Oleh :
Kelompok 1 :
Ingga Ifada
Niken Maretasari P.A
Agustinus Salim
Maria Septiani N.P. Nasution
Irwan Nuryadin
Vidya Leliana
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………………………………………………4
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………….4
BAB I. PENDAHULUAN 6
1.1. Latar Belakang 6
1.2. Rumusan Masalah 8
1.3. Tujuan Penelitian 8
1.3.1 Tujuan Umum 8
1.3.2 Tujuan Khusus 8
1.4. Manfaat Penelitian 8
1.4.1. Bidang pelayanan 8
1.4.2. Bidang penelitian 9
1.4.3. Bidang Pendidikan 9
1.5. Orisinalitas Penelitian 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Sindrom Nefrotik Resisten Steroid 11
2.1.1. Definisi 11
2.1.2.Etiologi………………………………………………………………...12
2.1.3 Patofisiologi dan Manifestasi Klinik………………………………….13
2.1.4. Klasifikasi…………………………………………………………….14
2.1.5. Tatalaksana…………………………………………………………...15
2.1.5.1. Supportif…………………………………………………………15
2.1.5.2. Medikamentosa…………………………………………………..15
2.1.6. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dengan SNRS…………..17
2
2.2. Kualitas hidup………………………………………………………………..20
2.2.1. Defenisi…………………………………………………………………20
2.2.2. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada penyakit kronis………20
2.2.3. Instrumen kualitas hidup……………………………………………….21
3
BAB III. KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS…26
3.1. Kerangka teori…………………………………………………………….26
3.2. Kerangka konsep………………………………………………………….27
3.3. Hipotesis…………………………………………………………………..27
4
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR SINGKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
6
mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung di Canada mendapatkan angka 3%
sampai 10%.y Di Indonesia sendiri angka keterlambatan perkembangan bicara masih
cukup tinggi. Menurut data dari Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak, di tahun 2014 sebesar 9,54% balita (0-4
tahun) mengalami keterlambatan bicara.z Di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
RSUP Dr. Kariadi selama tahun 2007 diperoleh 100 anak (22,9 %) dengan keluhan
gangguan bicara dan bahasa dari 436 kunjungan baru.
Gadget (gawai) berasal dari bahasa Inggris yang artinya sebuah alat elektronik
kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Menurut KBBI gawai adalah piranti
elektronik dengan fungsi praktis.1 Iswidharmanjaya dalam bukunya menyebutkan,
gawai adalah sebuah perangkat atau instrumen elektronik yang memiliki tujuan dan
fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia. 2 Gawai memiliki fungsi
sebagai alat komunikasi, alat edukasi dan sarana sosial.
Dewasa ini, gawai tidak hanya beredar di kalangan remaja dan dewasa, tetapi
juga beredar di kalangan usia anak-anak dan bahkan pada usia prasekolah. 3 Menurut
penelitian American Association of Pediatrics (AAP), media yang paling umum
digunakan anak adalah gawai.
7
anakdan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini
kemampuan bicara anak juga ikut terpengaruh. Padahal perlu diketahui bahwa
periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah saat usia 1-2 tahun, sebagai
masa anak usia dini sehingga sering disebut the golden age.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh penggunaan
gawai pada kejadian keterlambatan bicara pada anak usia 1-2 tahun?
8
Penelitian ini diharapkan untuk menambah informasi tentang edukasi dalam
hal mencegah kejadian keterlambatan bicara.
1.4.2. Bidang penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan positif bagi kalangan
akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan faktor
resiko yang mempengaruhi kejadian keterlambatan bicara.
1.4.3. Bidang Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan antara penggunaan gawai
dengan kejadian keterlambatan bicara
BAB II
9
TINJAUAN PUSTAKA
Gadget (gawai) berasal dari bahasa Inggris yang artinya sebuah alat elektronik kecil
dengan berbagai macam fungsi khusus. Menurut KBBI gawai adalah piranti
elektronik dengan fungsi praktis.1 Iswidharmanjaya dalam bukunya menyebutkan,
gawai adalah sebuah perangkat atau instrumen elektronik yang memiliki tujuan dan
fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia. 2 Gawai memiliki fungsi
sebagai alat komunikasi, alat edukasi dan sarana sosial.
Dewasa ini, gawai tidak hanya beredar di kalangan remaja dan dewasa, tetapi juga
beredar di kalangan usia anak-anak dan bahkan pada usia prasekolah.3 Menurut
penelitian American Association of Pediatrics (AAP), media yang paling umum
digunakan anak adalah gawai. Saat ini sebagian besar orangtua mengizinkan anak
untuk memiliki gawai. Gawai digunakan sebagai alat untuk mengasuh anak. Karena
hal ini jumlah anak-anak yang menggunakan gawai meningkat dua kali lipat (dari 38
% menjadi 72 %) hanya dalam kurun waktu dua tahun, antara 2011 dan 2013.4
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh The Asian Parent Insight bersama Samsung
Kidstime melalui Mobile Device Usage Among Young Kids, didapatkan hasil yang
mengejutkan yaitu sebanyak 98% responden memperbolehkan anaknya menggunakan
gawai dengan lama penggunaan lebih dari 1 jam pada setiap kali penggunaan. 2
Berdasarkan the American Academy of Pediatrics (AAP), batas waktu anak
menghabiskan waktu di depan gawai, yaitu satu atau dua jam per hari. Akan tetapi
pada kenyataannya waktu yang digunakan anak-anak untuk menggunakan gawai
terlalu tinggi yaitu rata-rata 2 jam sehari pada anak usia 2-4 tahun dan rata-rata 2 jam
20 menit pada anak usia 5-8 tahun.5
10
Republik Indonesia, 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, pendengaran, sosial dan
emosional, dan keterlambatan bicara.3 Selain itu, juga dapat menurunkan daya aktif
anak dan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini
kemampuan bicara anak juga ikut terpengaruh. Padahal perlu diketahui bahwa
periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah saat usia 1-2 tahun, sebagai
masa anak usia dini sehingga sering disebut the golden age. Ketika anak berada pada
the golden age semua informasi akan terserap dengan cepat. Pada usia ini anak perlu
didampingi agar tumbuh kembang mereka dapat berlangsung secara optimal.
2. 2. Perkembangan Bahasa
Seperti halnya perkembangan lainnya, tahun-tahun pertama kehidupan sangat penting
dalam perkembangan bicara pada anak. Landasan untuk perkembangan bahasa
terletak pada masa kehidupan ini. Bicara merupakan keterampilan mental-motorik.
Berbicara tidak hanya merupakan koordinasi kumpulan otot-otot yang membentuk
suara, melainkan juga mempunyai aspek mental intelektual, yaitu kemampuan
mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. (tumbang)
2.2.1 Pengertian
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan
“bahasa” (language), padahal kedua istilah tersebut tidak sama.
1. Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang digunakan dengan sukarela cara
sosial disetujui bersama, dengan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan
dan menerima pesan dari satu orang ke orang lainnya. Termasuk di dalamnya
adalah tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim dan
seni.
2. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang
digunakan untuk menyampaikan maksud. atau, bicara adalah luaran (output
oral atau verbal dari suatu bahasa; atau kegiatan untuk berkomunikasi melalui
ekspresi verbal.
3. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti, termasuk keterampilan
visual (reading, sign language comprehension) dan auditory ( listening
comprehension).
4. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk memproduksi simbol komunikasi,
luaran ini dapat juga berupa visual (writing, signing) atau auditory (speech).
11
2.2.2 Tahapan Perkembangan Bahasa
Terdapat 5 tahapan perkembangan bahasa pada anak, yaitu:
1. Refrektive vocalization
Pada bayi baru lahir, dengan caranya sendiri, bayi akan “berbicara”. Pada
umur ini, bayi masih belum mampu membedakan berbagai macam stimuli
dari luar serta belum mampu bereaksi secara spesifik terhadap stimuli yang
berbeda-beda, sehingga bayi hanya bisa menangis terhadap semua stimuli
yang diterimanya. Tangisan bayi dan vokalisasi selama 2-3 minggi pertama
dalam hidupnya bersifat refrektif. Vokalisasi terjadi akibat udara yang secara
refleks keluar dari paru lewat pita suara sehingga terbentuk suara. suara yang
terbentuk tidak mempunyai arti sama sekali.
Pada akhir minggu kedua atau ketiga, pengamat/ibu yang jeli sudah dapat
membedakan arti tangisan bayi. bayi sudah mulai bisa memberikan reaksi
yang berbeda terhadap stimuli yang diterimanya, sudah mulai bisa
memberikan reaksi yang berbeda terhadap stimuli yang diterimanya, sudah
ada rasa tertarik terhadap wajah dan orang sekitarnya, karen asudah mukai
terjadi maturasi baik fisik maupun mental. Pada umur 2-4 bulan, bayi sudah
bisa cooing (seperti suara burung merpati)
2. Babling
Pada umur 6-7 minggu, bayi sudah menunjukkan reaksi terhadap suara yang
dibuatnya. Bayi menyenangi suara yang dibuatnya dan juga menghibur
dirinya dengan suara. Coos, gurgles, dan permainan suara umum lainnya akan
diikuti oleh perkembangan bicara baru yang disebut babbling pada umur
sekita 4-9 bulan. Suara yang ditimbulkan bermacam-macam, mulai dari vokal
lalu konsonan, dan kombinasi keduanya. Vokal seperti “a” akan diulang-ulang
dalam nada dan kekerasan yang berbeda. Kemudian, muncul suara konsonan
labial “p” dan “b” (guttural), “g” (dental), dan terakhir nasal “n”. Pada umur 6
bulan, bayi sudah memberikan reaksi kalau dipanggil namanya atau menoleh
ke arah arah sumber suara.
3. Laling
Sampai dengan tahapan babbling, perkembangan pendengaran dan bahasa
sama pada anak yang tuli dan yang tidak tuli. Karena masih bersifat reflektif
dan merupakan respons terhadap stimuli internal, babbling terjadi baik pada
anak yang tulli maupun tidak tuli. setelah tahapan babbling, akan terjadi
perbedaan perkembangan bahsa antara anak yang tuli dan tidak tuli.
Mulai dari tahapan lalling, pendengaran mempunyai peran penting. Lalling
adalah penggulang (repetition) suara atau kombinasi suara yang didengar
seperti “ba-ba”, “ma-ma”, “gub-gub”. Lalling biasanta mulai pada sekitar
12
umur 6 bulan. Pada lalling, yang penting adalah terdapat hubungan yang
bermakna antara produksi suara dan pendengaran.
4. Echolalia
Sekitar umur 9-10 bulan, anak sudah bisa meniru (imitation) suara yang
dibuat oleh orang lain dan suara yang sering didengarnya. Pada tahapan
lalling, yang akan ditiru pertama kali adalah suara yang dimengerti anak dan
suara yang sering didengar anak. Pada saat ini, anak sudah siap untuk
menirukan segala macam suara. Mereka akan memilih suara mana yang
mudah untuk ditiru dan yang tidak mudah ditiru (suara yang
membingungkan).
5. True Speech
Pada sekitar umur 12-13 bulan, rata-rata anak sudah mulai bisa berbicara. Ada
anak yang lambat dan ada anak yang cepat bisa berbicara. Yang dimaksud
“berbicara” adalah anak dengan sengaja menggunakan pola bunyi
konvensional (kata-kata), yang merupakan respons terhadap situasi tertentu
dari lingkungannya. Sebelum anak bisa bicara, anak harus mengerti dulu apa
yang dikatakan orang lain (verbal understanding). Keadaan ini menunjukkan
bahwa anak telah merespon baik secara mental maupun motorik terhadap
kata-kata yang diucapkan orang lain. Kalau anak mampu mengerti (verbal
undersatnding), mereka akan lebih cepat untuk bisa berbicara.
Pada anak umur 18-24 bulan, kadang-kadang kosa kata telah mencapai 30-60 kata
dan kecepatan anak dalam mempelajari bahasa meningkat dramatis. Anak belajar
rata-rata 3-4 kata per hari, dan mulai mengkombinasikan kata ke dalam suatu frase
yang terdiri dari 2 kata. Pada umur 3 tahun, pemahamannya sudah sangat baik, yaitu
anak sudah dapat membuat kata tanya “apa”, kemudian menggunakan kata tanya
“mengapa” dan akhirnya anak dapat terlibat dalam percakapan yang singkat. Pada
umur 4-5 tahun, anak dapat menyusun kalimat yang kompleks, berpartisipasi dalam
percakapan yang lebih bermakna, dan menuturkan singkat. Selanjutnya kemajuan
perkembangan bahasa anak sulit dibedakan oleh pendengar yang kurang terlatih, dan
hanya akan terlihat pada saat dilakukan tes yang formal.
2.2.3 Gangguan Bicara dan Bahasa
Definisi gangguan bicara dan bahasa meliputi dua aspek yaitu,
1. Terdapatnya keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa bila
dibandingkan dengan anak lainnya yang sama umur, jenis kelamin, adat
istiadat, dan kecerdasan
2. terdapat kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan penampilan
anak yang kita observasi.
2.2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Bicara
13
Faktor - faktor yang mempengaruhi Keterlambatan Bicara
1. Genetik
2. Riwayat prenatal dan perinatal
3. Lingkungan dan sosial ekonomi
4. Lingkar kepala
5. Penutupan Ubun-ubun besar
6. Perkembangan motorik kasar
7. Paparan gawai dan televisi
8. Cacat Bawaan
2.3.1 . Anamnesis
Gangguan Bicara dan bahasa dapat disebabkan komorbid dari penyakit tertentu harus
dicari dan diobati bila terdapat kelainan neurologik, kelainan genetik / sindrom ,
penyakit metabolik, Kelainan endokrin, masalah mental, dan deprivasi sosial.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan CT-scan dan MRI. Anak dengan
gangguan bicara dan bahasa harus dicari apakah ada keterlambatan pada sector
lainnya seperti motorik, kognitif, sosial
Pemeriksaan fisik yang dapat digunakan untuk mengungkap penyebab lain dari
gangguan bahasa berupa mikrosefali, anomali telinga luar,otitis media berulang,
sindrom Down, palsi serebral, celah palatum. Gangguan oromotor dapat diperiksa
dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah,dan
mengulang suku kata PA-TA serta mengamati anak saat bermain dengan alat
permainan yang sesuai dengan umurnya untuk melihat gangguan tingkah laku
14
2.3.3 Tes Bahasa
Uji skrining spesifik metode Capute Scales (CAT/CLAMS) dapat digunakan untuk
mendiagnosis adanya gangguan perkembangan bahasa dan fungsi kognitif pada usia
0-36 bulan. Metode uji tapis CAT/ CLAMS dipilih karena dapat menilai kuantifikasi
developmental quotient (DQ) yang memberikan diagnosis banding gangguan
perkembangan anak.
15
16
BAB III
17
18
Gambar 3.1. Kerangka Teori
3.3. Hipotesis
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak,
Divisi Pediatri Sosial
4.1.2 Ruang Lingkup Waktu
A. Pembuatan proposal: Bulan Maret 2021
. B. Pengambilan data : Setelah proposal diseminarkan dan disetujui
C. Pengolahan data : Setelah data terkumpul.
4.1.3 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Semarang. Pengambilan sampel dilakukan
di poli Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Kariadi.
4.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan rancangan penelitian observasional dengan
studi potong lintang (cross sectional).
20
Populasi target pada penelitian ini adalah anak dengan keterlambatan bicara
dengan rentang usia 1-2 tahun.
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak dengan keterlambatan
bicara dengan rentang usia 1-2 tahun yang datang ke Poli Tumbuh Kembang Anak
periode Maret 2021-Juni 2021
4.3.3 Sampel
4.3.4 Besar Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anak dengan keterlambatan
bicara dengan rentang usia 1-2 tahun yang datang ke Poli Tumbuh Kembang Anak
periode Maret 2021-Juni 2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi
kriteria eksklusi. Estimasi besar sampel ditentukan melalui rumus penelitian Snedecor
dkk, yaitu :
Keterangan :
n = Besarnya sampel
Sehingga besar sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 132.
1. Kriteria Inklusi
21
- Anak usia 1-2 Tahun yang berobat ke Poli Klinik Tumbuh Kembang RSUP
Dr.Kariadi periode Maret-Juni 2021
- Anak yang di asuh oleh Ibu kandung secara mandiri
- Anak dengan berat lahir normal dan kelahiran cukup bulan
- Memiliki tempat tinggal yang tetap
- Orangtua/wali setuju dengan menandatangani informed consent
2. Kriteria Eksklusi
22
Gawai lebih dari 1 jam per hari yang dinilai dengan
metode wawancara melalui kuesioner kepada
orang tua pasien 2.Tidak
(Nominal)
Data sekunder :
- Rekam medis anak dengan diagnosis keterlambatan bicara dengan
rentang usia 1-2 tahun
4.6.3. Cara Kerja
23
- Subyek yang telah disetujui oleh orang tuanya untuk diikutsertakan
dalam penelitian dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi akan
dilakukan pengukuran dengan metode wawancara dengan orang
tua melalui kuesioner
Persiapan penelitian
Informed consent
Analisa data
Pembuatan laporan
Publikasi
24
4.8. Analisis Data
Seluruh data hasil penelitian sampel direkapitulasi dan ditampilkan dalam
bentuk karakteristik umum (analisis deskriptif) meliputi rerata dan standart deviasi.
Analisis infrensial digunakan untuk menguji hipotesis :
Hubungan penggunaan gawai dapat mempengaruhi kejadian keterlambatan bicara
pada anak 1-2 tahun dengan uji Chi Square
25
Daftar Pustaka
1.Widiawati & Sugiman. 2014. Pengaruh penggunaan gadget terhadap daya kembang
anak. Diakses dari http://stmikglobal.ac.id/wpcontent/
uploads/2014/05/ARTIKELIIS.pdf pada tanggal 04 Januari 2017.
2. Effendy, Muhadjir. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
3. Uhls, Yalda T. 2017. “Benefits and Cost of Social Media in Adolescence”,
American Academy of Pediatric, April, p.66-70
4. Chusna, Puji Asmaul. 2017. “Pengaruh Media Gadget pada Perkembangan
Karakter Anak”, Dinamika Penelitian : Media Sosial Komunikasi Keagamaan.
November, p.315-330
5. Rae Fernandez, Hesti Lestari. 2019. Hubungan Penggunaan gawai dengan
Keterlambatan Bahasa pada Anak. Sari Pediatri, Vol 21, No. 4. Desember, p. 231-236
6. Sabrina Tan, Irawan Mangunatmaja, Tjhin Wiguna. 2019. Risk Factor For
Delayed speech in children aged 1-2 years. Pediatrica Indonesia, Vol 59, No.2.
Maret, p. 55-61
7. Prof. Soetjiningsih, DR., Sp. A(K), Prof. IG. N, Gde Ranuh., Dr. Sp. A(K). 2020.
Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC, p 51-50
26
27