Anda di halaman 1dari 7

NOTULENSI HASIL PRESENTASI MINIMISASI LIMBAH

KELOMPOK 8
AZKHA AVICENA AHMAD (1906383324)
JELITA HELIANISA (1806199386)
NAKULA JAKA PURENTRA (1806199676)

PERTANYAAN 1 – BU EVA
a. Salah satu isu penting dalam pengelolaan limbah pasar tradisional adalah sampah padat dan
bau. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meminimasi hal ini?

Jawab:
Permasalahan sampah padat dapat diatasi dengan memodifikasi teknik penyimpanan
komoditas sayur, ikan, buah (seperti yang tertera pada slide presentasi) yaitu menggunakan
CAS (Controlled Atmosphere Storage) untuk memperpanjang masa simpannya sehingga
mengurangi jumlah limbah dagangan yang busuk
b. Kualitas pasar tradisional di Indonesia sangat beragam. hal ini berpengaruh terhadap
pengelolaan limbahnya. Bagaimana upaya untuk mengupayakan kesamaan kualitas
pengelolaan pasar tradisional ini?
Jawab :
Adanya perbedaan kualitas dapat disebabkan karena adanya perbedaan pada fasilitas yang
tersedia seperti pada beberapa daerah pasar tradisional belum memiliki banguan ataupun
tata letak yang teratur dan berbeda degan yang ada di Jakarta, Sehingga Pemerintah perlu
mencanangkan program pembangunan dan revitalisasi pasar secara merata di seluruh
wilayah Indonesia

PERTANYAAN 2 – M FARHAN PRATAMA


Apakah mungkin diterapkan tahapan-tahapan/teknologi yang dapat dilakukan dalam upaya
minimisasi limbah pasar tanpa mengubah susunan pasar tradisional yang umum diamati di
sekitar kita, seperti bersifat outdoor, jarak antar penjualnya yang dempet dan regulasi mengenai
keluaran limbah seperti air cuci tangan dan buangan sayuran/buah-buahan busuk yang kurang
teratur? Hal ini saya tanyakan karena dalam praktiknya, akan sangat banyak halangan, baik itu
berupa kepentingan yang berbenturan, maupun kurangnya sosialisasi kepada para penjual ketika
proses minimisasi limbah tersebut dilakukan dengan mengubah susunan pasar yang telah ada.

Jawab:

Menurut kelompok kami, penerapan teknologi dan tahapan-tahapan baru dapat saja diaplikasikan
terhadap proses minimisasi limbah pasar yang meliputi pasar tradisional terbuka, i.e pasar
tumpah. Dalam hal ini kami asumsikan perubahan susunan yang saudara Farhan sebutkan
adalah terbatas pada struktur fisik seperti bangunan/areal perdagangan dan struktur organisasi
(hubungan antara penjual, pembeli, operator pasar, dan pemerintah). Hal ini kami tegaskan
karena perubahan harus dilakukan oleh semua oknum yang terkait (baik penjual, pembeli,
operator dan pemerintah). Akan sulit untuk limbah diminimisasi jika penjual menolak perubahan
keseluruhan praktik/tradisi dalam operasional pasar.

Dalam bidang teknologi, seperti yang telah kami jelaskan dalam presentasi kami, inovasi seperti
tempat penyimpanan controlled atmosphere storage juga dapat diaplikasikan untuk pedagang
yang bersifat tidak/semi-permanen. Setidaknya, inti dari langkah minimisasi ini adalah
pengurangan pembusukan dari barang dagangan para penjual. Terdapat beberapa jenis CAS
yang relatif lebih kecil dan penyimpanan yang bersifat mudah dipindahkan (kekurangan adalah
kurang efektifnya – dari segi biaya dan material). Menurut kelompok kami, biaya tambahan yang
terkait dengan penerapan alat ini hanya akan sukses jika para pembeli memiliki daya beli yang
melebihi biaya tambahan dari peralatan ini (dimana, konsumen juga mendapatkan kelebihan dari
barang yang kualitasnya lebih baik).

Untuk pengurangan limbah cair, terutama pada pedagang pasar tumpah, setidaknya dari segi
regulasi (meski perlu diperhatikan opini dari para pedagang ini) dapat diterapkan setidaknya dari
aspek jenis dagangan, areal batas dan periode operasi. Setidaknya limbah cair seperti darah, air
santan dan kelapa tumpahan dapat dikumpulkan oleh pedagang itu sendiri. Dari aspek teknologi,
agak sulit untuk melakukan minimisasi limbah tanpa adanya perubahan fisik gedung atau areal
pasar (i.e: sistem saluran pembuangan tersendiri).

PERTANYAAN 3 – REYNALDI
Salah satu pengolahan limbah organik adalah dijadikan biomassa (atau biogas) untuk energi,
apakah semua jenis limbah organik bisa dijadikan biomassa atau hanya limbah organik yang
khusus saja ? kalau ya karakteristik limbah organik apa yang bisa dijadikan biomassa dan proses
pengolahannya bagaimana ?
Jawab :
Biomassa merupakan salah satu energi alternatif yang potensial dikembangkan karena dapat
mengurangi limbah. Biomassa terdiri dari berbagai jenis seperti biogas, biodiesel, bioethanol, dan
biobriket. Masing-masing biomassa tersebut memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda-beda.
a. Biogas
- Tidak ada karakteristik tertentu bagi limbah organik agar dapat dimanfaatkan sebagai
biogas karena biogas dapat memanfaatkan berbagai jenis limbah organic seperti sisa
makanan, buha-buahan, sayuran, bahkan kotoran hewan.
- Energi biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organic dengan bantuan
bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Dalam pembuatan biogas,
diperlukan suatu rangkaian alat digester atau reactor biogas. Energi biogas didominasi
oleh gas metana (50-75%), CO2 (25-50%), N2 (0-10%), H2 (0-1%). (Wicaksono, et al,
2018)
- Proses pembentukan biogas
Mekanisme pembentukan biogas secara umum

Secara keseluruhan, terdapat tiga proses utama dalam pembentukan biogas.


(i) Hidrolisis, merupakan tahap awal dari proses fermentasi. Tahap ini merupakan
penguraian bahan organik dengan senyawa kompleks yang memiliki sifat mudah larut
seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana

(ii) Pengasaman (Asidifikasi), yaitu senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap


hidrolisis akan dijadikan sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya,
yaitu Pengasaman atau asidifikasi. Pada tahap ini, bakteri akan menghasilkan
senyawa–senyawa asam organik seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat,
dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO2, hidrogen, dan zat
amonia
(iii) Metanogenesis, dimana bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina,
dan methano bactherium akan mengubah menjadi gas metan, karbondioksida,dan air
yang merupakan komponen penyusun biogas. Berikut reaksi perombakan yang dapat
terjadi pada tahap metanogenesis

b. Biodiesel
- Karakteristik limbah organic yang dapat dimanfaakan sebagai biodiesel adalah limbah
dengan kandungan lemak yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena biodiesel
diproduksi dengan cara menghancurkan lemak hewani atau tumbuhan dengan adanya
methanol
- Sebagai contoh, berikut ini merupakan proses pengolahan limbah ampas kelapa sebagai
bahan baku untuk produksi biodiesel
a) Bahan baku ampas kelapa dikeringkan dengan oven dan dihaluskan
b) Dilakukan proses ekstraksi dimana digunakan pelarut n-hexane, kemudian ampas
kelapa di distilasi hingga larutan n-hexane dan minyak terpisah
c) Dilakukan proses esterifikasi dengan memasukkan minyak, methanol, dan katalis
NaOH kemudian campuran dipanaskan hingga 90 menit. Proses ini bertujuan untuk
memisahkan ester dan air
d) Dilakukan proses transesterifikasi. Prosedur yang dilakukan yaitu dimasukkan minyak
hasil esterifikasi, methanol 1:5 dan katalis NaOH 1,5% berat minyak ke dalam gelas
kimia. Kemudian dipanaskan pada suhu konstan 60⁰C selama 90 menit. Setelah itu
didinginkan dan dipisahkan antara metil ester dengan gliserol menggunakan corong
pisah.

c. Bioetanol
- Karakteristik limbah organic yang dapat dimanfaatkan sebagai bioethanol adalah limbah
yang mengandung selulosa dan lignoselulosa karena pembuatan bioetanol pada
dasarnya dilakukan dengan fermentasi karbohidrat. Limbah yang banyak digunakan
sebagai bioetanol adalah limbah pertanian
- Proses pengolahan limbah organic menjadi bioetanol secara umum adalah sebagai
berikut.
a) Dilakukan pretreatment (perlakuan awal) dengan penambahan asam untuk limbah
yang mengandung lignoselulosa. Proses ini bertujuan untuk mengubah atau merusak
struktur dari komponen penyusun pada biomassa tersebut sehingga memudahkan
enzim untuk menghidrolisis menjadi monomer-monomer gula
b) Proses hidrolisis/sakarifikasi
c) Fermentasi, dilakukan dengan menggunakan enzim atau bakteri tertentu
d) Pemurnian (Distilasi dan Dehidrasi)
e) Dihasilkan bioetanol

PERTANYAAN 4 – ALYSSA
Berdasarkan pemaparan kelompok 8, tadi dijelaskan bahwa salah satu upaya minimisasi yang
dapat dilakukan adalah dengan membikin suatu satgas kebersihan (yang saya tangkap) dengan
tugas memisahkan sampah organik dan anorganik. Akan tetapi, dalam kenyataannya, upaya itu
sepertinya cukup sulit dilakukan mengingat petugas kebersihan yang dipekerjakan cenderung
membersihkan semua sampah dan tentunya kemungkinan membawa tempat sampah terpisah
saat proses pembersihan, akan membuat kondisi pasar bisa jadi lebih hectic. Menurut kalian,
bagaimana tahapan upaya sosialisasi hingga upaya minimisasi limbah padat tersebut agar dapat
berjalan hingga baik dan tertata?
Jawab:

Upaya pemisahan limbah pasat organik dan anorganik tidak hanya dilakukan oleh petugas
kebersihan, namun harus juga dilakukan oleh

Dalam hal ini, kelompok kami merekomendasikan satgas sebagai unit pendukung dari petugas
kebersihan, yang bertugas untuk memonitor,memberi penyuluhan dan pelatihan kepada para
pelaku pasar (mencakup penjual, pembeli, dan operator pasar) terkait minimisasi sampah (baik
organik dan anorganik). Monitor dapat dilakukan dengan menghitung volume dan komposisi
(pemisahan organik dan anorhanik) dari limbah yang terkumpul oleh petugas kebersihan. Satgas
akan memberi feedback atas hasil monitor dengan tujuan untuk memperbaiki proses pemisahan.
Satgas juga akan menegakkan peraturan mengenai pemisahan sampah dalam unit pasar
tersebut. Selain itu, penyuluhan juga dilakukan kepada penjual, pembeli dan petugas kebersihan
untuk meyakinkan masyarakat akan kelebihan pemisahan sampah. Pelatihan dapat dilakukan
untuk penjual dan petugas kebersihan. Pelatihan ini berupa metode pemisahan yang baik dan
benar.

PERTANYAAN 5 – DIDIK
Bagaimana upaya drainase terpisah secara lebih mendetail untuk meminimalisasi limbah cair?
mengingat, pada kondisi nyata, pada los daging/ikan, penggunaan air baik untuk mencuci atau
membersihkan digunakan dalam jumlah lebih besar dan pada biasanya hanya dialirkan pada
selokan kecil.
Jawab:
Yang dimaksudkan oleh kelompok kami mengenai drainase terpisah adalah pembentukan
saluran tersendiri untuk setiap blok, dimana blok dipisahkan berdasarkan barang dagangan
(contoh: daging, buah & sayuran, kelapa). Blok dengan limbah cair yang cukup pekat namun
memiliki konstituensi yang mirip/sama (limbah los daging dan ikan, berupa darah) akan
mempunyai holding tank/sump tank tersendiri, dan tidak digabungkan dengan limbah cair blok
lain. Hal ini dapat diterapkan dengan revitalisasi gedung pasar (pembangunan drainase baru,
penambahan wastafel dapur). Cairan yang terkumpul dapat dipompa keluar secara berkala
(pasar kecil) atau diolah onsite (Pasar Besar (Kelas A)/Pasar Induk), dimana akan ada tempat
pengolahan khusus untuk cairan tersebut. Hal ini dilakukan untuk tidak membebani sistem
pengolahan air kota, dimana unit tidak dirancang untuk mengolah cairan dengan konsentrasi
senyawa yang tinggi.

Jika tidak ingin adanya perubahan fisik gedung, maka ada praktik yang bisa diubah yang pada
intinya sama untuk limbah cair ini. Sebenarnya, praktik ini sudah banyak dilakukan oleh banyak
pedagan di pasar, terutama pada los daging dan los kelapa. Dalam kasus kelapa, para penjual
memiliki insentif untuk mengumpulkan air kelapa, yang biasanya dijual/dikumpulkan untuk diolah
kembali. Hal yang sama juga sering dilakukan untuk darah dan air perebusan daging/jeroan pada
pasar. Cairan ini dikumpulkan pada bejana/tong dan tidak langsung dibuang ke saluran
pembuangan pasar.

REFERENSI
Khaidir. (2016). Pengolahan Limbah Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Agrium 13(2), pp 63
– 68, ISSN 1829-9288
Wicaksono, L, et al. (2018). Pemanfaatan Sampah Organik dan Limbah Kotoran Hewan Sebagai
Energi Baru Terbarukan Ramah Lingkungan. Jurnal Cakrawala Maritim, pp 35 – 42
Susmiati, Y. (2018). Prospek Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian dan Sampah Organik.
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri 7(2), pp 67 – 80, ISSN 2548 -
2582

Anda mungkin juga menyukai