Anda di halaman 1dari 12

Analisa Kuantitatif dan Kualitatif

Potensi Likuifaksi
Wahyu Budi Kusuma
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas
Bumi, Cepu

ABSTRAK
Pada tahun 2018, tepatnya pada tanggal 28 September, Indonesia dikejutkan dengan
fenomena bergerak dan amblasnya semua yang ada di permukaan baik berupa bangunan
maupun tanaman di daerah Petobo dan Balaroa, setelah gempa berkekuatan 7,4 skala Richter
mengguncang Palu, Sulawesi Tengah. Fenomena ini dikenal dengan likuifaksi. Apakah
likuifaksi itu? Mengapa bisa terjadi? Bagaimana proses terjadinya? Bagaimana mengatasinya?
Pertanyaan tersebut menjadi trending topic pasca gempa palu. Tulisan ini disusun dari berbagai
sumber dan pendapat para ahli dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas.
Likuifaksi merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di daerah dengan kondisi tanah
yang jenuh air, muka air tanah dangkal dan jenuh air. Potensi likuifaksi suatu wilayah dapat
diprediksi secara kualitatif dan kuantitatif Analisis kualitatif digunakan untuk skala regional
sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk skala detil Penyusunan zona potensi likuifaksi
dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Liquefaction Potential Index (LPI), Liquefaction
Severity Index (LSI) dan Liquefaction Risk Index (LRI). Metoda yang umum dilakukan untuk
menentukan potensi likuifaksi adalah dengan menghitung kekuatan tanah menahan likuifaksi
akibat gempa (cyclic resistance ratio (CRR)) dan tegangan geser tanah akibat gempa (cyclic
stress ratio (CSR)). CRR dan CSR dihitung dari data yang diperoleh dengan melakukan self
penetration test (SPT) atau cone penetration test (CPT).
Kata kunci: Likuifaksi, Gempa Bumi, Indeks Likuifaksi

ABSTRACT
In 2018, precisely on September 28, Indonesia was shocked by the phenomenon of movement
and the collapse of everything on the surface in the form of buildings and plants in the Petobo
and Balaroa regions, after an earthquake measuring 7.4 on the Richter scale shook Palu,
Central Sulawesi. This phenomenon is known as liquefaction. What is the liquefaction? How
did it happen? How is the process happening? How to overcome it? The question became a
trending topic after the earthquake. This paper is compiled from various sources and opinions
of experts in order to answer the questions above.
Liquefaction is a natural phenomenon that usually occurs in areas with water-saturated
soil conditions, shallow ground water levels and water saturation. Potential liquefaction can
be predicted qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis is used for regional scales
while quantitative analysis is used for detailed scales. The compilation of potential zones of

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020 5


liquefaction can be done using the value of Liquefaction Potential Index (LPI), Liquefaction
Severity Index (LSI) and Liquefaction Risk Index (LRI). Common methods for determining
liquefaction potential are by calculating the strength of the ground to prevent liquefaction due
to earthquake called cyclic resistance ratio (CRR) and shear stress due to earthquake called
cyclic stress ratio (CSR). CRR and CSR are calculated from data obtained by conducting a self
penetration test (SPT) or cone penetration test (CPT).
Keywords: Liquefaction, Earthquake, Liquefaction Index

PENDAHULUAN
Tsunami menjadi bahan pembicaraan umum di lingkungan masyarakat Indonesia sejak
terjadinya gempa Aceh 26 Desember 2004. Sejak saat itu setiap ada kejadian gempa maka orang
bertaya-tanya apakah berpotensi tsunami? Tsunami seolah-olah melekat pada setiap kejadian
gempa.
Pada tahun 2018, tepatnya pada tanggal 28 September, Indonesia dikejutkan dengan fenomena
bergerak dan amblasnya semua yang ada di permukaan baik berupa bangunan maupun tanaman
di daerah Petobo dan Balaroa, setelah gempa berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Palu,
Sulawesi Tengah. Fenomena ini dikenal dengan likuifaksi.
Apakah likuifaksi itu? Mengapa bisa terjadi? Bagaimana proses terjadinya? Bagaimana
mengatasinya? Pertanyaan tersebut menjadi trending topic pasca gempa palu. Tulisan ini disusun
dari berbagai sumber dan pendapat para ahli dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan
diatas.

TINJAUAN PUSTAKA
Likuifaksi adalah hilangnya kekuatan tanah akibat kenaikan tegangan air pori dan turunnya
tekanan efektif dari lapisan tanah yang timbul akibat dari beban siklis dinamis. Pada lapisan
tanah, beban siklis dinamis terjadi akibat rambatan gelombang gempa bumi tektonik.
Seed et al ( 1975 ) mendefenisikan, bahwa likuifaksi adalah proses perubahan kondisi tanah
pasir yang jenuh air menjadi cair akibat meningkatnya tekanan air pori yang harganya menjadi
sama dengan tekanan total oleh sebab terjadinya beban dinamik, sehingga tegangan efektif
tanah menjadi nol.
Liou (1976) mendefinisikan, bahwa likuifaksi adalah proses berubahnya tanah granular
jenuh dari keadaan padat ( solid ) menuju keadaan berprilaku cair akibat kenaikan tekanan air
pori.
Likuifaksi dapat terjadi jika material lepas, sedimen jenuh air atau di dekat permukaan hilang
kekuatannya akibat gempa yang kuat (USGS).
Fenomena likuifaksi menjadi perhatian para ahli khususnya di bidang geologi teknik setelah
kejadian dramatis akibat gempa pada tahun 1964 di Jepang dan Alaska. Di Niigata, Jepang,
likuifaksi mengakibatkan terjadinya sand boils (semburan pasir), hilangnya daya dukung tanah,
differential settlement (penurunan setempat) dan slope movement (longsoran). Peristiwa ini

6 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020


terjadi di area yang sangat luas mengakibatkan sejumlah bangunan mengalami kegagalan daya
dukung sehingga miring bahkan rebah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (Wikipedia,
2009). Sedangkan di Alaska terjadi landslides (gerakan tanah) di Valdez, Seward dan Anchorage
(Seed, 1968).

Gambar 1. Dampak likuifaksi gempa Niigata 1964

Beberapa contoh kasus gempa bumi lain yang memicu terjadinya likuifaksi adalah gempa
Van Norman di bagian selatan California yang mengakibatkan keruntuhan bendungan Lower
San Fernando Dam dan Upper Fernando Dam tahun 1971, gempa Aceh dan Nias tahun 2004,
gempa Yogyakarta pada tahun 2006 dan gempa Christchurch di New Zealand pada tahun 2011
(Mase, 2011).

Gambar 2. Dampak likuifaksi gempa Christchurch, 2011 (Tonkin and Taylor 2013)

Likuifaksi di Petobo dan Balaroa menjadi kejadian terbaru dan terdahsyat di Indonesia.
Kejadian likuifaksi di lokasi ini menghancurkan ratusan bangunan diatasnya. Kerugian akibat
gempa di Palu (gempa, tsunami dan likuifaksi) mencapai 8,3 triliun rupiah (Pusdatin Kegempaan
Provinsi Sulteng, 2019).

Gambar 3. Dampak likuifaksi gempa Palu 2018

POTENSI LIKUIFAKSI
Secara umum dari beberapa pendapat ahli dan sejarah likuifaksi, maka syarat terjadinya
likuifaksi ada tiga:
1. Tanah non kohesif jenuh air (saturated)
2. Muka air tanah dangkal
3. Gempa dangkal (minimal 5.0 SR)

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020 7


Secara teknis likuifaksi terjadi pada tanah yang jenuh air. Air ini terdapat di antara pori-
pori tanah dan membentuk tekanan air pori. Saat goncangan gempa bumi yang kuat terjadi
maka tekanan air pori naik seketika hingga terkadang melebihi kekuatan gesek tanah. Hal ini
menyebabkan daya dukung tanah hilang.
Fenomena yang terkait dengan likuifaksi adalah flow liquefaction dan cyclic mobility.
Keduanya sangat penting untuk diperhatikan dalam mengevaluasi bahaya likuifaksi. Flow
liquefaction adalah peristiwwa dimana terjadi aliran – aliran tanah. Hal ini terjadi apabila
tegangan geser statis yang diperhitungkan untuk mencapai kesetimbangan pada suatu masa tanah
jauh lebih besar daripada tegangan geser tanah dalam kondisi cair (liquefied). Dengan kata lain,
deformasi yang terjadi merupakan akibat dari tegangan geser statik (static shear stress). Pada
peristiwa flow liquefaction ini, terdapat dua karakteristik yang dapat dilihat yaitu kecepatan
aliran dan perpindahan material tanah yang sangat besar (seperti yang terjadi di Palu).
Cyclic mobility merupakan fenomena lainnya yang juga dapat menyebabkan deformasi
permanen yang sangat besar akibat adanya guncangan gempa. Berbeda dengan flow liquefaction,
dalam cyclic mobility kondisinya adalah tekanan geser statis lebih kecil dibandingkan dengan
tegangan geser tanah cair. Pada fenomena ini, deformasi yang terjadi diakibatkan oleh pembebanan
siklik dan teganan geser statik. Dalam hal ini, deformasi yang terjadi adalah deformasi lateral
(lateral spreading). Fenomena yang terjadi berupa retakan tanah, muncul air yang membawa
material pasir seolah-olah terjadi semburan pasir, sumur-sumur terisi pasir.
Potensi likuifaksi di suatu tempat dapat diidentifikasi bahkan dapat dihitung. Komponen
untuk menentukan potensi likuifaksi antara lain:
a. Nilai Indeks Properties tanah seperti modulus dinamis, gradasi butiran, kepadatan relatif,
berat isi tanah.
b. Formasi tanah, posisi muka air tanah
c. a. Karakteristik
Nilai Indeks gempa
Properties tanah seperti modulus dinamis, gradasi butiran, kepadatan
Beberapa metode untuktanah.
relatif, berat isi menyusun zona potensi likuifaksi antara lain:
b. Formasi tanah, posisi muka air tanah
1. c.
Liquefaction
KarakteristikPotential
gempa Index (LPI); merupakan metode paling umum digunakan.
Dikembangkan oleh
Beberapa metode untuk menyusunIwasaki zona
dkk. potensi
(1984).likuifaksi
Merupakan lain: dari safety factor dan
fungsi
antara
1. kedalaman
Liquefaction tanah.
Potential Index (LPI); merupakan metode paling umum digunakan.
Dikembangkan oleh Iwasaki dkk. (1984). Merupakan fungsi dari safety factor dan
kedalaman tanah.
20m
LPI   Fwz dz
0
Tabel 1. Klasifikasi potensi likuifaksi dari nilai LPI
Tabel 1. Klasifikasi potensi likuifaksi dari nilai LPI
Nilai LPI Potensi Likuifaksi
LPI > 15 Sangat tinggi
5 < LPI < 15 Tinggi
0 < LPI < 5 Rendah
LPI = 0 Sangat rendah

2. Liquefaction Severity Index (LSI)


Youd dan Perkins (1987) mengusulkan pengukuran dengan Liquefaction Severity Index
(LSI). LSI merupakan fungsi dari tebal lapisan tanah dan getaran gempa. Getaran gempa
8 sendiri sangat terkait dengan amplitude,Majalah
durasiIlmiah
gempa, danPatra
Swara jarak
Vollokasi
10 No. 2pengamatan
Tahun 2020 dari
episenter gempa.
Pada tahun 2005, Sonmez dan Gokceoglu melakukan pengembangan terhadap metode
LPI yang telah ditemukan sebelumnya dan menghasilkan metode Liquefaction Severity
Index (LSI) untuk evaluasi bobot kejadian likuifaksi. Hitungan nilai LSI menggunakan
Nilai LPI Potensi Likuifaksi
LPILPI
> 15
> 15 Sangat tinggi
Sangat tinggi
5 <5LPI
< LPI15
< < 15 Tinggi
Tinggi
0 <0LPI < 5< 5
< LPI Rendah
Rendah
LPILPI
= 0= 0 Sangat rendah
Sangat rendah
2. Liquefaction Severity Index (LSI)
2. Liquefaction
2.Youd
Liquefaction Severity Index
Severity Index(LSI)
(LSI)
Youd danPerkins
dan Perkins (1987)
(1987) mengusulkan
mengusulkan pengukurandengan
pengukuran denganLiquefaction
Liquefaction Severity
Severity Index
Index
Youd
(LSI).LSIdan Perkins
LSImerupakan (1987)
merupakanfungsi mengusulkan
fungsidari
daritebal
tebal pengukuran
lapisan tanah dengan
dan Liquefaction
getaran gempa. Severity
Getaran Index
gempa
(LSI).
(LSI). sangat
LSI merupakan fungsiamplitude, lapisan
dari tebal lapisan tanah dan getaran
tanah dan getarangempa. Getaran
gempa.pengamatangempa
Getaran gempa
sendiri
sendiri sangat terkaitdengan
terkait dengan amplitude, durasi
durasi gempa,
gempa, dan
dan jarak
jarak lokasi
lokasi pengamatan dari
dari
sendiri sangat
episentergempa.
gempa. terkait dengan amplitude, durasi gempa, dan jarak lokasi pengamatan dari
episenter
episenter gempa.
Padatahun
Pada tahun2005,
2005, Sonmez
Sonmez dan Gokceoglu
Gokceoglu melakukan
melakukan pengembangan
pengembangan terhadap
terhadapmetode
metode LPI
Pada tahun 2005, Sonmez dan Gokceoglu melakukan pengembangan terhadap metode
yang
LPILPI telah
yang ditemukan
telah ditemukansebelumnya
sebelumnya dan menghasilkan
dandanmenghasilkanmetode
metodeLiquefaction
LiquefactionSeverity Index
Severity
yang telah ditemukan sebelumnya menghasilkan metode Liquefaction Severity
(LSI)(LSI)
Index untukuntuk
evaluasi bobotbobot
evaluasi kejadian likuifaksi.
kejadian Hitungan
likuifaksi. nilai nilai
Hitungan LSI LSI
menggunakan
menggunakan angka
Index (LSI) untuk evaluasi bobot kejadian likuifaksi. Hitungan nilai LSI menggunakan
probabilitas
angka
angka dan fungsi
probabilitas dandan
probabilitas kedalaman
fungsi kedalaman
fungsi tanah.tanah.
kedalaman tanah.
20m

 PL PzLWz (Wz)(dzz)dz


20m
LSILSI
 
0
0
1 1
PL P  4,5
L
  Fs Fs   4,5
1 1  
  0,96  
0,96
Tabel 2.
Tabel Klasifikasi
2. Klasifikasi
Tabel
potensi
2. Klasifikasi potensi
likuifaksi darinilai
likuifaksi
potensi likuifaksi
nilai
daridari
LSI
nilai
LSI LSI
Nilai LSILSI
Nilai Potensi Likuifaksi
Potensi Likuifaksi
85 85
≤ LS < 100
≤ LS < 100 Sangat tinggi
Sangat tinggi
65 65
≤ LS < 85
≤ LS < 85 Tinggi
Tinggi
35 35
≤ LS < 65
≤ LS < 65 Sedang
Sedang
15 15
≤ LS < 35
≤ LS < 35 Rendah
Rendah
0 <0LS< LS< 15
< 15 Sangat
Sangatrendah
rendah
LSLS = 0= 0 Tidak terlikuifaksi
Tidak terlikuifaksi
3. Liquefaction Risk Index (LRI)
3. Liquefaction Risk Index (LRI)
3. Indeks
Liquefaction
lainlain
Indeks Risk
untuk
untukIndex (LRI)potensi
menentukan
menentukan likuifaksi
potensi adalah
likuifaksi Liquefaction
adalah LiquefactionRisk Index
Risk Index(LRI)
(LRI)
didefinisikan
didefinisikan oleh Lee, et al.
olehmenentukan (2003)
Lee, et al. (2003) dengan menggunakan probabilitas dari likuifaksi
dengan menggunakan probabilitas dari likuifaksi
Indeks
dengan lain untuk
rumus sebagai berikut : : potensi likuifaksi adalah Liquefaction Risk Index (LRI)
dengan rumus sebagai berikut
didefinisikan oleh Lee, et al. (2003) dengan menggunakan probabilitas dari likuifaksi
dengan rumus sebagai berikut :
20m20m

LRI  PLP
LRI WLW
( z()dz
z )dz
0 0

11
PLPL  3, 5 3, 5
  FsFs
 
1 
 1   
  1 1 
Tabel
Tabel3. Klasifikasi
3.
Tabel Klasifikasipotensi
3. Klasifikasi potensilikuifaksi
potensi likuifaksi
likuifaksi dari
dari
dari nilai LRI
nilai
nilai LRI LRI
Nilai LRI
Nilai LRI Potensi Likuifaksi
Potensi Likuifaksi
LPI > 30
LPI > 30 Sangat
Sangattinggi
tinggi
2020
<<LRI < 30
LRI < 30 Tinggi
Tinggi
LRI < 20
LRI < 20 Rendah
Rendah

EVALUASI
EVALUASI POTENSI
POTENSI LIKUIFAKSI
LIKUIFAKSI
Metode
Metode evaluasi
evaluasipotensi
potensilikuifaksi
likuifaksi dapat dilakukan
dapat dilakukan dengan
dengan cara kualitatif
cara dan
kualitatif dankuantitatif.
kuantitatif.
Metode kualitatif umumnya digunakan untuk area yang sangat luas skala
Metode kualitatif umumnya digunakan untuk area yang sangat luas skala regional sedangkan regional sedangkan
metode
metode kuantitatif
kuantitatif
Majalah untuk
Ilmiah Swaraskala
untuk skala
Patra detil.
detil.
Vol 10 No. 2 Tahun 2020 9
Metode kualitatif yang diprakarsai oleh Keith et.al (1999) dimulai
Metode kualitatif yang diprakarsai oleh Keith et.al (1999) dimulai dengan melakukan dengan melakukan
identifikasi apakah
identifikasi apakah di di
daerah
daerahtersebut
tersebut terdapat
terdapatlapisan tanah
lapisan tanahberbutir
berbutiryang
yangjenuh
jenuh airair
(saturated
(saturated
granular)
granular) jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakahdi di
jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakah
daerah
daerahtersebut
tersebut terdapat
terdapatdata
datapemboran.
pemboran. Jika tidak
Jika maka
tidak maka dilihat
dilihatumur
umur lapisan
lapisantanah
tanah dan
danmuka
muka
Tabel 3. Klasifikasi potensi likuifaksi dari nilai LRI
Nilai LRI Potensi Likuifaksi
LPI > 30 Sangat tinggi
20 < LRI < 30 Tinggi
LRI < 20 Rendah
EVALUASI POTENSI LIKUIFAKSI
Metode evaluasi
EVALUASI POTENSI potensi likuifaksi dapat dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif.
LIKUIFAKSI
Metode kualitatif umumnya digunakan
Metode evaluasi potensi likuifaksi dapat untukdilakukan
area yangdengan
sangat cara
luas kualitatif
skala regional sedangkan
dan kuantitatif.
metode
Metode kuantitatif untuk skala
kualitatif umumnya detil.
digunakan untuk area yang sangat luas skala regional sedangkan
metode kuantitatif
Metode untuk
kualitatif skala
yang detil.
diprakarsai oleh Keith et.al (1999) dimulai dengan melakukan
Metode kualitatif yang diprakarsai oleh Keith
identifikasi apakah di daerah tersebut terdapat et.al
lapisan tanah(1999) dimulai
berbutir yang dengan
jenuh airmelakukan
(saturated
identifikasi apakah di daerah tersebut terdapat lapisan tanah berbutir yang jenuh air
granular) jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakah di (saturated
granular) jika tidak maka potensi likuifaksinya sangat rendah tetapi jika ya maka apakah di
daerah tersebut terdapat data pemboran. Jika tidak maka dilihat umur lapisan tanah dan muka air
daerah tersebut terdapat data pemboran. Jika tidak maka dilihat umur lapisan tanah dan muka
tanahnya. Jika ada data bor makadilakukan analisis ambang likuifaksi yang melibatkan faktor
air tanahnya. Jika ada data bor makadilakukan analisis ambang likuifaksi yang melibatkan
kegempaan. Untuk lebih jelasnya alur metode kualitatif Keith et.al (1999) ini dapat dilihat pada
faktor kegempaan. Untuk lebih jelasnya alur metode kualitatif Keith et.al (1999) ini dapat
gambar 4: gambar 4:
dilihat pada

Gambar 4. Alur analisis kualitatif potensi likuifaksi (Keith et.al., 1999)


Gambar 4. Alur analisis kualitatif potensi likuifaksi (Keith et.al., 1999)
Salah satu metode kuantitatif yang sering digunakan untuk mengevaluasi potensi likuifaksi
adalah dengan menggunakan konsep cyclis stress (Seed & Idris, 1971). Konsep ini dilakukan 5

dengan menghitung kekuatan tanah menahan likuifaksi akibat gempa (cyclic resistance ratio
(CRR)) dan tegangan geser tanah akibat gempa (cyclic stress ratio (CSR)).

10 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020


Salah satu metode kuantitatif yang sering digunakan untuk mengevaluasi potensi
likuifaksi adalah dengan menggunakan konsep cyclis stress (Seed & Idris, 1971). Konsep ini
dilakukan dengan menghitung kekuatan tanah menahan likuifaksi akibat gempa (cyclic
resistance ratio (CRR)) dan tegangan geser tanah akibat gempa (cyclic stress ratio (CSR)).

Gambar 5. Alur analisis kuantitatif potensi likuifaksi


Gambar 5. Alur analisis kuantitatif potensi likuifaksi
Data-data untuk menghitung CRR dan CSR diperoleh dari self penetration test (SPT) dan
cone Data-data
penetrationuntuk
test menghitung
(CPT) serta CRR data dan CSR diperoleh
kegempaan dari self penetration
berupa magnitude test (SPT)
gempa, percepatan
dan cone penetration
maksimum test (CPT)
tanah, dan jarak sumberserta
gempa. data kegempaan berupa magnitude gempa, percepatan
maksimum tanah, dan jarak sumber gempa.
Tahapan analisis kuantitatif adalah sebagai berikut:
1. Tahapan
Identifikasi parameter
analisis pemicu
kuantitatif likuifaksi
adalah sebagai berikut:
2. Identifikasi parameter ketahanan terhadap likuifaksi
1.3.Identifikasi
Perhitungan parameter pemicu Likuifaksi
Indeks Potensi likuifaksi
2.4.Identifikasi parameter dan
Prediksi penurunan ketahanan terhadap
perpindahan likuifaksi
lateral
3. Perhitungan Indeks Potensi Likuifaksi
1.4.Identifikasi parameter
Prediksi penurunan dan pemicu likuifaksi
perpindahan lateral
Terdapat dua faktor yang harus diidentifikasi, yaitu percepatan gempa dasar permukaan
(PGA) dan Cyclic Stress Ratio (CSR)
1. a.Identifikasi
Percepatan parameter pemicu
gempa dasar likuifaksi (PGA)
permukaan
Perhitungan
Terdapat dua faktorPGAyanguntuk
haruswilayah Indonesia
diidentifikasi, dapat
yaitu menggunakan
percepatan gempadata daripermukaan
dasar literatur
yang sudah ada diantaranya
(PGA) dan Cyclic Stress Ratio (CSR) adalah dari Peta Zona Gempa Indonesia (SNI 03-1726-
2002). Nilai PGA ini dihasilkan dari data historis gempa yang cukup panjang di suatu
a. lokasil. Salah gempa
Percepatan satu survei
dasar yang dapat dilakukan
permukaan (PGA) untuk mendapatkan nilai PGA adalah
dengan melakukan survei mikrotremor.
Perhitungan PGA untuk wilayah Indonesia dapat menggunakan data dari literatur
yang Stress
b. Cyclic sudah Ratio
ada diantaranya
(CSR) adalah dari Peta Zona Gempa Indonesia (SNI 03-1726-
2002).
Menurut Seed & Idriss, 1971 dari
Nilai PGA ini dihasilkan dataSeed,
dalam historis
drr,gempa
2001, yang cukup panjang
menyebutkan bahwadiCSR
suatu
lokasil. Salah
merupakan satucyclic
fungsi surveishear
yang stress
dapat dilakukan untuk
rata – rata (τavg)mendapatkan nilai PGAstress
terhadap overburden adalah
dengan melakukan survei mikrotremor.
(σvo’). CSR juga merupakan fungsi percepatan gempa dasar permukaan (a max), total

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020 11


b. Cyclic Stress Ratio (CSR)
Menurut Seed & Idriss, 1971 dalam Seed, drr, 2001, menyebutkan bahwa CSR
merupakan fungsi cyclic shear stress rata – rata (τavg) terhadap overburden stress (σvo’).
CSR juga merupakan fungsi percepatan gempa dasar permukaan (amax), total vertical
stress (σvo) dan vertical stress effective (σvo’) terhadap kedalaman dan faktor stress
vertical stress ( vo) dan vertical stress effective ( vo’) terhadap kedalaman dan fak
reduction (rd). stress reduction (r ).
d
 avg a   v 
CSR   0,65 max  rd
v'  g   v ' 
vertical stress ( vo) dan vertical stress effective
Total vertical stress dan( vertical
vo’) terhadap kedalaman
effective dan faktor
stress adalah fungsi dari berat isi ta
Total vertical
stress reduction stress dan
(rd). dengan vertical effective stress adalah
kedalaman. Faktor stress reduction (rd) merupakan fungsi dari berat isi tanah perbandin
gambaran
dengan kedalaman.
 avg Faktor
antara stress reduction
 v stress
a max cyclic pada (rd)tanah
merupakanyang gambaran perbandingan
fleksibel dengan tanah antara
yang rigid (Idriss
CSR stress pada
cyclic 0,65 
tanah  
yang
 g   2004).  r
fleksibel
 dengan tanah yang rigid (Idriss & Boulanger,
 ' Boulanger, d

2004). v   v ' 
Faktor stress reduction (rd) memiliki hubungan dengan faktor kedalaman (Gam
Total vertical stress dan vertical effective stress adalah fungsi dari berat isi tanah
6) dengan perkiraan rentang nilai menurut Robertson & Wride, 1997 adalah seba
dengan Faktor stress Faktor
kedalaman. reduction (rd) reduction
stress memiliki hubungan
(rd) merupakan dengangambaran
faktor kedalaman (Gambar
perbandingan
berikut:
6) dengan
antara perkiraan
cyclic stress padarentang
tanah nilai
yang menurut
fleksibelRobertson
dengan tanah & Wride,
yang 1997
rigid adalah
(Idriss sebagai
&
 rd = 1,0 – 0,000765z (jika z < 9,15 m)
Boulanger,
berikut:2004).
 rd = 1,174
Faktor stress reduction (rd) memiliki – 0,0267z
hubungan dengan (jika 9,15≤
faktor z ≤23 m) (Gambar
kedalaman
• r = 1,0 – 0,000765z

6) dengan perkiraand rentang nilai menurut r d = (jika
0,744 z <
– 9,15
0,008z m)(jika
Robertson & Wride, 1997 23 ≤ z ≤ 30adalah
m) sebagai
berikut:  r d = 0,5 (jika z > 30)
• rd = 1,174 – 0,0267z (jika 9,15≤ z ≤23 m)
 rd = 1,0 – 0,000765z (jika z < 9,15 m)
 • rd = r1,174
d
= 0,744 – 0,008z
– 0,0267z (jika
(jika 23 ≤zz≤23
9,15≤ ≤ 30m)m)
 • rd = r0,744
= 0,5–(jika
0,008zz >(jika
30) 23 ≤ z ≤ 30 m)
d
 rd = 0,5 (jika z > 30)

Gambar 6. Faktor reduction stress

2. Identifikasi parameter ketahanan terhadap likuifaksi


Ketahanan terhadap likuifaksi disebut sebagai nilai Cyclic Retention Ratio (CRR). N
CRR dapat diperoleh
Gambar berdasarkan uji Standard Penetration Test (SPT) dan Cone Penetrat
Gambar 6.6.Faktor
Faktor reduction
reduction stress
stress
Test (CPT).
2. Identifikasi parameter
 Nilai CRRketahanan terhadap
berdasarkan nilailikuifaksi
SPT
2. Identifikasi parameter ketahanan terhadap likuifaksi
Diambil dari sebuah consensus NCEER tentang ketahanan tanah terhadap likuifa
Ketahanan terhadap
Ketahanan likuifaksi
terhadap disebut
likuifaksi sebagai
disebut sebagai Cyclic
nilainilai Retention
Cyclic RatioRatio
Retention (CRR). NilaiNilai
(CRR).
tahun 1998 mengenai analisis likuefkasi didapatkan metode evaluasi CRR dengan krit
CRRCRRdapat diperoleh
dapat berdasarkan
diperoleh uji Standard
berdasarkan uji Penetration
Standard Test Test
Penetration (SPT) ConeCone
dan dan
(SPT) Penetration
Penetration
untuk evaluasi tahanan likuifaksi berdasarkan nilai SPT telah digunakan selama berta
TestTest
(CPT).
(CPT). – tahun. Kriteria tersebut sebagian besar diwujudkan dalam plot kurva antara nilai S
 Nilai CRR berdasarkan nilai SPT
terkoreksi (N1SPT
)60 dan nilai CSR.
Nilai CRR
• Diambil berdasarkan nilai
dari sebuah consensus NCEER tentang ketahanan tanah terhadap likuifaksi
tahun 1998 mengenai analisis likuefkasi
Diambil dari sebuah consensus NCEER didapatkan metode
tentang evaluasi tanah
ketahanan CRR dengan
terhadapkriteria
likuifaksi
untuk evaluasi tahanan likuifaksi berdasarkan nilai SPT telah digunakan selama
tahun 1998 mengenai analisis likuefkasi didapatkan metode evaluasi CRR dengan kriteria bertahun
– tahun.
untukKriteria
evaluasitersebut
tahanansebagian
likuifaksibesar diwujudkan
berdasarkan nilaidalam plot digunakan
SPT telah kurva antara nilai bertahun
selama SPT
terkoreksi (N1)60 dan nilai CSR.
– tahun. Kriteria tersebut sebagian besar diwujudkan dalam plot kurva antara nilai SPT
terkoreksi (N1)60 dan nilai CSR.

12 Gambar 7. Kurva
Majalah Ilmiahhubungan
Swara PatraCRR vsNo.
Vol 10 SPT terkoreksi
2 Tahun 2020
Kurva ini menunjukkan daerah yang terindikasi likuifaksi dan yang non-likuifa
Persamaan berikut ini dikembangkan oleh Idriss dan Boulanger untuk faktor kore
(N1)60 penyetaraan clean sand, (N1)60cs :
Gambar 7. Kurva hubungan CRR vs SPT terkoreksi
Diambil dari sebuah consensus NCEER tentang ketahanan tanah terhadap likuifaksi
tahun 1998 mengenai analisis likuefkasi didapatkan metode evaluasi CRR dengan kriteria
untuk evaluasi tahanan likuifaksi berdasarkan nilai SPT telah digunakan selama bertahun
– tahun. Kriteria tersebut sebagian besar diwujudkan dalam plot kurva antara nilai SPT
terkoreksi (N1)60 dan nilai CSR.

Gambar 7. 7.
Gambar Kurva
Kurvahubungan CRR
hubungan CRR vs vs
SPTSPT terkoreksi
terkoreksi

Kurva
Kurva ini
ini menunjukkan
menunjukkan daerah
daerah yang
yang terindikasi
terindikasi likuifaksi
likuifaksi dan
dan yang
yang non-likuifaksi.
non-likuifaksi.
Persamaanberikut
Persamaan berikutiniini dikembangkan
dikembangkan oleholeh Idriss
Idriss dan Boulanger
dan Boulanger untuk untuk
faktor faktor
koreksikoreksi
(N1)60
(N1) penyetaraan
penyetaraan
60 clean sand, (N1)
clean sand, (N1)60cs : 60cs :
(N1)60cs = α + β (N1)60
7
Dimana α dan β adalah koefisien yang didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
(N1)60cs = α + β (N1)60
seperti di bawah ini:
Dimana α dan β adalah koefisien yang didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
sepertiα di
= 0bawah
dan β ini:= 1.0………..untuk FC < 5% (N1)60cs = α + β (N1)60
Dimana α dan β adalah koefisien (N1)yang 60cs = α + β (N1)60
didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
α α= =0 5dan
danβ β= =1.0………..untuk
Dimana α 1,2………..untuk
dan β adalah FCFC
koefisien <> 5% 35%
yang didapat dari hubungan dengan fines content (FC)
α =untuk
5 dan seperti
5%β =< di<bawah
1,2………..untuk
FC 35% ini: FC > 35%
maka:
seperti αdi=bawah dan ini:
untuk 5%α<=FC
α = exp[1,76-(190/FC2)]
0 <0 35%
dan β =
βmaka:
= 1.0………..untuk FC < 5%
1.0………..untuk FC FC < 5%
α = 5 dan β = 1,2………..untuk
α β= =exp[1,76-(190/FC2)] > 35%
exp[0,99+(FC1,5/1,00)]
α = untuk
5 dan β5% = 1,2………..untuk FC > 35%
β = exp[0,99+(FC1,5/1,00)] < FC < 35% maka:
persamaan CRR
untuk adalah< sebagai berikut:
persamaan CRR = 5%
αadalah FC < 35%
exp[1,76-(190/FC2)]
sebagai berikut:
maka:
α =βexp[1,76-(190/FC2)]
= exp[0,99+(FC1,5/1,00)]
 N1
60cs  N160cs   N160cs   N160cs 
2 3 
β = exp[0,99+(FC1,5/1,00)]
persamaan CRR exp
CRR7,5 adalah  
sebagai   
berikut:      2,8 
 14,1  126   23,6   25,4  
persamaan CRR adalah sebagai berikut:
 N1
 3
   N 1 
2
  N 160cs   N160cs  

 Nilai CRR berdasarkan nilai SPT CRR7,5 Nexp160cs 14,1 N160cs 126 60cs 60cs
  N160cs   N160cs 
2
23
3
,6 25 , 4   2,8 
CRR7,5  exp                2,8
Nilai CRR
• Robertson &berdasarkan
Wride (1998)nilai SPT
merumuskan CRR
 14 ,1  berdasarkan
 126   23,6  uji  25Cone
,4  Penetration
  Test
 
(CPT)adalah  Nilai
sebagaiCRR berdasarkan
berikut : nilai SPT
Robertson Nilai
& CRR berdasarkan
Wride
Robertson (1998) merumuskan nilai SPT CRR berdasarkan uji Cone Penetration Test (CPT)
3 & Wride (1998) merumuskan CRR berdasarkan uji Cone Penetration Test

Robertson  & Wride (1998) merumuskan
Jika: 50 ≤ qc1NCRR berdasarkan uji Cone Penetration Test
adalah  q 
CRR7,5sebagai  c1berikut
 93(CPT) N 
  0:,08
adalah sebagai
. berikut  < 160
(CPT) adalah
 1000  sebagai berikut :
 qc1N3 
3
CRR7,5  93q      0,08. Jika 50 ≤ q  < 160
CRR7,5  933 c1N1000  0,08. Jika 50 ≤ qc1N c1N<160
 q   1000 
CRR7,5  0,83 c1N    0,05. Jika qc1N  ≤ 50
 1000 
 qc1N3 
3
CRR7,5  0,83
qc1N      0,05. Jika qc1N  ≤ 50
qc1N  CRR7,5  0,83  1000
adalah tekanan konus  0,05.
terkoreksi Jika
pada qc1N fraksi
kondisi ≤ 50 halus (clean sand).
1000 
Formulanya adalah:
(qc1N )∈qadalah qc1Nq  konus
tekanan adalah tekananpada
terkoreksi konus terkoreksi pada(clean
kondisi fraksi halus (clean sand).
c1N  =
qK

cx c1N
c1N adalah tekanan konus kondisi fraksipada
terkoreksi haluskondisi sand).
fraksiFormulanya
halus (clean sand).
adalah: Formulanya adalah:
Formulanya  Paadalah:
0,5
Kc x qc1N
q =
qc1N = CN xqqc =c1N= Kcx qxqc1N
c
c1N 
 v'  0,5
P
0,5 
Pa adalah tekanan qc1N = CN x1qcatm
pada =P  atau 101,3
a 
xqc KPa sedangkan C N adalah faktor koreksi
qc1N = CN x qc =  a  v ' xq 
overburden untuk tahanan penetrasi  v'  formula Liao & Whitman, 1986 dalam Idriss &
c

Boulanger, Pa adalah
2004. Kc tekanan
adalah faktor pada
koreksi1 atmpada atau
tanah101,3 KPayang
berbutir sedangkan
memilikiC Npersyaratan
adalah faktor koreksi
Pa overburden
adalah tekanan pada 1 atm atau 101,3 KPa sedangkan
untuk tahanan penetrasi formula Liao & Whitman, 1986 dalam Idriss &C N adalah faktor koreksi
sebagai berikut :
overburden untuk tahanan penetrasi formulapada Liaotanah
& Whitman, 1986memiliki
dalam Idriss &
Boulanger,
a. Jika Boulanger,
Ic (Indeks Sifat 2004.
tanah) Kc≤ adalah faktor
1.64faktor
maka Kckoreksi
= 1.0. berbutir yang persyaratan
2004. Kc adalah koreksi pada tanah berbutir yang memiliki persyaratan
Ic >sebagai
b. Jika sebagai1.64, berikut :
maka:
berikut :
a. Jika Ic4 (Indeks 3Sifat tanah) 2 ≤ 1.64c-17,8
maka Kc = 1.0.
Majalah Kc a.=Jika
Ilmiah -0,403I
Ic
Swara c +5,581I
(Indeks
Patra Vol Sifat -21,63I
10 cNo. tanah)
2 Tahunc ≤+33,75I
1.64
2020 maka Kc = 1.0. 13
b. Jika Ic > 1.64,
Ic b.= Jika
[(3,47-logQ) 2 maka:
+(logF+1,22) 2
] 0,5
Ic >Kc 1.64,
=vo’) maka: 4+5,581I 3-21,63I 2+33,75I -17,8
-0,403I
Q = (qc- Kc vo)/(
= -0,403I dan 4 Fc = (fs/(q
c +5,581I
3 c-c vo))x100%
2 c c
2 c -21,63Ic +33,75I 2 0,5 c-17,8
Ic = [(3,47-logQ) +(logF+1,22) ]
Nilai CRR dari perhitunganIc = Q [(3,47-logQ)
data
= (q SPT 2dan+(logF+1,22)
CPT di atas 2 0,5
] merupakan perhitungan CRR pada
c- vo)/( vo’) dan F = (fs/(qc- vo))x100%
magnitude gempa 7,5 Q =M(qdan c- vo )/( vo’) 1dan
tekanan atm.F =Sehingga
(fs/(qc- vodiperlukan
))x100% faktor koreksi jika
Pa adalah tekanan pada 1 atm atau 101,3 KPa sedangkan CN adalah faktor koreksi overburden
untuk tahanan penetrasi formula Liao & Whitman, 1986 dalam Idriss & Boulanger, 2004.
Kc adalah faktor koreksi pada tanah berbutir yang memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Jika Ic (Indeks Sifat tanah) ≤ 1.64 maka Kc = 1.0.
b. Jika Ic > 1.64, maka:
Kc = -0,403Ic4+5,581Ic3-21,63Ic2+33,75Ic-17,8
Ic = [(3,47-logQ)2+(logF+1,22)2]0,5
Q = (qc-σvo)/(σvo’) dan F = (fs/(qc-σvo))x100%
Nilai CRR dari perhitungan data SPT dan CPT di atas merupakan perhitungan CRR pada
magnitude gempa 7,5 M dan tekanan 1 atm. Sehingga diperlukan faktor koreksi jika skala
gempa tidak 7,5 M yaitu magnitude scaling factor (MSF) serta overburden correction
factor (Kσ), yaitu koreksi terhadap tegangan overburden sebesar 1 atm.
MSF = 6,9 exp (-M/4)-0,058
Kσ = 1 – Cσ ln (σ’vc/Pa) ≤ 1,1
MSF adalah faktor skala magnitude gempa yang akan bernilai sama dengan 1 pada
magnitude 7,5 skala Richter. MSF diperlukan karena adanya pengaruh dari magnitude yang
menyebabkan goncangan dimana bisa menyebabkan rendahnya ketahanan tanah terhadap
likuifaksi akibat penambahan stress cycle. (Schneider & Wayne, 1999).
Nilai MSF pada umumnya berbanding terbalik dengan nilai rd (Idriss & Boulanger, 2004).
Hubungan MSF dengan Magnitude gempa menurut Idriss, 1999 :
MSF = 31,9(Mw)-1,72
Kondisi batas yang berlaku di daerah penyelidikan menerapkan nilai MSF = 1 dengan
asumsi bahwa nilai FS merupakan hasil murni dari perbandingan antara CRR terhadap
CSR dimana acuan PGA berasal Peta Zona Gempa Indonesia secara regional.

3. Perhitungan Indeks Potensi Likuifaksi


Berdasarkan Youd & Noble, 1997 dalam Schneider & Wayne, 1999, faktor keamanan
terhadap likuifaksi dirumuskan sebagai berikut; FS = (CRR7,5/CSR)MSF
Indeks potensi likuifaksi (LPI) mengacu pada formula Iwasaki, 1986 yang menyebutkan
likuifaksi akan terjadi hingga kedalaman 20 meter di bawah permukaan tanah. Indeks potensi
likuifaksi merupakan integrasi dari fungsi faktor keamanan dan kedalaman litologi yang
terlikuifaksi.

14 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020


Berdasarkan Youd & Noble, 1997 dalam Schneider & Wayne, 1999, faktor keamanan
terhadap likuifaksi dirumuskan sebagai berikut; FS = (CRR7,5/CSR)MSF
Indeks potensi likuifaksi (LPI) mengacu pada formula Iwasaki, 1986 yang menyebutkan
likuifaksi akan terjadi hingga kedalaman 20 meter di bawah permukaan tanah. Indeks potensi
likuifaksi merupakan integrasi dari fungsi faktor keamanan dan kedalaman litologi yang
terlikuifaksi.
Jika faktor keamanan (FL) < 1 maka F = 1-FL dan jika FL> 1 maka F = 0. Menurut Iwasaki
20m
(1986), klasifikasi LPI terhadap resiko potensi likuifaksi adalah sebagaimana dapat dilihat di
LPI   Fwz dz
tabel 1. 0
Jika faktortersebut
Potensi keamanandapat(FL) < 1 maka
dihitung F = 1-FL dan
probabilitasnya jika menggunakan
dengan FL> 1 maka FFormula
= 0. Menurut
George,
Iwasaki (1986), klasifikasi LPI terhadap
2008 sebagai berikut; Probabilitas = 1/(1+e resiko potensi
-(-3,092+0,218xLPI)likuifaksi
) adalah sebagaimana dapat
dilihat di tabel 1.
4. Potensi
Prediksitersebut dapatdan
penurunan dihitung probabilitasnya
perpindahan lateral dengan menggunakan Formula George,
2008 sebagai berikut; Probabilitas = 1/(1+e-(-3,092+0,218xLPI))
Salah satu
4. Prediksi efek likuifaksi
penurunan pada bangunan
dan perpindahan lateral konstruksi adalah penurunan dan perpindahan
lateral
Salahtanah.
satu efek likuifaksi pada bangunan konstruksi adalah penurunan dan perpindahan
lateralMenurut
tanah. Zhang drr, 2002, estimasi penurunan merupakan fungsi dari regangan volumetrik
Menurut Zhang
(Ɛvi) terhadap drr, 2002,
kedalaman (z) estimasi penurunan
sebagaimana merupakan
dirumuskan : fungsi dari regangan volumetrik
(Ɛvi) terhadap kedalaman (z) sebagaimana dirumuskan :

Estimasi nilai regangan volumetrik berdasarkan data CPT dapat diketahui dari nilai qc
Estimasi nilai regangan volumetrik berdasarkan data CPT dapat diketahui dari nilai qc
terkoreksi dimana hubungannya seperti disajikan dalam gambar 8.
terkoreksi dimana hubungannya seperti disajikan dalam gambar 8.

Gambar Gambar
8. Hubungan regangan
8. Hubungan volumetrik
regangan volumetrikterhadap nilai(q(q
terhadap nilai )cs )(Zhang,2002)
c1Nc1N cs (Zhang,2002)

MenurutZhang
Menurut Zhangdrr,
drr,2004
2004menyebutkan
menyebutkanbahwa
bahwaanalisis
analisisdalam
dalamprediksi
prediksiperpindahan
perpindahan lateral
lateral
terdapattiga
terdapat tigatahapan
tahapan: :
1. Menentukan lapisan yang terlikuifaksi yang dalam hal ini menggunakan data sondir.
2.1.Menentukan
Menentukannilailapisan yang
indeks terlikuifaksi
perpindahan yang(LDI)
lateral dalam hal ini menggunakan data sondir.
2. Menentukan nilai indeks perpindahan lateral (LDI)

3. Menentukan perpindahan lateral (LD)


a. Kemiringan (S) tanpa batas (0,2% < S < 3,5%); LD=(S+0,2).LDI
b. Kemiringan (S) dengan panjang (L) dan tinggi tertentu (H) (4 < L/H < 40); LD = 6
(L/H)-0,8

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020 15


KESIMPULAN
1. Likuifaksi merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di daerah dengan kondisi tanah
yang jenuh air, muka air tanah dangkal dan jenuh air.
2. Potensi likuifaksi suatu wilayah dapat diprediksi secara kualitatif dan kuantitatif
3. Analisis kualitatif digunakan untuk skala regional sedangkan analisis kuantitatif digunakan
untuk skala detil
4. Penyusunan zona potensi likuifaksi dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Liquefaction
Potential Index (LPI), Liquefaction Severity Index (LSI) dan Liquefaction Risk Index (LRI)
5. Metoda yang umum dilakukan untuk menentukan potensi likuifaksi adalah dengan
menghitung kekuatan tanah menahan likuifaksi akibat gempa (cyclic resistance ratio
(CRR)) dan tegangan geser tanah akibat gempa (cyclic stress ratio (CSR)).
6. CRR dan CSR dihitung dari data yang diperoleh dengan melakukan self penetration test
(SPT) atau cone penetration test (CPT).

DAFTAR PUSTAKA

Iwasaki, T., Arakawa, T., and Tokida, K., 1984, “Simplified Procedures for Assessing Soil
Liquefaction during Earthquakes”, Soil Dynamics and Earthquake Engineering, Vol.3,
Southampton, hal. 49-58.

Lee DH, Ku CS, & Yuan H., 2003, “A study of the liquefaction risk potential at Yuanlin”. Taiwan
Eng Geol 71, pp: 97–117.

Mase, L.Z., 2013, “Analisis Potensi Likuifaksi Di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta
(Studi Eksperimental dan Analisis Empiris)”, Tesis, Jurusan Teknik Sipil (Geoteknik) dan
Lingkungan, Universitas Gadjah Mada.

Setyabudi, A.P., 2013, “Analisis Probabilitas Likuifaksi Menggunakan Metode Liquefaction


Severity Index Untuk Kabupaten Bantul, Sleman, Dan Kotamadya Yogyakarta”, Tugas
Akhir, Jurusan Teknik Sipil (Geoteknik) dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada.

Sonmez, H and Gokceoglu, C., 2005. “A liquefaction severity index suggested for engineering
practice”, Environmental Geology, 48, pp. 81-91.

Tonkin & Taylor International Ltd, 2013, “Canterbury New Zealand Earthquake Sequence
2010- 201”, Seminar on disaster preparedness in the Philippines.

Yogatama, B.A., 2012, “Analisis Potensi Likuifaksi Di Kawasan Kabupaten Bantul Dan
Kotamadya Yogyakarta”, Jurusan Teknik Sipil (Geoteknik) dan Lingkungan, Universitas
Gadjah Mada.

Youd, T.L., and Perkins, D.M., 1978. “Mapping liquefaction-induced ground failure potential”.
Journal of the Geotechnical Engineering Division 104, No. GT4, 433-446.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45721130

16 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 10 No. 2 Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai