Anda di halaman 1dari 5

KONSISTENSI DALAM BERIBADAH DALAM BERBAGAI

KONDISI SAKIT

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Tugas Mata Kuliah


Agama

Oleh

Nama : Vina Sofiana


Nim : 201211676
Kelas : 1A

Dosen Pengampu

Dr. Junizar Suratman, M.Ag

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020
KONSISTENSI DALAM BERIBADAH DALAM BERBAGAI KONDISI
SAKIT

Secara umum pengertian kata konsisten itu sama drngan pengertian kata
Istiqomah. Pengertian istiqomah adalah berasal dari Bahasa Arab yang artinya
lurus. Istiqomah adalah perbuatan yang berusaha menjaga perbuatan baiknya
secara konsisten dan tidak berubah. Istiqomah adalah menjaga iman dan taqwa di
jalan Allah SWT dengan tetap beribadah menjalankan perintah-Nya dan
senantiasa menjauhi larangan-Nya.Menurut Khulafaur Rasyidin Abu Bakar Ash-
Shidiq, istiqomah adalah perilaku seseorang yang tidak menyekutukan Allah
dengan yang lainnya atau tidak berbuat syirik. Selain itu, menurut Umar bin
Khatab R.A., istiqomah adalah suatu hal yang harusnya bertahan pada satu
perintah dan tidak melakukan suatu apapun yang dilarang. Sahabat Usman bin
Affan R.A., juga menyebutkan pengertian istiqomah adalah memiliki arti ikhlas.
Sementara itu menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib, istiqomah adalah
melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah Swt. Jadi pengertian
Konsistensi dalam beribadah adalah perbuatan yang berusaha menjaga
perbuatannya dan berkomitmen dalam menjalankan beribadah kepada allah.
Sakit bukanlah alasan untuk tidak beribadah atau mengurangi intensitas
ibadah yang sudah rutin kita lakukan, bahkan seharusnya kita tetap beribadah dan
semakin mendekatkan diri kepada allah, banyak berdoa dan berharap hanya
kepada allah. Di antaranya adalah ibadah hati berupa kesabaran dan menerima
takdir, serba ibadah zhahir seperti sholat dalam keadaan sakit, membaca Al
Qur’an, berdzikir dan berdoa.

Beberapa ibadah yang bisa tetap di lakukan ketika sakit :


1. Membaca Al Qur’an
Al Qur’an bisa mengobati kesedihan, kegelisahan hati, serta bisa mengobati
penyakit fisik. Ini berlaku untuk semua ayat dalam al qur’an. Allah ta’ala
berfirman (yang artinya ) : “ Dan kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang
menjadi penawar kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
( QS. Al Isra : 82 ).
2. Berdzikir Kepada Allah
Mungkin anggota badan lemah dan tidak bisa bergerak tetapi kebanyakan
orang yang sakit lisan mereka masih mudah untuk digerakkan berdzikir
kepaada allah. Berdzikir akan menenangkan hati dan melawan kegelisahan
bagi si sakit. Allah ta’ala berfirman (yang artinya ),” (yaitu ) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat allah-lah hati menjadi tentram.” ( QS. Ar
Ra’du : 28 ).

Keringanan-keringan bagi orang yang sakit :


1. Dibolehkan untuk tidak shalat berjamaah di masjid
2. Dibolehkan menjamak shalat
3. Dibolehkan sholat sambil duduk jika tidak mampu berdiri
4. Dibolehkan sholat sambil berbaring jika tidak mampu duduk
5. Dibolehkan sholat semampunya jika kemampuan terbatas
6. Dibolehkan tidak menghadap kiblat jika tidak ada yang membantu

Tata cara sholat bagi orang sakit :


Orang yang sakit tentunya memiliki keadaan yang beragam dan bervariasi,
sehingga tidak memungkinkan kami merinci tata cara shalat untuk semua keadaan
yang mungkin terjadi pada orang sakit. Namun prinsip dasar dalam memahami
tata cara orang sakit adalah hendaknya orang sakit berusaha sebisa mungkin
menepati tata cara shalat dalam keadaan sempurna, jika tidak mungkin maka
mendekati sempurna.
1. Tata cara sholat orang yang tidak mampu berdiri
Orang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan
ketentuan sebagai berikut:

 Yang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak
memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk
dilakukan.
 Duduk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap
kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam
keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan
setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan
bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di
lutut.
 Cara sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika
tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih
banyak dari ketika rukuk.
 Cara tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan
tasyahud seperti biasa.

2. Tata cara sholat orang yang tidak mampu duduk


Orang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka
shalatnya sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macam:

a. ‘ala janbin (berbaring menyamping)

Ini yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranya:


 Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan.
Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka menyamping ke kiri namun
tetap ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat
maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam
keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan
setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan
bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan
ke arah lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika
rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari
telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat

b. mustalqiyan (telentang)

Jika tidak mampu berbaring ‘ala janbin, maka mustalqiyan. Tata


caranya:
 Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala
diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau semisalnya sehingga
wajah menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap
kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam
keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga sejajar dengan telinga dan
setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan
bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan
ke arah lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika
rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari
telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.

3. Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota


tubuhnya (lumpuh total)

Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa


menggerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini
masih termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika
takbir dan rukuk, dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan
gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak
mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun


masih sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan
dalam hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan
gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak
mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Sumber :

https://id.scribd.com/presentation/448549987/KONSISTEN-
BERIBADAH-SAAT-SAKIT-BAB-5
https://muslim.or.id/37763-tata-cara-shalat-orang-yang-sakit.html

Anda mungkin juga menyukai