Anda di halaman 1dari 27

TUGAS PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan Gawai dengan Kejadian Keterlambatan


Bicara pada Anak Usia 1-2 Tahun

Oleh :
Kelompok 1 :
Ingga Ifada
Niken Maretasari P.A
Agustinus Salim
Maria Septiani N.P. Nasution
Irwan Nuryadin
Vidya Leliana

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………………………………………………4
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………….4
BAB I. PENDAHULUAN 6
1.1. Latar Belakang 6
1.2. Rumusan Masalah 8
1.3. Tujuan Penelitian 8
1.3.1 Tujuan Umum 8
1.3.2 Tujuan Khusus 8
1.4. Manfaat Penelitian 8
1.4.1. Bidang pelayanan 8
1.4.2. Bidang penelitian 9
1.4.3. Bidang Pendidikan 9
1.5. Orisinalitas Penelitian 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Sindrom Nefrotik Resisten Steroid 11
2.1.1. Definisi 11
2.1.2.Etiologi………………………………………………………………...12
2.1.3 Patofisiologi dan Manifestasi Klinik………………………………….13
2.1.4. Klasifikasi…………………………………………………………….14
2.1.5. Tatalaksana…………………………………………………………...15
2.1.5.1. Supportif…………………………………………………………15
2.1.5.2. Medikamentosa…………………………………………………..15
2.1.6. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dengan SNRS…………..17

2
2.2. Kualitas hidup………………………………………………………………..20
2.2.1. Defenisi…………………………………………………………………20
2.2.2. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada penyakit kronis………20
2.2.3. Instrumen kualitas hidup……………………………………………….21

3
BAB III. KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS…26
3.1. Kerangka teori…………………………………………………………….26
3.2. Kerangka konsep………………………………………………………….27
3.3. Hipotesis…………………………………………………………………..27

BAB IV. METODE PENELITIAN…………………………………………………....28


4.1. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………………….28
4.1.1.Ruang Lingkup Keilmuan……………………………………………..28
4.1.2. Ruang Lingkup Waktu………………………………………………..28
4.1.3. Ruang Lingkup Tempat……………………………………………….28
4.2. Rancangan Penelitian……………………………………………………. .28
4.3. Populasi dan Sampel………………………………………… …………...28
4.3.1. Populasi Target………………………………………………………..28
4.3.2. Populasi Terjangkau…………………………………………………...28
4.3.3. Sampel…………………………………………………………………29
4.4. Variabel Penelitian…………………………………………………………30
4.5. Definisi Operasional…………………………………………………….....31
4.6. Cara Pengumpulan Data…………………………………………………...34
4.6.1. Instrumen Penelitian…………………………………………………...34
4.6.2. Jenis Data……………………………………………………………...34
4.6.3. Cara kerja………………………………………………………………34
4.7. Alur Penelitian……………………………………………………………...35
4.8. Pengolahan Data…………………………………………………………...36
4.9. Ethical Clearance…………………………………………………………...36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..37

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu 9


Tabel 4.5. Definisi operasional …....31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Teori 26


Gambar 3.2. Kerangka Konsep 27
Gambar 4.7. Alur penelitian 35

5
DAFTAR SINGKATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari
tampaknya semakin meningkat pesat.x Beberapa data menunjukkan angka kejadian
anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi. Silva di New
Zealand, sebagaimana dikutip Leung, menemukan bahwa 8,4% anak umur 3 tahun

6
mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung di Canada mendapatkan angka 3%
sampai 10%.y Di Indonesia sendiri angka keterlambatan perkembangan bicara masih
cukup tinggi. Menurut data dari Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak, di tahun 2014 sebesar 9,54% balita (0-4
tahun) mengalami keterlambatan bicara.z Di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
RSUP Dr. Kariadi selama tahun 2007 diperoleh 100 anak (22,9 %) dengan keluhan
gangguan bicara dan bahasa dari 436 kunjungan baru.

Gadget (gawai) berasal dari bahasa Inggris yang artinya sebuah alat elektronik
kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Menurut KBBI gawai adalah piranti
elektronik dengan fungsi praktis.1 Iswidharmanjaya dalam bukunya menyebutkan,
gawai adalah sebuah perangkat atau instrumen elektronik yang memiliki tujuan dan
fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia. 2 Gawai memiliki fungsi
sebagai alat komunikasi, alat edukasi dan sarana sosial.

Dewasa ini, gawai tidak hanya beredar di kalangan remaja dan dewasa, tetapi
juga beredar di kalangan usia anak-anak dan bahkan pada usia prasekolah. 3 Menurut
penelitian American Association of Pediatrics (AAP), media yang paling umum
digunakan anak adalah gawai.

Berdasarkan the American Academy of Pediatrics (AAP), batas waktu anak


menghabiskan waktu di depan gawai, yaitu satu atau dua jam per hari. Akan tetapi
pada kenyataannya waktu yang digunakan anak-anak untuk menggunakan gawai
terlalu tinggi yaitu rata-rata 2 jam sehari pada anak usia 2-4 tahun dan rata-rata 2 jam
20 menit pada anak usia 5-8 tahun.5

Apabila digunakan berlebihan, gawai dapat menimbulkan berbagai macam


efek negatif. Radiasi dari gawai dapat merusak jaringan syaraf dan otak anak. Widati,
dalam bukunya melaporkan bahwa menurut data dari Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, pendengaran, sosial dan
emosional, dan keterlambatan bicara.3 Selain itu, juga dapat menurunkan daya aktif

7
anakdan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini
kemampuan bicara anak juga ikut terpengaruh. Padahal perlu diketahui bahwa
periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah saat usia 1-2 tahun, sebagai
masa anak usia dini sehingga sering disebut the golden age.

Dari masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh


penggunaan gawai dengan keterlambatan bicara pada anak usia 1-2 di Poliklinik
Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Kariadi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh penggunaan
gawai pada kejadian keterlambatan bicara pada anak usia 1-2 tahun?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perilaku penggunaan gawai terhadap kejadian keterlambatan


bicara pada anak usia 1-2 tahun

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Faktor Risiko Keterlambatan Bicara
2. Mengetahui Angka Kejadian Keterlambatan Bicara
3. Menganalisis hubungan penggunaan gawai terhadap kejadian keterlambatan
bicara pada anak
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bidang pelayanan

8
Penelitian ini diharapkan untuk menambah informasi tentang edukasi dalam
hal mencegah kejadian keterlambatan bicara.
1.4.2. Bidang penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan positif bagi kalangan
akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan faktor
resiko yang mempengaruhi kejadian keterlambatan bicara.
1.4.3. Bidang Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan antara penggunaan gawai
dengan kejadian keterlambatan bicara

BAB II

9
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggunaan Gadget dan Perkembangan Anak

Gadget (gawai) berasal dari bahasa Inggris yang artinya sebuah alat elektronik kecil
dengan berbagai macam fungsi khusus. Menurut KBBI gawai adalah piranti
elektronik dengan fungsi praktis.1 Iswidharmanjaya dalam bukunya menyebutkan,
gawai adalah sebuah perangkat atau instrumen elektronik yang memiliki tujuan dan
fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia. 2 Gawai memiliki fungsi
sebagai alat komunikasi, alat edukasi dan sarana sosial.

Dewasa ini, gawai tidak hanya beredar di kalangan remaja dan dewasa, tetapi juga
beredar di kalangan usia anak-anak dan bahkan pada usia prasekolah.3 Menurut
penelitian American Association of Pediatrics (AAP), media yang paling umum
digunakan anak adalah gawai. Saat ini sebagian besar orangtua mengizinkan anak
untuk memiliki gawai. Gawai digunakan sebagai alat untuk mengasuh anak. Karena
hal ini jumlah anak-anak yang menggunakan gawai meningkat dua kali lipat (dari 38
% menjadi 72 %) hanya dalam kurun waktu dua tahun, antara 2011 dan 2013.4
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh The Asian Parent Insight bersama Samsung
Kidstime melalui Mobile Device Usage Among Young Kids, didapatkan hasil yang
mengejutkan yaitu sebanyak 98% responden memperbolehkan anaknya menggunakan
gawai dengan lama penggunaan lebih dari 1 jam pada setiap kali penggunaan. 2
Berdasarkan the American Academy of Pediatrics (AAP), batas waktu anak
menghabiskan waktu di depan gawai, yaitu satu atau dua jam per hari. Akan tetapi
pada kenyataannya waktu yang digunakan anak-anak untuk menggunakan gawai
terlalu tinggi yaitu rata-rata 2 jam sehari pada anak usia 2-4 tahun dan rata-rata 2 jam
20 menit pada anak usia 5-8 tahun.5

Apabila digunakan berlebihan, gawai dapat menimbulkan berbagai macam efek


negatif. Radiasi dari gawai dapat merusak jaringan syaraf dan otak anak. Widati,
dalam bukunya melaporkan bahwa menurut data dari Departemen Kesehatan

10
Republik Indonesia, 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, pendengaran, sosial dan
emosional, dan keterlambatan bicara.3 Selain itu, juga dapat menurunkan daya aktif
anak dan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini
kemampuan bicara anak juga ikut terpengaruh. Padahal perlu diketahui bahwa
periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah saat usia 1-2 tahun, sebagai
masa anak usia dini sehingga sering disebut the golden age. Ketika anak berada pada
the golden age semua informasi akan terserap dengan cepat. Pada usia ini anak perlu
didampingi agar tumbuh kembang mereka dapat berlangsung secara optimal.

2. 2. Perkembangan Bahasa
Seperti halnya perkembangan lainnya, tahun-tahun pertama kehidupan sangat penting
dalam perkembangan bicara pada anak. Landasan untuk perkembangan bahasa
terletak pada masa kehidupan ini. Bicara merupakan keterampilan mental-motorik.
Berbicara tidak hanya merupakan koordinasi kumpulan otot-otot yang membentuk
suara, melainkan juga mempunyai aspek mental intelektual, yaitu kemampuan
mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. (tumbang)
2.2.1 Pengertian
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan
“bahasa” (language), padahal kedua istilah tersebut tidak sama.
1. Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang digunakan dengan sukarela cara
sosial disetujui bersama, dengan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan
dan menerima pesan dari satu orang ke orang lainnya. Termasuk di dalamnya
adalah tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim dan
seni.
2. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang
digunakan untuk menyampaikan maksud. atau, bicara adalah luaran (output
oral atau verbal dari suatu bahasa; atau kegiatan untuk berkomunikasi melalui
ekspresi verbal.
3. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti, termasuk keterampilan
visual (reading, sign language comprehension) dan auditory ( listening
comprehension).
4. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk memproduksi simbol komunikasi,
luaran ini dapat juga berupa visual (writing, signing) atau auditory (speech).

11
2.2.2 Tahapan Perkembangan Bahasa
Terdapat 5 tahapan perkembangan bahasa pada anak, yaitu:
1. Refrektive vocalization
Pada bayi baru lahir, dengan caranya sendiri, bayi akan “berbicara”. Pada
umur ini, bayi masih belum mampu membedakan berbagai macam stimuli
dari luar serta belum mampu bereaksi secara spesifik terhadap stimuli yang
berbeda-beda, sehingga bayi hanya bisa menangis terhadap semua stimuli
yang diterimanya. Tangisan bayi dan vokalisasi selama 2-3 minggi pertama
dalam hidupnya bersifat refrektif. Vokalisasi terjadi akibat udara yang secara
refleks keluar dari paru lewat pita suara sehingga terbentuk suara. suara yang
terbentuk tidak mempunyai arti sama sekali.
Pada akhir minggu kedua atau ketiga, pengamat/ibu yang jeli sudah dapat
membedakan arti tangisan bayi. bayi sudah mulai bisa memberikan reaksi
yang berbeda terhadap stimuli yang diterimanya, sudah mulai bisa
memberikan reaksi yang berbeda terhadap stimuli yang diterimanya, sudah
ada rasa tertarik terhadap wajah dan orang sekitarnya, karen asudah mukai
terjadi maturasi baik fisik maupun mental. Pada umur 2-4 bulan, bayi sudah
bisa cooing (seperti suara burung merpati)
2. Babling
Pada umur 6-7 minggu, bayi sudah menunjukkan reaksi terhadap suara yang
dibuatnya. Bayi menyenangi suara yang dibuatnya dan juga menghibur
dirinya dengan suara. Coos, gurgles, dan permainan suara umum lainnya akan
diikuti oleh perkembangan bicara baru yang disebut babbling pada umur
sekita 4-9 bulan. Suara yang ditimbulkan bermacam-macam, mulai dari vokal
lalu konsonan, dan kombinasi keduanya. Vokal seperti “a” akan diulang-ulang
dalam nada dan kekerasan yang berbeda. Kemudian, muncul suara konsonan
labial “p” dan “b” (guttural), “g” (dental), dan terakhir nasal “n”. Pada umur 6
bulan, bayi sudah memberikan reaksi kalau dipanggil namanya atau menoleh
ke arah arah sumber suara.
3. Laling
Sampai dengan tahapan babbling, perkembangan pendengaran dan bahasa
sama pada anak yang tuli dan yang tidak tuli. Karena masih bersifat reflektif
dan merupakan respons terhadap stimuli internal, babbling terjadi baik pada
anak yang tulli maupun tidak tuli. setelah tahapan babbling, akan terjadi
perbedaan perkembangan bahsa antara anak yang tuli dan tidak tuli.
Mulai dari tahapan lalling, pendengaran mempunyai peran penting. Lalling
adalah penggulang (repetition) suara atau kombinasi suara yang didengar
seperti “ba-ba”, “ma-ma”, “gub-gub”. Lalling biasanta mulai pada sekitar

12
umur 6 bulan. Pada lalling, yang penting adalah terdapat hubungan yang
bermakna antara produksi suara dan pendengaran.
4. Echolalia
Sekitar umur 9-10 bulan, anak sudah bisa meniru (imitation) suara yang
dibuat oleh orang lain dan suara yang sering didengarnya. Pada tahapan
lalling, yang akan ditiru pertama kali adalah suara yang dimengerti anak dan
suara yang sering didengar anak. Pada saat ini, anak sudah siap untuk
menirukan segala macam suara. Mereka akan memilih suara mana yang
mudah untuk ditiru dan yang tidak mudah ditiru (suara yang
membingungkan).
5. True Speech
Pada sekitar umur 12-13 bulan, rata-rata anak sudah mulai bisa berbicara. Ada
anak yang lambat dan ada anak yang cepat bisa berbicara. Yang dimaksud
“berbicara” adalah anak dengan sengaja menggunakan pola bunyi
konvensional (kata-kata), yang merupakan respons terhadap situasi tertentu
dari lingkungannya. Sebelum anak bisa bicara, anak harus mengerti dulu apa
yang dikatakan orang lain (verbal understanding). Keadaan ini menunjukkan
bahwa anak telah merespon baik secara mental maupun motorik terhadap
kata-kata yang diucapkan orang lain. Kalau anak mampu mengerti (verbal
undersatnding), mereka akan lebih cepat untuk bisa berbicara.
Pada anak umur 18-24 bulan, kadang-kadang kosa kata telah mencapai 30-60 kata
dan kecepatan anak dalam mempelajari bahasa meningkat dramatis. Anak belajar
rata-rata 3-4 kata per hari, dan mulai mengkombinasikan kata ke dalam suatu frase
yang terdiri dari 2 kata. Pada umur 3 tahun, pemahamannya sudah sangat baik, yaitu
anak sudah dapat membuat kata tanya “apa”, kemudian menggunakan kata tanya
“mengapa” dan akhirnya anak dapat terlibat dalam percakapan yang singkat. Pada
umur 4-5 tahun, anak dapat menyusun kalimat yang kompleks, berpartisipasi dalam
percakapan yang lebih bermakna, dan menuturkan singkat. Selanjutnya kemajuan
perkembangan bahasa anak sulit dibedakan oleh pendengar yang kurang terlatih, dan
hanya akan terlihat pada saat dilakukan tes yang formal.
2.2.3 Gangguan Bicara dan Bahasa
Definisi gangguan bicara dan bahasa meliputi dua aspek yaitu,
1. Terdapatnya keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa bila
dibandingkan dengan anak lainnya yang sama umur, jenis kelamin, adat
istiadat, dan kecerdasan
2. terdapat kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan penampilan
anak yang kita observasi.
2.2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Bicara

13
Faktor - faktor yang mempengaruhi Keterlambatan Bicara
1. Genetik
2. Riwayat prenatal dan perinatal
3. Lingkungan dan sosial ekonomi
4. Lingkar kepala
5. Penutupan Ubun-ubun besar
6. Perkembangan motorik kasar
7. Paparan gawai dan televisi
8. Cacat Bawaan

2.3 Diagnosis Gangguan Bicara dan Bahasa

2.3.1 . Anamnesis

Anamnesis memncakup masalah yang dikemukakan orang tuanya mengenai


perkembangan bahasa anaknya. Dapat ditanyakan Riwayat perkembangan Bahasa
dan kognitif dalam keluarganya,keadaan sosial ekonomi,lingkungan sekitarnya,
Riwayat perkembangan pada umumnya (bahasa, motorik, sosial, kognitif). Perhatikan
milestone perkembangan bahasa pada anak untuk menentukan apakah perkembangan
sesuai umurnya atau tidak, faktor risiko penyakit ibu selama hamil, riwayat
perinatal,penyakit yang pernah diderita sebelumnya, penggunaan obat obatan, riwayat
psikososial

Gangguan Bicara dan bahasa dapat disebabkan komorbid dari penyakit tertentu harus
dicari dan diobati bila terdapat kelainan neurologik, kelainan genetik / sindrom ,
penyakit metabolik, Kelainan endokrin, masalah mental, dan deprivasi sosial.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan CT-scan dan MRI. Anak dengan
gangguan bicara dan bahasa harus dicari apakah ada keterlambatan pada sector
lainnya seperti motorik, kognitif, sosial

2.3.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat digunakan untuk mengungkap penyebab lain dari
gangguan bahasa berupa mikrosefali, anomali telinga luar,otitis media berulang,
sindrom Down, palsi serebral, celah palatum. Gangguan oromotor dapat diperiksa
dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah,dan
mengulang suku kata PA-TA serta mengamati anak saat bermain dengan alat
permainan yang sesuai dengan umurnya untuk melihat gangguan tingkah laku

14
2.3.3 Tes Bahasa

Selain anamnesis digunakan instrument penyaring untuk menilai gangguan


perkembangan bahasa. Denver II dapat digunakan untuk skrining awal untuk
penyimpangan 4 sektor perkembangan, termasuk bahasa tetapi tidak dianjurkan untuk
menilai secara khusus gangguan bicara atau bahasa. Alat skrining yang khusus untuk
masalah bahasa adalah Early Language Milestone Scale (ELM-2), Receptive-
Expresive Emergent Language Scale, Clinical Adaptive Test/Clinical Linguistic and
Auditory Milestone Scale (CAT/CLAMS). ELM-2 cukup sensitive untuk
mengidentifikasi gangguan bicara pada anak kurang dari 3 tahun. Salah satu alat
skrining yang dapat menilai secara akurat aspek aspek perkembangan utama termasuk
komponen bahasa dan visual motor adalah Capute Scales.

Uji skrining spesifik metode Capute Scales (CAT/CLAMS) dapat digunakan untuk
mendiagnosis adanya gangguan perkembangan bahasa dan fungsi kognitif pada usia
0-36 bulan. Metode uji tapis CAT/ CLAMS dipilih karena dapat menilai kuantifikasi
developmental quotient (DQ) yang memberikan diagnosis banding gangguan
perkembangan anak.

Hasil dari pemeriksaan CAT/CLAMS digolongkan normal (DQ pada kemampuan


bahasa dan visual motor >85, FSDQ >85), suspek (DQ pada satu atau kedua aspek
75-85), retardasi mental (DQ pada kemampuan bahasa dan visual motor
menghasilkan <75), dan gangguan komunikasi (bila aspek bahasa terlambat tapi
aspek visual motor dalam batas normal). sumber : Hertanto M, Shihab N, Ririmasse
M.P,et al.Penilaian Perkembangan anak usia 0- 36 bulan menggunakan metode Caput
Scales.Sari Pediatri 2009;11(2):130-5).

2. 3.4. Pemeriksaan audiologi

Pemeriksaan audiologi dapat diketahui adanya ketulian atau normal dengan


memeriksa Brainstem Evoked Response Audiometri (BERA) dan otoacoustic
Emissions(OAE). Pada anak lebih besar dapat dilakukan dengan otoacoustic
emissions (OAE).Bila terdapat tuli konduktif ditentukan apakah penyebab temporer
atau permanen. Bila terdapat tuli sensorineural,dirujuk ke audiologist dan terapi
wicara/ klinisi wicara, agar dipertimbangkan penggunaan alat bantu dengar dan
latihan komunikasi

Penatalaksanaan Gangguan Bicara dan Bahasa

15
16
BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

17
18
Gambar 3.1. Kerangka Teori

3.2. Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Penggunaan Keterlambatan Bicara


Gawai

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

3.3. Hipotesis

Terdapat pengaruh antara penggunaan gawai dengan kejadian keterlambatan bicara


pada anak usia 1-2 tahun

19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak,
Divisi Pediatri Sosial
4.1.2 Ruang Lingkup Waktu
A. Pembuatan proposal: Bulan Maret 2021
. B. Pengambilan data : Setelah proposal diseminarkan dan disetujui
C. Pengolahan data : Setelah data terkumpul.
4.1.3 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Semarang. Pengambilan sampel dilakukan
di poli Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Kariadi.
4.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan rancangan penelitian observasional dengan
studi potong lintang (cross sectional).

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi Target

20
Populasi target pada penelitian ini adalah anak dengan keterlambatan bicara
dengan rentang usia 1-2 tahun.
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak dengan keterlambatan
bicara dengan rentang usia 1-2 tahun yang datang ke Poli Tumbuh Kembang Anak
periode Maret 2021-Juni 2021

4.3.3 Sampel
4.3.4 Besar Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anak dengan keterlambatan
bicara dengan rentang usia 1-2 tahun yang datang ke Poli Tumbuh Kembang Anak
periode Maret 2021-Juni 2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi
kriteria eksklusi. Estimasi besar sampel ditentukan melalui rumus penelitian Snedecor
dkk, yaitu :

Keterangan :

n = Besarnya sampel

Z = deviat baku (1,96)

p = proporsi kategori (9,54%)

d = Tingkat ketepatan yang diinginkan (5%)

Sehingga besar sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 132.

A. Cara Pengambilan Sampel


Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara consecutive sampling.

1. Kriteria Inklusi

21
- Anak usia 1-2 Tahun yang berobat ke Poli Klinik Tumbuh Kembang RSUP
Dr.Kariadi periode Maret-Juni 2021
- Anak yang di asuh oleh Ibu kandung secara mandiri
- Anak dengan berat lahir normal dan kelahiran cukup bulan
- Memiliki tempat tinggal yang tetap
- Orangtua/wali setuju dengan menandatangani informed consent

2. Kriteria Eksklusi

- Anak dengan cacat bawaan dan riwayat penyakit yang mempengaruhi


perkembangan bicara dan bahasa
-
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan gawai
4.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian keterlambatan bicara

4.5. Definisi Operasional

Tabel 4.5. Definisi operasional

Variabel Definisi Skala

Penggunaan Penggunaan ponsel pintar, tablet dengan durasi 1.Ya

22
Gawai lebih dari 1 jam per hari yang dinilai dengan
metode wawancara melalui kuesioner kepada
orang tua pasien 2.Tidak
(Nominal)

Keterlambatan Terdapatnya keterlambatan perkembangan bicara 1.Ya


dan bahasa bila dibandingkan dengan anak lainnya
Bicara
yang sama umur, jenis kelamin, adat istiadat, dan 2.Tidak
kecerdasan
(Nominal)

4.6. Cara Pengumpulan Data

4.6.1 Instrumen Penelitian


4.6.1.1 Alat
- Kuesioner Penggunaan Gawai pada Anak

4.6.2 Jenis Data


Data primer :
- Identitas subjek meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat orang tua. Identitas ini diperoleh melalui
wawancara dengan orang tua subjek dan dicatat pada lembar
formulir identitas subjek.

Data sekunder :
- Rekam medis anak dengan diagnosis keterlambatan bicara dengan
rentang usia 1-2 tahun
4.6.3. Cara Kerja

23
- Subyek yang telah disetujui oleh orang tuanya untuk diikutsertakan
dalam penelitian dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi akan
dilakukan pengukuran dengan metode wawancara dengan orang
tua melalui kuesioner

4.7. Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Identifikasi subjek yang berpotensi


masuk dalam penelitian

Informed consent

Bersedia Tidak bersedia

Dilakukan pengambilan data

Analisa data

Pembuatan laporan

Publikasi

Gambar 4.7. Alur penelitian

24
4.8. Analisis Data
Seluruh data hasil penelitian sampel direkapitulasi dan ditampilkan dalam
bentuk karakteristik umum (analisis deskriptif) meliputi rerata dan standart deviasi.
Analisis infrensial digunakan untuk menguji hipotesis :
Hubungan penggunaan gawai dapat mempengaruhi kejadian keterlambatan bicara
pada anak 1-2 tahun dengan uji Chi Square

4.9. Etika penelitian


1. Sebelum dilakukan penelitian akan dimintakan ethical clearance dari Komisi
Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran UNDIP
2. Setiap subjek yang akan diteliti akan dimintakan persetujuan (informed
consent) kepada orang tua/ wali subjek penelitian. Sebelum nya akan diberi
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
3. Kepentingan penderita tetap diutamakan
4. Orang tua/ wali sewaktu- waktu berhak menyatakan anak nya keluar dari
penelitian

25
Daftar Pustaka

1.Widiawati & Sugiman. 2014. Pengaruh penggunaan gadget terhadap daya kembang
anak. Diakses dari http://stmikglobal.ac.id/wpcontent/
uploads/2014/05/ARTIKELIIS.pdf pada tanggal 04 Januari 2017.
2. Effendy, Muhadjir. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
3. Uhls, Yalda T. 2017. “Benefits and Cost of Social Media in Adolescence”,
American Academy of Pediatric, April, p.66-70
4. Chusna, Puji Asmaul. 2017. “Pengaruh Media Gadget pada Perkembangan
Karakter Anak”, Dinamika Penelitian : Media Sosial Komunikasi Keagamaan.
November, p.315-330
5. Rae Fernandez, Hesti Lestari. 2019. Hubungan Penggunaan gawai dengan
Keterlambatan Bahasa pada Anak. Sari Pediatri, Vol 21, No. 4. Desember, p. 231-236
6. Sabrina Tan, Irawan Mangunatmaja, Tjhin Wiguna. 2019. Risk Factor For
Delayed speech in children aged 1-2 years. Pediatrica Indonesia, Vol 59, No.2.
Maret, p. 55-61
7. Prof. Soetjiningsih, DR., Sp. A(K), Prof. IG. N, Gde Ranuh., Dr. Sp. A(K). 2020.
Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC, p 51-50

26
27

Anda mungkin juga menyukai