Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN KELUARGA

DOSEN PENGAMPUH:
Ns. Roos Panai, M.PH
DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
KELAS B

Nama NIM

 Rahyati K. Luwiti 841419


 Nur Riskiana 049
 Almalia N. Ahmad 841419
 Fatmawati Ishak 053
 Siti Nur Maghfira Tome 841419
 Afrilia Sumaga 059
 Mildawati R. Amu 841419
 Wahyudin Saputra Hudjuala 060
 Asyulni Almaida Adjid 841419
 Zulqamaria Agustina A. Lamusu 063
 Siti Nurhasanah Djailani 841419
 Noor Andini Caesar Lutfianingrum Sanau 068
 Nur ‘Azmi Airmas 841419
 Mohamad Fadliyanto Mobi 071
841419
073
841418
075
841419
076
841419
081
841419
089
841419
090
841419
120

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW, serta kepada keluarga, sahabat, kerabat beliau sekalian.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah Keperawatan Keluarga dapat selesai sesuai waktu
yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini,
sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun
sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi
kita. Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di dalam makalah ini, penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, 07 November 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

A.................................................................................................................................Latar Belakang
1

B.Rumusan Masalah.........................................................................................................................3

C.Tujuan...........................................................................................................................................3

D............................................................................................................................................Manfaat
3

BAB II..............................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................4

A........................................................................................................................................Persalinan
4

B.Hipertensi......................................................................................................................................5

C.Gangguan Jiwa.............................................................................................................................8

BAB III...........................................................................................................................14

ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................14

A........................................................................Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi


14

B.Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Proses Persalinan............................................................20

C.Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gangguan Jiwa............................................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam


meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang
berinteraksi dan merupakan unit utama yang menyangkut kehidupan
masyarakat. Keluarga menempati posisi antara individu dan masyarakat.
Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah
yang dialami anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang
lain, karena keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat. Sehingga dengan memberikan
pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan.
Perawat dapat memenuhi kebutuhan individu dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Jadi untuk membangun keluarga yang sehat dibutuhkan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga. Asuhan
keperawatan keluarga merupakan rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan keluarga. Adapun kriteria keluarga yang harus
mendapatkan asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga yang dalam tahap
perkembangan keluarga, misalnya keluarga dengan pasangan baru
(Berganning family) / keluarga pemula. Berganning family atau yang biasa
kita sebut keluarga dengan pasangan baru merupakan tahap pembentukan
keluarga melalui ikatan pernikahan. Pada keluarga tahap ini perlu diberikan
asuhan keperawatan keluarga karena pada tahap ini rentan terhadap masalah
kesehatan.
Di Indonesia angka pernikahan usia muda sangat tinggi dan mendapat
perhatian dari pemerintah. Kondisi yang seperti ini sangat memperihatinkan,
karena memicu terjadinya angka perceraian. Perkawinan dini di Indonesia
tercatat sangat banyak, yakni 34,5% dari total perkawinan di seluruh Indonesia
yang berjumlah antara 2-2.5 juta pasangan setiap tahunnya, (www.Kpai.go.id
1
di unduh pada 6 Juli 2012). Pada tahun 2009 presentase pernikahan usia muda
mencapai 41,33 % dan mengalami kenaikan sebesar 50% pada tahun 2010
(Riskesdas 2010). Presentase pernikahan tinggi tidak terjadi pada area
perkotaan saja.
Di Jawa tengah tahun 2008 mencatat 37,11 % presentase pernikahan muda
dikalangan masyarakat desa. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan angka
kejadian pernikahan usia muda mencapai 50,08% (BKKBN. 2009). Maka dari
hal tersebut diatas penulis mengambil asuhan keperawatan keluarga dengan
kasus berganning family/ keluarga dengan pasangan baru. Keluarga dengan
pasangan baru/ Berganning family adalah ketika masing-masing individu laki-
laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah, dan
meninggalkan keluarganya masingmasing serta mempersiapkan keluarga yang
baru.
Pasangan baru menikah adalah tahap awal pembentukan keluarga, jadi
dibutuhkan adaptasi yang baik. Butuh penyesuaian peran dan fungsi sehari-
hari, belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Mereka merupakan v anggota dari 3 keluarga yaitu keluarga
suami, istri dan membentuk keluarga sendiri. Masing-masing mengahadapi
perpisahan dengan keluarga orang tuanya. Mereka mulai membina hubungan
baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan. Pada tahap keluarga
dengan pasangan baru mempunyai tugas perkembangan keluarga yang harus
dipenuhi.
Tugas perkembangan tersebut adalah membina hubungan intim yang saling
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan orang
lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis dan
keluarga berencana. Selain mempunyai tugas, keluarga juga mempunyai
fungsi supaya keluarga menjadi sejahtera. Fungsi keluarga yang harus
dipenuhi meliputi fungsi afektif, sosialisasi, perawatan kesehatan, ekonomi,
biologis, psikologis dan fungsi pendidikan.
Maka dari hal tersebut peran perawat sangat berarti untuk meningkatkan
derajat kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga pasangan
baru menikah. Sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah dengan menggunakan

2
pendekatan proses keperawatan untuk membantu mereka mengenali tugas dan
perkembangan pada keluarga tahap tersebut. Asuhan keperawatan juga
membantu memandirikan pasangan baru menikah dalam pengambilan
keputusan terkait masalah kesehatan yang mereka alami.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi?


2. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada proses persalinan?
3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan jiwa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan hipertensi


2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada proses persalinan
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan jiwa

D. Manfaat

1. Mengetahui asuhan keperawatan dengan hipertensi


2. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada proses persalinan
3. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan jiwa

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

a. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turu ke dalam jalan lahir. Nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif
tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi da
penipisan serviks serta penurunan janin selama persalinan (Astuti dkk,2019).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu (Puspitasar,
2018) :
1. Passage merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin yang
terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.
2. Passanger merupakan faktor persalinan dari janin mulai dari bentul,
ukuran kepala, posisi dan presentasi janin serta kondisi plasenta dan
air ketuban.
3. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan, yang terdiri
dari his, atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
4. Psikis ibu hamil
5. Penolong persalinan yaitu bidan professional yang mampu
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin.
c. Tahap-Tahap Persalinan
Proses persalinan berlangsung dalam 4 tahap atau 4 kala
(Puspitasari,2018) yaitu: :

1. Kala I disebut kala pembukaan, dimana terjadinya pematangan


serviks sampai 10cm. Lama waktu persalinan kala I dihitung dari
serviks berdilatasi 0-10 cm. Persalinan kala I memiliki dua fase

4
yaitu fase laten dan fase aktif yang mempunyai durasi berbeda.
Fase laten adalah fase awal, dimulai pada saat adanya kontraksi
yang teratur, serviks berdilatasi dari 0-3 cm. fase aktif adalah fase
setelah laten, dimaa dilatasi serviks membuka 4-10 cm.

2. Kala II disebut juga kala pengeluaran karena berkat kekuatan his


dan kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir.

3. Kala III atau kala uri dimana plasenta lepas dari dinding uterus dan
dilahirkan.

4. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta.

Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di keluarga


terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11) dan persalinan ibu tersebut,
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah sakit, puskesmas,
klinik, bidan praktek, swasta)` (PMK_No. 39 2016_ttg_PIS_PK)

d. Komplikasi
Adapun jenis komplikasi yang menyebabkan kematia ibu antara
lain(Puspitasari,2018):
1. Pendarahan
2. Infeksi
3. Tekanan darah tinggi saat kehamilan
4. Komplikasi persalinan
5. Aborsi yang tidak aman

B. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah


tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
5
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh. Hipertensi juga merupakan
faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila tidak ditangani
dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal
jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica
N Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)

b. Jenis

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi


sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan
diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Sebanyak 90-95 persen


kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya.
Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para
pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam
penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra
seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas,
merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder. Pada 5-10 persen kasus


sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal,
penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena
tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi
tetapi bukan faktor penyebab.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

6
 Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol (Heriziana, 2017)

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui


mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-
30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55
tahun, 13 sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini
dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause.

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda.

3) Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang


telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap
sodium individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi
menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang
tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.


Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam 14 menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat.

 Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol (Heriziana, 2017)

1) Obesitas

7
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga
akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk
kondisi.

2) Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi


peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.

3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam


kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi


peningkatan hipertensi.Kadar sodium yang 15 direkomendasikan adalah ]
[tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram)

5) Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan


peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan
darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.

6) Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu
cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10 mmHg.

7) Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan


meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek
samping ini akan meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress
meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas
pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya.
8
Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh
tubuh akan semakin cepat.

d. Pencegahan

Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah


secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu chek-up kesehatan atau saat
periksa kedokteran. Penyakit hipertensi dapat dicegah dengan menjaga pola
makan, yang salah satunya dengan melakukan diet rendah garam
meningkatkan kesadaran pada penyakit hipertensi yang dengan mengubah
kebiasaan dan gaya hidup sehat, misalnya menghindari minuman alkohol,
merokok, olahraga atau beraktivitas, mengurangi minuman yang berkafein
dan sebisa mungkin untuk membatasi makanan berkolesterol tinggi
(Masruroh, dkk. 2019).

Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur adalah jika


didalam keluarga berusia berusia lebih dari 15 tahun yang didiagnosis sebagai
penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) dan berobat teratur sesuai petunjuk
dokter atau petugas kesehatan (PMK No. 39 thn 2016)

C. Gangguan Jiwa

a. Definisi

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan


gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni ( keretakan,
pecahan) antara proses pikir, afek emosi, kemauan dalam psikomotor
disertai dosorsi kenyataan terutama karena waham dan halusinasi;
asosiasi terbagi bagi sehingga timbul inkoherensi., afek dan perilaku
bizar. Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai
dimana – mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi
secara jelas. Kraepalin menyebut gangguan ini sebagai demensia precox
(Azizah, Zainuri, Akbar, 2016).
Jenis-Jenis Skizofrenia

9
a. Skizofrenia simplex: gejala utama kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan.
b. Skizofrenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir
gangguan kemauan dan depersonalisai. Banyak terdapat waham dan
halusinasi.
c. Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti
stupor maupun gaduh gelisah katatonik.
d. Skizofrenia paranoid, dengan gejala utama kecurigaan
yang ekstrim disertaiwaham kejar atau kebesaran.
Episoda skizofrenia akut (lir schizofrenia), adalah kondisi akut mendadak
yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
(Azizah, Zainuri, Akbar, 2016).Menurut Bagus Utomo sebagai Pendiri Rumah
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), mengemukakan bahwa dari 34
provinsi di Indonesia, hingga kini masih 7 provinsi yang belum memiliki rumah
sakit jiwa. Jumlah psikiaternya juga minim, dengan perbandingan 1 banding 400
ribu. Penanganan atau proses pemulihan pasien dengan gangguan jiwa, salah
satunya skizofrenia di Indonesia masih buruk. Proses penanganan Orang Dengan
Skizofrenia (ODS) memerlukan penanganan yang lama, mulai dari perawatan di
rumah sakit, pemberian obat, sampai dukungan sosial, keluarga dan masyarakat.
Misalnya, seorang pasien sudah mendapatkan obat dengan baik, proses
pemulihan di rumah sakit berjalan bagus, tetapi pada saat di rumah tidak
didukung keluarga dan lingkungan, maka bisa jadi pasien akan mengalami
kekambuhan. Oleh sebab itu, proses pemulihan penyakit ini tahunan. Oleh karena
prosesnya lama, maka butuh ketekunan dan kesabaran dari keluarga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM),
merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan
pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Salah
satu jenis layanan Standar Pelayanan Minimalnya adalah pelayanan kesehatan
orang dengan gangguan jiwa berat.
b. Konsep Dasar Gangguan Jiwa
Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang dapat
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah

10
bagian dari gangguan psikosis yang terutama di tandai dengan kehilangan
pemahaman terhadap realitas dan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan
hilangnya daya tilik diri. Klien dengan skizofrenia cenderung menarik diri
secara sosial sehingga klien mengalami isolasi sosial. Jika pada klien isolasi
sosial tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan resiko harga diri rendah,
halusinasi dan resiko bunuh diri.Gangguan jiwa dapat disebabkan oleh
beberapa faktor berikut yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik ( somatogenik) atau organobiologis.Neroanatomi,
Nerofisiologi,Nerokimia, Tingkat kematangan dan perkembangan organik,
Faktor-faktor pre dan peri-natal.
2. Faktor-faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif. Interaksi ibu-
anak : normal (rasa percaya dan rasa aman ) atau abnormal berdasarkan
kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan
kebimbangan), Peranan ayah, Persaingan antara saudara kandung,
Intelegensi, Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan
masyarakat, Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa
malu atau rasa bersalah.
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokulturalKestabilan
keluarga, Pola mengasuh anak, Tingkat ekonomi, Perumahan : perkotaan
lawan pedesaan, Masalah kelompok minoritas.
c. Konsep Dasar Keluarga
Keluarga adalah lingkungan terdekat dengan penderita skizofrenia. 12,13
Keluarga yang tidak dapat beradaptasi dengan penderita akan stres, sehingga
tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, termasuk fungsi perawatan
keluarga/orang tua terhadap penderita. Pengetahuan keluarga dan orang tua
penderita, tidak mengetahui awal mula penderita mengalami skizofrenia, hal
ini disebabkan ketidaktahuan tentang gejala, penyebab skizofrenia serta
kurangnya kepedulian keluarga dalam memahami dan mau mengerti kondisi
penderita. Kondisi keluarga/orang tua penderita sudah cukup disibukkan
dengan rutinitas sehari-hari, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya (Sutejo,2016).

d. Konsep Dasar Sikap

11
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak pada objek
tersebut menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu :
Sikap keluarga secara kognitif terhadap penderita gangguan jiwa :
a) Pendapat tentang gangguan jiwa Sebagian besar keluarga berpendapat
bahwa gangguan jiwa merupakan suatu kondisi yang berbeda dari orang
normal pada umumnya, gangguan jiwa memiliki prilaku dan pemikiran
yang tidak wajar sehingga berbeda dengan kondisi normal.
b) Pendapat keluarga tentang kesembuhan penderita gangguan jiwa, sebagian
besar mengatakan bahwa penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan
dengan cara melakukan pengobatan dan minum obat secara teratur
meskipun butuh waktu yang lama.
c) Sikap keluarga terhadap
penderita gangguan jiwa yang dipasung menujukkan sikap yang baik
dimana semua keluarga mengatakan tidak setuju terhadap pemasungan
penderita gangguan jiwa.
Sikap Keluarga Secara Afektif
a) Sikap keluarga dalam menghadapi persoalan pada penderita gangguan
jiwasebagian besar menerima keadaan yang ada dan berharap semua dapat
sembuh dan keluarga berusaha untuk tetap melakukan pengobatan.
b) Perasaan terhadap penderita gangguan jiwa sebagian besar merasa sedih
dengan keadaan yang ada dikarenakan ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa dan sebagian besar keluarga nyaman dan
beberapa lainnya merasa tidak nyaman karena keluarganya sendiri yang
mengalami hal tersebut.
Sikap Keluarga secara kecenderungan untuk bertindak.
Sikap keluarga dalam hal kecenderungan untuk bertindak terhadap
kondisi penderita ganggguan jiwa sebagian besar menunjukkan sikap yang
baik dan positif. Sebagian keluarga merespon dengan baik ketika anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa dengan melakukan hal hal yang
medukung kesembuhan pasien yaitu dengan melakukan pengobatan
khususnya mengantarkan penderita ke rumah sakit jiwa untuk segera
diobati. Sebagian responden mengatakan anggota keluarganya dibawa ke

12
rumah sakit dan beberapa keluarga melakukan hal yang tidak positif yaitu
membawa ke orang pintar karena sakit tidak kunjung sembuh dan terlalu
lama.
Ÿ Dukungan keluarga berupa informasional
Bentuk dukungan informasional adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk,
dan pemberian informasi. Sebagian besar keluarga selalu memberikan nasehat
kepada anggota keluarganya yang menderita ganguan jiwa dan nasehat atau
sarannya berupa : partisipan mengatakan keluarga memberikan nasehat dan
mengatakan sabar dan banyak berdoa kepada penderita.
Ÿ Dukungan keluarga berupa penilaian.
Sebagian besar keluarga memberikan penghargaan kepada penderita
dengan cara merawat dengan baik, memberikan kasih sayang, memberikan
pengawasan terhadap ketaatan dalam pengobatan.
Ÿ Dukungan keluarga berupa instrumental
Dalam dukungan instumental sebagian keluarga telah memberikan
dukungan kepada anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa dengan
baik dan positif, keluarga mampu melakukan perannya sebagai keluarga
dengan baik dengan memberikan dukungan berupa pengobatan, mengantarkan
penderita untuk kontrol dan mengawasi dalam meminum obat. Bentuk
dukungan tersebut yaitu:
a) Mengantarkan penderita malakukan pengobatan ke Rumah Sakit Jiwa
ketika megalami gangguan jiwa
b) Melakukan dan mengantarkan penderita untuk kontrol ke rumah sakit
dengan rutin
c) Memberikan obat kepada penderita sesuai dengan anjuran yang diberikan.
d) Melakukan pengawasan terhadap penderita yang meminum obat.
Ÿ Dukungan keluarga berupa emosional Secara emosional, dukungan dari
keluarga menunjukkan hal yang positif dan baik. Setiap keluarga memberikan
dukungan yang membuat penderita gangguan jiwa yaitu anggota keluarganya
ada yang memperhatikan dan keluarga selalu berusaha untuk melakukan yang
terbaik agar anggota keluarganya dapat sembuh.

13
14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan


dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO,2014). Asuhan keperawatan keluarga
adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan
sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,


agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan
metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik
pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga17

4) Pendidikan kepala keluarga

15
5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas


perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada


keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat


kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

16
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga


mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota


keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

5) Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,


perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain,bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.19

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau


hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana


keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluargayang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang terdapat di lingkungan setempat.

17
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.

6) Stres dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga


yang memerlukanpenyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.

(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga


yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi


permasalah

e) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.


Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir
pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Dari pengkajian asuhan


keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga yang
mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah

kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan


kondisi kesehatan anggota keluarga.
18
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup
sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang
diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan


mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota


keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan
menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan
keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa


nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau
orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi
masalah kesehatan.

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan


mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi
saat ini atau yang akandatang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat


(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk
beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien. Yang menjadi
etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah
hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5
unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang


terjadi pada anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat


untuk mengatasi penyakit hipertensi

19
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi


lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan


kesehatan gunaperawatan dan pengobatan hipertensi

3. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum


dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria
dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan
tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada keluarga.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan


mengerti tentang penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga


kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit


hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan


gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan.

Intervensi

1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi


20
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk


mengatasi penyakit hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui

akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.24

Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil


tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat


hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Intervensi:

1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota


keluarga yang menderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan


hipertensi

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat


anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan


rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan


perawatan penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang


menderita
21
penyakit hipertensi secara tepat. Intervensi

1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat

dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita


hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi


lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang

pengaruhlingkungan terhadap penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat


menunjang

penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh


lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat


mempengaruhi penyakit hipertensi.

Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan


mengatasi penyakit hipertens imisalnya :

a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya


benda yang tajam.

b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi


terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

22
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang


tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus


meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.

Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta


pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.

B. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Proses Persalinan

1. Pengkajian
Menurut Tamher (2009; p.13) “Pengkajian (assessment) merupakan
fase awal dari keseluruhan proses keperawatan yang meliputi penghimpunan
data klien agar dapat mengidentifikasi masalah”. Pengkajian dilakukan dengan
teknik wawancara (auto- anamnesa atau alloanamnesa) dan observasi. Yang
perlu dikaji diantaranya :
a. Data Subjektif
1) Biodata ibu hamil dan suami
2) Riwayat Kesehatan
(Keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu, dan
riwayat penyakit keluarga)
3) Riwayat Kehamilan
4) Pola fungsional gordon
5) Keadaan psikologi
b. Data Objektif
1) Berat badan
2) Lila

23
3) TFU
4) Tanda-tanda vital (TD, N, RR, S)
Saat wawancara tanyakan riwayat kesehatan komprehensif yang
menekankan pada :
a. Kehamilan saat ini: alasan mencari perawatan, keluhan utama atau
keluhan yang dirasakan selama hamil, hamil keberapa, usia kehamilan
sekarang, tanggal perkiraan melahirkan, kebutuhan selama kehamilan,
persiapan persalinan dan persiapan awal menjadi ibu, harapan yang
diinginkan tentang cara kelahiran, jenis kelamin bayi, status nutrisi, pola
berkemih.
b. Kehamilan sebelumnya: jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan
pengalaman persalinan sebelumnya, riwayat kehilangan (abortus) janin,
dan riwayat medis yang meliputi: riwayat pembedahan, penggunaan obat,
penyakit yang menyertai, riwayat menstruasi.
c. Riwayat psikososial dan budaya: pekerjaan wanita dan pasangan,
pendidikan, status pekawinan, latar belakang budaya dan etnik, status
sosial ekonomi, persepsi tentang kehamilan saat ini (apakah kehamilan ini
diinginkan, direncanakan, apakah wanita dan pasangan senang, apakah
wanita menerima kehamilan), masalah yang timbul akibat kehamilan
(finansial, karier/pekerjaan, tempat tinggal), perubahan pola seksual.
d. Keadaan keluarga: kaji sistem dukungan keluarga, hubungan ibu hamil
dengan suami, keluarga ayah, ibu, dan saudara, hubungan dengan
keluarga suami, riwayat cacat dan kelainan genetik Riwayat keluarga
memberi informasi tentang keluarga pasien, orang tua, saudara kandung,
anak, Hal ini membantu mengidentifikasi gangguan genetik, familial dan
kondisi yang dapat mempengaruhi status kesehatan wanita atau janin.
e. Pengkajian fisik: pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan
ginekologi, payudara, abdomen, pemeriksaan panggul, inspeksi luar,
pemeriksaan dalam, palpasi luar, dan pemeriksaan yang menyangkut
keluhan utama dan riwayat kesehatan atau penyakit yang pernah diderita
pasien.
f. Tes kesehatan atau laboratorium yang pernah dilakukan selama hamil:
pemeriksaan darah (kadar Hb, Ht, sel darah putih, glukosa,), tekanan

24
darah, tinggi badan, berat badan, urin (protein, sel darah putih, pH), USG,
VDRL, hepatitis, EKG, titer rubela, toxo, pap smear.
g. Pengkajian semua faktor resiko yang mungkin ada: Hipertensi, jantung,
diabetes, cacat bawaan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perlu dilakukan
pengkajian yang berkaitan dengan tugas perawatan kesehatan keluarga,
yaitu:

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan


Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan adalah
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang fakta dari masalah yang
meliputi pengertian, tanda kehamilan, gejala kehamilan normal
dan penyimpangan dari normal,
2) Persepsi keluarga terhadap kehamilan
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat adalah
:
1) Apakah kehamilan yang dialami dianggap suatu masalah
2) Apakah keluarga takut dengan akibat perubahan yang terjadi
akibat kehamilan
3) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap anggota
keluarga yang sedang hamil dan kehamilannya
4) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
5) Apakah keluarga percaya terhadap petugas kesehatan
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kehamilannya: kebutuhan,
perubahan dan perawatan

25
2) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan dan perkembangan
perawatan yang diperlukan
3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang ada dalam
keluarga (penanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fusik,
psikososial, dukungan keluarga)
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sedang
hamil
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah
:
1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber sumber yang dimiliki
2) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan
lingkungan
3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi
4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
5) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di
masyarakat adalah :
1) Sejauh mana keluarga tahu keberadaan fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan untuk perawatan wanita hamil
2) Sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan
3) Sejauhmana keluarga mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
dengan petugas kesehatan
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
2. Diagnosa Keperawatan

26
Diagnosa ditegakkan berdasarkan data yang didapat selama
pengkajian. Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Ansietas yang berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap diri sendiri
dan janin, Krisis situasional/maturasional, Perubahan fisik selama hamil,
Rasa tidak nyaman selama krhamilan, Ancaman terhadap konsep diri,
Stres, Perubahan status peran, status kesehatan, pola peran, keadaan
ekonomi
b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan respon keluarga
terhadap diagnosa kehamilan
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap
penatalaksanaan kesehatan dan kehamilan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Morning sicknes atau Emesis gravidarum.
e. Perubahan pola seksual yang berhubungan dengan Rasa kurang nyaman
pada kehamilan, Rasa takut bahwa senggama akan mencederai janin.

f. Konflik peran orang tua berhubungan dengan Ketidaktahuan peran yang


harus dijalankan, Perubahan status peran, perkawinan
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Persepsi negatif terhadap
kehamilan, Psikososial, Perubahan fisik selama kehamilan.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga etiologi berdasarkan hasil
pengkajian dari 5 tugas perawatan kesehatan keluarga.

3. Rencana Intervensi
Tujuan utama intervensi yang akan dilakukan pada asuhan keperawatan
yang diberikan pada masa kehamilan adalah :
a. Wanita akan menunjukan pengetahuan yang benar tentang adaptasi yang
dialami tubuh seorang ibu hamil terhadap perkembangan janin sebagai
dasar untuk memahami rasional dan pentingnya perawatan, koping yang
digunakan dan menjalankan perannya.
b. Wanita akan menggunakan pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi,
kebutuhan seksual, aktivitas sehari hari, rasa tidak nyaman akibat
kehamilan, dan perawatan diri.

27
c. Wanita akan mengenali gejala gejala yang menunjukan
deviasi/penyimpangan dari kehamilan normal dan melaporkan hal hal
tersebutuntuk dapat segera diatasi.
d. Wanita dan keluarganya akan berpartisipasi secara aktifdalam
perawatannya selama kehamilan.
Dari beberapa masalah keperawatan yang muncul, perawat dapat
melakukan intervensi yang berkaitan dengan kebutuhan selama kehamilan
diantaranya adalah:

a. Ciptakan hubungan perawat-pasien-keluarga yang saling percaya. Hal ini


penting untuk menentukan intensitas, kualitas hubungan dan keberhasilan
intervensi yang direncanakan bersama
b. Kaji keluhan selama hamil: mual, muntah, pusing, perubahan pola
seksual, sering kencing dan pengalaman kehamilan dan persalinan
sebelumnya.
c. Berikan informasi adequat tentang kehamilan: perubahan fisik, perubahan
emosi, psikologis dan perubahan peran serta tanda tanda dari masalah
kehamilan yang tidak normal.
d. Beri kesempatan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak untuk
mengutarakan perasaan terhadap kehamilan yang dijalani, harapan dan
masalah yang mungkin ada terkait kehamilan anggota keluarganya.
e. Libatkan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak dalam kelompok
yang sama untuk berbagi pengalaman, pendapat dan perasaan
f. Diskusikan bersama pasien, pasangan atau anggota keluarga yang lain
tentang kebutuhan selama hamil, harapan terhadap kehamilan sekarang,
dan rencana persalinan.
g. Ajarkan teknik persiapan yang diperlukan untuk proses persalinan dan
persiapan menjadi ibu: latihan nafas, senam hamil, teknik mengejan yang
benar, cara perawatan payudara, cara menyusui.
h. Berikan alternatif /pilihan penyelesain terhadap masalah yang dirasakan
i. Berikan dukungan secara adequat dan anjurkan pada keluarga untuk
melakukan hal yang sama terhadap perubahan yang tejadi selama
kehamilan

28
j. Jelaskan cara senggama yang aman untuk wanita hamil, perawatan diri
yang diperlukan terkait perubahan selama kehamilan (payudara, personal
higiene,kulit)
k. Anjurkan keluarga ikut berperan pada perawatan ibu
l. Beri informasi pada pasien dan anggota keluarga untuk mengakses
sumber informasi terkait kehamilan: buku, internet, konsultasi dengan
dokter kandungan.
m. Motivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
termasuk pemeriksaan darah, dan ginekologi.
n. Diskusikan dengan ibu dan atau anggota keluarga yang lain tentang
jadwal kunjungan dan pemeriksaan kehamilan.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gangguan Jiwa

1. Pengkajian data dasar


Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan pada klien dengan kerusakan
interaksi social : menarik diri antara lain :
1) Identitas klien dan penanggung jawab Pada identitas mencakup nama,
umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, dan hubungan klien dengan penanggung.
2) Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit.
Keluhan utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang ke
rumah sakit dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit
terdapat faktor predisposisi dan presipitasi. Pada faktor predisposisi
dikaji tentang faktor-faktor pendukung klien untuk mengalami
kerusakan interaksi sosial : menarik diri. Faktor presipitasi dikaji
tentang faktor pencetus yang membuat klien mengalami kerusakan
interaksi sosial : menarik diri.

29
3) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan yang menyangkut
tanda vital, ukuran-ukuran seperti : berat badan, tinggi badan, dan
pemeriksaan fisik sesuai keluhan klien.

4) Psikososial
Da1am psikososial dicantumkan genogram yang menggambarkan
tentang pola interaksi, faktor genetik dalam keluarga berhubungan
dengan gangguan jiwa. Selain itu juga dikaji tentang konsep diri,
hubungan sosial serta spiritual. Dalam konsep diri data yang
umumnya didapat pada klien dengan kerusakan interaksi sosial:
menanik diri yaitu gangguan pada harga diri.
5) Status mental Pada status mental didapat data yang sering muncul
yaitu: motorik menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih,
adanya perubahan sensori/ persepsi : halusinasi.
6) Kebutuhan persiapan pulang
Mencakup hal-hal tentang kesiapan klien untuk pulang atau untuk
menjalani perawatan di rumah yaitu makan, bab / bak, mandi,
berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan
kesehatan, aktivitas di dalam rumah, dan aktivitas di luar rumah.
7) Mekanisme koping
Mekanisme Merupakan mekanisme yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme yang digunakan untuk melindungi diri
mekanisme yang sering digunakan oleh individu untuk mengatasi
kecemasan yang berkaitan dengan menarik diri.
8) Pengetahuan
Pengetahuan meliputi kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa,
faktor presipitasi, sistem pendukung, koping dan lain-lain.
9) Aspek medik
Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan terapi medik
yang dijalani klien.
b. Daftar masalah

30
Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
gangguan hubungan sosial menurut nanda dikutip stuart & sundeen
adalah:
1) Resiko tinggi prilaku kekerasan.
2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi
3) Kerusakan interaksi sosial - menarik diri

c. Pohon Masalah
Perubahan persepsi sensori:
Halusinasi . . . . . . . . akibat

. . . . . . . . core problem
Gangguan interaksi sosialmenarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri . . . . . . . . penyebab


rendah

Koping individu tidak efektif

Gambar 1: pohon masalah pada gangguan hubungan sosial : menarik


diri.

d. Diagnosa keperawatan dan intervensi


Perumusan diagnosa keperawatan merupakan langkah kelima dari
pengkajian keperawatan setelah potion masalah. Diagnosa keperawatan
adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial individu,
keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan klien / proses
kehidupan.
Rumusan diagnosa dapat pe yaitu permasalahan (P) yang berhubungan
dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara
ilmiah. Rumusan (PES) sama dengan pe hanya ditambah symptom (S)
atau gejala sebagai data penunjang. Dalam keperawatan jiwa ditemukan
diagnosa anak beranak, yaitu jika etiologi sudah diberikan tindakan dan
permasalahan belum selesai maka p dijadikan etiologi pada diagnosa
yang baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan karena
permasalahan tidak selalu disebabkan oleh satu etiologi yang sama
sehingga walaupun etiologi sudah diberi tindakan maka permasalahan
belum selesai (Satrio, 2015). Dan pohon masalah di atas maka diagnosa
31
keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan hubungan sosial
yaitu :
1) Risiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
2) Perubahan persensi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
3) Gangguan hubungan sosial: menarik diri berhubungan dengan harga
e. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan setelah
pengkajian. Dari diagnosa keperawatan di atas diprioritaskan
berdasarkan keluhan yang paling dirasakan saat ini (core problem) dan
bila tidak diatasi akan mempengaruhi status fungsional klien
1) Daftar masalah
Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
gangguan hubungan sosial menurut nanda dikutip stuart & sundeen
adalah:
a) Resiko tinggi prilaku kekerasan.
b) Perubahan persepsi sensori : halusinasi
c) Kerusakan interaksi sosial - menarik diri
f. Pohon Masalah
Perubahan persepsi sensori:
Halusinasi . . . . . . . . akibat

. . . . . . . . core problem
Gangguan interaksi sosial menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri . . . . . . . . penyebab


rendah

Koping individu tidak efektif

Pohon masalah pada gangguan hubungan sosial : menarik diri.

g. Diagnosa keperawatan dan intervensi


Dan pohon masalah di atas maka diagnosa keperawatan yang muncul
pada klien dengan gangguan hubungan sosial yaitu :
1) Risiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
2) Perubahan persensi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.

32
3) Gangguan hubungan sosial: menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah.
4) Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
h. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan setelah
pengkajian. Dari diagnosa keperawatan di atas diprioritaskan
berdasarkan keluhan yang paling dirasakan saat ini (core problem) dan
bila tidak diatasi akan mempengaruhi status fungsional klien

33
DAFTAR PUSTAKA
Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan Konsumsi
Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Astuti Lestari Puji, dkk (2019). Efektifitas Relaksasi Hypnobirthing Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri dan Kestabilan Tekanan Darah Pada Persalinan Kala I

Azizah, Zainuri, Akbar. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwateori Dan Aplikasi
Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Heriziana (2017). Faktor resiko kejadian penyakit Hipertensi di Puskesmas Basuki Rahmat
Palembang.

Masruroh, Roifah & Yuniarti (2019) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan
Media Animasi Terhadap Pengetahuan Tentang Pencegahan Komplikasi Pada Penderita
Hipertensi

Puspitasari Lina (2018). Manfaat Penguatan Otot Abdomen Dan Pemijatan Lumbal Terhadap
Percepatan Proses Persalinan Kala I

(PMK No. 39 thn 2016). Tentang PIS_PK

Rosdiana (2018). Identifikasi Peran Keluarga Penderita dalam Upaya Penanganan Gangguan
Jiwa Skizofrenia

Satrio, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Lampung: LP2M.

Sutejo. (2016). Keperawatan kesehatan jiwa.Yogyakarta: Pustaka Baru


WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances

Anda mungkin juga menyukai