Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KIMIA ANALITIK

KIMIA ANALITIK INSTRUMENTASI

oleh:

Yara Pra Adha


1807113189

Program Studi Sarjana Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Riau
Pekanbaru
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat
Taufik Hidayah serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini berisi
tentang materi kimia analitik instrumentasi. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman kita semua. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia
yang memiliki keterbatasan, tentu hasil makalah ini tidak luput dari kekurangan baik
dari segi isi maupun penuliisan kata. Maka dari itu dengan mengharapkan ridha Allah
swt penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
semua untuk memperbaiki makalah penulis dimasa yang akan datang. Semoga Allah
swt meridhai makalah ini. Amin ya rabbal amin.

Duri, 19 Mei 2020

Penulis
Yara Pra Adha

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ...............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................ 2
2.1 Kromatografi................................................................................ 2
2.1.1 Jenis Jenis Kromatografi..................................................... 2
2.2 Kromatografi HPLC .................................................................... 4
2.2.1 Komponen Komponen Penting Dari HPLC ..................... 5
2.2.2 Prinsip Kerja HPLC ........................................................... 8
2.2.3 Penerapan HPLC dalam Analisis Senyawa ...................... 9
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan HPLC ................................... 12
2.3 Kromatologi GC ........................................................................ 13
2.3.1 Prinsip Kerja .................................................................... 14
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi GC ............... 14
2.3.3 Komponen dalam Kromatografi ...................................... 14
2.4 Spektrometri ............................................................................. 17
2.4.1 Jenis Jenis Spektrometri ................................................... 19
2.5 Spektrofotometri IR (Infra Red) .............................................. 19
2.5.1 Kegunaan ........................................................................ 21
2.6 Spektrofotometri UV- Visible .................................................. 22
2.6.1 Kelebihan dan Kekurangan ............................................. 23
2.7 AAS .......................................................................................... 24
2.7.1 Prinsip Dasar AAS ........................................................... 24
2.7.2 Hukum Dasar AAS .......................................................... 26
2.7.3 Metode Analisis AAS ...................................................... 27
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 31
BAB I
PRNDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat


penting,terutama dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya. Suatu
analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi
senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan
pengukuran banyak dilakukan. Banyak metode analisis yang dapat dilakukan, akan
tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang lama untuk mendapatkan
hasil analisis. Dengan alasan inilah penyusun membahas tentang kromatografi,
kromatografi HPLC, kromatografi GC, spektrofotometri, spektrofotometri UV-Visible,
Spektofotometri IR, dan AAS. Tanpa teknik ini, sintesis senyawa murni (atau hampir
murni) akan sangat sukar, dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin. Pada
umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya, perlu di
pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu, pemisahan merupakan langkah penting dalam
analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak
berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi pengambilan
cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan,
pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran. Terdapat banyak
teknik pemisahan tetapi teknik ini merupakan teknik yang paling banyak di gunakan.
Berbagai metode memberikan cara pemisahan paling kuat. Karena
pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan
preparatif. Biasanya, kromatografi, kromatografi HPLC, kromatografi GC, spektrometri
UV-Visible, spektrometri IR,dan AAS dipakai pada tahap permulaan untuk semua
cuplikan, dan hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Metode ini
dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari
molekul. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik ini. Pemilihan
teknik metode inii sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan membahas tentang metode
krmatografi, kromatografi HPLC, kromatografi GC, spektrofotometri UV-Visible,
spektrofotometri IR, dan AAS.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Mengetahui kromatografi umum
2. Mengetahui kromatografi HPLC
3. Mengetahui kromatografi GC
4. Mengetahui spektro umum
5. Mengetahui spektro UV VIS
6. Mengetahui spektro infra red
7. Mengetahui AAS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia


Michael Tsweet pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman
dengan cara perkolasi esktrak petroleum eter dalam kolom gelas yangberisi kalsium
karbonat (CaCo3). Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling
umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam
bidang farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya. Kromatografi suatu teknik
pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile
phase)
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa
molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi adalah proses melewatkan
sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi terhadap zat-zat yang
sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang di sebut
kromatogram. Pada dasarnya, semua kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu
fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile). Pemisahan-pemisahan
tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat
digolongkan sesuai dengan sifat-sifat fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat
cair.
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi
serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase bergerak dapat
berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi. Prinsip pemisahan
kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa
gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.
2.1.1 Jenis-Jenis Kromatografi
Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis fasa yang
digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya. Berdasarkan fasa gerak
dan fasa diamnya , kromatografi dapat di bedakan atas berbagai tipe sebagai berikut:

3
4

1. Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)


Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan
berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Pada kromatografi
adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas
zat gas atau zat cair.
Contoh– contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi
• Kromatografi kolom Adsorpsi
• Kromatografi gas
• Kromatografi lapis tipis
2. Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)
Fasa diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan tipis cairan yang terserap
pada: padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai fasa pendukung.
3. Kromatografi Gas-padat (KGP)
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan
analisa kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organic. ada dua jenis
kromatografi gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas
cair (KGC)
4. Kromatografi Gas-Cair (KGC)
Pada kaimia organik kadang-kadang menyebutnya sebagai kromatografi fasa
uap.
5. Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa
spesifik di dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan
pada interaksi muatan positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks
yang barada di dalam kolom kromatografi. Secara umum, teradapat dua jenis
kromatografi pertukaran ion, yaitu Kromatografi pertukaran
kation dan kromatografi pertukaran anion.
6. Kromatografi Kertas (KT)

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan


distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan
5

kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran


kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.
7. Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
Kromatografi jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas
digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis
adsorben seperti alumina, silika gel. selulosa atau materi lainnya. Kromatografi
lapis tipis lebih bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang) daripada
kromatografi kertas.

8. Kromatografi Filtrasi Gel


Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran,
suatubahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
9. Kromatografi Elektroforesis Kontinyu
Kromatografi jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana
selama pengerjaannya diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut.
Arah aliran spesies ionik akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung
atas muatan molekul dan gerakitasnya.

2.2 Kromatologi HPLC


Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen – komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan
melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam
akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat. Sekarang ini, kromatografi sangat diperlukan dalam memisahkan
suatu campuran senyawa. HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan
dengan memakai fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang
distribusi ukuranya sempit ( kolom ) dan fase gerak yang dipaksa mengalir dengan laju
alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga menghasilkan pemisahan
dengan resolusi tinggi dan waktu yang relative singkat. HPLC atau KCKT merupakan
teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
6

tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi; lingkungan;
bioteknologi; polimer; dan industri- industri makanan. Dalam makalah ini akan
dijelaskan beberapa keterangan tentang penggunaan HPLC ( High Performance Liquid
Chromatography), dalam bidang kefarmasian yaitu HPLC Method for the Analysis of
Paracetamol, Cafeine and Dipyrone (Metode HPLC Untuk Analisis Parasetamol, Kafein
dan
Antalgin).
2.2.1 Komponen-Komponen Penting Dari HPLC
1. Pompa (Pump)
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu pompa kinerja konstan (constant
pressure) dan pompa pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan
konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa
syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur
(pulsating), oleh karena itu membutuhkan
peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base
line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan
utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan
aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Syarat – syarat pompa yang ideal:
1) Mampu membangkitkan tekanan tinggi
2) Pulse free – out put
3) Control laju alir yang akurat
4) Tahan korosi
5) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap fasa gerak
6) Bebas pulsa
7) Perlu“de gasser”
8) Dapat menyalurkan fasa gerak pada rentang kecepatan dan tekanan lebar
9) Dapat digunakan untuk melakukan elusi gradien
10) Bekerja pada tekanan sampai 6000 psi (400 atm)
2. Detektor (Detector)
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam
kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).
7

Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang
rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe
senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur
sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.
Jenis – jenis detector
 SpektrofotometerUV –Visible

 Indeks bias

 Spektrofluorimeter( zatberfluoresensi)

 Konduktivitaslistrik( zationik)

 Spektrometerinfra merah

 Spektrometermassa( LC –MS )

 SpektrometerNMR ( LC –NMR )

Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel
panjang
gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range
yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama
pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan
dengan detektor UV.
3. Injektor (injector)
Injektor merupakan tempat untuk memasukkkan sempel ke kolom. Waktu yang
dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut
sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel
diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum
dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang
berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada:
 tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut)
 kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada
ukuran
 partikel)
8

 komposisi yang tepat dari pelarut


 temperatur pada kolom
4. Elusi Gradien
Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama
analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah
mempersingkat waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada
kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh Snyder.
Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan :
a. Total waktu analisis dapat direduksi
b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)
d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak
5. Kolom (Column)
Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan
kembali
(reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama
sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven
yang digunakan. Kolom diisi dengan partikel padatan yang berukuran kecil
dilapisi secara kimia oleh suatu cairan yang berfungsi sebagai fasa diam.
Komponen-komponen sample dibawa oleh cairan fasa gerak yang dialirkan
dengan bantuan tekanan tinggi melewati kolom fasa diam. Komponen-
komponen dipisahkan berdasarkan partisi antara fasa diam dan fasa gerak yang
satu sama lain tidak bercampur.
Efisiensi kolom salah satunya sangat tegantung dari besarnya partikel fase
stasioner. Oleh karena itu bila ukuran fase stasioner lebih kecil, maka tinggi plat
teoritik akan berkurang, sehingga jumlah plat teoritik akan bertambah, yang
meningkatkan efisiensi kolom. Dengan kolom yang pendek dan efisiensi,
pemisahan akan berjalan dengan cepat. Terdapat banyak analisis yang
dikerjakan pada suhu kamar, suhu kolom sering dapat diatur dengan konstan
dengan memakai cara pemanasan. Sering dibutuhkan suhu kolom yang lebih
tinggi dari suhu kamar untuk mengatasi masalah daya larut solute yang dianalisis
dan viskositas fase gerak yang agak tinggi.
9

6. Pengolahan Data (Data Handling)


Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk
kromatogram pada rekorder.waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui
atau dihitung. Ini bisa digunakanuntuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu
komponen, bila kondisi kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak
sebanding atau proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk
memperoleh hasil secara kuantitatif.
2.2.2 Prinsip Kerja HPLC
Prinsip dasar HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) adalah
pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana terdapat fase mobile
(gerak) dan fase stasioner (diam). Fase mobilenya adalah sampel dan eluen yang
bercampur, dan fase stasionernya adalah silika gel yang mengandung hidrokarbon.
Sehingga senyawa yang memiliki kepolaran yang lebih tinggi akan tertahan pada fase
stasioner yang bersifat polar.
Metode pemisahan umum dalam HPLC tergantung sifat polaritas senyawa dalam eluat;
a. Fasa Normal
 Fasa gerak nonpolar
 Fasa diam polar
b. Fasa Terbalik
 Fasa gerak polar
 Fasa diam nonpolar
Resolusi adalah pengukuran secara fisik suatu pemisahan. Resolusi dapat
ditingkatkan
dengan mengoptimasi parameter-parameter HPLC yaitu retensi,selektifitas, dan
efisiensi.
Secara praktis parameter-parameter HPLC tersebt dapat dioptimalkan dengan
mengubah:
1. Komposisi dari fase gerak
2. Laju alir
3. Sifat kimia dari fase gerak
4. Jenis kolom
10

Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kuantitatif dan sekaligus kualitatif.
Untuk analisa kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel dengan
kromatogram baku pembanding berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa
kuatitatif dapat digunakan dengan persamaan : Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sampel
P = pembanding Atau jika ingin mendapatkan data yang lebih valid dapat pula
ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
HPLC yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari
fase diam ( yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia
tertentu) dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom.
Sampel yang akan dianalisis dijadikan dalam volume yang kecil dari fase bergerak dan
diubah melalui reaksi kimia oleh fase diam ketika sampel melalui sepanjang kolom.
Tujuan penggunaan alat ini adalah mengetahui kadar asam organik. Waktu saat
analit keluar dari ujung kolom disebut waktu retensi dan merupakan suatu karakteristik
yang unik dari tiap analit. Penggunaan dari tekanan menaikkan kecepatan linear
memberikan lebih sedikit waktu bagi analit untuk berdifusi, dan menghasilkan
chromatogram. Pelarut yang banyak digunakan yaitu air dan zat-zat organik seperti
metanol. HPLC ini digunakan untuk asam organik, seperti asam formiat dan asam
asetat. Jika sampel mula-mula berbentuk padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-
treatment sehingga berupa larutan homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan bening
karena syarat sampel yang dapat dianalisa menggunakan HPLC adalah harus tidak ada
endapan dan harus bening.
2.2.3 Penerapan HPLC Dalam Analisis Senyawa (Obat) Dalam Campuran
HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif pada
obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam
sediaan farmasi.
Keterbatasan metode HPLC ini adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC
dihubungkan dengan spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah sampel
sangat
11

kompleks maka resolusi yang baik sulit diperoleh.


1. Parasetamol
 Rumus struktur :
 Nama Kimia : 4- Hidroksiasetanilida
 Rumus Molekul : C8H9NO2
 Berat Molekul : 151,16
 Pemerian : serbuk, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
 Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah
larut dalam etanol. (Depkes RI, 1995).
Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol atau asetaminofen merupakan derivat
para-amino fenol yang berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik. Asetaminofen
merupakan pengganti yang baik untuk analgesik dan antipiretik aspirin pada penderita
dengan keluhan saluran cerna dan pada mereka dengan perpanjangan waktu perdarahan
yang tidak menguntungkan. Asetaminofen merupakan analgetik dan antipiretis.
Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor yang

dimilikinya menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik senyawa
ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti
C-18 dan fasa gerak polar seperti methanol/ air. Parasetamol diabsorbsi cepat dan
sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi plasma dicapai dalam waktu ½
jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam
plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol digunakan sebagai
analgesic dan antipiretik. Pengujian kadar parasetamol dalam obat menggunakan teknik
HPLC , dalam proses analisisnya HPLC memiliki beberapa tahapan. Diawali dengan
menginjeksikan sampel uji yaitu larutan obat yang sebelumnya telah disaring dengan
membran PTFE ke dalam kolom HPLC dengan injektor khusus / syringe yang
bervolume 20 µL, penyaringan sebelum penginjeksian ini dilakukan agar tidak terjadi
penyumbatan didalam kolom dan menghilangkan gas dari pelarutnya. Sampel didorong
cepat saat melalui kolom dengan bantuan pompa bertekanan tinggi. Di dalam kolom,
komponen- komponen pada sampel dipisahkan berdasarkan pada perbedaan kekuatan
interaksi solut terhadap fasa diamnya. Solut yang interaksinya kurang kuat akan keluar
lebih lambat dari kolom daripada solut lainnya. Komponen akan keluar dari kolom
dengan kecepatan yang berbeda dan terdeteksi oleh detektor. Detektor yang digunakan
12

adalah detektor UV karena parasetamol merupakan senyawa organik yang dapat


menyerap sinar UV. Pengujian ini menggunakan panjang gelombang 243 nm dengan
mempertimbangkan panjang gelombang methanol yaitu 205 nm dan air yaitu 190 nm.
Teknik yang dilakukan kali ini merupakan “reverse phase” atau fasa terbalik karena
teknik ini menggunakan pelarut polar sebagai fasa gerak sedangkan fasa diamnya
menggunakan pelarut non- polar. Penggunaan fasa gerak dan fasa diam yang berbeda
kepolarannya ini bertujuan agar sampel uji tidak bereaksi dengan fasa diamnya saat
melewati kolom HPLC. Sampel melewati kolom HPLC tentunya memiliki jangka
waktu yang terukur dan juga menjadi parameter, waktu yang dibutuhkan sampel untuk
melewati kolom ini disebut waktu retensi. Dalam pengujian parasetamol dalam obat,
waktu retensi yang terukur adalah antara 2,19 hingga 2,2. Selanjutnya hasil analisis
dengan HPLC ini menghasilkan suatu citra berupa kromatogram. Kromatogram ini
merupakan grafik antara
intensitas komponen yang dibawa oleh fasa gerak terhadap waktu retensi. Seharusnya
tampilan kromatogram ini berupa grafik lurus, lancip, dan simetris. Tetapi data yang
diperoleh pada percobaan ini sedikit melebar dan tidak simetris tentunya. Ini disebabkan
antara lain oleh adanya difusi didalam kolom HPLC, difusi yang terjadi adalah difusi
longitudinal dan difusi transfer massa. Difusi longitudinal itu sendiri disebabkan oleh
penyebaran komponen yang tidak sama sedangkan difusi transfer massa disebabkan
oleh kecepatan komponen yang tidak merata. Terdapat beberapa parameter pemisahan
dalam HPLC, yaitu laju alir eluen yaitu sebesar 0,5 mL/ menit, ketebalan stasioner
kolom C-18 yaitu 15 cm, ukuran partikel analit, dan laju difusi yang sudah disebutkan
diatas. Parameter- parameter ini dapat menyebabkan kejanggalan dalam pencitraan
kromatogram seperti pelebaran pada puncak. Adanya pelebaran puncak pada
kromatogram mengindikasikan terjadinya overlapping analit yang belum terpisahkan
dalam kolom. Semakin tinggi laju difusinya maka komponen dalam sampel akan
semakin sulit dipisahkan secara efisien. Dari grafik luas area terhadap konsentrasi (ppm)
dapat dihitung kadar parasetamol dalam sampel
obat. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari sampel obat sebanyak 12,5 mg
diperoleh
kadar parasetamol sebesar 83,444 % sedangkan dari massa rata-rata tablet obat sebesar
738,2
13

mg diperoleh massa parasetamol pada tiap tablet obat sebesar 615,9836 mg. Dapat
disimpulkan bahwa kadar parasetamol dalam tablet obat adalah sebesar 615,98 mg per
tabletnya.
2. Kafein
Rumus struktur :
 Nama Kimia : 1,3,7-Trimetil xantin
 Rumus Molekul : C8H10N4O2
 Berat Molekul : 194,19
 Pemerian : serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih,biasanya
menggumpal, tidak berbau, rasa pahit.
 Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam
kloroform, sukar larut dalam eter. (Depkes RI, 1995).

Kofein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih,


lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi
otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kofein juga memperkuat kontraksi jantung,
vasodilatasi perifer dan diuretis. Kofein digunakan sebagai penyegar. Zat ini sering
dikombinasikan dengan Parasetamol atau asetosal untuk memperkuat efek analgetisnya.
Kafein dosis sedang menyebabkan insomnia, ansietas dan agitasi. Dosis tinggi
diperlukan untuk memperlihatkan toksisitas berupa muntah dan konvulsi. Dosis letal
sekitar 10 g (kira- kira 100 cangkir kopi) yang menimbulkan aritmia jantung. Kematian
karena kafein sangat tidak mungkin. Letargi, iritabel dan sakit kepala terjadi pada
pengguna yang secara rutin minumg lebih dari 600 mg kopi per hari ( sekitar 6 cangkir
kopi per hari) dan mendadak berhenti. (Mycek, 2001).

2.2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Analisis Dengan HPLC


1. Kelebihan
 Kerja lebih mudah dengan automatisasi dalam prosedur analisis dan
pengolahan data
 Volume sampel kecil
 Daya pisah tinggi
 Merupakan metode analitis:
14

 Cepat

 Peka

 Akurat

 Tepat

 Reproducible

 JugaPreparatif

 Dapat digunakan untuk analisis sampel organic dan anorganik, bersifat


volatile dan non volatil, stabil dan tidak stabil secara thermal.
 Pilihan fasa diam dan fasa geraknya luas

2. Kekurangan
 Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu
 Hanya bisa digunakan untuk asam organic
 Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan
gradient elusi
 Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang
terbatas

2.3 Kromatologi GC
kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya dengan menggunakan gas sebagai fasa gerak yang melewati suatu lapisan
serapan yang diam. Kromatografi gas cair terdapat fasa gerak dan fasa diam adalah :
1. Fasa gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fasa gas bergerak
2. Fasa diam berupa cairan dengan titik didih tinggi yang terikat pada zat padat
penunjangnya
Kromatografi gas cair termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif
dan analisa kuantitatif), kromatografi gas cair yaitu sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik. Dalam fasa gerak adalah gas
(hingga keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa diamnya berbeda. Meskipun
cara tersebut mempunyai persamaan dan perbedaannya adalah cara kerja.
15

2.3.1 Prinsip Kerja


Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya,
tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan
antara stasionary fasa cair dan gas fasa gerak dan pada oven temperur gas dapat
dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fasa cair dan
temperatur tidak dimiliki. Secara rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan
melalui nyala hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan
terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran
listrik sebanding dengan ion.
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas Cair
1. Kelebihan
1.Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3.Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4.Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5.Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.
2. Kekurangan
1.Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
2.Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3.Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.
2.3.3 Komponen dalam Kromatografi Gas
Adapun komponen-komponen dari kromatografi gas yaitu sebagai berikut :
1. Gas Pembawa
Pada pengamatan ini, terlihat tiga tabung gas yang memiliki warna yang
berbeda. Pada tabung 1, berisi gas tekan; tabung 2, berisi gas Nitrogen (N2) dan pada
16

tabung 3, berisi gas Hidrogen (H2). Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini
tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder
baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena
aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung
hanya dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas argon, helium, hidrogen dan
nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang lambat (10 cm/detik) untuk
mencapai efisiensi yang optimum dengan HETP (High Eficiency Theoretical Plate)
minimum. Sementara hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih cepat untuk mencapai
efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik untuk helium.
Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang sedikir demi sedikit sedangkan
kinerja nitrogen berkurang secara drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa gerak maka
semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat membantu
mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut, sehingga efisiensinya
meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat
melalui hidrogen dan helium daripada melalui nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan
hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada nitrogen. Hidrogen
memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan kecepatan alir. Namun,
hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan udara. Biasanya, helium banyak
digunakan sebagai penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat
bereaksi dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas pembawa
yang relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya terdapat saringan
(molecular saeive) untuk menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon
dalam gas pembawa . Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis
detektor.
2. Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah
menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50°-300° C). Injektor
berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor biasanya 50° C di
atas titik didih cuplikan. Jumlah cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 µL. Tempat
pemasukkan cuplikan cair pada kolom pak biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam
17

blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan semprit kecil. Jarum semprit
menembus lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan mengubah bentuknya
kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan menggunakan alat suntik
gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-sampling valve). Alat pemasukan cuplikan
untuk kolom terbuka dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split
injection) dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan untuk
mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan yang masuk biasanya
hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1-2 µL, sementara sisanya dibuang.. Sedangkan injeksi
splitless lebih cocok digunakan untuk analisa renik.
3. Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang dapat terbuat
dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan cuplikan yang mengandung
komponen yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter kolom yang
digunakan biasanya 3 mm – 6 mm dengan panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk
melingkar agar dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam oven ( thermostat ).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang
terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat berupa
cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus sukar menguap,
memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100º C di atas suhu operasi
kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben. Adsorben yang
digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar tidak hancur saat
dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal dari
bahan diatomae. Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya adalah
hidrokarbon bertitik didih tinggi, silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida.
(The Techniques). Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang
akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang
polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar
pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
18

4. Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus
dikontrol. Temperatur kolom bervariasi antara 50ºC - 250ºC. Suhu injektor lebih rendah
dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah daripada suhu detektor. Suhu kolom
optimum bergantung pada titik didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram. Analisis yang
dilakukan secara isotermal digunakan untuk memisahkan cuplikan yang komponen-
komponen penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang dekat, sedangkan sistem
terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didihnya jauh.
5. Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang
menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data yang
menyajikan hasil kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan mengukur
jumlah komponen yang dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit
yang telah terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang
proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan respon terhadap gas
pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan. Beberapa detektor yang dapat
digunakan antara lain: detektor hantar bahang (DHB), detektor ionisasi nyala (FID),
detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.
6. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada lembaran kertas
berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Seperti telah
diberitahukan diawal, jumlah puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah
komponen penyusun campuran. Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas
komponennya.

2.4 Spektrometri
Spektrometri adalah tehnik yang digunakan untuk mengukur jumlah
(konsentrasi) suatu zat berdasarkan spektroskopi. Spektroskopi merupakan ilmu yang
mempelajari interaksi antara radiasi dan benda sebagai fungsi panjang gelombang.
Instrument yang digunakan disebut spectrometer. Spektrometri Serapan Atom (SSA)
adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur
19

logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan


panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et al., 2000).
Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi
konvensional. Sebenarnya selain dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan
energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi
fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi.
Untuk menganalisis sampel, sampel harus diatomisasi. Sampel kemudian harus
diterangi oleh cahaya. Cahaya yang ditransmisikan kemudian diukur oleh detector
tertentu. Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga
langkah:
1. Desolvation (pengeringan) – larutan pelarut menguap, dan sampel kering tetap
2. Penguapan – sampel padat berubah menjadi gas
3. Atomisasi – senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.
Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spectrum sempit dibandingkan
dengan transisi atom.Lampu katoda Hollow adalah sumber radiasi yang paling umum
dalam spekstroskopi serapan atom. Lampu katoda hollow berisi gas argon atau neon,
silinder katoda logam mengandung logam untuk mengeksitasi sampel. Ketika tegangan
yang diberikan pada lampu meningkat, maka ion gas mendapatkan energy yang cukup
untuk mengeluarkan atom logam dari katoda. Atom yang tereksitasi akan kembali ke
keadaan dasar dan mengemisikan cahaya sesuai dengan frekuensi karakteristik logam.
Bidang Spektrometri Neutron (BSN) mengelola fasiltas hamburan neutron terbesar di
Asia tenggara. Fasilitas ini menggunakan neutron yang dihasilkan Reaktor GA Siwabessy, yang
sangat spesifik dan khas BATAN, untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang
material. Selain peralatan pendukung sangat vital dalam pengoperasiannya, fasilitas ini
memiliki 3 difraktometer neutron, 3 spektrometer neutron dan sebuah fasiltas radiografi neutron
yang kesemuanya mampu mengamati features berukuran atomic ,nanometer sampai mikron
yang sangat menentukan sifat dan
kemampuan bahan. Salah satu keunggulan neutron dengan sinar-x adalah kemampuannya
berinteraksi langsung dengan inti atom sehingga memiliki penampang hamburan yang unik
untuk setiap atom, bahkan bagi isotopnya. Massa Spectrometry (MS) atau dalam bahasa
Indonesia disebut spektrometri massa dalam dunia ilmu kimia banyak digunakan dalam
studi untuk membantu penentuan suatu struktur senyawa. Saya menyebut dengan kata
20

‘membantu’ sebab spektrometri massa tidak dapat berdiri sendiri dalam menentukan
struktur suatu senyawa kimia. Spetrometri massa digunakan untuk mengetahui berat
suatu senyawa kimia, sehingga dengan diketahuinya massa suatu senyawa maka akan
semakin memperkuat data dari NMR, selain itu MS ini juga dapat memberikan
informasi rumus molekul dari senyawa kimia tersebut. NMR merupakan instrumentasi
atau metode untuk menentukan posisi atom dalam suatu senyawa dengan kata lain kita
dapat mengetahui bentuk dari suatu senyawa kimia tersebut. Untuk penjelasan tentang
NMR silahkan buka pada blog ini tentang NMR. Instrumentasi tentang metode ini
dikenal dengan spectrometer massa (mas spectrometer). Spektrometer massa biasanya
digabung dengan GC (gas chromatography) atau HPLC (High Performance Liquid
Chromatography).

2.4.1 Jenis – Jenis Spektrofotometer


Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
3. Spektrofotometri UV-Vis
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)
5. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)

2.5 Spektofotometri IR (Infra Red)


Spektrofotometri Infra-red atau Infra-merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang, sinar infra-merah dibagi atas 3 sub:
1. Daerah Infra-merah dekat.
2. Daerah Infra-merah sedang.
3. Daerah infra-merah jauh.
Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik, pada alat spektrofotometer
infra-merah yang digunakan adalah daerah infra merah sedang, yaitu pada panjang
gelombang 2,5 – 50 µm atau pada bilangan gelombang 4.000 – 200 cm-1. Dasar
Spektroskopi Infra-merah dikemukakan oleh Hooke dan didasarkan atas senyawa yang
21

terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling
terikat oleh pegas. Interaksi Sinar Infra Merah dengan Molekul
1. Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.
2. Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya, dan

3. Gerak Vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya.


Panjang gelombang atau bilangan gelombang dan kecepatan cahaya
dihubungkan dengan frekwensi melalui persamaan:

E = mc2

Energi yang timbul juga berbanding lurus dengan frekwensi

E = hv = sehingga nλ =

dimana :

E = Energi, Joule
h = Tetapan Plank; 6,6262 x 10-34 J.s
c = Kecepatan cahaya; 3,0 x 1010 cm/detik
n = indeks bias (dalam keadaan vakum harga n = 1)
λ = panjang gelombang; cm
v = frekwensi; Hertz

1. Perubahan Energi Vibrasi

 Setiap frekwensi sinar (termasuk infra-merah) mempunyai energi tertentu.


 Apabila frekwensi tertentu diserap sebuah senyawa yang diselidiki, maka
pasti energi dari frekwensi tersebut ditransfer ke senyawa yang diselidiki.
 Energi pada radiasi infra-merah sebanding dengan energi yang timbul pada
getaran-getaran ikatan.
 Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya
terjadi peristiwa vibrasi.
 Energi yang terlibat pada vibrasi/getaran ini tergantung:
a. Jarak ikatan
b. Massa kedua atom
22

 Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu :


a. Vibrasi regangan
b. Vibrasi bengkokan

2. Vibrasi Ulur (Stretching)

Atom bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkannya sehingga terjadi


perubahan jarak antara keduanya, tapi sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi ulur ada dua
macam, yaitu:

1. Ulur Simetri, unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang
datar.
2. Ulur Asimetri, unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih
dalam satu bidang datar.

3. Vibrasi Tekuk (Bending)

Vibrasi tekuk terbagi empat jenis yaitu:

1. Vibrasi Goyangan (Rocking)


2. Vibrasi Guntingan (Scissoring)
3. Vibrasi Kibasan (Wagging)
4. Vibrasi Pelintiran (Twisting).

2.5.1 Kegunaan
Spektroskopi Infra-merah dapat digunakan untuk:
1. Identifikasi semua jenis / type senyawa organic dan beberapa jenis senyawa
anorganic
2. Penentuan gugus fungsi dalam senyawa organic
3. Identifikasi senyawa dengan membandingkan spektrum senyawa unknown
dengan spectrum reference / standar (finger printing)
4. Identifikasi gugus fungsi zat-zat unknown.

Spektroskopi IR bersifat kualitatif, berbeda dengan spektrokopi UV-VIS dan


NMR. Pada IR tidak diperlukan sampel standar. Kecocokan spektra IR dua senyawa
adalah bukti bahwa dua senyawa tersebut identik Metode spektroskopi infra-merah ini
banyak digunakan karena:
23

1. Cepat dan relatif murah


2. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul
3. Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan
oleh karena itu dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk
senyawa tersebut.

2.6 Spektrofotmetri UV-Vis


Spektrofoftmetri ini merupakan gabungan anatara spektrofotomteri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya Visible. Untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu
sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Spektroforometer UV-Vis adalah analisa kuantitatif dan kualitatif
spesies kimia dengan pengukuran absorbansi atau transmittasi dalam spektroskopi.
Bagian-bagian Spektrofotometer Ultraviolet
1. Sumber Radiasi
2. Monokromator
3. Kuvet
4. Detector
5. Rekorder
Cara Kerja Alat Spektroforometer UV-Vis
1. Sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator.
2. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui blangko dan sampel
dengan sebuah cermin berotasi.
3. Kedua cahaya lalu bergantian berubah arah karena pemantulan dari cermin
yang berotasi secara kontinyu.
4. Detektor menerima cahaya dari blangko dan sampel secara bergantian secara
berulang – ulang.
5. Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dibandingkan antara
sampel dan blangko.Perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah
terprogram.
24

2.6.1 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometer UV – Vis


a. Kelebihan:

1. Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi.


2. Caranya sederhana.
3. Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil.

b. Kekurangan:
1. Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet.
2. Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185
nm.
3. Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi
dengan energi eksitasi rendah.
4. Sinar yang dipakai harus monokromatis.
5.
Hukum Lambert-Beer

Suatu spektrum uv-vis senyawa, biasanya diperoleh dengan melewatkan seberkas


cahaya berpanjang gelombang tertentu pada sebuah larutan encer senyawa tersebut dalam
pelarut yang tidak menyerap, misalnya air, etanol, heksana. Jumlah sinar yang diserap oleh
sampel diberikan oleh Hukum Lambert-Beer (L-B)

 Rumus Turunan dari hukum Lambert-Beer:

A= a.b.c Atau A = Ɛ.b.c

Dimana:

A = absorbansi

a = tetapan abdortivitas (jika konsentrasi larutan diukur dalam ppm)


b = panjang lintasan (centimeter)
c = konsentrasi (gram per liter)
25

Ɛ = tetapan absortivitas molar (jika konsentrasi larutan diukur dalam molar)

 Intensitas pita serapan, diukur dari persentase sinar masuk yang melewati sampel:

% 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑎𝑛 = 100

Dimana:

P0 = Kekuatan atau intensitas cahaya yang masuk

P = Kekuatan atau intensitas cahaya yang diteruskan

 Daya serap (Absorbansi) A, jika dihubungkan dengan transmittan T, dapat ditulis


sebagai:

2.7 Spektrometri Serapan Atom (SSA)


Spektrofotometri serapan atom merupakan suatu metode analisa untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang berdasarkan pada penyerapan
(absorbsi) radiasi oleh atom bebas oleh unsur tersebut.

2.7.1 Prinsip-prinsip Dasar AAS


Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium
pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energy untuk mengubah
tingkat energi elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih
banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat
eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya unsur Na dengan
26

noor atom 11 mempunyai konfigurasi electron 1s1 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk
electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy. Elektronini dapat
tereksitasi ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energy 3,6
eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita
dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang
tajam dan dengan intensitas maksimum, yangdikenal dengan garis resonansi. Garis-
garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak
berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.

Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel
yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut
akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom
bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari:

- Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium


transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan
bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.

- Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial


dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut. (Day
& Underwood, 1989).

Prinsip-prinsip dasar Spektrofotometri Serapan Atom adalah sebagai berikut :

1. Interaksi antara energi dengan atom bebas


Dalam AAS, maka atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energy,
mulai dari energy termis atau panas, energy elekromagnetik, energy kimia, dan
energy listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas
tersebut, yang hasilnya berupa emisi (pancaran) radiasi, panas dan sebagainya
pula. Radiasi yang ditimbulkan dari interaksi ini adalah khas, karena mempunyai
panjang gelombang-gelombang yang benar-benar karakteristik untuk atom bebas
yang bersangkutan. Adanya adsorbs atau emisi radiasi disebabkan karena adanya
27

transisi elektronik yaitu perpindahan electron dalam atom tersebut, dari tingkat
energy yang satu ke tingkat energi yang lain.

- Adsorbs radiasi : terjadi apabila ada electron yang mengabsorbsi energy


radiasi tersebut, jadi berpindah ketempat energi yang lebih tinggi.

- Emisi radiasi: terjadi karena ada electron yang berpindah ke tingkat energy
yang lebih rendah. Disini terjadi pelepasan energy, antara lain dalam bentuk
radiasi.

Hubungan antara panjang gelombang radiasi yang bersangkutan dengan


perubahan energy electron sebagai akibat dari perpindahan atau transisi elektronik
diatas sebagai berikut:

E=E1 –E2 –h – v = h

Dimana E1 dan E2 masing-masing ialah energy pada tingkat sebelum dan sesudah
terjadi transisi, h ialah tetapan planck, v ialah frekuensi, dan λ ialah panjang gelombang
radiasi ybs.

2.7.2 Hukum Dasar Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)


Hukum Dasar pada Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) ialah “Hukum
Lambert-Beer”.
1. Hukum Lambert :
Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi.”Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya
monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas
oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini
setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang
secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap.
Atau dengan menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang
tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang
sama.
28

2. Hukum Beer :
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut“. Sejauh ini telah
dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik
sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis kuantitatif
orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi
penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi
cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi
seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni
intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier.
Dari kedua hukum tersebut terbentuklah “Hukum Lambert-Beer”.
Dimana : A = Absorbs
Io = Intensitas sinar mula-mula
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absortivitas
b = Panjang jalan sinar
c = Konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar
Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar monokromatis.
2.7.3 Metode Analisis Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)
Ada tiga metode yang biasa dipakai dalam analisis Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS). Ketiga teknik tersebut, yaitu:
1. Metode Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan
standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan
spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh: Sehingga, Astd/Cstd =
Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd.
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan
sampel dapat dihitung.
29

2. Metode Kurva Kalibrasi


Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS.
Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan
absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan
slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi
larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau
dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan
menggunakan program regresi linewar pada kurva kalibrasi.
3. Metode Adisi Standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.
Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel
dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume
tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah
terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan diencerkan
seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal
berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana :
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar

Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}


Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan
AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat
pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari
ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
30

Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk
metode pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara.
Secara umum pertikulat yang terdapat diudara adalah sebuah sistem fase
multi kompleks padatan dan partikel-partikel cair dengan tekanan uap rendah
dengan ukuran partikel antara 0,01 – 100 μm.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan.

2. Kromatografi HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair – cair yang dapat
digunakan baikuntuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.

3. kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-


komponennya dengan menggunakan gas sebagai fasa gerak yang melewati suatu
lapisan serapan yang diam.

4. Spektrometri adalah tehnik yang digunakan untuk mengukur jumlah


(konsentrasi) suatu zat berdasarkan spektroskopi.

5. Spektrofotometri Infra-red atau Infra-merah merupakan suatu metode yang


mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada bilangan gelombang
13.000 – 10 cm-1.

6. Spektrofoftmetri ini merupakan gabungan anatara spektrofotomteri UV dan


Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV
dan sumber cahaya Visible.

7. Spektrofotometri serapan atom merupakan suatu metode analisa untuk


penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang berdasarkan pada penyerapan
(absorbsi) radiasi oleh atom bebas oleh unsur tersebut.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Padya Pranita.
Keenan, Charles W, dkk. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia. Jakarta: Bumi aksara.
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.: Yogyakarta: Konsius.
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development. New
York: John Willey dan Sons.
Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB Press.
Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran.
Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Anonim.2010.KromatografiGas.http://bondiebluesy.wordpress.com/2010/03/08/kromat
ografi-gas/.Di Akses 10 November 2013.
Sastrohamodjojo Harddjono Dr. Kromatografi. IPB Press. Bogor 1985
Soebagio, Drs Dkk. Kimia Analitik II. Jica Common Textbook. Malang 2002.
Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga Jakarta. 2004.

32
33

Anda mungkin juga menyukai