oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat
Taufik Hidayah serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini berisi
tentang materi kimia analitik instrumentasi. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman kita semua. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia
yang memiliki keterbatasan, tentu hasil makalah ini tidak luput dari kekurangan baik
dari segi isi maupun penuliisan kata. Maka dari itu dengan mengharapkan ridha Allah
swt penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
semua untuk memperbaiki makalah penulis dimasa yang akan datang. Semoga Allah
swt meridhai makalah ini. Amin ya rabbal amin.
Penulis
Yara Pra Adha
i
ii
DAFTAR ISI
1
2
3
4
tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi; lingkungan;
bioteknologi; polimer; dan industri- industri makanan. Dalam makalah ini akan
dijelaskan beberapa keterangan tentang penggunaan HPLC ( High Performance Liquid
Chromatography), dalam bidang kefarmasian yaitu HPLC Method for the Analysis of
Paracetamol, Cafeine and Dipyrone (Metode HPLC Untuk Analisis Parasetamol, Kafein
dan
Antalgin).
2.2.1 Komponen-Komponen Penting Dari HPLC
1. Pompa (Pump)
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu pompa kinerja konstan (constant
pressure) dan pompa pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan
konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa
syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur
(pulsating), oleh karena itu membutuhkan
peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base
line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan
utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan
aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Syarat – syarat pompa yang ideal:
1) Mampu membangkitkan tekanan tinggi
2) Pulse free – out put
3) Control laju alir yang akurat
4) Tahan korosi
5) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap fasa gerak
6) Bebas pulsa
7) Perlu“de gasser”
8) Dapat menyalurkan fasa gerak pada rentang kecepatan dan tekanan lebar
9) Dapat digunakan untuk melakukan elusi gradien
10) Bekerja pada tekanan sampai 6000 psi (400 atm)
2. Detektor (Detector)
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam
kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).
7
Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang
rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe
senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur
sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.
Jenis – jenis detector
SpektrofotometerUV –Visible
Indeks bias
Spektrofluorimeter( zatberfluoresensi)
Konduktivitaslistrik( zationik)
Spektrometerinfra merah
Spektrometermassa( LC –MS )
SpektrometerNMR ( LC –NMR )
Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel
panjang
gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range
yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama
pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan
dengan detektor UV.
3. Injektor (injector)
Injektor merupakan tempat untuk memasukkkan sempel ke kolom. Waktu yang
dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut
sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel
diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum
dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang
berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada:
tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut)
kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada
ukuran
partikel)
8
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kuantitatif dan sekaligus kualitatif.
Untuk analisa kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel dengan
kromatogram baku pembanding berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa
kuatitatif dapat digunakan dengan persamaan : Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sampel
P = pembanding Atau jika ingin mendapatkan data yang lebih valid dapat pula
ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
HPLC yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari
fase diam ( yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia
tertentu) dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom.
Sampel yang akan dianalisis dijadikan dalam volume yang kecil dari fase bergerak dan
diubah melalui reaksi kimia oleh fase diam ketika sampel melalui sepanjang kolom.
Tujuan penggunaan alat ini adalah mengetahui kadar asam organik. Waktu saat
analit keluar dari ujung kolom disebut waktu retensi dan merupakan suatu karakteristik
yang unik dari tiap analit. Penggunaan dari tekanan menaikkan kecepatan linear
memberikan lebih sedikit waktu bagi analit untuk berdifusi, dan menghasilkan
chromatogram. Pelarut yang banyak digunakan yaitu air dan zat-zat organik seperti
metanol. HPLC ini digunakan untuk asam organik, seperti asam formiat dan asam
asetat. Jika sampel mula-mula berbentuk padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-
treatment sehingga berupa larutan homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan bening
karena syarat sampel yang dapat dianalisa menggunakan HPLC adalah harus tidak ada
endapan dan harus bening.
2.2.3 Penerapan HPLC Dalam Analisis Senyawa (Obat) Dalam Campuran
HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif pada
obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam
sediaan farmasi.
Keterbatasan metode HPLC ini adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC
dihubungkan dengan spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah sampel
sangat
11
dimilikinya menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik senyawa
ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti
C-18 dan fasa gerak polar seperti methanol/ air. Parasetamol diabsorbsi cepat dan
sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi plasma dicapai dalam waktu ½
jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam
plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol digunakan sebagai
analgesic dan antipiretik. Pengujian kadar parasetamol dalam obat menggunakan teknik
HPLC , dalam proses analisisnya HPLC memiliki beberapa tahapan. Diawali dengan
menginjeksikan sampel uji yaitu larutan obat yang sebelumnya telah disaring dengan
membran PTFE ke dalam kolom HPLC dengan injektor khusus / syringe yang
bervolume 20 µL, penyaringan sebelum penginjeksian ini dilakukan agar tidak terjadi
penyumbatan didalam kolom dan menghilangkan gas dari pelarutnya. Sampel didorong
cepat saat melalui kolom dengan bantuan pompa bertekanan tinggi. Di dalam kolom,
komponen- komponen pada sampel dipisahkan berdasarkan pada perbedaan kekuatan
interaksi solut terhadap fasa diamnya. Solut yang interaksinya kurang kuat akan keluar
lebih lambat dari kolom daripada solut lainnya. Komponen akan keluar dari kolom
dengan kecepatan yang berbeda dan terdeteksi oleh detektor. Detektor yang digunakan
12
mg diperoleh massa parasetamol pada tiap tablet obat sebesar 615,9836 mg. Dapat
disimpulkan bahwa kadar parasetamol dalam tablet obat adalah sebesar 615,98 mg per
tabletnya.
2. Kafein
Rumus struktur :
Nama Kimia : 1,3,7-Trimetil xantin
Rumus Molekul : C8H10N4O2
Berat Molekul : 194,19
Pemerian : serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih,biasanya
menggumpal, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam
kloroform, sukar larut dalam eter. (Depkes RI, 1995).
Cepat
Peka
Akurat
Tepat
Reproducible
JugaPreparatif
2. Kekurangan
Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu
Hanya bisa digunakan untuk asam organic
Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan
gradient elusi
Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang
terbatas
2.3 Kromatologi GC
kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya dengan menggunakan gas sebagai fasa gerak yang melewati suatu lapisan
serapan yang diam. Kromatografi gas cair terdapat fasa gerak dan fasa diam adalah :
1. Fasa gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fasa gas bergerak
2. Fasa diam berupa cairan dengan titik didih tinggi yang terikat pada zat padat
penunjangnya
Kromatografi gas cair termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif
dan analisa kuantitatif), kromatografi gas cair yaitu sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik. Dalam fasa gerak adalah gas
(hingga keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa diamnya berbeda. Meskipun
cara tersebut mempunyai persamaan dan perbedaannya adalah cara kerja.
15
tabung 3, berisi gas Hidrogen (H2). Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini
tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder
baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena
aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung
hanya dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas argon, helium, hidrogen dan
nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang lambat (10 cm/detik) untuk
mencapai efisiensi yang optimum dengan HETP (High Eficiency Theoretical Plate)
minimum. Sementara hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih cepat untuk mencapai
efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik untuk helium.
Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang sedikir demi sedikit sedangkan
kinerja nitrogen berkurang secara drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa gerak maka
semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat membantu
mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut, sehingga efisiensinya
meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat
melalui hidrogen dan helium daripada melalui nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan
hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada nitrogen. Hidrogen
memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan kecepatan alir. Namun,
hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan udara. Biasanya, helium banyak
digunakan sebagai penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat
bereaksi dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas pembawa
yang relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya terdapat saringan
(molecular saeive) untuk menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon
dalam gas pembawa . Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis
detektor.
2. Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah
menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50°-300° C). Injektor
berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor biasanya 50° C di
atas titik didih cuplikan. Jumlah cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 µL. Tempat
pemasukkan cuplikan cair pada kolom pak biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam
17
blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan semprit kecil. Jarum semprit
menembus lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan mengubah bentuknya
kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan menggunakan alat suntik
gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-sampling valve). Alat pemasukan cuplikan
untuk kolom terbuka dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split
injection) dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan untuk
mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan yang masuk biasanya
hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1-2 µL, sementara sisanya dibuang.. Sedangkan injeksi
splitless lebih cocok digunakan untuk analisa renik.
3. Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang dapat terbuat
dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan cuplikan yang mengandung
komponen yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter kolom yang
digunakan biasanya 3 mm – 6 mm dengan panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk
melingkar agar dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam oven ( thermostat ).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang
terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat berupa
cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus sukar menguap,
memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100º C di atas suhu operasi
kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben. Adsorben yang
digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar tidak hancur saat
dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal dari
bahan diatomae. Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya adalah
hidrokarbon bertitik didih tinggi, silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida.
(The Techniques). Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang
akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang
polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar
pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
18
4. Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus
dikontrol. Temperatur kolom bervariasi antara 50ºC - 250ºC. Suhu injektor lebih rendah
dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah daripada suhu detektor. Suhu kolom
optimum bergantung pada titik didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram. Analisis yang
dilakukan secara isotermal digunakan untuk memisahkan cuplikan yang komponen-
komponen penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang dekat, sedangkan sistem
terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didihnya jauh.
5. Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang
menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data yang
menyajikan hasil kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan mengukur
jumlah komponen yang dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit
yang telah terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang
proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan respon terhadap gas
pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan. Beberapa detektor yang dapat
digunakan antara lain: detektor hantar bahang (DHB), detektor ionisasi nyala (FID),
detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.
6. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada lembaran kertas
berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Seperti telah
diberitahukan diawal, jumlah puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah
komponen penyusun campuran. Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas
komponennya.
2.4 Spektrometri
Spektrometri adalah tehnik yang digunakan untuk mengukur jumlah
(konsentrasi) suatu zat berdasarkan spektroskopi. Spektroskopi merupakan ilmu yang
mempelajari interaksi antara radiasi dan benda sebagai fungsi panjang gelombang.
Instrument yang digunakan disebut spectrometer. Spektrometri Serapan Atom (SSA)
adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur
19
‘membantu’ sebab spektrometri massa tidak dapat berdiri sendiri dalam menentukan
struktur suatu senyawa kimia. Spetrometri massa digunakan untuk mengetahui berat
suatu senyawa kimia, sehingga dengan diketahuinya massa suatu senyawa maka akan
semakin memperkuat data dari NMR, selain itu MS ini juga dapat memberikan
informasi rumus molekul dari senyawa kimia tersebut. NMR merupakan instrumentasi
atau metode untuk menentukan posisi atom dalam suatu senyawa dengan kata lain kita
dapat mengetahui bentuk dari suatu senyawa kimia tersebut. Untuk penjelasan tentang
NMR silahkan buka pada blog ini tentang NMR. Instrumentasi tentang metode ini
dikenal dengan spectrometer massa (mas spectrometer). Spektrometer massa biasanya
digabung dengan GC (gas chromatography) atau HPLC (High Performance Liquid
Chromatography).
terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling
terikat oleh pegas. Interaksi Sinar Infra Merah dengan Molekul
1. Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.
2. Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya, dan
E = mc2
E = hv = sehingga nλ =
dimana :
E = Energi, Joule
h = Tetapan Plank; 6,6262 x 10-34 J.s
c = Kecepatan cahaya; 3,0 x 1010 cm/detik
n = indeks bias (dalam keadaan vakum harga n = 1)
λ = panjang gelombang; cm
v = frekwensi; Hertz
1. Ulur Simetri, unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang
datar.
2. Ulur Asimetri, unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih
dalam satu bidang datar.
2.5.1 Kegunaan
Spektroskopi Infra-merah dapat digunakan untuk:
1. Identifikasi semua jenis / type senyawa organic dan beberapa jenis senyawa
anorganic
2. Penentuan gugus fungsi dalam senyawa organic
3. Identifikasi senyawa dengan membandingkan spektrum senyawa unknown
dengan spectrum reference / standar (finger printing)
4. Identifikasi gugus fungsi zat-zat unknown.
b. Kekurangan:
1. Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet.
2. Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185
nm.
3. Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi
dengan energi eksitasi rendah.
4. Sinar yang dipakai harus monokromatis.
5.
Hukum Lambert-Beer
Dimana:
A = absorbansi
Intensitas pita serapan, diukur dari persentase sinar masuk yang melewati sampel:
% 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑎𝑛 = 100
Dimana:
noor atom 11 mempunyai konfigurasi electron 1s1 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk
electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy. Elektronini dapat
tereksitasi ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energy 3,6
eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita
dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang
tajam dan dengan intensitas maksimum, yangdikenal dengan garis resonansi. Garis-
garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak
berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel
yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut
akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom
bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari:
transisi elektronik yaitu perpindahan electron dalam atom tersebut, dari tingkat
energy yang satu ke tingkat energi yang lain.
- Emisi radiasi: terjadi karena ada electron yang berpindah ke tingkat energy
yang lebih rendah. Disini terjadi pelepasan energy, antara lain dalam bentuk
radiasi.
E=E1 –E2 –h – v = h
Dimana E1 dan E2 masing-masing ialah energy pada tingkat sebelum dan sesudah
terjadi transisi, h ialah tetapan planck, v ialah frekuensi, dan λ ialah panjang gelombang
radiasi ybs.
2. Hukum Beer :
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut“. Sejauh ini telah
dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik
sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis kuantitatif
orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi
penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi
cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi
seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni
intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier.
Dari kedua hukum tersebut terbentuklah “Hukum Lambert-Beer”.
Dimana : A = Absorbs
Io = Intensitas sinar mula-mula
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absortivitas
b = Panjang jalan sinar
c = Konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar
Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar monokromatis.
2.7.3 Metode Analisis Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)
Ada tiga metode yang biasa dipakai dalam analisis Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS). Ketiga teknik tersebut, yaitu:
1. Metode Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan
standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan
spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh: Sehingga, Astd/Cstd =
Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd.
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan
sampel dapat dihitung.
29
Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk
metode pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara.
Secara umum pertikulat yang terdapat diudara adalah sebuah sistem fase
multi kompleks padatan dan partikel-partikel cair dengan tekanan uap rendah
dengan ukuran partikel antara 0,01 – 100 μm.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan.
2. Kromatografi HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair – cair yang dapat
digunakan baikuntuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.
31
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Padya Pranita.
Keenan, Charles W, dkk. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia. Jakarta: Bumi aksara.
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.: Yogyakarta: Konsius.
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development. New
York: John Willey dan Sons.
Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB Press.
Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran.
Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Anonim.2010.KromatografiGas.http://bondiebluesy.wordpress.com/2010/03/08/kromat
ografi-gas/.Di Akses 10 November 2013.
Sastrohamodjojo Harddjono Dr. Kromatografi. IPB Press. Bogor 1985
Soebagio, Drs Dkk. Kimia Analitik II. Jica Common Textbook. Malang 2002.
Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga Jakarta. 2004.
32
33