Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA II

“GASBERACUN “

Dosen : Ns.Heriviatno J.siagian, S.Kep.,MN

KELOMPOK 5:
ALDA RAHMADANI
EVY MARYANTY
FIRA FITRI SAHRIDANI
HERIANTI
MELANI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan

dimanapun seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang

membutuhkan pertolongan segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat

berakibat kecacatan fisik atau bahkan sampai kematian. Banyak hal yang dapat

menyebabkan kejadian gawat darurat, antara lain kecelakaan, tindakan anarkis

yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit dan bencana alam yang

terjadi di Indonesia. Kondisi ini memerlukan penanganan gawat darurat yang

tepat dan segera, sehingga pertolongan pertama pada korban/pasien dapat

dilakukan secara optimal.

Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat

Darurat Terpadu (SPGDT) yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu

pelayanan kegawatdaruratan dan mempercepat waktu penanganan (respon

time) korban/ pasien gawat darurat serta menurunkan angka kematian dan

kecacatan. SPGDT berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving

is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat, tenaga

kesehatan, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.

Udara merupakan kebutuhan yang pokok guna menunjang kehidupan


manusia dimuka bumi ini. Terkadang secara tidak langsung aktivitas yang
dilakukan oleh manusia itu sendiri tidak melihat aspek keberlangsungan
kelestarian lingkungan. Masyarakat cenderung tidak menggetahui jika telah
menghirup gas karbon monoksida, karena sifatnya tidak berwarna, berbau dan
berasa. Banyak kasus kematian secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gas ini,
terutama pada keracunan karbon monoksida.

Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak


berbau, tidak berasa, dan non-iritatif, yang densitasnya relatif sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan udara. Sumber utama karbon monoksida pada kasus
kematian adalah kebakaran, knalpot mobil, pemanasan tidak sempurna, dan
pembakaran yang tidak sempurna dari produk-produk terbakar, seperti bongkahan
arang. Diluar kematian akibat kebakaran, ada sekitar 2700 kematian yang
disebabkan oleh karbon monoksida setiap tahunnya di AS. Sekitar 2000 dari kasus
ini adalah bunuh diri dan 700-nya adalah kecelakaan. Pada kenyataannya seluruh
kasus bunuh diri tersebut melibatkan penghirupan gas monoksida. ( Hudak&
Gallow, 2000 )  
  
Pada keadaan  normal konsentrasinya di udara ± 0,1 ppm, dan di kota dengan
lalulintas padat ± 10 - 15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO,contohnya :
Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai
kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis
dengan hemoglobin dalam darah (Hb). 

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Karbonmonoksida
2. Sumber dan Distribusi
3. Penyebab Keracunan Gas Karbonmonoksida
4. Tanda dan Gejala Keracunan Karbonmonoksida
5. Dampak Keracunan Gas Karbonmonoksida
6. Pencegahan Dan Penanggulangan Keracunan Gas Karbonmonoksida
7. Asuhan keperawatan keracunan karbonmonoksida
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Karbonmonoksida
2. Mengetahui Sumber dan Distribusi
3. Mengetahui Penyebab Keracunan Gas Karbonmonoksida
4. Mengetahui Tanda dan Gejala Keracunan Karbonmonoksida
5. Mengetahui Dampak Keracunan Gas Karbonmonoksida
6. Mengetahui Pencegahan Dan Penanggulangan Keracunan Gas
Karbonmonoksida
7. Mengetahui Asuhan keperawatan keracunan karbonmonoksida
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Gas Bercun

1. Pengertian
Gas beracun yang sering terinhalasi adalah karbonmonoksida. Disamping
sejumlah zat inhalasi dari uap yang berlebihan (seringkali mematikan), ada
banyak peningkatan jumlah orang yang menderita akibat keracunan
karbonmonoksida sehubungan dengan kesalahan pemakaian gas dirumah.
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau
yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna material yang mengandung
zatarang atau bahan organik, baik dalam alur pengolahan hasil jadi industri,
ataupunproses di alam lingkungan. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara
kovalenberikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan
kovalendan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Keracunan gas dapat merupakan suatu kecelakaan atau tindakan bunuh diri
dan dapat merupakan komplikasi dari efek obat-obat tidur. Gas yang ditemukan
dapat dihasilkan oleh alam maupun pabrik-pabrik. Penggunaannya kemudian
sangat dikuarangi. Gas alam relative rendah tingkat toksisitasnya dan dapat
menyebabkan asfiksia dengan mengurangi persediaan oksigen tetapi tidak berefek
terhadap hemoglobin darah.
Sumber utama karbon monoksida pada kasus kematian adalah kebakaran,
knalpot mobil, pemanasan tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak sempurna
dari produk-produk terbakar, seperti bongkahan arang. Diluar kematian akibat
kebakaran, ada sekitar 2700 kematian yang disebabkan oleh karbon monoksida
setiap tahunnya di AS. Sekitar 2000 dari kasus ini adalah bunuh diri dan 700-nya
adalah kecelakaan. Pada kenyataannya seluruh kasus bunuh diri tersebut
melibatkan penghirupan gas buangan mobil.
Gas alamiah lainnya dapat dengan mudah berbahaya dalamn ruangan
tertutup karena gas-gas tersebut menggantikan sejumlah oksigen yang ada. Ini
dapat menyebabkan hipoksia dan kehilangan kesadaran tetapi sianosis tetap akan
dapat dilihat.
2. Etiologi Keracunan Gas
1. Keracunan terjadi karena sel-sel darah merah mengikat karbon monoksida
lebih cepat dibandingkan dengan oksigen. Sehingga jika ada banyak karbon
monoksida di udara, tubuh akan mengganti oksigen dengan karbon monoksida
tersebut. Oksigen dihambat oleh tubuh sehingga bisa merusak jaringan dan
menyebabkan kematian.
2. Menggunakan kendaraan atau berada dekat kendaraan. Sejak gas arang
(mengandung 7% CO) dengan gas alam, kejadiaan bunuh diri berkurang
seperti meletakkan kepala di dalam oven untuk mencelakai diri sendiri,
banyak terjadi di Britain dan kota lainnya. Tahun 1961 di UK, terdapat 2711
kasus bunuh diri dan 1014 kasus kecelakaan/kematian mendadak dengan CO.
Dan juga ditemukan CO pada kasus bunuh diri dengan bakar diri akibat mesin.
Bensin menghasilkan 5-7% CO yang terdapat dalam asap, dalam mesin yang
tidak digunakan, juga yang tidak layak pakai.
Diesel menghasilkan CO lebih sedikit dibandingkan bensin, seharusnya CO
terurai ke atmosfer sehingga penyebaran atau distribusi CO dalam jumlah
kecil dalam kota besar dan polisi lalu lintas mungkin sekitar 10% saturasi
dalam hemoglobinnya. Tapi jika dalam tempat yang kecil dan sempit akan
sangat berbahaya. Misalnya 1500cc bensin dalam kendaraan yangtidak
digunakan berada di garasi, dapat menghasilkan CO dengan konsentrasi tinggi
dapat mematikan dalam 10 menit. Suatu percobaan bunuh diri lainnya, dengan
hanya duduk dikendaraan dengan jendela terbuka dan kendaraan dalam
garasi. 
Ada juga akibat terbakarnya mesin kendaraan, yang efek toksisnya dapat
menyebabkan stupor dan koma. Efek CO juga dapat mengenai supir atau
pegendara kendaraan yang dijalankan. Biasanya disebabkan mesin kendaraan
yang rusak dan penyaringnya bocor, sehinngga CO masuk kedalam lendaraan.
Pada pesawat kecil, biasanya mesin berdekatan dengan kokpit. Dan jika terjadi
kebocoran dapat menyebabkan pilot menjadi lemah dan mati, tetapi tabrakan
lebih dari keracunan CO.
3. Alat-alat rumah tangga yang panas dapat menghasilkan CO. Bahan bakar
berasal dari gas alami yang terbebas dari monoksida, yaitu sebagian oksidasi
dari suatu kerusakan, atau hasil dari gas itu tersendiri. Bahan bakar padat
dipakai untuk sumber panas jika ada kerusakan pada cerobong asap. Parafin
yang panas mungkin terbakar dengan CO yag tidak adekuat dan hidokarbon
lainnya, dan malfungsi ini dapat menyebabkan kebakaran akibat monoksida.
Penyebab lain, karena instalasi gas alami misalnya tidak adanya timah atau
ventilasi yang tidak adekuat , ini dapat menyebabkan monoksida kembali
keruangan. Gas alat rumah tangga, khususnya pemancar air panas dapat
memproduksi CO.
4. Penyebab utama dari kematian monoksida karena struktur kebakaran  dirumah
atau gedung lain,penyebab terbesar kematian pada kebakaran rumah tidak
disebabkan karena terbakar tapi karena  menghirup asap. Keadaan fatal ini
disebabkan karena keracunan CO, walaupun gas-gas lain seperti sianida,
phosgene dan acrolein sebagian turut berperan. Kebanyakan korban  dari
kebakaran rumah, mati jauh dari pusat api, yang mungkin terdapat pada
ruangan berbeda atau lantai yang berbeda, jaringan monoksida pada jarak jauh
dan membunuh manusia walaupun sedang tidur atau terperangkap pada saat di
dalam gedung.
5. Pada proses industri dapat meninggalkan keracunan monoksida khususnya
pada pekerja besi dan baja, yang menhasilkan gas dan gas air yang dengan
sengaja dihasilkan dari hasil pabrik. Gas air dapat terdiri dari > 40% CO dan
tiap harinya membentuk gas kekota untuk kebutuhan rakyat, yang menambah
kadar monoksida 7% dari batubara. Proses industri lain seperti metode “the
Mond“ yang memproduksi nikel, menggunakan CO, sama seperti pada
umumnya bahaya dari pemanasan proses produksi dimana pembentukan gas
selama pembakaran pada penambangan batu bara, CO adalah salah satu gas
yang menghasilkan ancaman yang jelas, yang keluar dari lapisan-lapisan batu
bara tapi yang dihasilkan dari asap hasil pembakaran pada proses
penambangan.
6. Pembakaran yang tidak sempurna pada gas api dari beberapa bahan bakar gas
yang menghasilkan CO, seperti api mengenai permukaan logam dingin atau
permukaan yang dilapisi dengan jelaga, oksidasi sebagian dari batubara
mengasilkan monoksida. Pada pemakaian batubara dari sumber butane atau
propane, camper dan boats, dapat memperburuk ventilasi yang secara lambat
dan berbahaya menghasilkan monoksida. Kematian seluruh keluarga pernah
terjadi pada keadaan ini, dimana mereka terekspos sepanjang malam
terakumulasi secara lambat oleh CO dari refrigerator dan alat lain.

3. Tanda Atau Gejala Keracunan Gas Karbonmonoksida


Keracunan gas CO atau karbon monoksida sukar didiagnosa. Gejalanya
mirip dengan flu yaitu didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, lelah, lesi
pada kulit, berkeringat banyak, pyrexia, pernapasan meningkat, mental dullness
dan konfusion, gangguan penglihatan, konvulsi, hipotensi, myocardinal, dan
ischamea.  Sering juga korban diawali dengan sakit hebat dan penurunan
kesadaran yang cepat. Nadinya menjadi tidak teratur sehubungan dengan
disaritmia jantung. Hipotensi yang berat dan kegagalan jantung dapat sering
terjadi. Karbonmonoksida bergabung cepat dengan hemoglobin untuk membentuk
karboksihemoglobin, dan ini membuat kulit korban tampak pucat disamping
sianosis normal akan terjadi pada hipoksia. Eritema dan bula dapat ditemukan dan
dapat berakhir dengan kematian. Kemungkinan terjadi kematian akibat sukar
bernafas sangat tinggi. Kematian terhadap kasus keracunan karbon monoksida
disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular hypoxia). 

Sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain.
Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah
merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida dari pada
oksigen. Sehingga jika terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung
berikatan dengan CO.  Bila terhirup, karbon monoksida akan terbentuk dengan
hemoglobin (Hb) dalam darah dan akan terbentuk karboksi haemoglobin sehingga
oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat
250 kali lebih cepat dari oksigen.  Gas ini juga dapat mengganggu aktivitas selular
lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah
besar oksigen seperti otak dan jantung.

Gejala klinis saturasi darah oleh karbon monoksida adalah sebagai berikut:
a) Konsentrasi CO dalam darah kurang dari 20%, tidak ada gejala.
b) Konsentrasi CO dalam darah 20%, gejala nafas menjadi sesak/dispnea.
c) Konsentrasi CO dalam darah 30%, gejala sakit kepala,pusing,penglihatan
kabur lelah lesu, mual, nadi dan pernapasan meningkat sedikit. 
d) Konsentrasi CO dalam darah 30% hingga 40%, gejala sakit kepala berat,
kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan.
e) Konsentrasi CO dalam darah 40% sampai 50%, gejala kebingungan makin
meningkat dan setengah sadar.
f) Konsentrasi CO dalam darah 60% hingga 70%, gejala tidak sadar, kehilangan
daya mengkontrol feses dan urin.
g) Konsentrasi CO dalam darah 70% hingga 80%, gejala koma, nadi menjadi
tidak teratur, kematian karena kegagalan pernapasan.
4. Patofisiologi
Gas CO masuk ke paru-paru inhalasi, mengalir ke alveoli terus masuk
kealiran darah. Gas CO dengan segera mengikat hemoglobin di tempat yang sama
dengan tempat oksigen mengikat hemoglobin, untuk membentuk
karboksihemoglobin ( COHb), sehingga akan menghalangi masuknya oksigen
yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat
racun metabolisme ikut bereaksi secara metabolisme dengan aliran darah melalui
paru-paru. Seperti halnya Oksigen, gas CO bereaksi dengan darah.

5. Pencegahan Dan Penanggulangan Keracunan Gas  Karbonmonoksida


1. Pencegahan
a. Jangan menggunakan generator di dalam ruangan atau ruangan yang
tertutup sebagian / penuh, seperti garasi dan ruangan bawah tanah. Pintu
dan jendela yang dibuka dapat mencegah akumulasi karbon monoksida.
Pastikan generator mempunyai jarak minimal 1 meter pada ruangan yang
terbuka di segala sisinya untuk memastikan ventilasi yang memadai.
b. Jangan menggunakan generator diluar ruangan, jika peletakannya dekat
dengan pintu, jendela atau lubang ventilasi yang dapat mengakibatkan CO
masuk dan berakumulasi pada ruangan yang terhuni oleh manusia.
c. Jika menggunakan pemanas ruangan dan tungku, pastikan bahwa
peralatan tersebut bekerja dalam kondisi yang baik untuk mencegah
timbulnya CO dan jangan pernah menggunakannya pada ruangan tertutup
atau dalam ruangan.
d. Pertimbangkan untuk mengganti peralatan yang berbahan bakar bensin
dengan peralatan yang dijalankan oleh listrik atau udara bertekanan, jika
tersedia.
e. Periksa sistem pembuangan pembakaran mobil dan sistem pendingin udara
anda setahun sekali, kebocoran dalam system kecik tersebut dapat
mengakibatkan masuknya CO ke dalam mobil f)    Jika anda mengalami
gejala keracunan CO, segera keluar untuk mendapatkan udara segar dan
cari bantuan dari poliklinik terdekat. 
2. Penatalaksanaan.
a. Perawatan sebelum tiba di rumah sakit
Memindahkan pasien dari paparan gas CO dan memberikan terapi
oksigendengan masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi
diperlukan padapasien dengan penurunan kesadaran dan untuk proteksi
jalan nafas.Kecurigaan terhadap peningkatan kadar HbCO diperlukan pada
semua pasien korban kebakaran dan inhalasi asa. Pemeriksaan dini darah
dapatmemberikan korelasi yang lebih akurat antara kadar HbCO dan status
klinis pasien.
Walaupun begitu jangan tunda pemberian oksigen untuk melakukan
pemeriksaanpemeriksaantersebut. Jika mungkin perkirakan berapa lama
pasien mengalamipaparan gas CO. Keracunan CO tidak hanya menjadi
penyebab tersering kematianpasien sebelum sampai di rumah sakit, tetapi
juga menjadi penyebab utama darikecacatan(Rasat, Sjofjan. 1991).
b. Perawatan di unit gawat darurat
Pemberian oksigen 100 % dilanjutkan sampai pasien tidak
menunjukkangejala dan tanda keracunan dan kadar HbCO turun dibawah
10%. Pada pasienyang mengalami gangguan jantung dan paru sebaiknya
kadar HbCO dibawah 2%.Lamanya durasi pemberian oksigen berdasarkan
waktu-paruh HbCO denganpemberian oksigen 100% yaitu 30 - 90 menit.
Pertimbangkan untuk segera merujuk pasien ke unit terapi
oksigenhiperbarik, jika kadar HbCO diatas 40 % atau adanya gangguan
kardiovaskuler danneurologis. Apabila pasien tidak membaik dalam waktu
4 jam setelah pemberianoksigen dengan tekanan normobarik, sebaiknya
dikirim ke unit hiperbarik.Edema serebri memerlukan monitoring tekanan
intra cranial dan tekanandarah yang ketat. Elevasi kepala, pemberian
manitol dan pemberian hiperventilasisampai kadar PCO2 mencapai 28 - 30
mmHg dapat dilakukan bila tidak tersedia alatdan tenaga untuk memonitor
TIK. Pada umumnya asidosis akan membaik denganpemberian terapi
oksigen.
c. Terapi oksigen hiperbarik.
Terapi oksigen hiperbarik (HBO) masih menjadi kontroversi dalam
penatalaksanaan keracunan gas CO. Meningkatnya eliminasi HbCO jelas
terjadi,pada beberapa penelitian terbukti dapat mengurangi dan menunda
defekneurologis, edema serebri, perubahan patologis sistem saraf
pusat.Secara teori HBO bermanfaat untuk terapi keracunan CO karena
oksigenbertekanan tinggi dapat mengurangi dengan cepat kadar HbCO
dalam darah,meningkatkan transportasi oksigen intraseluler, mengurangi
aktifitas-daya adhesineutrofil dan dapat mengurangi peroksidase lipid.
Saat ini, indikasi absolut terapi oksigen hiperbarik untuk kasus
keracunan gasCO masih dalam kontroversi. Alasan utama memakai terapi
HBO adalah untuk mencegah defisit neurologis yang tertunda. Suatu
penelitian yang dilakukan perkumpulan HBO di Amerika menunjukkan
kriteria untuk HBO adalah pasien koma,riwayat kehilangan kesadaran ,
gambaran iskemia pada EKG, defisit neurologisfokal, test neuropsikiatri
yang abnormal, kadar HbCO diatas 40%, kehamilandengan kadar HbCO
>25%, dan gejala yang menetap setelah pemberian oksigennormobarik.
d. Lanjutan
1) Berikan suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat erat ke
wajah       
 Catatan : waktu paruh eliminasi COHb dalam serum bila bernafas
dengan udara bebas adalah 520 menit, berubah menjadi 80 menit bila
bernafas dengan oksigen 100%. Terapi oksigen sebaiknya tidak
dihentikan sampai gejala hilang dan kadar COHb < 10%
1. Lakukan monitoring : EKG (menunjukkan gambaran sinus
takikardi dan perubahan   segme ST)
2. Pikirkan penggunaan natrium bikarbonat infus bila ada metabolik
asidosis (pH darah arteri < 7
2) Pemeriksaan Laboratorium
1. Rutin : Darah lengkap, glukosa, ureum/creatinin/elektrolit, analisa
gas darah dengan kadar COHb, EKG 12 lead
2. Sesuai dengan kondisi pasien : foto rontgen thoraks (pada cedera
inhalasi yang berat, aspirasi paru, bronkopneumonia dan edema
paru)
3) Terapi antidotum Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Weaver, dkk
(2002) menunjukkan bahwa 3 buah terapi oksigen hiperbarik yang
dilakukan dalam 24 jam berhasil menurunkan resiko gejala sisa berupa
kelainan kognitif dalam waktu 6 minggu dan 12 minggu setelah
keracunan gas CO. Keuntungan dari terapi oksigen hiperbarik adalah
untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh gas CO bukan
menghilangkan gas tersebut.
6. Patway
Faktor presdiposisi

Edema, spasme bronkus,peringkatan secrret bronkiolus

Obstruksi bronkiolus awal fase ekpirasi

Udara terperangkap dalam alveolus

Suplai O2 jaringan rendah PO2 renda sesak nafas,

PCO2 tinggi nafas pendek

Kompensasi gangguan pola nafas


Kardiovaskuler pertukaran tidak efektif
Gas

Penurunan curah
jantung

7. Komplikasi

 Kerusakan otak permanen


 Kerusakan pada jantung, kemungkinan mengarah pada komplikasi jantung
yang mengancam jiwa
 Kematian atau keguguran.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan keperawatan gas beracun


1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan
a. Tanda-tanda vital
1) Distress pernapasan
2) Sianosis
3) Takipnoe
b. NeurologiCO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-
efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.
c. GI Tract Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan
esofagus, mual dan muntah.
d. Kardiovaskuler Disritmia.
e. Dermal Iritasi kulit
f. Okuler Luka bakar kurnea
g. Laboratorium
Eritrosit menurun ,Proteinuria , Hematuria, Hipoplasi sumsum tulang
h. Diagnostik
Radiografi dada dasar/foto polos dada , Analisa gas darah, GDA, EKG,
Intervensi secara umum , Perawatan Suportif ( Jalan nafas , Pernapasan)
2. Diagnosa
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preloat
dibuktikan dengan
DS. Lelah
DO. Edema
b. Gangguan pertukaran gas berhungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler di buktikan dengan
DS: dispnea,pusing,
DO: PCO2 menurun atau meningkat
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusatpernapasan di
buktikan dengan
DS:dispnea
DO:penggunaan otot bantu nafas,pernapasan cuping hidung
3. Intervensi

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI

a. Penurunan curah jantung setelah di lakukan 1x24 jam perawatan jantung


berhubungan dengan perubahan pasien curah jantung di harapkan a. Observasi
preloat dibuktikan dengan meningkat dengan KH: - Identifikasi tanda dan gejala
DS. Lelah Lelah menurun primer penurunan curah
DO. Edema Edema menurun jantung
- - Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor satu rasi oksigen
b. Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowlwr
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
- Berikan terapi ralaksasi untuk
mengurangi stress jika perlu
- Berikan dukungan emosional
dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen
c. Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi

d. Gangguan pertukaran gas setelah di lakukan 1x24 jam pemantauan respirasi


berhungan dengan perubahan pasien pertukaran gas di a. Observasi
membran alveolus kapiler di harapkan meningkat dengan KH: - Monitor prekuensi,
buktikan dengan Dispnea menurun irama,kedalam dan upaya nafas
DS: dispnea,pusing, Pusing menurun - Moniotor pola nafas
DO: PCO2 menurun PCO2 membaik - Palpasi kesimetrisan ekspansi
atau meningkat paru
- Monitor satu rasi oksigen
b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

e. Pola napas tidak efektif setelah di lakukan 1x24 jam manajemen jalan nafas
berhubungan dengan depresi pasien pola napas di harapkan a. Observasi
pusatpernapasan di buktikan membaik dengan KH:  monitor pola nafas
dengan Dispnea menurun  monitor bunyi nafas
DS:dispnea - Pemggunaan otot bantu b. Terapeutik
DO: penggunaan otot  Pertahankan kepatenan jalan
nafas menurun
bantu nafas,pernapasan
nafas dengan head-tilt dan
cuping hidung Pernapasan cuping hidung
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
menurun
 Posisikan semi-fwler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisio dada
 Berikan oksigen

-
-

-
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan non-iritatif, yang densitasnya relatif sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
udara. Sumber utama karbon monoksida pada kasus kematian adalah kebakaran, knalpot
mobil, pemanasan tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak sempurna dari produk-
produk terbakar, seperti bongkahan arang. Diluar kematian akibat kebakaran, ada sekitar
2700 kematian yang disebabkan oleh karbon monoksida setiap tahunnya di AS. Sekitar
2000 dari kasus ini adalah bunuh diri dan 700-nya adalah kecelakaan. Pada kenyataannya
seluruh kasus bunuh diri tersebut melibatkan penghirupan gas buangan mobil.

Insektisida merupakan obat yang digunakan untuk membasmi hama,Seperti


hewan serangga. Sifat dari Insektisida adalah sebagai penghambat kholin esterase
(cholinesterase inhibitor insecticide) merupakan insektisida poten yang paling banyak
digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Dapat menembus kulit yang
normal, dapat diserap lewat paru dan saluran makanan, tidak berakumulasi dalam
jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.
DAFTAR PUSTAKA

Skeet, Mauriel.1993.Tindakan Paramedis terhadap Kegawatan dan Pertolongan


Pertama.EGC:Jakarta
Arief, dkk (2000).Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2.Medika Aesculapius:Jakarta.
Rasat, Sjofjan. 1991.Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Djambatan:Jakarta
PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia .Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1.jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai