Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

“ MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MAJENE


BERBASIS CITRA SATELIT “

DEVIANTI

G0318329

PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2021
KATA PENGANTAR

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya lah dari saya dapat menyelesaikan tugas terstruktur initepat waktu. Salam dan

shalawat kita kirimkan kepada junjungan kita semua Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa ummatnya dari zaman tak beradap menuju zaman yang
beradap. Terimah kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Reski Fitriah, S.Pi, M.Si selaku
dosen pembimbing mata Kuliah “ METODE PENELITIAN Dan TEKNIK PENULISAN
ILMIAH ” yang telah membimbing kami dalam penyelesain tugas “PROPOSAL” tentang
““ MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MAJENE
BERBASIS CITRA SATELIT kami dalam hal ini memberikan pemahaman akan materi
dan arahan sehingga makalah kami dapat selesai dengan tepat waktu. Dan juga terima
kasih kepada rekan-rekan mahasiswa perikanan tangkap yang sudah membangtu saya
baik dalam semangat serta memberikan sedikit arahan dalam membuat makalah ini.

Terimah kasih atas perhatiannya, saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun bagi perbaikan tugas ini. Mudah-mudahan tugas ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca bahkan saya pribadi .

Karama, 25 MARET 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................6
I. LATAR BELAKANG.................................................................................................6
II. RUMUSAN MASALAH............................................................................................8
III. TUJUAN SURVEI DAN PEMETAAN...................................................................8
IV. MANFAAT SURVEI DAN PEMETAAN................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................10
2.1 PEMETAAN............................................................................................................10
1. Pengertian peta..................................................................................................10
2. Tahap-tahap dalam proses pemetaan..................................................................12
3. Klasifikasi Peta...................................................................................................13
2.2 Peta Tematik......................................................................................................14
1. pengertian Peta Tematik....................................................................................14
2. Tahap-tahap dalam proses pemetaan...............................................................15
2.3 SISTEM INFORMASI GEOGRAFI.....................................................................16
1. Pengertian SIG...................................................................................................16
2.4 Subsistem SIG....................................................................................................18
2.5 .Hubungan Apilkasi SIG dengan Zona Potensi Penangkapan Ikan..................19
2.6 Pengertian Penginderaan Jauh..........................................................................20
2.8. Klasifikasi Tingkat Zona Kedalaman Laut.............................................................20
2.9. Karakteristik Persebaran Ikan Berdasarkan Kedalaman Air..............................21
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................25
3.1 Waktu dan tempat..................................................................................................25
3.3 Populasi dan Sampel.............................................................................................25
1.Populasi.................................................................................................................25
2. Sampel..................................................................................................................26
3.4 Variabel..................................................................................................................26
3.5 Teknik Pengambilan Data......................................................................................26
3.6 Metode Pengumpulan Data................................................................................27
3.7 Analisis Data...........................................................................................................27
3.8 Proses Pemetaan Data Menggunakan Software...............................................28
1. Tahap Pengolahan Data Citra Satelit Modis Terra...............................................29
2. Mengolah data menggunakan SeaDAS 7.5..........................................................31
3. Mengolah data menggunakan Er Mapper 7.1.......................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................41
BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan data spasial kelautan
semakin besar. Hal ini karena kegiatan perencanaan pembangunan dan
pengambilan keputusan tidak hanya berkonsentrasi di wilayah darat, melainkan
sudah mejalar hingga wilayah perairan. Oleh karena itu pemetaan batimetri
menjadi keperluan mendasar guna tersedianya informasi spasial di bidang
kelautan (Soeprapto, 2001). Indonesia memiliki wilayah lautan yang lebih luas
dibandingkan luasan daratannya. Luasan wilayah laut mencapai 2/3 dari luas
wilayah daratan. Laut merupakan bagian bumi yang di ukur berdasarkan tingkat
kedalamannya.

Setiap daerah di dalam laut, memiliki ekosistem sendiri- sendiri. Akan


tetapi, semakin ke dalam ekosistem akan semakin sedikit, dikarenakan tekanan
laut dalam serta tidak adanya matahari yang masuk, membuat mahkluk hidup
yang ada di dalamnya semakin sedikit. akan tetapi hewan- hewan yang hidup di
lautan dalam, memiliki kemampuan khusus, sehingga mampu hidup di tempat
yang sangat gelap dan dingin, rata- rata hewan yang hidup di laut dalam memiliki
penglihatan yang jelak, atau buta. Mereka memiliki sensor khusus untuk
mendapatkan makanan. Beberapa hewan laut, hanya memakan plankton atau
sisa- sisa makhluk hidup yang mati dan tenggelam ke dasar laut. Hewan yang
berada di laut dalam, rata- rata memiliki warna yang pucat atau transparan.
Sedangkan hewan- hewan yang hidup di lautan dangkal, memiliki corak warna
yang cenderung beragam. Hal ini akibat perbedaan cahaya matahari yang
masuk ke dalam laut. Lapisan kedalam laut, dapat dilihat berdasarkan tingkat
kedalamannya, suhu, serta berdasarkan kehidupannya.

Pengukuran kedalaman laut bisa dilakukan manual dengan menggunakan


kapal, namun dibutuhkan waktu yang sangat lama. Menurut Mineart dan Gottshl,
untuk mengukur seluruh kedalaman laut dibumi secara manual akan memakan
waktu pengukuran hingga 200 tahun. Oleh karena itu dibutuhkan suatu system
untuk dapat menggantikan pengukuran manual dengan memanfaatkan gambar
yang diperoleh dari satelit. System yang dibangun ini menggunakan data
kedalaman laut hasil pengukuran manual. Kemudian data tersebut dipadukan
menggunakan data hasil dari citra satelit pada posisi yang sama. Kedalaman laut
memberikan informasi penting mengenai apa yang dapat dimanfaatkan dari laut
tersebut. Selain untuk navigasi pelayaran yang berkaitan dengan keselamatan
pelayaran, kedalaman juga dapat memberikan informasi sebaran makhluk yang
tinggal didalamnya. Menurut Mineart dan Gottshl pengukuran kedalaman laut
juga berguna untuk peringatan dini terhadap bencana Tsunami yang bisa
dilakukan simulasi untuk mengetahui bagaimana akibat yang ditimbulkan. Hal ini
sangat bermanfaat untuk Negara Indonesia yang memiliki lautan yang sangat
luas, yang juga merupakan Negara kepulauan terbesar di Dunia.

Pada umumnya daerah penangkapan ikan tidak ada yang bersifat tetap.
Secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai. Sedangkan habitat
tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseonografi perairan
seperti suhu permukaan laut, salinitas, klorofil-a, kecepatan arus dan sebagainya
(Laevastu and Hayes, 1981; Butler et al., 1988; Zainuddin et al., 2008).
Pembuatan peta daerah potensial penangkapan ikan (DPPI) sangat membantu
para nelayan dalam mengetahui informasi daerah yang berpotensi untuk
dilakukan penangkapan ikan karena adanya teknologi tersebut.Nelayan
cenderung menggunakan pengetahuan secara ilmiah mengenai musim
penangkapan ikan dan wilayah yang berpotensi sebagai penangkapa
ikan.Umumnya penangkapan ikan yang masih dilakukan oleh nelayan dengan
menggunakan cara-cara tradisional dan pada daerah yang relative tetap dalam
jangkauan yang relative sempit. Akibatnya nelayan tidak mampu untuk
mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan
perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis mengikuti
pergerakan kondisi lingkungan yang secara alamiah akan memilih habitat yang
lebih sesuai.
Penelitian ini dilakukan Propinsi Sulawesi Barat yang teletak di pesisir
pantai barat Sulawesi Barat dengan luas 94784 Km. Kabupaten ini beribu kota di
Kecamatan Banggae yang terletak antara 2O38' 45" Lintang Selatan (LS) - 3⁰
38' 15" Lintang Selatan (LS) dan antara 118O 45' 00" Bujur Timur (BT) - 119⁰ 4'
45" Bujur Timur(BT). Dari 139.200 jiwa penduduk Kabupaten Majene + 25%
mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan


judul “ MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN
MAJENE BERBASIS CITRA SATELIT “

II. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang timbul dalam
penelitian (survei dan pemetaan) ini adalah:

1. Bagaimana menentukan daerah potensial penangkapan ikan yang terdapat di


perairan Kota Majene ?
2. Bagaimana sebaran SPL dan Klorofil-a dalam menentukan zona potensi
penangkapan ikand di perairan majene ?

III. TUJUAN SURVEI DAN PEMETAAN


Berdasarkan pokok masalah yang diuraikan di atas, penelitian (survei dan
pemetaan) ini bertujuan untuk:
1. Memetakan daerah potensial penangkapan ikan di wilayah perairan Semarang.
2. Menganalisis suhu permukaan laut dan klorofil-a untuk penentuan zona potensi
penangkapan ikan dengan menggunakan citra Aqua Modis di perairan pesisir
Kota MAJENE.

IV. MANFAAT SURVEI DAN PEMETAAN

1. Manfaat praktis
a. Memberikan informasi keruangan dalam bentuk peta ZPPI kepada Dinas
Kelautan dan Perikanan Kota Semarang dalam upaya pendeteksi potensi
adanya sebaran ikan
b. Penelitian ini diharapkan mampu membantu nelayan untuk menganalisis,
memantau, dan evaluasi dalam eksploitasi ikan di perairan Kota Semarang

2. Manfaat Ilmu Pengetahuan

a. Memberikan sumbangan ilmu kepada mahasiswa Survei dan Pemetaan


Wilayah tentang pemetaan dalam bidang Kelautan.
b. Menambah wawasan dan sumber referensi kepada mahasiswa untuk
melakukan penelitian lanjutan.
c. Sumber informasi untuk nelayan mengenai kondisi daerah penangkapan
ikan di lokasi perairan Semarang.

`
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PEMETAAN

1. Pengertian peta
Peta adalah wahana penyimpanan dan penyajian data-data kondisi
lingkungan dan merupakan sebuah sumber informasi bagi masyarakat untuk
merencanakan dan mengambil keputusan dalam tahap pembangunan
(Bakosurtanal, 2005). Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan
dalam pembuatan peta. Langkah awal pemetaan yang dilakukan yaitu
pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian data
dalam bentuk peta. Pembuatan peta secara sistematis yang dianjurkan dalam
buku “Desain dan Komposisi Peta Tematik” (Juhadi dan Setyowati). Antara lain:

 Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat;

 Mencari dan mengumpulkan data;

 Menentukan data yang akan digunakan;

 Mendesain simbol data dan simbol peta;

 Membuat peta dasar;

 Mendesain komposisi peta (layout peta), unsur peta, dan ukuran kertas;

 Pencetakan peta; Lettering dan pemberian simbol;

 Reviewing;

 Editing;

 Finishing.
Dalam peta tematik (Aziz 1985:1) terdapat komponen-komponen tertata pada
peta yang memuat informasi dalam peta, komponen-komponen tersebut antara lain:

a. Judul Peta. Judul peta harus sesuai dengan tema yang ada dalam peta dan
sesuai dengan informasi yang akan di tampilkan dalam peta tematik tersebut,
oleh karenanya judul peta harus memuat tema atau informasi, lokasi, dan tahun

b. Skala Peta. Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan
jarak sesungguhnya di lapangan, skala pada peta dapat berupa skala angka
maupun skala garis. Jarak pada peta harus di cantumkan agar pembaca peta
dapat menghitung dan mengetahui perbandingan jarak pada peta dengan jarak di
lapangan.

c. Orientasi Peta. Orientasi peta merupakan arah mata angin, namun biasanya
hanya mengambarkan arah utara saja, yang menghadap keatas atau (grid north).
Bentuk orientasi biasanya digambarkan secara sederhana dengan bentuk tombak
yang anak panahnya berada diatas dan diberi tanda notasi huruf U (utara).

d. Garis Tepi Peta. Garis tepi peta adalah garis yang membatasi informasi pada tepi
peta. Semua komponen peta berada di dalam garis tepi peta. Komponen peta
yang dimaksud berada di dalam garis tepi yaitu judul peta, skala, orientasi,
legenda, sumber peta, garis lintang dan garis bujur.

e. Nama Pembuat Peta. Nama pembuat peta adalah merupakan salah satu
informasi pendukung saja dalam peta. Namun demikian nama pembuat peta
adalah hal yang wajib dicantumkan.

f. Koordinat Peta. Koordinat peta adalah merupakan salah satu unsur penting
karena koordinat menunjukan lokasi absolut pada bola bumi. Terdapat dua cara
membuat koordinat peta yaitu koordinat UTM dan Geografis.

g. Sumber Peta. Sumber peta merupakan salah satu yang harus ditampilkan agar
pengguna dapat membuktikan akurasi atau kebenaran data dan informasi yang
ditampilkan dalam peta tersebut, peta yang dapat di jadikan sumber acuan dalam
pembuatan peta adalah peta yang dibuat oleh Badan Informasi Geospasial.

h. Legenda Peta. Lengenda peta berisi mengenahi keterangan simbol yang ada
dalam peta atau informasi-informasi yang termuat dalam peta.

i. Inset Peta. Inset peta menunjukan informasi lokasi atau letak suatu wilayah yang
menjadi objek pemetaan sehingga akan memudahkan pembaca atau pengguna
peta dalam memahami letak suatu wilayah yang di petakan.

2. Tahap-tahap dalam proses pemetaan


Dalam proses pemetaan ada tiga tahapan yang harus dilakukan yaitu:

a. Tahapan pengumpulan data

Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data.


Data merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan.
Keberadaan data sangat penting artinya, dengan data seorang dapat melakukan
analisis dan evaluasi tentang suatu data wilayah tertentu. Data-data tersebut
diperoleh atau dikumpulkan dengan biaya yang besar dan memerlukan waktu
yang lama, sehingga data harus dimanfaatkan secara optimal.

b. Tahapan penyajian data

Langkah pemetaan kedua berupa penyajian data atau tahap pemetaan


atau pembuatan peta. Tahap penyajian data merupakan upaya melukiskan atau
menggambarkan data dalam bentuk symbol, supaya data tersebut menarik,
mudah dibaca, dan dimengerti oleh pengguna (user). Penyajian data pada
sebuah peta harus dibaca dengan baik dan benar supaya tujuan pemetaan
dapat

c. Tahap Penggunaan Peta

Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting, karena


menentukan keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang
dengan baik akan dapat digunakan atau dibaca dengan mudah. Peta
merupakan alat untuk melakukan komunikasi, sehinggapa dapet harus terjalin
interaksi antara pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map
user). Pembuat peta harus dapat merancang peta sedemikian rupa sehingga
peta mudah dibaca, diinterpretasi, dan dianalisis oleh pengguna peta.
Pengguna peta harus dapat membaca peta dan memperoleh gambaran
informasi sebenarnya di lapangan (real world).

3. Klasifikasi Peta
peta dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu peta berdasarkan
isi, berdasarkan skala, dan berdasarkan kegunaan yaitu: Peta berdasarkan isi
antara lain:
a. Peta berdasarkan isi antara lain:
 Peta Umum atau peta rupa bumi adalah peta yang menggambarkan bentang
alam secara umum dipermukaan bumi, dengan menggunakan skala tertentu.
Peta-peta yang termasuk kedalam peta umum adalah antara lain: peta dunia,
topografi, dan atlas yang memuat mengenahi bentang lam secara umum.
 Peta Tematik adalah peta yang memuat informasi tema-tema tertentu
(khusus) dan digunakan untuk kepentingan tertentu yang bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, bidang perencanaan wilayah,
kepariwisataan dan kebudayaan, ekonomi, sosial, dan politik.
 Peta Navigasi atau Chart adalah peta yang dibuat secara khusus atau
bertujuan praktis untuk membantu navigasi laut, penerbangan, ataupun
perjalanan darat. Unsur yang digambarkan dalam peta tersebut adalah berupa
rute perjalanan yang berguna dalam panduan perjalanan seperti lokasi atau
letak suatu kota, kedalaman laut, maupun ketinggian suatu daerah.
b. Peta berdasarkan skala antara lain:
- Peta skala sangat besar : > 1 : 10.000.
- Peta skala besar : < 1 : 100.000 -1 : 10.000.
- Peta skala sedang : 1 : 100.000 - 1 : 1.000.000.
- Peta skala kecil : > 1 : 1.000.000.
c. Peta berdasarkan kegunaan adalah peta yang digunakan untuk sesuatu hal
yang sifatnya sesuai dengan kegunaanya contoh peta media pembelajar, atau
peta sarana pendidikan dan lain-lain.

Penggolongan peta menurut Endang Saraswati (1979), menggolongkan


peta menurut skala dan isinya, yaitu peta umum dan peta khusus:

a. Peta Umum
Peta umum Merupakan peta yang memuat kenampakan umum, baik
kenampakan fisik maupun kenampakan sosial ekonomis atau kenampakan
budaya yang meliputi: Peta rupa bumi, peta umum berskala besar, Peta
chorografi, peta umum berskala sedang, Peta dunia, peta umum berskala kecil.
b. Peta khusus
Peta yang memuat kenampakan khusus antara lain peta politik, peta kota, peta
pariwisata, peta tanah, peta geologi, dan lain sebagainya.

2.2 Peta Tematik

1. pengertian Peta Tematik


Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi atau data
kualitatif dan kuantitatif dari suatu tema atau maksud atau konsep tertentu dalam
hubungannya dengan unsur atau detail-detail topografi yang spesifik, terutama
yang sesuai dengan tema peta tersebut (Aziz 1985:1).
Pada dasarnya peta tematik adalah peta yang memberikan gambaran
atau informasi kekhususan mengenai tema-tema tertentu. Secara umum peta
tematik dapat digunakan untuk membantu perencanaan daerah, administrasi,
manajemen, perusahaan, swasta, pendidikan, dan lain-lain. Selain itu
perkembangan serta pembuatan peta tematik ini memiliki hubungan yang erat
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam penyajian data untuk
keperluan tertentu seperti: geografi, geologi, pertanahan, geodesi (geomatika),
perkotaan, pertambangan, dan ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan sosial
ekonomi.

2. Tahap-tahap dalam proses pemetaan


terdapat komponen-komponen tertata pada peta yang memuat informasi
dalam peta, komponen-komponen tersebut antara lain:

a. Judul Peta. Judul peta harus sesuai dengan tema yang ada dalam peta dan
sesuai dengan informasi yang akan di tampilkan dalam peta tematik tersebut,
oleh karenanya judul peta harus memuat tema atau informasi, lokasi, dan tahun.
b. Skala Peta. Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan
jarak sesungguhnya di lapangan, skala pada peta dapat berupa skala angka
maupun skala garis. Jarak pada peta harus di cantumkan agar pembaca peta
dapat menghitung dan mengetahui perbandingan jarak pada peta dengan jarak
di lapangan.
c. Orientasi Peta. Orientasi peta merupakan arah mata angin, namun biasanya
hanya mengambarkan arah utara saja, yang menghadap keatas atau (grid
north). Bentuk orientasi biasanya digambarkan secara sederhana dengan
bentuk tombak yang anak panahnya berada diatas dan diberi tanda notasi huruf
U (utara).
d. Garis Tepi Peta. Garis tepi peta adalah garis yang membatasi informasi pada
tepi peta. Semua komponen peta berada di dalam garis tepi peta. Komponen
peta yang dimaksud berada di dalam garis tepi yaitu judul peta, skala, orientasi,
legenda, sumber peta, garis lintang dan garis bujur.
e. Nama Pembuat Peta. Nama pembuat peta adalah merupakan salah satu
informasi pendukung saja dalam peta. Namun demikian nama pembuat peta
adalah hal yang wajib dicantumkan.
f. Koordinat Peta. Koordinat peta adalah merupakan salah satu unsur penting
karena koordinat menunjukan lokasi absolut pada bola bumi. Terdapat dua cara
membuat koordinat peta yaitu koordinat UTM dan Geografis.
g. Sumber Peta. Sumber peta merupakan salah satu yang harus ditampilkan agar
pengguna dapat membuktikan akurasi atau kebenaran data dan informasi yang
ditampilkan dalam peta tersebut, peta yang dapat di jadikan sumber acuan
dalam pembuatan peta adalah peta yang dibuat oleh Badan Informasi
Geospasial.
h. Legenda Peta. Lengenda peta berisi mengenahi keterangan simbol yang ada
dalam peta atau informasi-informasi yang termuat dalam peta.
i. Inset Peta. Inset peta menunjukan informasi lokasi atau letak suatu wilayah
yang menjadi objek pemetaan sehingga akan memudahkan pembaca atau
pengguna peta dalam memahami letak suatu wilayah yang di petakan

2.3 SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

1. Pengertian SIG
Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang
didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan
informasi spasial (keruangan). Yakni informasi yang mempunyai hubungan
geometric dalam arti bahwa informasi tersebut dapat dihitung, diukur, dan
disajikan dalam sistem koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri
dari data posisi (data spasial) dan data semantiknya (data atribut). SIG dirancang
untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis suatu obyek dimana lokasi
geografis merupakan karakteristik yang penting, dan memerlukan analisis yang
kritis. Penanganan dan analisis data berdasarkan lokasi geografis merupakan
kunci utama SIG. Oleh karena itu data yang digunakan dan dianalisa dalam
suatu SIG berbentuk data peta (spasial) yang terhubung langsung dengan data
tabular yang mendefinisikan bentuk geometri data spasial. Misalnya apabila kita
membuat suatu theme atau layer tertentu, maka secara otomatis layer tersebut
akan memiliki data tabular yang berisi informasi tentang bentuk datanya (point,
polygon) yang berada dalam layer tersebut (Aronoff, 1989).

1. Komponen Sistem Informasi Geografis


SIG merupakan sistem yang kompleks dan terintegrasi dengan
lingkungan sistem-sistem yanglain, baik fungsional maupun jaringan. Komponen
penting dalam SIG terbagi atas 5 komponen pelaksana, perangkat keras,
perangkat lunak, prosedur dan data. Secara global kelima komponen tersebut
dapat disederhanakan menjadi tiga komponen yakni : sistem komputer
(perangkat keras, perangkat lunak, dan prosedur) dataa dan organisasi
pelaksana (Prahasta, 2005).

2. Konsep Sistem Informasi Geografis


Sumber data untuk keperluan GIS dapat berasal dari data citra, data
lapangan, survei kelautan, peta, sosial ekonomi dan GPS. Selanjutnya diolah
dilaboratorium atau studio GIS dengan software tertentu sesuai dengan
kebutuhannya untuk menghasilkan produk yang berupa informasi yang berguna
dapat berupa peta konvensional maupun peta digital sesuai keperluan user,
maka harus ada input kebutuhan yang diiinginkan user, dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar, Sistem penginputan data dari Sistem Informasi Geografis (Prahasta E, 2005)

3. Keunggulan Sistem Informasi Geografis

a. Beberapa keuntungan pengolahan data berbasis komputer yang erat kaitannya


dengan SIG (Hanapi, 2004) antara lain : Penyimpanan data (digital) lebih terjamin
dan mudah diatur dibanding penyimpanan data konvensional.
b. Penggunaan data yang sama (dari sekumpulan peta) dapat dikurangi sebab data
digital punya basis data ssehingga data yang tersimpan dalam basis data dapat
digunakan untuk berbagai keperluan dan dalam aspek yang berbeda. Kualitas
data digital grafis jauh lebih konsisten.
c. Pekerjaan revisi menjadi lebih mudah (karena dapat dilakukan cara terpisah) serta
cepat (karena basis data digital mampu menangani 10 data dalam jumlah banyak).
Produktivitas para pelaksanan yang bekerja dalam proses pengumpulan,
pengelolaan analisis dan distribusi data akan bertambah.
d. Analisis, pencarian dan penyajian data menjadi lebih mudah sebab SIG data
mempunyai klasifikasi yang jelas (bukan berdasarkan skala dan tema saja).
Dengan demikian akan mudah mencari jawaban untuk hal-hal seperti
keterdekatan, ada apa (daerah pertanian, permukiman), informasi tentang potensi
lahan dan daerah mana yang potensial dijadikan areal
2.4 Subsistem SIG
Berdasarkan definisi diatas, SIG diuraikan dalam beberapa subsistem, yaitu:

1. Data Input (Masukan Data)


Subsistem ini berfungsi mengumpulkan data spasial dan data atribut dari
berbagai sumber, sekaligus bertanggung jawab dalam merubah atau
mengkonversi data atau mentransformasikan format data aslinya kedalam format
yang dapat digunakan untuk SIG.

2. Data Management (Pengelolaan Data) Subsistem ini mengorganisasikan baik


data spasial maupun data atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa
sehingga mudah dipanggil, di-update, dan diedit. Jadi subsistem ini dapat
menimbun dan menarik kembali dari arsip data dasar, juga dapat melakukan
perbaikan data dengan cara menambah, mengurangi atau memperbaharui.
3. Data Manipulation dan Analysis (Manipulasi dan Analisis Data) Subsistem ini
menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Subsistem ini
juga dapat melakukan manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
4. Data Output

Berfungsi menayangkan informasi dan hasil analisis data geografis secara


kualitatif maupun kuantitatif. Atau dapat berfungsi menampilkan atau
menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk
softcopy maupun dalam bentuk hardcopy, seperti tabel, grafik, peta, arsip
elektronik dan lainnya.

2.5 .Hubungan Apilkasi SIG dengan Zona Potensi Penangkapan Ikan


Masalah yang umum dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan
yang bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara
alami ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai, sedangkan habitat tersebut
sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan. Dengan demikian daerah
potensi penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi perairan.
Kegiatan penangkapan ikan akan menjadi lebih efisien dan efektif apabila daerah
penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armadapenangkapan
ikan berangkat dari pangkalan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan aplikasi SIG dengan


potensi penangkapan ikan, diantaranya sebagai beriku.

1. SUHU
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi
secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertical sesuai dengan
kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme.
2. Klorofil-a
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan
produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a
sangat terkait dengan kondisi oseanografi fisika suatu perairan. Sebaran
klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan kedalaman
perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya
matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan.

2.6 Pengertian Penginderaan Jauh


Berikut ini pengertian Penginderaan Jauh menurut beberapa ahli :
Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk
merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga
menghasilkan informasi yang berguna (Curran,1985).
Penginderaan Jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau perolehan
data ada objek dipermukaan bumi dari satelit atau instrument lain diatas jauh dari
objek yang diindera (Colwell, 1984). Foto udara, citra satelit, dan citra radar
adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.
Penginderaan Jauh (remote sensing),yaitu ilmu untuk mendapatkan
informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang
diperoleh dari jarak jauh (Campbeel, 1987). Hal ini biasanya berhubungan
dengan pengukuran pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari
suatu objek. Penginderaan Jauh mempunyai potensi untuk aplikasi bagi
perikanan tangkap. Beberapa parameter yang diperlukan untuk analisis daerah
dari penginderaan jauh, diantaranya suhu permukaan laut dan konsentrasi
klorofil permukaan.

2.8. Klasifikasi Tingkat Zona Kedalaman Laut


1. Zona pesisir (littoral zone) Wilayah laut antara garis batas air pasang naik
dengan garis batas air pasang surut. Wilayah ini tergenang pada saat pasang
naik sedangkan pada surut wilayah ini tidak tergenang air laut.
2. Zona laut dangkal (neuritic zone) Wilayah laut yang dangkal antara batas
pasang surut sampai kedalaman 200 meter. Zona ini kaya akan ikan dan
tumbuh-tumbuhan laut, karena masih terdapat sinar matahari yang
menyebabkan fotosintesis dapat berjalan baik (matahari dapat menembus air
laut hingga kedalaman 90 meter). Pada zona ini pula plankton dapat tumbuh
dengan subur karena terdapat banyak oksigen, dan masih terdapat ombak yang
menyebabkan tersebarnya plankton sebagai makanan utama ikan.
3. Zona laut dalam (bathyal zone) Wilayah laut yang dalam dengan kedalamannya
antara 200 meter hingga kedalaman 1.000 meter. Karena sinar matahari sudah
tidak dapat menembus zona ini maka tumbuhan mulai berkurang namun
binatang masih banyak terdapat di wilayah laut ini.
4. Zona laut sangat dalam (abyssal zone) Wilayah laut yang kedalamannya lebih
dari 1.000 meter, zona ini merupakan zona yang sangat gelap sehingga sudah
tidak terdapat lagi tumbuh-tumbuhan yang dapat hidup, namun masih ada
binatang - binatang yang dapat hidup pada wilayah yang memiliki organ yang
dapat menimbulkan cahaya sendiri.

2.9.Karakteristik Persebaran Ikan Berdasarkan Kedalaman Air


1. Gambaran umum tentang ikan
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup
di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata
yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27000 di
seluruh dunia.
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan dibagi menjadi ikan
tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk Lamprey dan Ikan Hag),
serta ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk Hiu
dan Pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Keanekaragaman tempat hidup mempengaruhi ikan penghuninya. Banyak
variasi yang tak terhitung jumlahnya pada ikan yang menyangkut masalah
struktur, bentuk, sirip dan sebagainya, merupakan modifikasi yang
dikembangkan ikan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri terhadap suatu
lingkungan tertentu.

Ikan dibedakan berdasarkan karakter-karakter umum yang dapat


membedakan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Adapun karakter-karakter yang biasa digunakan dalam identifikasi ikan antara
lain, yaitu: bentuk umum tubuh, bentuk dan jumlah sirip, bentuk mulut, bentuk
ekor, dan perbandingan dan posisi anggota tubuh (Adrim, 2010).

Berdasarkan penjelasan diatas maka karakteristik ikan secara umum


dapat dibagi menjadi 3 jenis klasifikasi berdasarkan habitat kedalaman air
diantaranya.

1. Jenis Ikan di Dasar Air

Jenis ikan seperti ini sering kita lihat di permukaan-permukaan air, baik
itu di kolam, rawa, sungai, maupun laut. Untuk jenis ikan ini tidak ada ciri-ciri
tertentunya karena hampir semua ikan yang kita kenal mempunyai bentuk
fisik yang sama dengan jenis ikan ini.untuk ikan air tawar, jenis ikan ini
biasanya mempunyai sisik di badan. Contoh yang paling sering kita lihat
dalam kehidupan sehari-hari adalah ikan Gabus, ikan Toman dan ikan
Gurami. Kebanyakan ikan-ikan permukaan ini sering terlihat di daerah daerah
teduh yang terlindungi oleh semak dan belukar di pinggir sungai, ranting atau
batang kayu yang tumbang, dan tumbuhan-tumbuhan yang hidup
dipermukaan air. Untuk ikan laut ukurannya relatif lebih kecil dan biasanya
selalu bergerombolan dan dalam jumlah yang besar. Ikan-ikan ini selalu
menjadi santapan oleh ikan-ikan predator lainnya dan oleh burung-burung
laut.

2. Jenis Ikan di Permukaan Air


Jenis ikan seperti ini sering kita lihat di permukaan-permukaan air, baik itu di
kolam, rawa, sungai, maupun laut. Untuk jenis ikan ini tidak ada ciri-ciri
tertentunya karena hampir semua ikan yang kita kenal mempunyai bentuk
fisik yang sama dengan jenis ikan ini.untuk ikan air tawar, jenis ikan ini
biasanya mempunyai sisik di badan. Contoh yang paling sering kita lihat
dalam kehidupan sehari-hari adalah ikan Gabus, ikan Toman dan ikan
Gurami. Kebanyakan ikan-ikan permukaan ini sering terlihat di daerah daerah
teduh yang terlindungi oleh semak dan belukar di pinggir sungai, ranting atau
batang kayu yang tumbang, dan tumbuhan-tumbuhan yang hidup
dipermukaan air. Untuk ikan laut ukurannya relatif lebih kecil dan biasanya
selalu bergerombolan dan dalam jumlah yang besar. Ikan-ikan ini selalu
menjadi santapan oleh ikan-ikan predator lainnya dan oleh burung-burung
laut.
3. Jenis Ikan di Semua Massa Air

Ikan jenis ini, sulit untuk di prediksi apakah termasuk ke dalam jenis ikan
dasar atau jenis ikan permukaan air. Hal ini dikarenakan ikan ini selalu
berpindah-pindah dan mampu bertahan lama di dasar maupun permukaan
air. Kebanyakan ikan ini memiliki sisik di badan, sama halnya dengan jenis
ikan permukaan. Sebagai contoh adalah ikan Nila, Ikan Mujair dan Ikan Betik.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2021 disekitar


perairan Kabupaten Majene sampai dengan fishing base di lingkungan somba,
Kelurahan mosso kecamatan sendana satelit dilakukan di laboratorium perikanan
fakultas peternakan dan perikanan universitas Sulawesi barat.

3.2 Alat dan Bahan

Untuk melakukan penelitian digunakan alat dan bahan seperti yang disajikan pada

1. Laptop yang digunakan sebagai alat untuk kegiatan pemetaan daerah penelitian.
2. Data Kedalaman Laut dari Dinas Kelautan dan Perikanan
3. .Peta Batimetri Privinsi Sulawesi barat
4. Data Klorofil dan SPL daerah Kota majene
5. Data citra Satelit AQUA MODDIS
6. Program Sea DAS 7.5, ER Mapper 7.1 dan Arc GIS 10.4 sebagai aplikasi untuk
pemrosesan peta digital
7. Kertas A4
8. Printer

3.3 Populasi dan Sampel


Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang
memanfaatkan teknik sistem informasi geografis.

1.Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua jenis ikan yang ada di perairan Kota
Majene.

2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah jenis ikan yang dapat ditangkap dan
dikumpulkan dari populasi yang ada di perairan Kota Majene.

3.4 Variabel
Variabel survei dan pemetaan adalah obyek survei dan pemetaan atau
yang menjadi titik perhatian survei dan pemetaan. Variabel yang dipakai dalam
survei dan pemetaan ini adalah:

1. Data persebaran area klorofil yang dianalisa menjadi daerah potensi

penangkapan ikan

2. Data persebaran suhu permukaan laut ( SPL ) yang dianalisa menjadi daerah

potensi penangkapan ikan

3.5 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data yang di lakukan pada suatu penelitian
berdasarkan pada sumber yang telah dipilih. Ada 2 pilihan sumber data pada suatu
penelitian yaitu data priper dan sekunder. Yakni;

1. Data primer

Merupakan sumber data yang dapat diambil secara langsung bersentuhan


dengan obyek penelitian yang akan diamati
2. Data sekunder

Merupakan sumber data yang cara memperolehnya tidak didapatkan secara


langsung melainkan dari lembaga pemerintah, laporan ilmiah, instansi terkait
penelitian ilmiah, laporan ilmiah dan laporan lainnya yang bisa mendukung
penelitian yang diambil

3.6 Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua kelompok data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil pengamatan
langsung di lapangan meliputi wawancara terhadap nelayan mengenai
tangkapan ikan dan faktor oseanografi yang terdiri dari klorofil-a (mgm-3), suhu
permukaan laut (oC), dan kecepatan arus (ms-1). Data sekunder berupa data
potensi perikanan Kota Semarang yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan
Perikanan, data citra satelit (suhu dan klorofil) dari satelit AQUA/MODIS TERA
yang didownload dari NASA data base (oceancolor.gsfc.nasagov).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Notoatmodjo (2002), penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan memberikan gambaran atau mendeskripsikan suatu keadaan secara
obyektif yang terjadi pada saat sekarang. Pada Penelitian ini obyek yang diamati
meliputi kelimpahan konsentrasi klorofil-a dan SPL di daerah penangkapan Ikan.

3.7 Analisis Data


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
pendekatan analisis deskriptif. Dalam studi ini analisis deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran dan penjelasan tentang pendugaan tingkat persebaran
kelimpahan ikan yang terdapat di perairan kota MAJENE Metode pelaksanaan pada
studi ini antara lain, metode pengumpulan data sekunder, pengumpulan data primer,
metode pengolahan data citra satelit, pemotongan cita, overlay, dan analisis peta
secara kualitatif.
Pada tahap pengolahan data untuk menentukan zona potensi penangkapan ikan
menggunakan data citra satelit MODIS mencangkup data level 2. Dalam menentukan
daerah yang berpotensi penangkapan ikan didasarkan pada dua pengukuran, yaitu
kondisi sebaran klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut. Konsentrasi klorofil-a
dapat menjamin kelangsungan perikanan komersial disuatu perairan. Klorofil
merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan kecil, dengan memetakan keadaan
sebaran klorofil akan dapat memprediksi kesuburan perairan tersebut. Sedangkan suhu
permukaan laut disuatu perairan juga akan mempengaruhi potensi penangkapan ikan,
oleh karena itu prediksi potensi penangkapan ikan juga harus melihat suhu permukaan
laut yang sesuai untuk ikan. Selain data, diperlukan pula software pendukung sebagai
proses pengolahannya, pada penelitian ini menggunakan 3 jenis software diantaranya
SeaDAS 7.5, Er Mapper 7.1, dan ArcGIS 10.4.

Pada penelitian ini saat melakukan surey data lapangan di perairan Kota Majene
menunjukkan suhu permukaan laut berkisaran 29°C. Sedangkan zona tangkap banyak
ikan memiliki suhu permukaan laut berkisaran antara 27°C-30°C dengan nilai klorofil-a
nya tinggi. Sedangkan apabila kondisi suhu permukaan laut dan klorofil-a tidak sesuai
langsung diidentifikasikan menjadi zona tangkap ikan sedikit. Analisis untuk penentuan
zona dilakukan dengan melihat data hasil pengolahan cita suhu permukaan laut dan
data klorofil-a dan disesuaikan dengan klasifikasi zona, sehingga dapat dilakukan
pemberian tanda spot zona ikan.

3.7 Proses Pemetaan Data Menggunakan Software


Pembuatan peta secara digital dilakukan dengan menggunakan tiga
perangkat lunak software yaitu SeaDas 7.5, Er Mapper 7.1, dan ArcGIS 10.4.
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari data
parameter dalam proses pembuatan peta zona tangkapan ikan sehingga dapat
diolah dengan ketiga software tersebut. Data yang didapat berupa data sebaran
klorofil dan data Suhu permukaan laut perairan Kota majene Dalam proses
pengambilan data dilakukan dua metode yaitu sekunder dan primer, pengambilan
data sekunder dilakukan dengan bantuan citra satelit MODIS TERA, sedangkan
dalam metode pengambilan data secara primer dilakukan kunjungan secara
langsung ke Dinas kelautan dan perikanan Sulawesi barat guna mendapatkan
informasi-informasi yang terkait dengan peta zona tangkap ikan. Tidak cukup itu
guna melengkapi berbagai informasi juga perlu dilakukannya berbagai proses
wawancara terhadap nelayan sekitar perairan Kota majene dan pencarian
beberapa literatur-literatur yang mendukung proses pembuatan peta.

1. Tahap Pengolahan Data Citra Satelit Modis Terra


Sebelum melakukan pengolahan data citra satelit Modis terra langkah awal
yang harus dilakukan yaitu mengunduh data citra satelit pada situs NASA:
http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gw. Data digunakan dalam proses
pembuatan peta zona tangkap ikan adalah data level 2, karena dalam data
tersebut sudah merupakan kalibrasi sensor, koreksi atmosfer, dan algoritma
bio-optik. Pada tahap proses analisa pertama kali yang digunakan berupa
software SeaDAS. Langkah dalam pengolahan data citra satelit Modis Terra
sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pengunduhan data satelit, parameter- parameter yang
dibutuhkan yaitu berupa data klorofil-a dan data SPL (Suhu permukaan laut).
Setelah itu masuk website http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gw.
Gambar Home page Oceancolor

b. Dari tampilan ini dipilih bulan dari data yang akan diambil, penelitian ini saya
mengambil data bulan November dalam proses pembuatan peta zona
tangkap ikan. Selanjutnya melakukan pemilihan sensor, product dan
resolusi. Penelitian ini menggunakan jenis sensor MODIS TERRA, product
yang digunakan yaitu chloropyll Concentration, karena lebih berfokus pada
tingkat persebaran jumlah klorofil-a yang ada pada perairan kota Semarang,
dan Sedangkan resolusinya pada penelitian ini menggunakan resolusi sejauh
4km dari perairan kota Semarang.

Gambar. Pemilihan resolusi, product dan sensor

c. Klik pada data bulan November, untuk data klorofil-a dipilih dengan kode
T2xxx, L3,CHL. Kemudian mulai proses download.
Gambar. Proses Download klorofil-a

2. Mengolah data menggunakan SeaDAS 7.5


Proses Analisa data dilakukan pertama kali menggunakan software
SeaDAS 7.5, pada software ini data diproses melalui tools map projection, agar
data semula yang berupa elips menjadi sebuah bidang data yang datar. Pada
proses pengolahan selanjutnya melakukan penyimpanan data kedalam format
(*PNG). Langkah awal yang dilakukan dalam proses interpretasi citra secara
digital dengan menggunakan software SeaDas 7.5 adalah sebagi berikut :

a. Buka program SeaDas 7.5 dengan klik aplikasi yang terdapat pada
desktop. Maka tampilan akan muncul seperti
Gambar Membuka jendela SeaDAS 7.5

b. Menampilkan layer spasial pada software SeaDAS. Langkah selanjutnya adalah


menambahkan unsur – unsur spasial ke dalam data file. Caranya sebagai berikut
:
- Pada layer software SeaDAS klik >> “Open a data” File untuk membuka
data

Gambar. Layer SeaDas

c. Pilih file yang akan dibuka dengan klik >> “ Open Product” pada kota dialog
Gambar . Tampilan kotak dialog

d. Apabila sudah berhasil add data akan muncul tampilan dari data krolofil
sebagai yang ada pada Gambar 3.7. Lalu langkah berikutnya klik pada
Raster >> “CHL”. Pada proses pengolahan data klorofil dan suhu permukaan
laut memiliki kesamaan dalam proses pengolahannya
Gambar . Tampilan data klorofil

e. Sehingga akan terlihat pada tampilan berikut

Gambar. Sebaran data klorofil Dunia


f. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu merubah data kedalam
bentuk raster. Caranya klik pada tools Raster >> Reproject, pada proses
reproject ini kita rubah data kedalam format GeoTIF.

Gambar. Merubah data kedalam bentuk raster

g. Berikut merupakan hasil dari pengolahan data klorofil-a dalam bentuk


GeoTIF. Pada data GeoTIF tersebut selanjutnya akan diolah kedalam
software ER Mapper 7.1 untuk proses cropping wilayah yang akan ditujukan.
Gambar. Hasil data GeoTIF

3. Mengolah data menggunakan Er Mapper 7.1


Software yang digunakan dalam pengolahan data citra modis dalam
melakukakan analisa peta zona penangkapan ikan adalah software er mapper
yang merupakan salah satu software image processing dengan menggunakan
dasar algoritma yang merupakan satu konsep dalam pengolahan data citra
dalam er mapper yang berisikan berbagai kumpulan proses atau perintah dari
citra asli hingga dapat menghasilkan citra yang akan diinginkan. Berikut akan
disajikan proses pengolahan citra modis terra pada software er mapper 7.1

a. Pengolahan Klorofil-a Citra Modis Terra level 2


1) Buka tampilan jendela software Er Mapper 7.1
Gambar Membuka Jendela Er Mapper 7.1

2) Masih di jendela Er Mapper, langkah berikutnya yang harus dilakukan yaitu


mebuka file data Klorofil-a yang telah diimport sebelumnya pada aplikasi
SeaDAS. Caranya pada jendela Er Mapper klik Open >> buka file CHL

Gambar
Proses
add data klorofil-a

3) Apabila data klorofil-a berhasil di add maka akan muncul seperti ini, pada
tampilan kotak formula editor kita klik standard >> Threshold between
variables, untuk merubah kolom description.
Gambar Proses pengisian kolom description

4) Setelah kolom description sudah terisi langkah selanjutnya yang harus


dilakukan yaitu kita apply changes untuk proses pengisian Algorithma secara
otomatis.

Gambar Proses pemberian alghirithma


5) Pada algorithma klik edit transform limit to actual>> ubah nilai batas
maksimum dan batas minimum, misalnya min 0 dan max 1 pada bagian
bawah. Kemudian pada surface ganti color table menjadi SPL

Gambar Proses pemberian batas nilai maksimum dan minimum CHL


Gambar Merubah color table menjadi color SPL

6) Proses yang terakhir yaitu penyimpanan dari data hasil klorofil-a, caranya klik
file >> save as,lalu simpan data dengan nama CHL_ers
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai