PROPOSAL PENELITIAN
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh :
1.3 Hipotesis
Penerapan feeding rules berhubungan dengan Z-score berat badan menurut
panjang/tinggi badan anak usia 1-3 tahun
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara penerapan feeding rules dengan Z-score berat badan
menurut panjang/tinggi badan anak usia 1-3 tahun.
1.4.2 Tujuan Khusus
Memperoleh data faktor risiko terhadap Z-score berat badan menurut panjang/tinggi
badan anak usia 1-3 tahun .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STATUS GIZI
2.1.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari
makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu
membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia individu, jenis
kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya. 2,3
2.1.3 Antropometri
Antropometri adalah studi yang mempelajari tentang ukuran tubuh manusia. Antropometri
dalam bidang gizi dikaitkan dengan proses pertumbuhan tubuh manusia. Kesesuaian antara
pertumbuhan seseorang dengan pertumbuhan yang umum terjadi pada anak sehat, akan
menghasilkan status gizi yang baik. Beberapa contoh jenis ukuran antropometri yang sering
digunakan untuk menilai status gizi diantaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar
lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan lainnya. Pengukuran
antropometri minimal pada anak meliputi pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan
lingkar kepala (dari lahir sampai umur 3 tahun). Pengukuran dilakukan berulang secara berkala untuk
mengkaji pertumbuhan jangka pendek, jangka panjang, dan status gizi. Pengukuran antropometri
dan komposisi tubuh yang akurat, sahih, dan dapat dipercaya memerlukan peralatan dan teknik yang
sesuai. Pada penelitian ini yang diukur adalah berat badan dan panjang atau tinggi badan. 3
Status gizi untuk anak usia 1-3 tahun ditentukan berdasarkan kurva berat badan menurut
panjang/tinggi badan WHO 2006. 3
Tabel 2 Status Gizi Anak Berdasarkan Kurva Berat Badan Menurut Panjang/Tinggi Badan WHO 2006
2.3 PEMANTAUAN STATUS GIZI
Pemantauan Status Gizi (PSG) merupakan kegiatan pemantauan perkembangan status gizi
balita yang dilaksanakan setiap tahun secara berkesinambungan untuk memberikan gambaran
tentang kondisi status gizi balita. PSG tahun 2017 telah dilaksanakan di 34 Provinsi dan 514
Kabupaten/Kota.2,4
Pelaksanaan PSG bertujuan untuk mengawal upaya perbaikan gizi masyarakat agar lebih
efektif dan efisien, melalui monitoring perubahan status gizi maupun kinerja program dari waktu ke
waktu, sehingga dapat dengan tepat menetapkan upaya tindakan, perubahan formulasi kebijakan
dan perencanaan program. Hasil akhir PSG tahun 2017 ini disajikan dalam bentuk buku saku dan
laporan lengkap. Buku saku PSG memberikan gambaran tentang status gizi balita Indonesia pada
tahun 2017.5-7
Status gizi pada anak secara langsung dipengaruhi oleh asupan nutrisi sedangkan secara tidak
langsung disebabkan oleh penyakit infeksius dimana kedua hal tersebut berhubungan dengan faktor
maternal, sosial ekonomi, demografi, dan perilaku. Level pertumbuhan dan perkembangan
sebelumnya juga mempengaruhi status gizi balita yang dimulai dari masa konsepsi sampai anak
berusia 2 tahun. Malnutrisi pada seribu hari pertama kehidupan menyebabkan dampak yang bersifat
permanen dan berjangka panjang. Dengan demikian, status gizi ibu pra-hamil, berat badan bayi baru
lahir, dan asupan nutrisi anak dari pertama dilahirkan sampai dengan usia 2 tahun akan berpengaruh
terhadap status gizi pada periode kehidupan selanjutnya. 6,7
2.4.1 Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas. Jika
kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Apabila kekurangan energi maka produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan
malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya umur akan semakin
meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga dibutuhkan untuk mendukung
meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik.7-9
2.4.5 Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi, Pendapatan seseorang
akan menentukan kemampuan orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan
jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi
dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang. 10-12
Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan pola konsumsi makan, yaitu
pengeluaran makanan dan tipe makanan yang dikonsumsi. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang
tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya. Meningkatnya pendapatan perorangan
juga dapat menyebabkan perubahan dalam susunan makanan. Orang akan mudah membeli makanan
yang tinggi kalori. Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi dapat menimbulkan kelebihan
energi yang disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh
dapat mengakibatkan kegemukan.10-12
1. Kelainan struktural
- Abnormalitas naso-orofaring: atresia koana, bibir sumbing, sekuens Pierre Robin, makroglosia,
ankiloglosia
- Abnormalitas laring dan trakea: laryngeal cleft, kista laring, stenosis subglotis, laringo-
trakeomalasia
- Abnormalitas esofagus: fistula trakeo-esofageal, atresia/stenosis esofagus, striktur esofagus,
cincin vaskular
2. Kelainan neurodevelopmental, misalnya:
- Palsi serebral
- Malformasi Arnold-Chiari
- Meningomielokel
- Disautonomia familial
- Distrofi muskular
- Miastenia gravis
- Distrofi okulo-faringeal
3. Tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah medis yang mendasari masalah makan, antara
lain:
- Muntah/regurgitasi berulang
- Posisi Sandifer (back arching)
- Diare berulang / diare kronik / diare berdarah
- Batuk lebih dari 2 minggu atau batuk lebih dari 3 episode dalam kurun waktu 3 bulan
- Tampak kesakitan/menangis/menjengking saat diberi makan
- Pucat
- Demam yang tidak diketahui penyebabnya selama 2 minggu
- Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher/inguinal/aksila
- Sesak saat minum
○
4.4 Variable Penelitian
○ Variabel bebas : penerapan feeding rules
○ Variabel tergantung : Z-Score berat badan menurut panjang/ tinggi badan
4.5 Definisi Operasional
Feeding Aturan dasar pemberian makan yang mencakup jadwal makan, lingkungan Nominal
rules yang menyenangkan, dan prosedur makan. Ada jadwal makanan utama dan
makanan selingan (snack) yang teratur yakni tiga kali makanan utama dan
dua kali makanan kecil di antaranya. Susu dapat diberikan 2-3 kali sehari,
waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit dan hanya boleh mengonsumsi
air putih di antara waktu makan. Lingkungan yang menyenangkan adalah
tidak boleh ada paksaan untuk makan dan tidak ada distraksi (mainan,
televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan serta jangan
memberikan makanan sebagai hadiah. Prosedur makan adalah dengan
mendorong anak untuk makan sendiri. Bila anak menunjukkan tanda tidak
mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan
kembali makanan secara netral, tanpa paksaan. Bila setelah 10-15 menit anak
tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.
Z-score Kurva berat badan menurut panjang/ tinggi badan untuk anak usia 1-3 tahun Ordinal
berat yang dipakai di Indonesia adalah kurva WHO 2006. Interpretasi Z-score berat
badan badan (BB) menurut panjang/ tinggi badan (PB/TB) adalah sebagai berikut:
menurut BB/TB Z-score >+3SD Obese (obesitas)
panjang/ BB/TB Z-score >+2 SD sampai +3 SD Overweight (gizi lebih)
tinggi BB/TB Z-score >+1 SD sampai +2 SD At risk of overweight
badan BB/TB Z-score +2 SD sampai -2 SD Normal (gizi baik/ cukup)
BB/TB Z-score <-2 SD sampai -3 SD Wasted (gizi kurang)
BB/TB Z-score <-3 SD Severely wasted (gizi buruk)
1. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia: Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Masalah Makan pada
Batita di Indonesia. IDAI. 2014;1-2
2. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Bahan Ajar Gizi :
Penilaian Status Gizi. Kemkes. 2017.
3. Sjarif DR dan Hendarto A. Buku Ajar Nutrisi dan Metabolik. Antropometri Anak dan Remaja. IDAI.
2011
4. WHO Multicentre Growth Reference Study Group. Complementary feeding in the WHO
Multicentre Growth Reference Study. Acta Pædiatrica. 2006;S450:27-37.
5. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi
Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Balita di Indonesia untuk Mencegah
Malnutrisi.IDAI.2015.
6. Apriadji, Wied Harry. Gizi Keluarga. Jakarta: PT Penebar Swadaya. 1986
7. Kemenkes RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Kemenkes. 2017.
8. WHO, UNICEF. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. WHO. 2003
9. Almatsier,S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
10. Bernard-Bonnin AC. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician 2006;52:1247-
51.
11. Benoit D, Art-Rodas D. Feeding problems in infancy and early childhood: Identification and
management. Paediatr Child Health. 1998;3:21-7.
12. Polanunu M, Hudawarrahmah N, Hartojo, Hanindita M, Wijaya N, Hidayati S, et al. Parent’s
Strategy to Attract Children to Eat, Feeding Duration, and Its Relation to Weight for Age Z-Score in
Children. Media Gizi Indonesia. 2020;Vol 15(1).