Anda di halaman 1dari 28

Praktikum Kimia Organik/VI/S.

Ganjil/2019

ABSTRAK

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris CH3COOC2H5.


Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas, merupakan pelarut polar menengah
yang volatil, tidak beracun dan tidak higroskopis. Tujuan dari percobaan ini
adalah untuk mempelajari reaksi esterifikasi terhadap asam karboksilat dan
membuat etil asetat dalam skala labor. Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi
pembentukan ester dengan cara merefluks asam karboksilat bersama alcohol
dengan katalis asam. Pada percobaan ini, asam asetat 28,6 ml, etanol 87,4 ml, dan
asam sulfat pekat 2 ml direfluks selama 90 menit dengan suhu 63 °C, kemudian
didistilasi untuk memisahkan produk dengan suhu 70 °C selama 90 menit. Setelah
didistilasi, kemudian kedalam etil asetat ditambahkan CaCl2 anhidrat sampai
membentuk endapan. Dari hasil percobaan didapat rendemen yang diperoleh
adalah 93,75 %, volume etil asetat yang diperoleh 45 ml, dan densitas etil asetat
1,135 gr/ml. Sedangkan hasil percobaan pembanding diperoleh rendemen 86 %,
volume etil asetat 42 ml dan densitas etil asetat 1,132.
Kata kunci: Asam karboksilat, Distilasi, Esterifikasi, Etil asetat, Refluks

ABSTRACT

Ethyl acetate is an organic compound with empirical formula CH3COOC2H5. This


compound is an ester of ethanol and acetic acid. This compound is a colorless
liquid, has a distinctive aroma, is a medium solvent that is volatile, non-toxic and
non hygroscopic. The purpose of this experiment was to study esterification
reactions to carboxylic acids and to make ethyl acetate on the laboratory scale.
The esterification reaction of Fischer is the reaction of ester formation by
refluxing carboxylic acid with alcohol with acid catalyst. In this experiment, 28,6
ml acetic acid, 87,4 ml of ethanol and 2 ml of concentrated sulfuric acid were
refluxed for 90 minutes at 63 ℃. Then distilled to separate the product at a
temperature of 70 °C for 90 minutes. Once distilled, then in the ethyl acetate is
added CaCl2 anhydrous to form deposits. From the results of the experiment
obtained the yield is 93.75%, ethyl acetate Volume obtained 45 ml, and the
density of ethyl acetate 1.135 gr/ml. As for the comparative experiment results
obtained 86% yield, volume ethyl acetate 42 ml and the density of ethyl acetate
1.132.
Keywords: Carboxylic acid, Distillation, Esterification, Ethyl acetate, Refluks

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi esterifikasi merupakan reaksi eksotermis, bersifat reversible dan
umumnya berjalan sangat lambat sehingga memerlukan katalis agar diperoleh
ester yang maksimal sehingga perlu dipelajari faktor-faktor menurut berbagai
tinjauan dan melakukan berbagai percobaan guna mengetahui berbagai variabel
proses yang berpengaruh terhadap proses esterifikasi tersebut (Haritsah, 2013).
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung
gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan
sebuah gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil
seperti metil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti
fenil (Haritsah, 2013).
Asam karboksilat dan ester mempunyai rumus umum molekul yang sama,
yaitu CnH2nO2, tetapi mengandung gugus fungsi yang berbeda. Asam karboksilat
dan Ester yang bersesuaian merupakan isomer fungsi. Contohnya senyawa dengan
rumus molekul C4H8O2 dapat berupa asam karboksilat atau ester. Sebagai asam
karboksilat C4H8O2 mempunyai 2 isomer dan sebagai ester mempunyai 4 isomer.
Marchetti dan Errazu (2008) meneliti esterifikasi asam lemak bebas dengan
alkohol dengan katalisator asam sulfat. Penggunaan asam sulfat sebagai
katalisator mempunyai beberapa kelemahan antara lain, unit pengolahan limbah
mempunyai beban semakin besar dengan adanya asam sulfat yang tidak
terpisahkan dalam pemurnian dan tingkat korosifitas yang tinggi pada peralatan,
maka dibutuhkan katalisator resin penukar ion. Katalisator resin penukar ion
mempunyai keuntungan seperti mudah dalam pemisahan hasil, sehingga masalah
limbah dari katalisator dapat diatasi. Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik)
yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan, yang merupakan
salah satu produk utama industri kimia yang memiliki banyak kegunaan dalam
berbagai proses yaitu pelarut, pereaksi, suasana asam, pengawet, dan lain-lain
(Listyorini, 2018).

Esterifikasi merupakan salah satu reaksi yang paling mendasar dan penting
dalam industri kimia. Produk-produk esternya secara luas dimanfaatkan sebagai

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

pelarut dan pengemulsi dalam industri makanan (tepung), farmasi serta


kosmetik ataupun pelumas dalam pengolahan logam, industri tekstil dan plastik.
Saat ini perhatian atas rekayasa pada reaksi esterifikasi dan produk esternya
telah semakin meningkat, terutama setelah alkil ester (metil ester, etil ester dan
profil ester) memiliki karakteristik sebagai solar bio, sehingga dapat
menggantikan bahan bakar fosil (Winarno, 2004).
Reaksi esterifikasi Fischer merupakan reaksi pembetukan etil asetat
dengan mereaksikan antara asam asetat dan alkohol. Etil asetat dapat
dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol
kembali. Penggunaan katalis asam dapat menghambat hidrolisis. Reaksi
esterifikasi Fischer telah lama dikenal dan merupakan salah satu reaksi
pembentukan ester. Esterifikasi Fischer diberi nama berdasarkan nama Emil
Fischer, kimiawan organik abad 19 yang mengembangkan metode ini. Senyawa
ester yang dikenal dengan etil asetat merupakan senyawa organik yang bersifat
mudah menguap dan mempunyai aroma yang khas. Oleh karena etil asetat
bersifat sebagai pelarut dan juga bersifat tidak beracun, maka dalam skala
laboratorium etil asetat digunakan sebagai pelarut bahan-bahan organik. Karena
kebutuhan etil asetat yang tinggi maka sangat perlu dilakukan percobaan untuk
mempelajari pembuatan etil asetat, yakni dalam skala laboratorium.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari dan memahami proses esterifikasi dan faktor faktor yang
mempengaruhinya.
2. Mempelajari dan memahami proses distilasi.
3. Membuat ester dalam skala laboratorium.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Asetat


Asam asetat dengan nama sistematik asam etanoat merupakan asam
karboksilat yang paling penting diperdagangkan untuk keperluan industri dan
laboratorium. Asam asetat murni disebut asam asetat glasial karena senyawa ini
padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glasial merupakan cairan tidak
berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Asam asetat glasial larut dalam air dan
pelarut organik lainnya. Di dalam air, asam asetat bertindak sebagai asam lemah.
Asam asetat mendidih pada temperatur 118 oC (245 oF) dan meleleh pada 16,6 oC
serta mempunyai berat jenis 1,051 gr/ml. Asam asetat glasial komersial dibuat
dengan mereaksikan metanol dengan karbon monoksida atau oksidasi etilena.
Dalam kehidupan sehari-hari, asam asetat yang disebut asam cuka digunakan
sebagai pemberi rasa asam pada makanan. Asam cuka juga digunakan sebagai
penurun pH serta pengawet pada makanan (Sutresna, 2007).

2.1.1 Sifat Fisika


Tabel 2.1 Sifat Fisika Asam Asetat
Sifat Fisika Keterangan
Massa molekul relative 60,05 kg/kmol
Titik didih normal 118,1oC
Titik beku 16,6 oC
Bentuk Cairan tidak berwarna
Tekanan Uap 1,5 kPa (pada 20 oC)
Rasa Cuka, asam (kuat)
Massa Jenis 1,051 (air = 1)
(Sumber: Sutresna, 2007)

2.1.2 Sifat kimia


Menurut Suyatno (2004), sifat kimia asam asetat yaitu:
1. Bersifat larut di dalam air
2. Merupakan asam lemah
3. Memiliki massa molekul relatif dua kali lebih besar pada suhu yang tidak
terlalu tinggi
4. Memiliki ikatan hidrogen yang cukup kuat

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

2.2 Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol adalah sejenis cairan yang mudah
menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol berasal dari fermentasi gula
atau pati. Pada skala industri, etanol dihasilkan dari reaksi etena dan air dengan
katalis asam. Etanol membentuk titik azeotrop dengan air dengan komposisi 95%
alkohol dan 5% air. Etanol memiliki titik didih sebesar 78,15 oC pada keadaan
azeotrop. Etanol murni atau disebut absolute alcohol memiliki titik didih yang
lebih tinggi yaitu 78,30oC. pada suhu 30oC, tekanan 1 atm alkohol berada pada
fase cair dan tidak berwarna. Densitas alkohol sebesar 6,6 lb/gal. Net Heat of
Combustion etanol sebesar 75.700-76.000 Btu/gal dan angka oktan sebesar 104,5
(Budiman dkk, 2017).
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan
rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer
konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan
“Et” merupakan singkatan dari gugus etil. Fermentasi gula menjadi etanol
merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia.
Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu.
Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan
dari produk sampingan pengilangan minyak bumi. Etanol banyak digunakan
sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan
kegunaan manusia. Contohnya adalah pada pewarna makanan dan obat-obatan.
Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan
untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama
digunakan sebagai bahan bakar (Rompas dkk, 2018).
Etanol yang dipakai untuk minuman beralkohol dibuat secara fermentasi.
Reaksi fermentasi berakhir denan konsentrasi alkohol hanya mencapai 12-14%.
Konsentrasi alkohol hasil fermentasi tidak dapat ditingkatkan lagi karena dapat
mengganggu kerja enzim yang menyebabkan fermentasi. Untuk mendapatkan
etanol dengan kadar yang lebih tinggi, dapat dilakukan dengan menyuling larutan
etanol hasil fermentasi. Melalui proses penulingan, dapat diperoleh alkohol

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

dengan konsentrasi 95%. Ada dua tahap reaksi fermentasi untuk pembuatan
etanol, yaitu:

Gambar 2.1 Reaksi Fermentasi Pembuatan Etanol (Parning dkk, 2006)

2.2.1 Sifat Fisika


Tabel 2.2 Sifat Fisika Etanol
Sifat Fisika Keterangan

Titik Didih Normal


Titik Beku −144,1oC
Densitas 6,6 lb/gal
Angka Oktan 104,5
(Sumber : Budiman dkk, 2017)

2.2.2 Sifat Kimia


Menurut Budiman dkk (2017), sifat kimia etanol yaitu:
1. Sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia dalam dunia farmasi dan
industri makanan dan minuman.
2. Mudah menguap
3. Mudah terbakar
4. Tidak berasap dan nyala api kebiru-biruan
5. Berat jenis lebih kecil daripada berat jenis air

2.3 Asam Sulfat


Asam sulfat merupakan asam yang bersifat nonlovatil (sukar menguap).
Asam sulfat pekat pada suhu kamar berwujud cair dengan titik didih 298 oC dan
bersifat higrokopis (menyerap air), sehingga dalam penyimpanannya hanya
dijumpai 96% bukan 100%. Sifat ini bermanfaat untuk mengeringkan gas-gas
yang tahan terhadap asam sulfat pekat, seperti O2. Diatas cairan asam sulfat pekat
didalam botol dijumpai asap putih. Asap putih ini merupakan gas SO 3 yang terurai
dari asam sulfat menjadi H2O dan SO3. Cairan ini merupakan zat berbahaya dan
bersifat sangat korosif karena dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

yang terkena cairan ini. Asam Sulfat dengan bilangan oksidasi +6, bersifat sangat
oksidatif sehingga logam-logam mulia dapat dioksidasi oleh asam sulfat dengan
melepas gas SO2. Sifat oksidatif tersebut sangat bermanfaat pada industri
pengolahan logam (metalurgi). Pengenceran asam sulfat pekat dengan air akan
mengahasikan asam sulfat encer yang mempunyai sifat asam kuat dan
menghasilkan kalor yang sangat besar. Reaksi asam sulfat sangat eksotermis
sehingga bermanfaat untuk membuat asam lain yang relatif mudah menguap,
seperti HNO3 dan HCL (Suyatno dkk, 2004).
Asam sulfat adalah asam yang bersifat higrokopis. Oleh karena itu, asam
sufat dapat digunakan sebagai katalis. Asam sulfat bersifat sebagai katalis juga
dapat menyerap air sehingga dapat digunakan sebagai katalis untuk memproduksi
triacetin. Dengan kelebihan sifat higrokopis, diharapkan air yang dilepaskan dapat
diserap sehingga reaksi berjaan kearah produk, dengan demikian konversi akan
meningkat (Satriadi, 2015).
Peningkatan konsentrasi asam sulfat berpengaruh terhadap penurunan
tegangan permukaan air. Pada reaksi yang mengunakan asam sulfat tinggi,
terjadinya tumbukan antar molekul-molekul reaktan semakin efektif dengan
frekuensi yang lebih tinggi. Keberadaan air yang semakin sedikit pada asam sulfat
dengan konsentrasi tinggi membuat tumbuan antar molekul asam sulfat dan etil
ester semakin sering. Tumbukan antara molekul reaktan akan mengakibatkan
terjadinya reaksi kimia. Semakin intensif tumbuan molekul, laju reaksi akan
semakin cepat, sehingga semakin banyak ester yang terbentuk (Syamsu dkk,
2014).

2.3.1 Sifat Fisika


Tabel 2.3 Sifat Fisika Asam Sulfat
Sifat Fisika Keterangan
Massa molekul relative 98,08 g/mol
Titik didih normal 270oC
Titik beku -35oC
Kepadatan uap 3,4 (udara=1)
Rasa Rasa asam yang sangat kuat
Massa Jenis (air=1)
(Sumber: MSDS Asam Sulfat)

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

2.3.2 Sifat Kimia


Menurut Suyatno dkk (2004), sifat kimia asam sulfat yaitu:
1. Asam sulfat bersifat nonvolatil (sukar menguap) dan higrokopis
(menyerap air).
2. Asam sulfat bersifat sangat oksidatif, sehingga logam mulia dapat
mengoksidasi asam sulfat.
3. Pengenceran asam sulfat akan menghasilkan kalor yang besar.

2.4 CaCl2 Anhidrat


Kalsium klorida adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium
(logam alkali tanah) dan klorin. Sifatnya tidak berbau, tidak berwarna, solusi tidak
beracun, yang digunakan secara intensif di berbagai industri dan aplikasi seluruh
dunia. Senyawa kimia ini adalah produk sampingan dari proses yang disebut
solvay, atau juga dikenal sebagai proses ammonia-soda. Ini adalah proses utama
ang digunakan oleh industri dalam memproduksi kalsium karbonat ang
direaksikan dengan asam klorida sehingga menghasilkan kalsium klorida. Selain
digunakan untuk meleburkan salju, kalsium klorida juga digunakan pada beton
dengan tujuan untuk memperkuat campurannya. Karena bersifat higrokopis,
kalsium klorida anhidrat harus disimpan dalam tempat kedap udara. Higrokopis
adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya
melalui adsorpsi. Suatu zat disebut higrokopis jika zat itu mempunyai kemampuan
menyerap molekul air dengan baik. Kalsium klorida merupakan zat yang sangat
higrokopis, sehingga kalsium klorida akan larut dalam molekul molekul air yang
diserapnya. Karena bahan higrokopis memiliki daya serap yang tinggi terhadap
kelembapan udara, maka CaCl2 dapat digunakan sebagai adsorber (Puja dan
Sambada, 2012).
Kalsium klorida berbentuk padatan kristal tak berwarna pada suhu kamar,
sangat larut dalam air. Kalsium klorida sering dijumpai sebagai hidrasi padat
dengan rumus umum CaCl2(H2O)x dengan x = 0, 1, 2, 4, dan 6. Senyawa ini
terutama digunakan untuk penghilang es dan pengendali debu. Karena garam
anhidrat adalah higroskopis, ia digunakan sebagai desikan. Kalsium klorida larut
dalam air menghasilkan klorida dan kompleks logam akuo [Ca(H2O)6]2+. Dengan
cara ini, larutan ini merupakan sumber kalsium "bebas" dan ion klorida bebas.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Penjelasan ini menggambarkan fakta bahwa larutan ini bereaksi dengan sumber
fosfat menghasilkan endapan kalsium fosfat:
3CaCl2 + 2PO4-3 CA(PO4)2 + 6Cl-…………………...(2.1)
Kalsium klorida memiliki perubahan entalpi larutan yang sangat tinggi,
ditunjukkan dengan kenaikan suhu yang cukup besar yang menyertai pelarutan
garam anhidrat dalam air. Sifat ini merupakan dasar bagi aplikasi skala
terbesarnya. Lelehan kalsium klorida dapat dielektrolisis menghasilkan logam
kalsium dan gas klor (Chang, 2003).

2.4.1 Sifat Fisika


Tabel 2.4 Sifat Fisika Kalsium Klorida Anhidrat
Sifat Fisika Keterangan
Berat molekul 110,99 g/mol
Densitas 2,15 g/ml
Titik didih 1670oC
Titik lebur 772oC
pH 8 – 9 (untuk larutan)
Kelarutan (g/100 g H2O) 74,5 gr (20oC)
(Sumber : MSDS Kalsium Klorida Anhidrat)

2.4.2 Sifat Kimia


Menurut informasi pada Material Safety Data Sheet, sifat kimia CaCl2 adalah:
1. Bersifat higroskopis.
2. Larut dalam asam asetat, etanol, dan aseton.
3. Kalsium klorida dapat bertindak sebagai sumber untuk ion kalsium dalam
suatu larutan, tidak seperti senyawa kalsium lainnya yang tidak dapat
larut, kalsium klorida dapat berdisosiasi.
4. Mempunyai rasa seperti garam sehingga dapat digunakan sebagai bahan
untuk makanan.

2.5 Reaksi Esterifikasi


Reaksi Esterifikasi adalah reaksi yang reversible antara asam karbokilat
dengan alkohol menggunakan katalis asam sehingga campuran reaksi merupakan
suatu campuran kesetimbangan dari pereaksi dan hasil reaksi. Katalis yang lazim
digunakan adalah H2SO4. Dalam reaksi ini, gugus hidroksil dari asam karboksilat
diganti oleh gugusan akoksil (-OR’) dari alkohol. Untuk menghasilkan ester,
maka konsentrasi zat pereaksi harus dibuat berlebih agar reaksi bergeser ke zat

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

hasil reaksi. Cara lain adalah dengan mengurangikonsentrasi hasil reaksi dengan
cara mengeluarkan dari reaktor misalnya pendistilasian secara terus-menerus
(Susilo dkk, 2017).

Gambar 2.2 Reaksi Esterifikasi pada Kondisi Asam (Susilo dkk, 2017)
Reaksi diatas adaah reaksi pembuatan ester pada suasana asam. Reaksi ini
merupakan reaksi yang dimulai dengan protonasi yaitu dengan menambahkan
muatan positif ke gugus karbonil. Penambahan ini meningkatkan reaktifitas dari
alkohol bertambah. Selanjutnya pada langkah kedua, masuknya alkohol nukleofiik
ke gugusan karbon rantai anda sehingga mengandung gugus –OR’ yang
dilanjutkan hilangnyaproton pada langkah reaksi ketiga. Protonasi salah satu
gugus –OH terjadi pada langkah keempat membentuk gugus hidroksil terprotonasi
(-OH2+) yang dilanjutkan pada langkah kelima terjadi proses hilangnya gugus
hidroksil terprotonasi yag membentuk gugus stabil yaitu H 2O dan menghasilkan
ester terprotonasi. Langkah keenam merupakan hilangnya proton dari ester
terprotonasi dan membentuk ester (Susilo dkk, 2017).

Gambar 2.3 Mekanisme Esterifikasi Asam (Susilo dkk, 2017)

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu


reaksi, pengadukan, katalisator,dan suhu reaksi. Proses esterifikasi dalam industri
dapat dilakukan secara kontinyu maupun batch. Pemilihan kedua macam proses
tersebut tergantung pada kapasitas produksinya. Untuk kapasitas produksi yang
relatif kecil sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch. Sedangkan
proses esterifikasi kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar
(Susilo dkk, 2017).

2.6 Distilasi
Penyulingan atau distilasi adalah proses pemisahan zat cair yang
didasarkan pada perbedaan titik didih zat. Proses pemisahan campuran dengan
cara penyulingan dilakukan dengan dua proses, yaitu penguapan dan
pengembunan (Sugiarta dkk, 2008).

Gambar 2.3 Rangkaian Alat Distilasi (Sugiarta, 2008)


Cara kerja dari alat penyulingan air sederhana yaitu dimulai dengan
campuran suatu larutan dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat, kemudian
labu dipanaskan hingga larutan mendidih dan menguap. Uap yang terbentuk akan
dialirkan ke kondensor yang berisi air mengalir dengan arah aliran berlawan arah
dengan uap larutan. Akibatnya, uap larutan murni mengalami kontak dengan air
dingin dan mengalami pengembunan lalu terbentuklah tetes-tetes larutan murni
dari cmpuran zat yang didistilasi (Prasodjo dkk, 2006).

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

2.7 Ester
Ester merupakan senyawa yang penting dalam industri dan secara
biologis. Ester yang merupakan turunan asam karboksilat yang mana gugus – OH
pada asam karboksilat (RCOOH) diganti menjadi gugus –R ( alkil ) sehingga
menjadi ester dengan rumus RCOOR. Oleh sebab itu, ester juga disebut alkil
alkanoat. Pada umumnya, senyawa ester bersifat polar. Sifat kimia ini
menyebabkan senyawa ester dengan jumlah atom karbon yang sedikit akan mudah
larut didalam air. Kelarutan ester akan berkurang seiring bertambahnya atom
karbon pada ester (Sutresna, 2007).

Gambar 2.1 Rumus Struktur Ester (Sutresna, 2007)


Ester yang terdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol
merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air
dengan bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat
dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak,lilin, dan minyak
(Parning dkk, 2006).

2.7.1 Sifat Fisika


Tabel 2.5 Sifat Fisika Ester
Sifat Fisika Keterangan
Bentuk Cair, tidak berwarna
Sifat Mudah menguap
Titik didih dan titik leleh Lebih rendah dari asam karboksilat
Kelarutan Sukar larut
Daya hantar listrik Senyawa elektrolit
(Sumber : Parning dkk,2007)
2.7.2 Sifat Kimia
Menurut Parning dkk (2007), sifat kimia ester yaitu:
1. Tidak terdapat ikatan hidrogen
2. Ester dari senyawa asam karboksilat yang bersuku rendah sedikit polar,
namun pada suku yang lebih tinggi bersifat nonpolar

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

3. Ester merupakan senyawa yang kurang reaktif


4. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alkohol
pembentuknya
5. Ester merupakan senyawa karbon yang netral
6. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis

2.8 Etil Asetat


Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna dan memiliki aroma khas dengan berat molekul 88.12 g/mol
dan rumus molekulnya adalah C4H5O2. Senyawa ini adalah hasil reaksi dari asam
karboksilat dan alkohol dengan bantuan katalis berupa asam sulfat pekat. Zat ini
merupakan pelarut polar menengah yang volatile (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Kelarutannya semakin meningkat pada suhu yang
lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung basa atau asam. Etil asetat sering disingkat EtOAc, dengan Et
mewakili gugus etil san OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala
besar sebagai pelarut. Etil asetat dibuat melalui reaksi Esterifikasi fischer dari
asam asetat dan etanol. Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester
dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama alkohol dengan katalis
asam. Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan
etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat (Tim Penulis, 2019).
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O ...........(2.2)
Reaksi di atas merupakan reaksi reversible dan menghasilkan suatu
kesetimbangan kimia. Oleh sebab itu, rasio hasil dari reaksi di atas menjadi
rendah jika air yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan
aparatus Dean-Stark. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa
menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat
dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis
yaitu esterifikasi fischer yang tinggi biasanya digunakan basa kuat dengan
proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan
etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol (Tim
Penulis, 2019).

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

2.8.1 Sifat Fisika


Tabel 2.6 Sifat Fisika Etil Asetat
Sifat Fisika Keterangan
Massa molekul relative 88,11 g/mol
Titik didih normal 77oC
Titik beku -83 oC
Kepadatan uap 3,04(udara=1)
Tekanan Uap 12,4 kPa (pada 20 oC)
Rasa Rasa membakar seperti anggur
Massa Jenis 0,902 (air=1)
(Sumber: MSDS Etil Asetat)
2.8.2 Sifat Kimia
Tabel 2.7 Sifat Kimia Etil Asetat
Sifat Kimia Bilangan
Kelarutan (didalam Air) 3%
Kelarutan (didalam Air/suhu kamar) 8%
(Sumber: MSDS Etil Asetat)

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang digunakan


1. Labu didih dasar bulat leher 3
2. Leher angsa
3. Hot plate
4. Kondensor leibig
5. Erlenmeyer (50 ml)
6. Gelas Piala (100 ml)
7. Corong pisah
8. Gelas ukur (100 ml)
9. Pipet tetes
10. Termometer
11. Statip dan klem
12. Spatula

13. Batang pengaduk

3.2 Bahan-bahan yang digunakan


1. Asam asetat
2. Etanol
3. Asam sulfat

4. CaCl2 anhidrat

3.3 Prosedur kerja


1. Alat-alat untuk praktikum disediakan dan dicuci terlebih dahulu.
2. Dimasukkan air kedalam panci dan diletakkan diatas hot plate.
3. Dimasukkan batu didih kedalam labu didih dasar bulat leher tiga dan
labu didih diletakkan diatas panci.
4. Pada leher labu didih yang sebelah kiri, dimasukkan termometer dan
dilapisi aluminium foil agar tidak ada celah. Termometer yang
dimasukkan tidak menyentuh dasar labu didih.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

5. Pada leher bagian tengah labu didih disambungkan dengan kondensor


yang ditahan dengan statif dan klem agar stabil dan berdiri tegak. Bagian
atas kondensor ditutup dengan alluminium foil.
6. Bagian bawah kondensor yang merupakan jalur/celah masuk air
dihubungkan dengan selang dan dimasukkan ke keran air, begitu pula
dengan bagian atas kondensor yang merupakan jalur keluar air
dihubungkan dengan selang.
7. Pada bagian leher labu didih sebelah kanan dimasukkan CH3COOH
sebanyak 28,6 ml, C2H5OH 87,4 ml, dan asam sulfat sebanyak 2 ml.
8. Kemudian hot plate dihidupkan dan ditunggu hingga termometer
mencapai suhu 63○C dan suhu konstan.
9. Setelah suhu mencapai 63○C, stopwatch dimulai dan ditunggu waktu
proses refluks terbalik selama 2 jam, dan dinginkan selama 30 menit.
10. Selanjutnya disiapkan alat destilasi, kondensor yang ada di leher tengah
labu didih dilepas dan dipasang konektor T ke leher tengah labu,
kemudian disambungkan ke kondensor dan leher angsa, lalu disiapkan
erlenmeyer untuk menampung hasil destilasi.
11. Proses destilasi dilakukan pada suhu 70○C selama 1 jam 20 menit.
Banyak tetesan dihitung setiap 1 menit dalam 10 menit pertama, lalu
tetesan berikutnya dihitung per 10 menit dan dicatat hasilnya.
12. Kemudian hot plate dimatikan, lalu sebanyak 5 gram CaCl2 anhidrat
dipanaskan didalam cawan pemanas dan dioven selama 15 menit pada
suhu 110○C.
13. Kemudian CaCl2 anhidrat dicampurkan dengan etil asetat (distilasi) yang
didapat.
14. Kemudian campur etil asetat dan CaCl2 disaring menggunakan kertas
saring dan corong kaca pada gelas ukur.
15. Etil asetat hasil penyaringan dicatat volumenya.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

3.4 Rangkaian Alat

Klem
Air keluar

Statip Kondensor
Air Masuk

Penangas air

Labu didih
dasar bulat
Hot plate

Termometer

Gambar 3.1 Rangkaian alat kondensor refluks terbalik


Heating
Mantle

Statip
Leher Angsa

Klem

Labu Didih

Erlenmeyer

Penangas air
Hot Plate
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Destilasi

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Praktikum

Perlakuan Hasil Pengamatan


87,4 ml etanol + 28,6 ml asam asetat Larutan berwarna bening
+ 2 ml asam sulfat + beberapa batu
didih
Larutan di refluks dengan suhu 63oC Larutan berwarna bening, baunya seperti
selama 90 menit balon
Larutan di distilasi dengan suhu 70 Larutan berwarna bening, baunya seperti
o
C pada waktu 90 menit balon, didapat distilat berupa etil asetat
yang masih bercampur air.
Larutan ditambahkan CaCl2 anhidrat Warnanya bening, terdapat 2 lapisan,
sebanyak 5 gram baunya seperti balon
Larutan disaring dengan kertas Didapatkan etil asetat murni berwarna
saring bening, baunya seperti balon, sebanyak
45 ml

4.2 Pembahasan
Esterifikasi dapat diartikan sebagai transformasi asam karboksilat atau
turunannya menjadi ester. Reaksi langsung antara alkohol dan asam karboksilat
secara umum dibantu dengan katalis asam. Reaksi ini dapat berlangsung dengan
baik jika dilakukan pada suhu tinggi (Otera, 2003). Suatu ester asam karboksilat
ialah suatu senyawa yang mengandung gugus – CO 2R dengan R dapat berbentuk
alkil ataupun aril. Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus – CO2R dengan R dapat berbentuk alkil ataupun aril. Reaksi
esterifikasi bersifat reversible, untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester itu,
kesetimbangan harus digeser ke arah ester. Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah struktur molekul dari alkohol, suhu proses, dan
konsentrasi katalis maupun reaktan.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Gambar 4.1 Bentuk Umum Reaksi Esterifikasi

Esterifikasi adalah proses pembuatan ester dari alkohol dan asam


karboksilat. Dari hasil percobaan, produk yang didapatkan dari proses ini adalah
etil asetat. Reaktan yang dibutuhkan adalah etanol dan asam asetat glasial.
Dimasukkan ke dalam labuh didih dasar bulat sebanyak 28,6 ml asam asetat dan
87,4 ml etanol, dengan perbandingan mol 1:3. Kedua bahan ditambahkan katalis
asam yaitu H2SO4 sebanyak 2 ml, kemudian dipanaskan menggunakan hot plate
dengan bantuan batu didih sampai suhu konstan. Pada percobaan ini diukur suhu
konstannya yaitu 63oC selama 90 menit, tahapan ini dinamakan refluks.

Bentuk mekanisme lengkap reaksi esterifikasi antara asam asetat dan etanol
dengan katalis H+:

Gambar 4.2 Mekanisme Lengkap Esterifikasi

Mekanisme ini dapat diringkas sebagai berikut :

Gambar 4.3 Mekanisme Ringkas Pembuatan Etil Asetat

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Pada percobaan ini digunakan H2SO4 pekat sebanyak 2 ml sebagai katalis.


Penambahan katalis dilakukan secara perlahan-lahan, hal ini bertujuan agar
campuran cepat homogen, untuk menghindari terjadinya degradasi campuran
beraksi (asam asetat dengan etanol), dan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan (misalnya H2SO4 menguap), karena sifat reaksi H2SO4 yang eksoterm.
Hal ini dibuktikan dengan penilitian yang telah dilakukan oleh Rismawati Rasyid
mengenai Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat
Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel, yang menyatakan bahwa
kecepatan reaksi dapat meningkat dengan penambahan katalis sehingga energi
aktivasi berkurang dan jumlah molekul yang teraktifkan bertambah. Besar kecilnya
jumlah katalis yang ditambahkan pada sebuah larutan, akan mempengaruhi pada
besar rendemen yang dihasilkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil perbandingan
antara percobaan yang menggunakan katalis sebanyak 1 ml dibandingkan dengan
percobaan yang menggunakan katalis sebanyak 2 ml. Pada percobaan yang
menggunakan katalis sebanyak 1 ml dapat menghasilkan rendemen sebesar 86 %,
sedangkan pada percobaan yang menggunkan katalis sebanyak 2 ml dapat
menghasilkan rendemen yang lebih tinggi yaitu sebesar 93,75 %. Perbedaan besar
rendemen yang didapat, disebabkan karena besar penambahan volume katalis yang
berbeda akan mempengaruhi reaksi yang terjadi cenderung berlangsung sempurna
atau tidak.
Proses pencampuran asam asetat-alkohol dilakukan dengan menggunakan
refluks, karena refluks digunakan untuk mempercepat reaksi dengan jalan
pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dikarenakan
campuran tersebut berupa campuran senyawa organik dimana pada umumunya
reaksi-reaksi senyawa organik terjadi begitu lambat, sehingga jika campuran
dipanaskan dengan cara biasa akan menyebabkan penguapan baik pereaksi
maupun hasil reaksi. Oleh karena itu, agar campuran tersebut dapaat bereaksi
dengan cepat dan jumlah zat dalam campuran tidak berkurang, maka dilakukan
pemanasan menggunakan refluks. Proses refluks ini juga bertujuan
menghomogenkan larutan. Selain itu, refluks juga berfungsi untuk memutuskan
ikatan rangkap dari karbon karbonil dengan oksigen ( C=O ) sehingga akan
memudahkan gugus OH (sebagai NH) untuk menyerang karbon karbonil. Dengan
kata lain produk etil asetat yang diinginkan dapat diperoleh dalam jumlah besar.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Prinsip kerja alat refluks adalah campuran yang didihkan dengan pemanas akan
menguap kemudian uapnya akan mengalir disepanjang saluran kondensor. Setelah
itu uap yang masuk ke kondensor tersebut akan kembali mencair karena
didinginkan oleh kondensor tersebut dan jatuh kembali kedalam labu. Siklus
tersebut terjadi secara terus-menerus. Proses ini berlangsung pada waktu yang
cukup lama yakni selama 90 menit, hal ini dikarenakan semakin lama
pemanasannya maka akan semakin banyak reaktan yang bereaksi, hal ini
diperkuat oleh pendapat Aziz ( 2008), bahwa kondisi ini menyebabkan lamanya
kontak antara molekul- molekul yang saling bertumbukan.
Fungsi penambahan batu didih diantaranya untuk meratakan panas sehingga
panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan. Pori-pori pada batu didih
akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya pada
permukaan larutan (hal ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung
kecil pada batu didih). Tanpa batu didih maka larutan yang dipanaskan akan
menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap
panas yang bisa menimbulkan letupan/ledakan. Batu didih tidak boleh
dimasukkan pada saat larutan mencapai titik didihnya. Hal ini dikarenakan dapat
terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Sehingga bisa
menyebabkan ledakan ataupun kebakaran, jadi batu didih harus sudah dimasukkan
sebelum larutan itu mulai dipanaskan. Jika batu didih dimasukkan di tengah-
tengah pemanasan, maka suhu larutan harus diturunkan terlebih dahulu.
Setelah proses refluks selesai, larutan lalu didinginkan beberapa menit dan
kemudian dilanjutkan dengan proses distilasi. Proses distilasi ini digunakan untuk
memisahkan antara senyawa etil asetat dengan air. Prinsip dari distilasi adalah
pemanasan dan pengembunan. Distilasi dilakukan selama 90 menit. Berdasarkan
titik didih, hasil dari proses distilasi akan menetes melalui ujung alat kedalam
erlemenyer. Pada saat proses distilasi berlangsung harus selalu dijaga suhunya
kurang lebih 65°C, tetapi pada percobaan ini suhu mencapai 70 oC. Hal ini
dikarenakan produk lain dari reaksi esterifikasi adalah H 2O yang dapat dipisahkan
dengan distilat karena diantara air dan etil asetat memiliki perbedaan titik didih
yang cukup besar (air 100°C sedangkan etil asetat 77°C). Sehingga distilat (yang
memiliki titik didih rendah akan keluar terlebih dahulu) adalah etil asetat murni.
Masih terdapat campuran air, asam asetat dan juga etanol. Oleh karena itu, untuk

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

mendapatkan etil asetat murni, maka kadar air yang terdapat pada campuran
teresebut diikat dengan menambahkan CaCl2 anhidrat.
Pada praktikum pembuatan etil asetat ini diperoleh etil asetat sebanyak 45
ml dan rendemen sebesar 93,75%, hal itu disebabkan karena hasil percobaan yang
diperoleh tidak sama dengan hasil yang diperoleh melalui perhitungan secara
stoikimetri yaitu 48 ml, faktor menjadi penyebabnya yaitu adanya etil asetat yang
menguap disaat proses penetralan dengan menggunakan CaCl2 anhidrat karena
sewaktu penuangan etil asetat, tidak dilakukan secara cepat, dan dilakukan
berulang-ulang, sehingga memungkinkan adanya etil asetat yang menguap hal ini
diperkuat oleh pendapat Minarni (2013), yang menyatakan bahwa etil asetat
adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan
tidak higroskopis.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu:
1. Reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam organik (senyawa asam
karboksilat) dengan alcohol yang menghasilkan ester menggunakan
katalis asam kuat dengan produk samping berupa air. Faktor- faktor
yang mempengaruhi reaksi esterifikasi yakni suhu, perbandingan mol
reaktan, waktu, pengadukan dan katalis
2. Distilasi adalah proses pemisahan campuran yang terdiri dari dua zat
atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih
3. Dari percobaan pembuatan ester yang telah dilakukan didapatkan
rendemen etil asetat yaitu sebesar 93, 75 % dan densitas etil asetat yaitu
1.135 gr/ml

5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan yang telah dilakukan yaitu:
1. Sebaiknya praktikan memahami proses pembuatan ester dengan baik
2. Sebaiknya sebelum melakukan percobaan, praktikan sudah memahami
rangkaian alat dengan benar

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz, H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika.
Budiman, A., dkk. 2017. Biodisel: Bahan Baku, Proses, dan Teknologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Haritsah, Iftironi. 2013. Regenerasi Katalis Pt/Zeolit dan H-Zeolit Serta Uji
Aktivitasnya dalam Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dan Etanol.
Yogyakarta: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Gadjah Mada.
Listyorini, Retno, dkk. 2018. Pengaruh Konsentrasi Pengaruh Konsentrasi Pengaruh
Konsentrasi Pengaruh Konsentrasi. IJCEE. 4 (1): 79-89.
Marchetti J.M. and Errazu A.F., 2008. ”Esterification of free fatty acid using
sulfuric acid as catalyst in the presence of triglycerides”, Biomass and
Energy 32, 892-895
Minarni, Emi, Dkk. 2013. Daya Larvasida Ekstrak Etil Asetat Daun Kemuning (Murraya
Paniculata (L) Jack) terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal Medikal
Veterinaria. V7(1).
Otera, J. 2009. Esterification Methods, Reaction and Aplication, John Wiley and
Sons, Philadelpia,p, 128.
Parning, dkk. 2006. Kimia. Jakarta: Yudistira.
Pine, S.H, et.al. 1998. Kimia Organik I, Terbitan Keempat. Bandung: Penerbit
ITB.
Prasodjo, B., dkk. 2006. Teori dan Aplikasi Fisika. Jakarta: Yudhistira.
Puja, I Gusti K. dan Sambada, FA. 2012. Studi Eksperimental Pendingin Adsorsi
Amonia-CaCl2 Energi Surya. Seminar Nasionl Tahunan Teknik Mesin XI
& Thermofluid IV, V179, 883-888.
Rompas, Rizard Max, dkk. 2018. Bahan Bakar Nabati. Yogyakarta: Deepublish.
Satriadi, Hanoro. 2015. Kinetika Reaksi Eserifikasi Gliserol dan Asam Asetat
menjadi Triacetin Mengunakan Katalis Asam Sulfat. Teknik, 36(2), 75-80.
Sugiarta, T., dan Ismawati, E. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Gramedia.
Susilo, B., dkk. 2017. Teknik Bionergi. Malang: UB Press.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Suyatno,dkk. 2004. Kimia. Jakarta: Grasindo.
Syamsu, K., dkk. 2014. Kajian Pengaruh Konsentrasi H2SO4 dan Suhu Reaksi
pada Proses Produksi Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) dengan
Metode Sulfonasi. Jurnal Teknik, 14(2), 67-73.
Tim Penulis. 2019. Ethyl Acetate Production from Ethanol and Acid Acetic.
Florida: Intratec.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi . PT Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Rendemen Etil Asetat


Dik : v etil asetat = 45 m

volume percobaan
% Rendemen= x 100 %
volume teoritis
45 ml
¿ x 100 %
48 ml
¿ 93 , 75 %

2. Densitas Etil Asetat


Dik : Massa pikno kosong : 15.31 gram
Massa pikno + isi = 26. 66 gram
Volume piknometer = 10 ml

( massa pikno+ etil asetat )−massa pikno kosong


P=
volumepiknometer
26.6691−15.31 gram
¿
10 ml
¿ 1.135 gr / ml

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Proses reflux Gambar C.2 Pengukuran suhu

Gambar C.3 Proses distilasi Gambar C.4 Pencampuran ester


dan CaCl2

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Gambar C.5 Ester murni

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Anda mungkin juga menyukai