Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN PENERAPAN FEEDING RULES TERHADAP Z-SCORE BERAT BADAN

MENURUT PANJANG/TINGGI BADAN ANAK USIA 1-3 TAHUN

PROPOSAL PENELITIAN
KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi tugas pengayaan dasar


PPDS-1 IKA FK UNDIP/RSUP Dr. KARIADI

Disusun oleh :

Udi Prasodjo NIM 22040320320013


Sherlyta Dewi NIM 22040320320003
Christaty Sari Dewi Jacobus NIM 22040320320002
Rr. Retno Suminar NIM 22040320320011
Gloria Sheila Ratna Utari NIM 22040320320001

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO


2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian makan pada anak dianggap sebagai proses yang natural, namun demikian, 50-60%
orangtua melaporkan bahwa anak mereka mengalami masalah makan 1. Kesulitan orang tua dalam
mengatasi masalah makan pada anaknya yang berlangsung lama akan mempengaruhi status gizi
anak.1,2
Masalah makan pada anak diharapkan dapat diatasi dengan pengetahuan dan penerapan oleh
orang tua mengenai aturan makan atau feeding rules.1
Salah satu indikator status gizi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Z-Score berat
badan menurut panjang/tinggi badan.2,3
Penelitian ini akan memberikan jawaban mengenai Penerapan Feeding Rules terhadap Z-
Score Berat Badan Menurut Panjang/Tinggi Badan Anak Usia 1 - 3 Tahun, sehingga hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat dipakai oleh orang tua dalam menentukan langkah dalam mengatasi
masalah makan pada anaknya dengan menggunakan Feeding Rules.4,5

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan antara penerapan feeding rules dengan Z-score berat badan
menurut panjang/tinggi badan anak usia 1-3 tahun?

1.3 Hipotesis
Penerapan feeding rules berhubungan dengan Z-score berat badan menurut
panjang/tinggi badan anak usia 1-3 tahun

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara penerapan feeding rules dengan Z-score berat badan
menurut panjang/tinggi badan anak usia 1-3 tahun.
1.4.2 Tujuan Khusus
Memperoleh data faktor risiko terhadap Z-score berat badan menurut panjang/tinggi
badan anak usia 1-3 tahun .

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Menambah pengetahuan tentang hubungan penerapan feeding rules dengan Z-score
berat badan menurut panjang/tinggi badan anak usia 1-3 tahun.
2. Memberikan masukan untuk penelitian lebih lanjut tentang hubungan penerapan feeding
rules dengan Z-score berat badan menurut panjang/tinggi badan anak usia 1-3 tahun.
3. Memberikan pengetahuan terkait penerapan feeding rules pada anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STATUS GIZI
2.1.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari
makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu
membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia individu, jenis
kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya. 2,3

2.1.2 Penentuan Status Gizi


Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau
tinggi badan (TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006 untuk anak
usia kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak usia lebih dari 5 tahun. Grafik WHO 2006
digunakan untuk usia 0-5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC 2000.
Subjek penelitian pada WHO 2006 berasal dari 5 benua dan mempunyai lingkungan yang mendukung
untuk pertumbuhan optimal.3
Pada dasarnya menilai status gizi dengan metode antropometri, yaitu menilai pertumbuhan.
Beberapa alasan metode antropometri digunakan sebagai indikator status gizi, antara lain pertumbuhan
seorang anak agar berlangsung baik memerlukan asupan gizi yang seimbang antara kebutuhan gizi
dengan asupan gizinya, gizi yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan,
kekurangan zat gizi akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, sebaliknya kelebihan asupan gizi
dapat mengakibatkan tubuh berlebih (gemuk) dan mengakibatkan timbulnya gangguan metabolisme
tubuh, maka dari itu antropometri sebagai variabel status pertumbuhan dapat digunakan sebagai
indikator untuk menilai status gizi.3

2.1.3 Antropometri
Antropometri adalah studi yang mempelajari tentang ukuran tubuh manusia. Antropometri
dalam bidang gizi dikaitkan dengan proses pertumbuhan tubuh manusia. Kesesuaian antara
pertumbuhan seseorang dengan pertumbuhan yang umum terjadi pada anak sehat, akan
menghasilkan status gizi yang baik. Beberapa contoh jenis ukuran antropometri yang sering
digunakan untuk menilai status gizi diantaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar
lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan lainnya. Pengukuran
antropometri minimal pada anak meliputi pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan
lingkar kepala (dari lahir sampai umur 3 tahun). Pengukuran dilakukan berulang secara berkala untuk
mengkaji pertumbuhan jangka pendek, jangka panjang, dan status gizi. Pengukuran antropometri
dan komposisi tubuh yang akurat, sahih, dan dapat dipercaya memerlukan peralatan dan teknik yang
sesuai. Pada penelitian ini yang diukur adalah berat badan dan panjang atau tinggi badan. 3

2.1.3.1 Berat Badan


Berat badan merupakan penghitungan rerata dari status nutrisi secara umum yang
memerlukan data lain seperti umur, jenis kelamin, dan PB/TB untuk menginterpretasikan data
tersebut secara optimal. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan digital atau
timbangan dacin. Sampai anak berumur kurang lebih 24 bulan atau dapat bekerjasama dan berdiri
tanpa dibantu di atas timbangan, penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan bayi.
Berat badan anak sebaiknya diukur dengan baju minimal atau tanpa baju dan tanpa popok pada
bayi. Berat badan dicatat dengan ketelitian sampai 0,01 kg pada bayi dan 0,1 kg pada anak yang lebih
besar.3

2.1.3.2 Panjang Badan atau Tinggi Badan


Panjang badan atau tinggi badan mencerminkan status nutrisi jangka panjang seorang anak.
Panjang badan diukur dengan menggunakan papan pengukur panjang untuk anak di bawah umur 2
tahun atau PB kurang dari 85 cm. Pengukuran panjang badan dilakukan oleh dua orang pengukur.
Pengukur pertama memposisikan sang bayi agar lurus di papan pengukur sehingga kepala bayi
menyentuh papan penahan kepala dalam posisi bidang datar Frankfort. Pengukur kedua menahan
agar lutut dan tumit sang bayi secara datar menempel dengan papan penahan kaki. 3
Untuk anak yang dapat berdiri tanpa bantuan dan kooperatif, tinggi badan diukur dengan
menggunakan stadiometer, yang memiliki penahan kepala bersudut 90o terhadap stadiometer yang
dapat digerakkan. Sang anak diukur dengan telanjang kaki atau dengan kaus kaki tipis dan dengan
pakaian minimal agar pengukur dapat memeriksa apakah posisi anak tersebut sudah benar. Saat
pengukuran sang anak harus berdiri tegak, kedua kaki menempel, tumit, bokong, dan belakang
kepala menyentuh stadiometer, dan menatap kedepan pada bidang datar Frankfort. 3

2.2 PENILAIAN STATUS GIZI


Indikator status gizi sangat penting dalam interpretasi klinik dari pengukuran pertumbuhan. setiap
pengkajian nutrisi memerlukan satu atau lebih dari indikator berikut ini untuk interpretasi. 2,3
2.2.1 Persentil menurut umur dan jenis kelamin
Persentase BB ideal, sesuai dengan PB/TB dan BB menurut umur, seringkali digunakan sebagai
penanda wasting (kurus) maupun obesitas. Persentil PB/TB menurut umur dianggap cukup untuk menilai
status gizi jangka panjang dan digunakan untuk skrining anak sehat dengan perawakan pendek (stunting).
PB/TB menurut umur diinterpretasikan sebagai berikut; pendek (< persentil-3), normal (persentil-3
sampai 97). dan tinggi (> persentil -97).3

2.2.2 Berat badan menurut tinggi badan


Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan lebih akurat dalam menetapkan dan
mengklasifikasikan status gizi pada seorang anak. Pada anak berusia 0 sampai 6 tahun, BB/TB paling
sering dinilai dengan menentukan sebuah persentil di grafik pertumbuhan CDC. Berat menurut TB
diinterpretasikan sebagai berikut, BB kurang (< persentil-5), BB normal (persentil -5 sampai 95), dan BB
lebih (> persentil -95), disamping dipakai untuk skrining anak sehat. Berat badan menurut TB juga dipakai
untuk skrining klasifikasi malnutrisi energi protein.3

Tabel 1 Grafik penilaian gizi anak berdasarkan kelompok usia.

Usia Grafik yang digunakan

0-5 tahun WHO 2006


Untuk status gizi lebih dan obesitas lihat ketentuan di bawah ini.

> 5-18 tahun CDC 2000

Status gizi untuk anak usia 1-3 tahun ditentukan berdasarkan kurva berat badan menurut
panjang/tinggi badan WHO 2006. 3

Tabel 2 Status Gizi Anak Berdasarkan Kurva Berat Badan Menurut Panjang/Tinggi Badan WHO 2006
2.3 PEMANTAUAN STATUS GIZI
Pemantauan Status Gizi (PSG) merupakan kegiatan pemantauan perkembangan status gizi
balita yang dilaksanakan setiap tahun secara berkesinambungan untuk memberikan gambaran
tentang kondisi status gizi balita. PSG tahun 2017 telah dilaksanakan di 34 Provinsi dan 514
Kabupaten/Kota.2,4
Pelaksanaan PSG bertujuan untuk mengawal upaya perbaikan gizi masyarakat agar lebih
efektif dan efisien, melalui monitoring perubahan status gizi maupun kinerja program dari waktu ke
waktu, sehingga dapat dengan tepat menetapkan upaya tindakan, perubahan formulasi kebijakan
dan perencanaan program. Hasil akhir PSG tahun 2017 ini disajikan dalam bentuk buku saku dan
laporan lengkap. Buku saku PSG memberikan gambaran tentang status gizi balita Indonesia pada
tahun 2017.5-7
Status gizi pada anak secara langsung dipengaruhi oleh asupan nutrisi sedangkan secara tidak
langsung disebabkan oleh penyakit infeksius dimana kedua hal tersebut berhubungan dengan faktor
maternal, sosial ekonomi, demografi, dan perilaku. Level pertumbuhan dan perkembangan
sebelumnya juga mempengaruhi status gizi balita yang dimulai dari masa konsepsi sampai anak
berusia 2 tahun. Malnutrisi pada seribu hari pertama kehidupan menyebabkan dampak yang bersifat
permanen dan berjangka panjang. Dengan demikian, status gizi ibu pra-hamil, berat badan bayi baru
lahir, dan asupan nutrisi anak dari pertama dilahirkan sampai dengan usia 2 tahun akan berpengaruh
terhadap status gizi pada periode kehidupan selanjutnya. 6,7

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK

2.4.1 Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas. Jika
kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Apabila kekurangan energi maka produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan
malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya umur akan semakin
meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga dibutuhkan untuk mendukung
meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik.7-9

2.4.2 Frekuensi Makan


Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak makanan yang dikonsumsi
seseorang. Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan konsumsi energi, protein dan zat
gizi lain.7-9

2.4.3 Asupan Energi


Energi merupakan asupan utama yang sangat diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan energi yang tidak
tercukupi dapat menyebabkan protein, vitamin, dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif. Untuk
beberapa fungsi metabolisme tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh BMR (Basal Metabolic Rate),
kecepatan pertumbuhan, komposisi tubuh dan aktivitas fisik. Energi yang diperlukan oleh tubuh berasal
dari energi kimia yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Energi diukur dalam satuan kalori. 8-10
Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain dari protein adalah menyediakan
asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme, mengatur
keseimbangan air, dan mempertahankan kenetralan asam basa tubuh. Pertumbuhan, kehamilan, dan
infeksi penyakit meningkatkan kebutuhan protein seseorang. Sumber makanan yang paling banyak
mengandung protein berasal dari bahan makanan hewani, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan
kerang. Sedangkan sumber protein nabati berasal dari tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Catatan Biro
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari rata-rata
penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari. Anjuran asupan protein berkisar antara 10 – 15% dari total
energi (WKNPG, 2004).8-10
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia yang dapat diperoleh dari
alam, sehingga harganya pun relatif murah. Sumber karbohidrat berasal dari padi-padian atau serealia,
umbi-umbian, kacang[1]kacangan dan gula. Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok adalah beras, singkong, ubi, jagung, talas, dan sagu.
Karbohidrat menghasilkan 4 kkal/gram. Angka kecukupan karbohidrat sebesar 50-65% dari total energi.
WHO menganjurkan agar 55 – 75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks. Karbohidrat
yang tidak mencukupi di dalam tubuh akan digantikan dengan protein untuk memenuhi kecukupan
energi. Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein akan tetap berfungsi sebagai zat pembangun. 8-10
Lemak merupakan cadangan energi di dalam tubuh. Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid, dan
sterol, dimana ketiga jenis ini memiliki fungsi terhadap kesehatan tubuh manusia. Konsumsi lemak paling
sedikit adalah 10% dari total energi. Lemak menghasilkan 9 kkal/ gram. Lemak relatif lebih lama dalam
sistem pencernaan tubuh manusia. Jika seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan
mengurangi konsumsi makanan lain. Berdasarkan PUGS, anjuran konsumsi lemak tidak melebihi 25% dari
total energi dalam makanan sehari[1]hari. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan,
seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, jagung, dan sebagainya. Sumber lemak utama lainnya
berasal dari mentega, margarin, dan lemak hewan.8-10

2.4.4 Tingkat Pendidikan


Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan
kesehatan. Pendidikan yang tinggi dapat membuat seseorang lebih memperhatikan makanan untuk
memenuhi asupan zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan yang baik dapat mengurangi bahkan
mencegah dari timbulnya masalah yang tidak diinginkan mengenai gizi dan kesehatan. 10-12
Pendidikan yang rendah sejalan dengan pengetahuan yang rendah, karena dengan pendidikan
rendah akan membuat seseorang sulit dalam menerima informasi mengenai hal-hal baru di lingkungan
sekitar, misalnya pengetahuan gizi. Pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi sangat diperlukan oleh
pembantu rumah tangga. Selain untuk diri sendiri, pendidikan dan pengetahuan gizi yang diperoleh dapat
dipraktekkan dalam pekerjaan yang mereka lakukan. 10-12
Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan tentang zat gizi maka seseorang
dengan mudah mengetahui status gizi mereka. Zat gizi yang cukup dapat dipenuhi oleh seseorang sesuai
dengan makanan yang dikonsumsi yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan gizi
dapat memberikan perbaikan gizi pada individu maupun masyarakat. 10-12

2.4.5 Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi, Pendapatan seseorang
akan menentukan kemampuan orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan
jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi
dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang. 10-12
Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan pola konsumsi makan, yaitu
pengeluaran makanan dan tipe makanan yang dikonsumsi. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang
tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya. Meningkatnya pendapatan perorangan
juga dapat menyebabkan perubahan dalam susunan makanan. Orang akan mudah membeli makanan
yang tinggi kalori. Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi dapat menimbulkan kelebihan
energi yang disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh
dapat mengakibatkan kegemukan.10-12

2.5 PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK


Pemberian makan yang tepat sangat esensial bagi nutrisi, pertumbuhan, perkembangan, dan daya
tahan seorang anak. Pemberian makan yang tepat berdampak pada pertumbuhan dan status gizi,
sehingga jika tidak tepat dapat memberikan risiko terkenanya suatu penyakit dan berakibat pada
malnutrisi.4,5
Ketidaktepatan pemberian makan pada anak sehingga tidak mendapatkan makanan bernutrisi,
makan yang tidak teratur, dan buruknya variasi dalam makanan, terutama dalam dua tahun pertama
kehidupan, berkaitan dengan dua per tiga kasus kematian anak dengan berat badan kurang. Kegagalan
mencapai berat badan dan panjang/tinggi badan mengindikasikan keterlambatan pertumbuhan dalam
masa bayi. Diperkirakan berat badan yang rendah, baik secara langsung dan tidak langsung, mengarah
pada 60% kasus kematian anak dibawah usia 5 tahun.4,5
Terdapat manifestasi klinis tertentu yang disebut Red Flag yaitu tanda bahaya yang harus
dievaluasi dan ditangani secara komprehensif oleh ahli yang kompeten dan simultan pada setiap keluhan
masalah makan1,4,5, yaitu:

1. Kelainan struktural
- Abnormalitas naso-orofaring: atresia koana, bibir sumbing, sekuens Pierre Robin, makroglosia,
ankiloglosia
- Abnormalitas laring dan trakea: laryngeal cleft, kista laring, stenosis subglotis, laringo-
trakeomalasia
- Abnormalitas esofagus: fistula trakeo-esofageal, atresia/stenosis esofagus, striktur esofagus,
cincin vaskular
2. Kelainan neurodevelopmental, misalnya:
- Palsi serebral
- Malformasi Arnold-Chiari
- Meningomielokel
- Disautonomia familial
- Distrofi muskular
- Miastenia gravis
- Distrofi okulo-faringeal
3. Tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah medis yang mendasari masalah makan, antara
lain:
- Muntah/regurgitasi berulang
- Posisi Sandifer (back arching)
- Diare berulang / diare kronik / diare berdarah
- Batuk lebih dari 2 minggu atau batuk lebih dari 3 episode dalam kurun waktu 3 bulan
- Tampak kesakitan/menangis/menjengking saat diberi makan
- Pucat
- Demam yang tidak diketahui penyebabnya selama 2 minggu
- Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher/inguinal/aksila
- Sesak saat minum

2.6 FEEDING RULES


Aturan pemberian makan dikenal juga dengan istilah Feeding Rules. Feeding Rules menurut
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (2015) memiliki 3 komponen, yaitu Jadwal, Lingkungan, dan
Prosedur. Terdapat 4 aspek cara pemberian makan yang tepat, yaitu tepat waktu, kuantitas dan kualitas
makanan, penyiapan dan penyajian yang higienis, serta pemberian makanan sesuai tahap perkembangan
anak dengan menerapkan feeding rules.4,5,11,12
Penegakkan diagnosis masalah makan mengacu pada keluhan orang tua, status gizi, dan
penerapan feeding rules. Dari acuan diatas, masalah makan diklasifikasikan menjadi inappropiate feeding
practice, small eaters, dan parental misperception. Untuk melihat sesuai atau tidaknya pemberian makan
pada balita dapat dilihat pada aturan pemberian makan (feeding rules) menurut Rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (2015): 4,10
a. Jadwal
● Jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur yaitu tiga kali makanan utama
dan dua kali makanan kecil diantaranya. Susu dapat diberikan dua – tiga kali sehari.
● Pemberian makan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit
● Jangan menawarkan camilan yang lain saat makan kecuali minum
b. Lingkungan 
● Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan)
● Siapkan serbet untuk alas makan agar tidak berantakan
● Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan.
● Jangan memberikan makanan sebagai hadiah. 
c. Prosedur 
● Berikan makanan dalam porsi kecil
● Berikan makanan utama dulu, baru diakhiri dengan minum
● Dorong balita untuk makan sendiri
● Bila balita menunjukan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala,
menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa. 
● Bila setelah 10 – 15 menit balita tetap tidak mau makan, akhiri proses makan
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori


3.2 Kerangka Konsep

Z-score berat badan


menurut
Penerapan panjang/tinggi
Feeding Rules badan anak usia 1-3
tahun
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Posyandu Kelurahan Jatingaleh, Kecamatan Candisari, Semarang. Waktu
penelitian adalah setelah proposal ini disetujui sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

4.2 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang menganalisis hubungan penerapan
feeding rules terhadap Z-Score berat badan menurut panjang/tinggi badan anak usia 1- 3 tahun.

4.3 Populasi dan Sample


4.3.1 Populasi Target
Populasi target adalah anak usia 1-3 tahun.
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah anak usia 1-3 tahun yang datang ke Posyandu Kelurahan Jatingaleh,
Kecamatan Candisari, Kota Semarang.
4.3.3 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah anak usia 1-3 tahun yang datang ke Posyandu Kelurahan Jatingaleh,
Kecamatan Candisari, Kota Semarang antara waktu dimulainya penelitian hingga jumlah sampel terpenuhi
yang memenuhi kriteria inklusi.
4.3.3.1 Kriteria Inklusi
● Anak usia 1-3 tahun
● Penghasilan orangtua antara Rp 3.000.000,00 sampai Rp 7.000.000,00
● Pendidikan orangtua minimal SMA atau sederajat
● Bersedia mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan menandatangani surat persetujuan
bersedia menjadi sampel penelitian oleh orang tua / wali.
4.3.3.2 Kriteria Ekslusi
Anak dengan penyakit kongenital, kelainan metabolik, kondisi immunocompromised, penyakit
ginjal kronik, diabetes, hipertensi, kelainan struktural / abnormalitas saluran cerna, kelainan
neurodevelopmental (cerebral palsy, miastenia gravis, distrofi muskular), menderita diare berulang,
muntah berulang, batuk lebih dari 2 minggu, dan demam yang tidak diketahui penyebabnya selama lebih
dari 2 minggu.
4.3.4 Cara Sampling
Pengambilan sampel sebagai subjek penelitian dengan metode consecutive sampling, setiap anak
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu hingga
jumlah sampel minimal terpenuhi.
4.3.5 Besar Sample
○ Besaran sampel dihitung menggunakan rumus Lameshow dengan p= 0,27 (proporsi anak di
Kecamatan Candisari) dan d=0,05
○ Sehingga jumlah besaran sampel = 302 anak


4.4 Variable Penelitian
○ Variabel bebas : penerapan feeding rules
○ Variabel tergantung : Z-Score berat badan menurut panjang/ tinggi badan
4.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Skala

Feeding Aturan dasar pemberian makan yang mencakup jadwal makan, lingkungan Nominal
rules yang menyenangkan, dan prosedur makan. Ada jadwal makanan utama dan
makanan selingan (snack) yang teratur yakni tiga kali makanan utama dan
dua kali makanan kecil di antaranya. Susu dapat diberikan 2-3 kali sehari,
waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit dan hanya boleh mengonsumsi
air putih di antara waktu makan. Lingkungan yang menyenangkan adalah
tidak boleh ada paksaan untuk makan dan tidak ada distraksi (mainan,
televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan serta jangan
memberikan makanan sebagai hadiah. Prosedur makan adalah dengan
mendorong anak untuk makan sendiri. Bila anak menunjukkan tanda tidak
mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan
kembali makanan secara netral, tanpa paksaan. Bila setelah 10-15 menit anak
tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.

Z-score Kurva berat badan menurut panjang/ tinggi badan untuk anak usia 1-3 tahun Ordinal
berat yang dipakai di Indonesia adalah kurva WHO 2006. Interpretasi Z-score berat
badan badan (BB) menurut panjang/ tinggi badan (PB/TB) adalah sebagai berikut:
menurut BB/TB Z-score >+3SD Obese (obesitas)
panjang/ BB/TB Z-score >+2 SD sampai +3 SD Overweight (gizi lebih)
tinggi BB/TB Z-score >+1 SD sampai +2 SD At risk of overweight
badan BB/TB Z-score +2 SD sampai -2 SD Normal (gizi baik/ cukup)
BB/TB Z-score <-2 SD sampai -3 SD Wasted (gizi kurang)
BB/TB Z-score <-3 SD Severely wasted (gizi buruk)

4.6 Rencana Manajemen dan Analisa Data


Pada data yang terkumpul akan diperiksa kelengkapan data, kemudian dilakukan coding, tabulasi,
dan entri ke komputer. Variabel skala kategorikal seperti penerapan feeding rules dan Z-Score berat
badan menurut panjang/tinggi badan akan dinyatakan sebagai distribusi frekuensi dan persen. Variabel
usia akan dinyatakan sebagai median dan range. Uji hipotesis yang akan digunakan adalah uji Chi square.
Jika syarat uji Chi square tidak terpenuhi maka dipakai uji Fisher.

4.7 Etika Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai maksud
penelitian dan tindakan yang akan dilakukan kepada orang tua anak. Persetujuan untuk diikutsertakan
dalam penelitian dimintakan dari orang tua secara tertulis. Hasil penelitian ini akan dijaga
kerahasiaannya.

4.7 Bias Penelitian


4.7.1 Bias yang Berhubungan dengan Subjek
- Subjek dalam penelitian ini diwakili oleh orang tua/wali yang bisa saja tidak konsisten dalam
memberikan informasi.
- Bias recall: Kesalahan orangtua saat mengingat dan memberikan informasi mengenai penerapan
feeding rules pada anak.
4.7.2 Bias yang Berhubungan dengan Pengamat
- Pengamat dalam pengukuran BB menurut PB/TB anak dapat mengalami distorsi konsistensi, baik
disadari maupun tidak.
4.7.3 Bias yang Berhubungan dengan Instrumen
- Bias prosedur: Kesalahan pengukuran BB dan PB/TB anak (posisi anak saat pengukuran TB/PB
tidak tepat).
- Bias instrumen: kesalahan yang sistemik akibat tidak akuratnya alat ukur yang digunakan, misalnya
timbangan yang belum dikalibrasi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia: Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Masalah Makan pada
Batita di Indonesia. IDAI. 2014;1-2
2. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Bahan Ajar Gizi :
Penilaian Status Gizi. Kemkes. 2017.
3. Sjarif DR dan Hendarto A. Buku Ajar Nutrisi dan Metabolik. Antropometri Anak dan Remaja. IDAI.
2011
4. WHO Multicentre Growth Reference Study Group. Complementary feeding in the WHO
Multicentre Growth Reference Study. Acta Pædiatrica. 2006;S450:27-37.
5. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi
Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Balita di Indonesia untuk Mencegah
Malnutrisi.IDAI.2015.
6. Apriadji, Wied Harry. Gizi Keluarga. Jakarta: PT Penebar Swadaya. 1986
7. Kemenkes RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Kemenkes. 2017.
8. WHO, UNICEF. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. WHO. 2003
9. Almatsier,S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
10. Bernard-Bonnin AC. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician 2006;52:1247-
51.
11. Benoit D, Art-Rodas D. Feeding problems in infancy and early childhood: Identification and
management. Paediatr Child Health. 1998;3:21-7.
12. Polanunu M, Hudawarrahmah N, Hartojo, Hanindita M, Wijaya N, Hidayati S, et al. Parent’s
Strategy to Attract Children to Eat, Feeding Duration, and Its Relation to Weight for Age Z-Score in
Children. Media Gizi Indonesia. 2020;Vol 15(1).

Anda mungkin juga menyukai