160cs
2
23
3
,6 25 , 4 2,8
CRR7,5 exp 2,8
Nilai CRR
• Robertson &berdasarkan
Wride (1998)nilai SPT
merumuskan CRR
14 ,1 berdasarkan
126 23,6 uji 25Cone
,4 Penetration
Test
(CPT)adalah Nilai
sebagaiCRR berdasarkan
berikut : nilai SPT
Robertson Nilai
& CRR berdasarkan
Wride
Robertson (1998) merumuskan nilai SPT CRR berdasarkan uji Cone Penetration Test (CPT)
3 & Wride (1998) merumuskan CRR berdasarkan uji Cone Penetration Test
Robertson & Wride (1998) merumuskan
Jika: 50 ≤ qc1NCRR berdasarkan uji Cone Penetration Test
adalah q
CRR7,5sebagai c1berikut
93(CPT) N
0:,08
adalah sebagai
. berikut < 160
(CPT) adalah
1000 sebagai berikut :
qc1N3
3
CRR7,5 93q 0,08. Jika 50 ≤ q < 160
CRR7,5 933 c1N1000 0,08. Jika 50 ≤ qc1N c1N<160
q 1000
CRR7,5 0,83 c1N 0,05. Jika qc1N ≤ 50
1000
qc1N3
3
CRR7,5 0,83
qc1N 0,05. Jika qc1N ≤ 50
qc1N CRR7,5 0,83 1000
adalah tekanan konus 0,05.
terkoreksi Jika
pada qc1N fraksi
kondisi ≤ 50 halus (clean sand).
1000
Formulanya adalah:
(qc1N )∈qadalah qc1Nq konus
tekanan adalah tekananpada
terkoreksi konus terkoreksi pada(clean
kondisi fraksi halus (clean sand).
c1N =
qK
cx c1N
c1N adalah tekanan konus kondisi fraksipada
terkoreksi haluskondisi sand).
fraksiFormulanya
halus (clean sand).
adalah: Formulanya adalah:
Formulanya Paadalah:
0,5
Kc x qc1N
q =
qc1N = CN xqqc =c1N= Kcx qxqc1N
c
c1N
v' 0,5
P
0,5
Pa adalah tekanan qc1N = CN x1qcatm
pada =P atau 101,3
a
xqc KPa sedangkan C N adalah faktor koreksi
qc1N = CN x qc = a v ' xq
overburden untuk tahanan penetrasi v' formula Liao & Whitman, 1986 dalam Idriss &
c
Boulanger, Pa adalah
2004. Kc tekanan
adalah faktor pada
koreksi1 atmpada atau
tanah101,3 KPayang
berbutir sedangkan
memilikiC Npersyaratan
adalah faktor koreksi
Pa overburden
adalah tekanan pada 1 atm atau 101,3 KPa sedangkan
untuk tahanan penetrasi formula Liao & Whitman, 1986 dalam Idriss &C N adalah faktor koreksi
sebagai berikut :
overburden untuk tahanan penetrasi formulapada Liaotanah
& Whitman, 1986memiliki
dalam Idriss &
Boulanger,
a. Jika Boulanger,
Ic (Indeks Sifat 2004.
tanah) Kc≤ adalah faktor
1.64faktor
maka Kckoreksi
= 1.0. berbutir yang persyaratan
2004. Kc adalah koreksi pada tanah berbutir yang memiliki persyaratan
Ic >sebagai
b. Jika sebagai1.64, berikut :
maka:
berikut :
a. Jika Ic4 (Indeks 3Sifat tanah) 2 ≤ 1.64c-17,8
maka Kc = 1.0.
Majalah Kc a.=Jika
Ilmiah -0,403I
Ic
Swara c +5,581I
(Indeks
Patra Vol Sifat -21,63I
10 cNo. tanah)
2 Tahunc ≤+33,75I
1.64
2020 maka Kc = 1.0. 13
b. Jika Ic > 1.64,
Ic b.= Jika
[(3,47-logQ) 2 maka:
+(logF+1,22) 2
] 0,5
Ic >Kc 1.64,
=vo’) maka: 4+5,581I 3-21,63I 2+33,75I -17,8
-0,403I
Q = (qc- Kc vo)/(
= -0,403I dan 4 Fc = (fs/(q
c +5,581I
3 c-c vo))x100%
2 c c
2 c -21,63Ic +33,75I 2 0,5 c-17,8
Ic = [(3,47-logQ) +(logF+1,22) ]
Nilai CRR dari perhitunganIc = Q [(3,47-logQ)
data
= (q SPT 2dan+(logF+1,22)
CPT di atas 2 0,5
] merupakan perhitungan CRR pada
c- vo)/( vo’) dan F = (fs/(qc- vo))x100%
magnitude gempa 7,5 Q =M(qdan c- vo )/( vo’) 1dan
tekanan atm.F =Sehingga
(fs/(qc- vodiperlukan
))x100% faktor koreksi jika
Pa adalah tekanan pada 1 atm atau 101,3 KPa sedangkan CN adalah faktor koreksi overburden
untuk tahanan penetrasi formula Liao & Whitman, 1986 dalam Idriss & Boulanger, 2004.
Kc adalah faktor koreksi pada tanah berbutir yang memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Jika Ic (Indeks Sifat tanah) ≤ 1.64 maka Kc = 1.0.
b. Jika Ic > 1.64, maka:
Kc = -0,403Ic4+5,581Ic3-21,63Ic2+33,75Ic-17,8
Ic = [(3,47-logQ)2+(logF+1,22)2]0,5
Q = (qc-σvo)/(σvo’) dan F = (fs/(qc-σvo))x100%
Nilai CRR dari perhitungan data SPT dan CPT di atas merupakan perhitungan CRR pada
magnitude gempa 7,5 M dan tekanan 1 atm. Sehingga diperlukan faktor koreksi jika skala
gempa tidak 7,5 M yaitu magnitude scaling factor (MSF) serta overburden correction
factor (Kσ), yaitu koreksi terhadap tegangan overburden sebesar 1 atm.
MSF = 6,9 exp (-M/4)-0,058
Kσ = 1 – Cσ ln (σ’vc/Pa) ≤ 1,1
MSF adalah faktor skala magnitude gempa yang akan bernilai sama dengan 1 pada
magnitude 7,5 skala Richter. MSF diperlukan karena adanya pengaruh dari magnitude yang
menyebabkan goncangan dimana bisa menyebabkan rendahnya ketahanan tanah terhadap
likuifaksi akibat penambahan stress cycle. (Schneider & Wayne, 1999).
Nilai MSF pada umumnya berbanding terbalik dengan nilai rd (Idriss & Boulanger, 2004).
Hubungan MSF dengan Magnitude gempa menurut Idriss, 1999 :
MSF = 31,9(Mw)-1,72
Kondisi batas yang berlaku di daerah penyelidikan menerapkan nilai MSF = 1 dengan
asumsi bahwa nilai FS merupakan hasil murni dari perbandingan antara CRR terhadap
CSR dimana acuan PGA berasal Peta Zona Gempa Indonesia secara regional.
Estimasi nilai regangan volumetrik berdasarkan data CPT dapat diketahui dari nilai qc
Estimasi nilai regangan volumetrik berdasarkan data CPT dapat diketahui dari nilai qc
terkoreksi dimana hubungannya seperti disajikan dalam gambar 8.
terkoreksi dimana hubungannya seperti disajikan dalam gambar 8.
Gambar Gambar
8. Hubungan regangan
8. Hubungan volumetrik
regangan volumetrikterhadap nilai(q(q
terhadap nilai )cs )(Zhang,2002)
c1Nc1N cs (Zhang,2002)
MenurutZhang
Menurut Zhangdrr,
drr,2004
2004menyebutkan
menyebutkanbahwa
bahwaanalisis
analisisdalam
dalamprediksi
prediksiperpindahan
perpindahan lateral
lateral
terdapattiga
terdapat tigatahapan
tahapan: :
1. Menentukan lapisan yang terlikuifaksi yang dalam hal ini menggunakan data sondir.
2.1.Menentukan
Menentukannilailapisan yang
indeks terlikuifaksi
perpindahan yang(LDI)
lateral dalam hal ini menggunakan data sondir.
2. Menentukan nilai indeks perpindahan lateral (LDI)
DAFTAR PUSTAKA
Iwasaki, T., Arakawa, T., and Tokida, K., 1984, “Simplified Procedures for Assessing Soil
Liquefaction during Earthquakes”, Soil Dynamics and Earthquake Engineering, Vol.3,
Southampton, hal. 49-58.
Lee DH, Ku CS, & Yuan H., 2003, “A study of the liquefaction risk potential at Yuanlin”. Taiwan
Eng Geol 71, pp: 97–117.
Mase, L.Z., 2013, “Analisis Potensi Likuifaksi Di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta
(Studi Eksperimental dan Analisis Empiris)”, Tesis, Jurusan Teknik Sipil (Geoteknik) dan
Lingkungan, Universitas Gadjah Mada.
Sonmez, H and Gokceoglu, C., 2005. “A liquefaction severity index suggested for engineering
practice”, Environmental Geology, 48, pp. 81-91.
Tonkin & Taylor International Ltd, 2013, “Canterbury New Zealand Earthquake Sequence
2010- 201”, Seminar on disaster preparedness in the Philippines.
Yogatama, B.A., 2012, “Analisis Potensi Likuifaksi Di Kawasan Kabupaten Bantul Dan
Kotamadya Yogyakarta”, Jurusan Teknik Sipil (Geoteknik) dan Lingkungan, Universitas
Gadjah Mada.
Youd, T.L., and Perkins, D.M., 1978. “Mapping liquefaction-induced ground failure potential”.
Journal of the Geotechnical Engineering Division 104, No. GT4, 433-446.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45721130