Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Administrasi

Dosen Pengampu : Subiyantoro, S.Sos., M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Aprinda Tiara Sari (203101080)

2. Ayu Dewi Maharani (203101089)

3. Laila Anugraheni (203101092)

4. Natasya Oktavia Widodo (203101114)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
Politeknik Negeri Madiun
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puji syukur atas kehadiratnya , yang telah melimpahkan rahat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Perilaku Individu Dalam
Organisasi”

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan batuan dari berbagai
sumber sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah pene;itian ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terimaksaih kepada semua sumber yang telah membantu dalam
pembuatan makalah penelitian ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekuranagn
baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat meperbaiki makalah
penelitian ini

Akhir kata kami berharap semoga makalah “Perilaku Individu Dalam Organisasi” ini
dapat memberikan manfaat atau menambah pngtahuan pembaca terhadap Konsep Dasar
Administrasi.

Madiun, 29 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1
1. LATAR BELAKANG...................................................................
2. RUMUSAN MASALAH............................................................... 1
3. TUJUAN MAKALAH..................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN
3
A. PENGERTIAN PERILAKU MANUSIA……………………………
B. KARAKTERISTIK YANG DI BAWA INDIVIDU DALAM
ORGANISASI………………………………………………………. 5

C. PENGERTIAN KEPUASAN KERJA……………………………… 7


D. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSEPSI………………….
11
E. FAKTOR YANG MEMENGARUHI MOTIVASI…………………
12

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN...................................................................... 21
B. SARAN................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerjaorganisasi sangat
tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.Seluruh pekerjaan dalam perusahaan
itu, para karyawanlah yang menentukankeberhasilannya. Sehingga berbagai upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan.
Oleh karenaitu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalamrangka
meningkatkan kinerjanya.Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan
membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan,kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya.Oleh karena itu, maaf-maaf
kalau kita mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau aktif, maupun yang
terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa
sifat-sifat karakteristik individualnya.Selanjutnya karakteristik ini menurut Toha (1983), akan
berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas,wewenang
dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut
akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individudalam organisasi. Oleh karena itu penting
bagi manajer untuk mengenalkan aturan-aturan perusahaan kepada karyawan baru. Misalnya
dengan memberikan masa orientasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa arti perilaku individu dalam organisasi?


2. Bagaimana mengenali perilaku individu?
3. Bagaimana karakteristik individu dalam organisasi?
4. Apakah yang dimaksud kepuasan kerja?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui arti perilaku individu dalam organisasi

2. Mengetahui cara mengenali perilaku individu

1
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik individu dalam
organisasi
4. Untuk mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan kepuasan kerja
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Manusia

Perilaku adalah perbuatan, tindakan atau perkataan seseorang yang sifatnya dapat
diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Arti
manusia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara umum, perilaku manusia dapat dipahami sebagai
suatu fungsi dan interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya, yakni segala
sesuatu yang ada di sekitar individu tersebut, baik lingkungan fisik, biologis, maupun
lingkungan sosial.

Perilaku setiap individu dalam organisasi tentu berbeda beda. Oleh karena itu, perlu
adanya visi dan misi yang sama, tidak mementingkan tujuan masing-masing individu dan
saling memahami satu dengan yang lain sehingga akan terbentuk organisasi yang berjalan
secara efektif. Lingkungan-lingkungan yang ada disekitar individu, diantaranya :

Lingkungan fisik mencakup seluruh keadaan yang terdapat di sekitar (tempat hidup)
yang akan mempengaruhi seorang individu secara langsung maupun tidak langsung, seperti
lingkungan rumah, tempat ibadah, kantor, sekolah, tanah, air, cahaya/energi matahari,
mineral, flora maupun fauna.
Lingkungan biologis meliputi segala sesuatu yang terdapat di sekitar tempat hidup
yang tergolong organisme hidup seperti tumbuhan dan hewan.
Lingkungan sosial adalah tempat dimana orang-orang/masyarakat saling berinteraksi dan
melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama masyarakat maupun dengan
lingkungannya. Dalam hal ini lingkungan sosial meliputi pola-pola hubungan sosial dan
kaidah-kaidah pendukung yang berlaku dalam suatu lingkungan spasial/ruang, yang ruang
lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial dan tingkat rasa integrasi
orang-orang yang berada di dalamnya seperti interaksi orang-orang dalam keluarga,
sekolah/kampus, kantor, dan interaksi di dalam lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga misalnya, mengajarkan cara-cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi
dengan orang lain di dalam/di luar keluarga seperti: dengan saudara jauh/ tetangga. Sedang di
lingkungan sekolah/kampus terdapat organisasi-organisasi untuk mengungkapkan pendapat
maupun sebagai wadah mempersiapkan mahasiswa untuk terjun ke lingkungan masyarakat.

3
Lingkungan kantor, individu dapat menyumbangkan apresiasi dan ilmunya ke dalam bidang
perkerjaan yang sesuai dengan kriterianya, yang disukainya maupun yang ditekuninya guna
mendekatkan ke lingkungan yang jangkuannya lebih luas lagi. Selanjutnya lingkungan
masyarakat, yakni lingkungan yang akan ditemui/diterjuni individu saat telah dewasa,
sehingga yang bersangkutanlebih mengetahui bagaimana sikap, sifat, dan masalah-masalah di
dalam lingkungan masyarakat.

Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan, karena
lingkungan itu senantiasa tersedia disekitar kita. Pengaruh lingkungan itu bagi diri individu,
diantaranya :

1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial.


Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau
manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga
kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan
bergaul satu dengan yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat
manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya
tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat kita
bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan
manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan
minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat
dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung
pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu
akan berlangsung sangat lambat sekali.

2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu.


Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya
cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk
pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu
serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan
memiliki peranan bagi individu, sebagai :

4
1. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial
individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika
berkunjung ke rumah.
2. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
3. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk
meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang
anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat
rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak
yang rajin.
4. Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di kamarnya
menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha
untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya.
Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar
dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada
awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa
dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.

B. Karakteristik yang dibawa individu dalam organisasi

Karakteristik individu adalah perilaku atau karakter yang ada pada diri seorang
karyawan/anggota organisasi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Karakteristik-
karakteristik ini sangat beragam, setiap organisasi tentunya dapat memilih seorang
karyawan/anggota organisasi yang memiliki kriteria yang baik dan karakteristik ini juga
harus sesuai dengan apa yang diinginkan organisasi.

Persepsi

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan
indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka.Masing-
masing orang memberi artinya sendiri terhadap stimuli atau gambaran hasil panca indera,
maka dapat dikatakan bahwa individu yang berbeda ‘melihat’ hal yang sama dengan cara

5
yang berbeda. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu adalah: (1) dari pihak
pelaku persepsi, antara lain sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman
masa lalu dan harapan; (2)dalam objek atau target yang dipersepsikan, antara lain hal baru,
gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan kedekatan; dan (3) dalam konteks situasi
dimana persepsi itu dibuat, antara lain waktu, tempat kerja, dan keadaan sosial. Dalam hal
ini Persepsi merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission
making) karena persepsi menjadi landasan bagi individu untuk meyusun identifikasi,
analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.

Kepribadian

Kepribadian merupakan kombinasi cara-cara yang dipergunakan oleh seseorang


dalam berinteraksi dengan orang lain, yang diperngaruhi oleh sifat turunan dan lingkungan.
Kepribadian dapat dilihat dari perilaku individu, seperti bagaimana cara seseorang
berbicara, bertindak dan melakukan sesuatu. Terdapat tiga faktor yang berpengaruh
terhadap kepribadian individu, yakni:

(1) Keturunan

Kepribadian seseorang dibentuk karena faktor orang tua seperti: sifat pemalu,
penakut, pemurung atau sebaliknya.

(2) Lingkungan

Berupa budaya, norma, nilai dimana seseorang dibesarkan dilingkungan keluarga,


teman,

kelompok sosial, masyarakat

(3) Situasi

Kepribadian orang dapat berubah-ubah akibat perubahan situasi/konteks tertentu.


Artinya kepribadian dapat di rekayasa atau diubah dan berubah (misalnya dalam proses
pendidikan, belajar)

Motivasi

Sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya, motivasi kerja terbentuk dari adanya kebutuhan, sikap (attitude)

6
yang mendorong karyawan/anggota organisasi agar lebih bersemangat dan bergairah dalam
menghadapi situasi kerja. Dalam hal ini motivasi kerja merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan/anggota organisasi yang terarah atau tertuju untuk mencapai
tujuan organisasiPemberian motivasi pada dasarnya adalah memberikan kepuasan kerja
kepada karyawan dengan harapan karyawan akan bekerja dan mempunyai produktivitas
yang lebih baik lagi di dalam bekerja yang pada akhirnya kinerja organisasi/perusahaan
juga akan semakin baik.

Kemampuan

Kapasitas seorang invidu dalam mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan individu tersusun dalam dua perangkat faktor yaitu:

1. Kemampuan intelektual: berupa kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan


kegiatan mental,seperti kemahiran berhitung, pemahaman verbal,kecepatan
persepsial,penalaran induktif dan deduktif.

2. Kemampuan: kemampuam yang di perlukan untuk melakukan tugas yang menuntut


stamina,kecekatan,kekuatan dan stamina.

C. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan
hidup, karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Berikut ini beberapa
pengertian kepuasan kerja yang diambil dari beberapa sumber:

1. Kondisi menyenangkan atau secara emosional positif yang berasal dari penilaian seseorang
atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya (Setiawan dan Ghozali, 2006:159).

2. Suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah
evaluasi karakteristiknya (Robbins & Judge, 2008:107).

3. Hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal
yang dinilai penting (Luthans, 2006:243

7
Dimensi Kepuasan Kerja
Menurut Luthan (dalam Kaswan, 2012), enam dimensi pekerjaan yang telah diidentifikasi
untuk merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling penting dimana karyawan
memiliki respon afektif. Keenam dimensi tersebut adalah:
1. Pekerjaan itu sendiri, dalam hal ini pekerjaan memberikan tugas menarik, kesempatan
untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab.
2 Gaji, sejumlah upah atau gaji yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang
sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi.
3 Kesempatan promosi, kesempatan untuk maju dalam organisasi.
4 Pengawasan, kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan
perilaku.
5. Rekan kerja, tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial.
6. Kondisi kerja, jika kondisi kerja bagus (misalnya bersih, lingkungan menarik), individu
akan lebih mudah menyelesaikan pekerjaan mereka dan sebaliknya.

Indikator Kepuasan Kerja


Seperti disebutkan di atas bahwa pengertian kepuasan kerja merupakan bentuk sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaanya yang ditunjukkan dengan moral
kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Menurut Hasibuan indikator kepuasan kerja seorang
pegawai dapat dilihat dari beberapa hal
berikut ini:

1. Menyenangi Pekerjaannya
Pegawai sadar arah yang ditujunya, punya alasan memilih tujuannya, dan mengerti cara
dalam bekerja. Dengan kata lain, seorang pegawai menyenangi pekerjaannya karena ia bias
mengerjakannya dengan baik.

2. Mencintai Pekerjaannya
Dalam hal ini pegawai tidak sekedar menyukai pekerjaannya tapi juga sadar bahwa pekerjaan
tersebut sesuai dengan keinginannya.

3. Moral Kerja Positif


Ini merupakan kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang atau organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan mutu yang ditetapkan.

8
4. Disiplin Kerja
Kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.

5. Prestasi Kerja
Hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan dan kesungguhan serta waktu.

Cara Meningkatkan Kepuasan Kerja


Ketika berbicara tentang pengertian kepuasan kerja dalam lingkup bisnis yang baru
berkembang, tentu ini jadi sedikit lebih sulit. Segalanya masih berkembang atau bahkan
masih kecil. Ini juga erat hubungannya dengan antusiasme pekerja dengan karirnya.
Kepuasan kerja karyawan sangat penting dalam produktifitas bisnis. Karyawan Anda tidak
puas bekerja di tempat Anda berarti kemungkinan motivasi untuk berinovasi dan
meningkatkan profit jadi berkurang. Nah, ada beberapa cara yang bisa dipakai untuk
meningkatkan efektifitas kerja karyawan.
1. Menjadi Pendengar yang Baik
Hal ini memang terdengar sederhana. Namun saat atasan melakukan hal ini, karyawan akan
sangat merasa dihargai karena bisa mencurahkan kesulitan yang dihadapi ketika bekerja.
Tidak hanya itu, Anda juga bisa memberikan solusi terkait masalah yang dihadapi. Hal ini
juga bisa meningkatkan komunikasi antara atasan dan bawahan.

2. Prioritaskan Kesehatan
Kesehatan merupakan hal penting. Berilah karyawan istirahat yang cukup ketika kondisi
kesehatan mereka kurang baik. Ketika badan kurang sehat akan menurunkan produktifitas
kerja, sehingga mengganggu kinerja perusahaan.

3. Reward Sangat Perlu


Reward tidak melulu soal gaji dan kenaikan pangkat. Bisa juga memberikan tambahan jatah
cuti atau liburan bersama tim. Penghargaan atasan pada bawahan soal kinerjanya sangat
diperlukan karena bisa menaikkan motivasi.
Jangan sungkan-sungkan memberikan pujian saat mereka bisa menyelesaikan tugas yang
berat. Jangan lupa ucapkan terimakasih.

4. Berikan Tantangan

9
Saat Anda memiliki tim yang cukup banyak, tidak ada salahnya membaginya dalam beberapa
tim dan ajak mereka berkompetisi mengerjakan sebuah proyek. Tentu saja cara ini
memberikan keuntungan ganda; motivasi tinggi dan proyek selesai tepat waktu.

Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Bayak faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor itu sendiri
dalam peranannya memberikan kepuasan kepada karyawan bergantung pada pribadi masing-
masing karyawan (Sutrisno, 2009:82).

Faktor-faktor yang memberikan kepuasan menurut Blum (1956) dalam As'ad (1999) adalah:

1. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan;

2. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan


bereaksi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan;

3. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi
kerja, dan kesempatan untuk maju.

Ada dua faktor yang mempengaruhui kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri
pegawai dan faktor pekerjaannya (Mangkunegara, 2009:120).

1. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecerdasan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi
fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi,
dan sikap kerja.

2. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan),


kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi
sosial, dan hubungan kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah (Sutrisno, 2009: 82-84):

1. Kesempatan untuk maju.

Dalam hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan
peningkatan kemampuan selama kerja.

2. Keamanan kerja.

10
Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan. Keadaan
yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.

3. Gaji.

Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan


kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.

4. Perusahaan dan manajemen.

Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan
kondisi kerja yang stabil.

5. Pengawasan.

Sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turnover.

6. Faktor Intrinsik dari pekerjaan.

Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan
mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau mengurangi kepuasan.

7. Kondisi kerja.

Termasuk di sini kondisi kerja tempat, ventilasi, penyiaran, kantin dan tempat parkir.

8. Aspek sosial dalam pekerjaan.

Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor
yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.

10.Komunikasi.

Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai
alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau
mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat
berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.

11. Fasilitas.

Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu
jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.

11
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Sebagai proses kognitif (berpikir dan menimbang) yang mencakup penafsiran objek-
objek, simbolsimbol dan orang-orang, dipandang dari sudut pengalaman penting, dimana
seorang individu memberikan arti kepada lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah:
(1) Pelaku persepsi, yakni penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya sendiri, diantaranya meliputi sikap, motif,
kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan (ekspektasi). Kebutuhan
atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang
kuat pada persepsi
mereka.
(2) Situasi, yakni unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor
yang mempengaruhi situasi atau konteks adalah waktu, keadaan/tempat kerja dan keadaan
social.
(3) Target, yakni karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan. Persepsi menjadi fungsi penting bagi individu dalam membuat suatu
keputusan (decision making) karena persepsi menjadi landasan bagi individu untuk
menyusun identifikasi, analisis, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang
dipersepsikan.
Sejumlah kesalahan dalam mempersepsikan orang lain adalah :
a. Stereotyping adalah menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat
kelompoknya.

b. Halo effect adalah kecendurangan menilai seseorang hanya atas dasar salah satu
sifatnya saja.

c. Projection adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar
perasaan dan sifatnya.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Sebagai kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan/anggota organisasi
yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi, terdapat tiga faktor dari motivasi,
yakni:
(1) Motif, yakni suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja. Setiap
motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Suatu dorongan di dalam diri setiap
orang,

12
tingkatan alasan atau motif-motif yang menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk
menempuh sesuatu

(2) Harapan, yakni kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu. Seorang karyawan
dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya tinggi bila karyawan meyakini upaya tersebut
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik; suatu penilaian yang baik akan
mendorong ganjaran-ganjaran organisasional (memberikan harapan kepada karyawan) seperti
bonus, kenaikan gaji, atau promosi; dan ganjaran itu kan memuaskan tujuan pribadi
karyawan.

(3) Insentif, yakni yang diberikan kepada karyawan sangat berpengaruh terhadap terhadap
motivasi dan kinerja karyawan. Dalam hal ini insentif adalah tambahan balas jasa yang
diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar. Insentif
merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi”.

Asumsi yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg dalam teori Dua Faktor
menyatakan bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa
sikap individu terhadap pekerjaan dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan. Dalam hal
ini kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan ketidakpuasan kerja
berasal dari “ketidakberadaan” faktorfaktor ekstrinsik. Keberadaan faktor-faktor ekstrinsik
terhadap kepuasan karyawan tidak selalu menjadi motivasi, namun “ketidakberadaan”nya
menyebabkan ketidakpuasan. Kondisi ekstrinsik ini dalam teori Dua Faktor Herzberg disebut
faktor hygiene, dimana faktor-faktornya meliputi:
- upah
- kondisi kerja
- keamanan kerja
- status
- prosedur perusahaan
- mutu supervisi
- mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan.

Sedang tidak adanya faktor-faktor intrinsik bukan berarti membuktikan kondisi sangat
tidak puas, namun apabila faktor ini ada akan membentuk motivasi yang kuat dan
menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu faktor-faktor ini disebut sebagai
pemuas atau motivator dan meliputi:

13
- pencapaian prestasi
- pengakuan
- tanggung jawab
- kemajuan
- pekerjaan itu sendiri
- kemungkinan berkembang

Tahapan proses motivasi seseorang adalah sbb:


1. Munculnya kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri
seseorang dan berusaha untuk menguranginya dengan berpeirlaku tertentu;
2. Mencari dan memilih cara-cara  untuk memuaskan kebutuhan;
3. Mengarahkan perilakunya ke arah pencapaian tujuan atau prestasi dengan cara yang dipilh
dengan didukung oleh kemampuan, keterampilan serta pengalaman;
4. Penilaian prestasi dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain (atasan);
5. Pemberian iambalan atau hukuman didasarkan kepada evaluasi atas prestasi yang dicapai;
6. Menilai sejauh mana perilaku dan imbalan telah memuaskan kebutuhannya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap Individu adalah pribadi yang unik. Manusia pada hakekatnya adalah
kertas kosong yang di bentuk oleh lingkungan mereka. Perilaku manusia merupakan
fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Mereka
berperilaku berbeda satu sama lain karena ditentukan oleh masing – masing
lingkungan yang memang berbeda.

Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara


langsung mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian
kemampuan – pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku
individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda.
Pembelajaran merupakan bukti dari perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi
setiap saat dan relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

B. Saran

Perlu ketelatenan dan kesabaran dalam melaksakan kegiatan administrasi agar


tercapai sebuah tujuan yang terstruktur dan tepat sasaran dan juga memerlukan
pemahaman yang baik untuk bisa menjalankan materi perilaku individu dalam
organisasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://akhmadsudrajat-wordpress-

com.cdn.ampproject.org/v/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/07/pengaruh-

lingkungan-terhadap-individu/amp/?

amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA

%3D#aoh=16012162128823&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari

%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fakhmadsudrajat.wordpress.com

%2F2008%2F02%2F07%2Fpengaruh-lingkungan-terhadap-individu%2F

https://www.academia.edu/39761031/Kuliah_2_Perilaku_Individu_Dalam_Organisasi_1_

http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gk/article/viewFile/7191/6147

https://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-faktor-yang-mempengaruhi-
kepuasan-kerja.html?m=1

https://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-faktor-yang-mempengaruhi-

kepuasan-kerja.html?m=1

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/66164/13/

BAB%2520II-

14.pdf&ved=2ahUKEwix9sO0iaDsAhXU73MBHSG5CggQFjAEegQICRAB&usg
=AOvVaw117hXC07

GSnVV9Hi8IzmDy&cshid=1601992854634

16
TANYA JAWAB

1. Pertanyaan : Dalam prakteknya sering terjadi kesalahan dalam mempersepsikan orang lain
bagaimanakah contoh kesalahan tersebut dan bagaimana meminimalisir terjadinya
kesalahan dalam mempersepsikan orang lain. ( Diahhayu Ningtias )

Jawab : Sejumlah kesalahan dalam mempersepsikan orang lain adalah :


a. Stereotyping adalah menilai seseorang hanya atas dasar satu atau
beberapa sifat kelompoknya.
b. Halo effect adalah kecendurangan menilai seseorang hanya atas dasar
salah satu sifatnya saja.
c. Projection adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain
atas dasar perasaan dan sifatnya.

Cara meminimalisir terjadinya kesalahan persepsi :


1. Empati
Kesalahan persepsi dapat menyebabkan kegagalan komunikasi. Salah satu cara
mengatasi kesalahan persepsi adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk
berempati. Empati adalah kemampuan untuk menciptakan kembali perspektif
orang lain, mengalami dunia dari sudut pandang orang lain. Dengan menempatkan
diri dalam perspektif orang lain akan membuat kita tidak gegabah dalam
memberikan persepsi sehingga kesalahapahaman dapat dihindari.
2. Mengembangkan sikap toleran
Mengembangkan sikap empati dapat mengembangkan sikap toleran. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, bersikap toleran adalah bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakukan, dan sebagainya) yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
3. Memeriksa persepsi
Memeriksa persepsi adalah suatu keterampilan yang menyuguhkan cara terbaik
untuk menangani interpretasi. Pemeriksaan persepsi memiliki tiga bagian, yaitu
deskripsi perilaku yang diperhatikan, minimal terdapat dua interpretasi yang
mungkin dari perilaku, dan permintaan klarifikasi terkait bagaimana menafsirkan
perilaku.
4. Mengevaluasi persepsi
Beberapa kesalahan persepsi atau persepsi negatif dapat mendatangkan kerugian
bagi diri sendiri. Bila terjadi kesalahan persepsi, maka kita harus
mempertimbangkan sejauh mana persepsi negatif atau kesalahan persepsi

17
tersebut dapat mempengaruhi diri. Dengan melakukan evaluasi dan
memprioritaskan kesalahan persepsi dapat mengarah pada langkah yang harus
diambil selanjutnya.
5. Menemukan akar masalah
Jika terjadi kesalahan persepsi maka cobalah untuk menentukan apa yang menjadi
dasar orang lain memberikan persepsi. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya
kesan pertama yang negatif atau menerima informasi yang salah dari seseorang.
Jika kita dapat menemukan apa yang menjadi sumber masalah maka hal tersebut
dapat membantu kita menghentikan masalah yang terjadi akibat kesalahan
persepsi.
6. Mengembangkan strategi untuk mengubah persepsi
Mungkin kita perlu mengembangkan sebuah strategi yang berbeda untuk orang
yang berbeda. Jangan mengembangkan strategi yang sama ketika terjadi
kesalahan persepsi karena setiap orang memiliki cara tersendiri dalam
menghadapi persepsi.
7. Bersedia mengakui dan menerima adanya masalah
Setiap permasalahan yang terjadi ada baiknya tidak selalu menyalahkan pihak
lain. Jika survey yang kita lakukan mengkonfirmasikan bahwa ada persepsi negatif
yang terjadi, maka kita harus terima hasilnya hanya sebagai sebuah kebenaran.
8. Jangan bersikap defensif
Ketika terjadi kesalahan persepsi hendaknya kita berhati-hati untuk tidak
menolak adanya kesalahan persepsi. Cobalah untuk mencari kebenaran dari apa
yang dikatakan oleh orang lain. Bersikap jujur kepada diri sendiri menjadi hal
penting karena dibalik kesalahan persepsi selalu terdapat setitik realitas bahkan
tanpa kita sadari.
9. Memberi waktu
Kesan pertama terbentuk seketika karena itulah kesalahan persepsi dapat terjadi.
Yang dapat kita lakukan adalah memberi waktu agar kesan pertama tersebut
hilang dan melanjutkan ke arah yang baru dengan mulai mecari perubahan dalam
sikap.
10. Berkomunikasi
Kesalahan persepsi dapat diatasi dengan berkomunikasi. Merubah persepsi
tidaklah mudah, diperlukan beberapa pendekatan untuk melakukannya. Misalnya,
dalam konteks organisasi, langkah yang diperlukan adalah mengadakan
pertemuan untuk membicarakan situasi dengan tenang dan kepala dingin serta

18
menjelaskan persepsi dan langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengubah
persepsi tersebut.

2. Pertanyaan : Dari presentasi tadi, berkaitan dengan perilaku individu saya menarik
kesimpulan bahwa ada peranan IQ dan EQ dalam organisasi, pertanyaan saya apa
yang anda ketahui tentang IQ dan EQ serta apa pentingnya kedua hal tersebut dalam
organisasi? ( Clarista Bunga )

Jawab : 1. Intellegent Qoutient (IQ).


Kecerdasan pikiran ini merupakan kecerdasan yang mampu bertumpu
kemampuan otak kita untukberpikir dalam menyelesaikan masalh. Jika kita
mengikuti psikotes ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran kita
untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti bentuk
kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa. Soal ini bertujuan untuk
mellihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan suatu masalah dari
berbagai sisi.

2. Eq (emotional Qoutient)
Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati
sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi
tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain,
dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang
disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari
panca indra.

IQ dan EQ penting dalam organisasi Untuk menjadi seorang pribadi yang


sukses seseorang harus mampu menggabungkan dan mensinergikan IQ dan
EQ secara maksimal. IQ dan EQ yang bersinergi secara maksimal akan
menjadikan hidup lebih bermakna. Dalam praktek kehidupan sehari-hari,
diperlukan suatu kesadaran terus menerus agar nilai-nilai agama selalu
digunakan sebagai basis pertimbangan moral dalam melakukan suatu
tindakan, yang sudah mendapat kalkulasi analitis dan mempertimbangkan
akibat-akibat positif negatif, pada aspek material ataupun emosional.

19

Anda mungkin juga menyukai