Anda di halaman 1dari 27

THE BEAUTIFUL FROG

HOME LIFE & TRAVEL TRAVEL TIPS CERITA PHOTOGRAPHY WORKS

Vipassana | Saya setelah ABOUT ME

105 Jam Meditasi dan 10 Vivi Rans

Hari Tidak Bicara View my complete


profile
JANUARY 06, 2019

Setelah 1 tahun tidak menulis, akhirnya saya


kembali lagi!
F E AT U R E D P O S T

2018 merupakan tahun dimana banyak sekali hal


baru yang terjadi dalam hidup saya. Dari mulai Europe Travelling - Transportasi
menyusun skripsi, sidang, wisuda, kakak saya Untuk Keliling Eropa [ Bus ]
menikah, mulai menghadapi dunia kerja, dan yang
terakhir mengikuti ret-ret meditasi Vipassana.

Beberapa kerabat langsung menyerang saya dengan


beberapa kalimat ketika tahu saya akan ikut ret-ret
'meditasi'. Beberapa diantaranya...

"Wah...gue harus ketemu loe sebelum dan sesudah


meditasi!"
"Hah! Sepuluh hari nggak ngomong!?"
"Itu bukannya kayak agama Buddha gitu?"
"Nanti lu bisa melayang-layang gitu dong, Vi?"
"Jangan-jangan itu sekte..."
"Terus nanti loe disana ngapain aja...?...meditasi?"
"Ada-ada aja deh loe..."
"Hati-hati ya... jangan lupa pulang..."
FOLLOW US

Tapi... apa sih Vipassana sebenarnya?

Vipassana, yang berarti melihat segala sesuatu 


sebagaimana adanya, adalah salah satu teknik
meditasi paling kuno di India. Meditasi Vipassana INSTAGRAM
diajarkan di India lebih dari 2500 tahun yang lalu
sebagai obat universal untuk penyakit-penyakit
universal, sebuah Seni Hidup.

Vipassana bukanlah:
Suatu ritus atau ritual yang didasarkan pada I N S TA G R A M
keyakinan yang membuta.

Suatu hiburan intelektual maupun filosofis.

Suatu tempat peristirahatan untuk penyembuhan,


liburan atau kesempatan untuk bersosialisasi.

Suatu pelarian dari cobaan dan masalah-masalah di


dalam kehidupan sehari-hari.

Vipasana adalah:
Suatu teknik yang akan menghapus penderitaan.

Sebuah metode pemurnian pikiran yang LABELS


memungkinkan orang untuk menghadapi tekanan
dan problema hidup dengan cara yang tenang, dan
seimbang.
LIFE AND TRAVEL CERITA

Suatu seni hidup yang dapat dipergunakan CERITA EXCHANGE KE CEKO AUSTRIA
seseorang untuk memberikan kontribusi yang
positif kepada masyarakat. CEKO TRAVEL TIPS BRNO

(sumber: https://www.dhamma.org) HUNGARIA JAPAN

OLOMOUC & OSTRAVA PARIS

Lalu bagaimana awalnya saya jadi ikutan SANTORINI TULISAN


Vipassana?

Beberapa bulan yang lalu, setelah selesai proses


skripsi yang melelahkan, saya memutuskan bahwa
saya perlu berdiam diri sejenak. Saat itu, keuangan
saya sedang menipis akibat persiapan dan riset
untuk skripsi saya sehingga saya harus mencari BLOG ARCHIVE
alternatif liburan yang hemat. Lalu saya mulai
mencari di google, apakah ada hal semacam ret-ret
untuk detox atau semacanya. Setelah berseluncur December 2019 (1)
bebas alias browsing di internet, saya menemukan
beberapa blog yang membahas mengenai April 2019 (1)
Vipassana ini. Mulai dari blog dalam negeri maupun
luar negeri. Link blog-blog tersebut terdapat di
January 2019 (1)
akhir posting ini yaa...

Awalnya saya tertarik, karena selama ret-ret sepuluh August 2017 (1)
hari, peserta tidak diperkenankan untuk bicara
(Berdiam diri yang mulia), berinteraksi, kontak fisik July 2017 (1)
maupun mata, tidak menulis, tidak membaca buku,
dan tentu saja tidak menggunakan gadget. January 2017 (1)
Ditambah lagi, meditasi ini tidak memperbolehkan
adanya intervensi agama maupun kepercayaan- November 2016 (1)
kepercayaan ataupun dogma-dogma apapun.
Meditasi ini bersifat universal yang berarti untuk
July 2016 (2)
siapapun. Ditambah dengan keadaan keuangan
saya saat itu, saya harus puasa jalan-jalan keluar
kota dan Vipassana ini tidak berbayar alias gratis. June 2016 (1)
Peserta boleh memberikan donasi serelanya saja
setelah selesai meditasi. May 2016 (2)

Akhirnya dengan nekad, saya mendaftar April 2016 (2)


melalui website Vipassana. Tidak tanggung-
tanggung, saya mendaftar ret-ret yang berlangsung
March 2016 (3)
dari tanggal 22 Desember sampai 2 Januari.
Dimana berarti saya melewatkan perayaan Natal
dan tahun baru. Saya juga akhirnya melewatkan February 2016 (7)
liburan bersama keluarga. Apakah ini semua akan
sebanding...? January 2016 (1)

Beberapa hari sebelum hari-H, saya mendapat e-


mail untuk mengonfirmasi kehadiran saya. E-mail
tersebut dikirimkan sampai 3 kali banyaknya. Saya
kan jadi mikir ya.... apa nggak usah aja ya.... tapi
akhirnya saya memutuskan untuk... “kapan lagi ah...
punya waktu 10 hari ga ngomong...” 

Akhirnya harinya pun tiba dimana saya harus


berangkat ke tempat Vipassana yang berada di
daerah Bogor. Saya memilih untuk membawa mobil
sendiri...kalau-kalau saya mendadak ingin kabur.
Hahaha...
(perjalanan menuju Dhamma Java)

___

Saya tiba di tempat Vipassana sekitar pk.14:30.


Pada informasi yang tertera di e-mail, program baru
akan dimulai pk.17:00. Jadi begitu saya tiba, saya
melakukan registrasi ulang dan mendapat kunci
loker untuk menaruh barang-barang berharga selain
HP (karena HP dikumpulkan terpisah) serta seprai
dan selimut.

(Locker)

Saya pun bergegas menuju ke kamar saya. Kamar


saya berada di dorm B, tepat dibawah Dhamma Hall,
tempat dimana meditasi kelompok dilaksanakan.
Kamar yang saya dapatkan merupakan kamar yang
berisi murid-murid baru. Satu kamar berisi empat
orang. Sedangkan murid-murid lama mendapatkan
kamar sendiri-sendiri. Mungkin supaya murid-murid
lama bisa lebih konsentrasi saat meditasi di kamar
masing-masing ya...

Jujur, 2 jam pertama saya disana, saya merasa


sangat amat bosan. Sempat terpikir, apa saya
pulang sekarang ya mumpung belum
mulai...hehehe...tapi sayang ah udah nyetir jauh-jauh
kalau langsung menyerah tanpa hasil, pikir saya.
(Proses registrasi ulang)

Pada pk.17:00, kami berkumpul di ruang makan


untuk diberikan suguhan lontong dan semacam
olahan singkong (saya kurang paham
namanya...tapi lumayan enak sih...hahaha).

Oh ya, makanan selama ret-ret adalah makanan


vegetarian ya. Nah saya juga baru tahu, kenapa
vegetarian, karena selama ret-ret kita harus
mematuhi lima buah sila. Sila-sila tersebut adalah:

1.Menghindari diri dari pembunuhan makhluk hidup


apapun;
2.Menghindari diri dari pencurian;
3.Menghindari diri dari semua kegiatan seksual
apapun;
4.Menghindari diri dari berbicara tidak benar;
5.Menghindari diri dari mengkomsumsi minuman
keras dan obat-obatan terlarang.

Terdapat tiga sila tambahan yang diharapkan untuk


dijalankan oleh para siswa lama (yakni siswa yang
telah menyelesaikan satu kali kursus dengan S. N.
Goenka atau dengan para asisten gurunya):

6.Menghindari diri dari menyantap makanan setelah


tengah hari;
7.Menghindari diri dari menikmati kesenangan
sensual dan berhias diri; 
8.Menghindari diri dari menggunakan tempat tidur
yang tinggi atau mewah.

(sumber: https://www.dhamma.org)

Jadi, membunuh hewan untuk dimakan juga


termasuk dari sila pertama diatas. Ternyata
melanggar sila dapat mengganggu meditasi kita.
Seperti contohnya larangan untuk makan malam,
ternyata agar perut kita tidak terlalu kenyang dan
mengganggu konsentrasi.

Setelah selesai makan dan ngobrol-ngobrol dengan


peserta lain, kami mendengarkan beberapa
informasi yang perlu diketahui demi kelancaran
kelangsungan ret-ret meditasi Vipassana ini.
(Jadwal sehari-hari selama ret-ret
(sumber: https://www.dhamma.org)

Usai mendengarkan informasi, HP dikumpulkan


kepada pelayan dhamma. Pelayan dhamma ini
merupakan orang-orang sukarelawan
dari management Dhamma Java, tempat ret-ret
meditasi Vipassana di Bogor. Dengar-dengar, para
pelayan dhamma ini sudah berpuluh-puluh kali ikut
ret-ret meditasi Vipassana. Pantas saja tenang
sekali dalam menghadapi kami yang cerewet dan
banyak mau. Hahaha...  

Setelah HP dikumpulkan, kami masih boleh bicara


sampai pk.18:00 dimana meditasi pertama
dilaksanakan.

___

Pertama saya akan mulai dari menceritakan secara


singkat teknik-teknik meditasi yang diajarkan
selama disana ya... baru nanti saya lanjut bicara
tentang bagaimana rasanya berada di dalam sana
selama sepuluh hari, tanpa kontak keluar maupun
kontak dengan orang-orang di dalam sana.

Ok, the journey begins...

Dalam ruang meditasi, lokasi duduk kami ditentukan


oleh para pelayan dhamma. Saya dapat dibagian
belakang. Rupanya memang siswa-siswa baru
dilokasikan di bagian belakang. Saya akhirnya
paham sih kenapa... tidak lama setelah mulai
bermeditasi, kami sangat berisik gonta-ganti posisi
dan kentut serta sendawa sana sini hahaha...sangat
mengganggu konsentrasi bukan?

Memasuki ruang meditasi, saya melihat dua orang


guru di atas podium yang kira-kira setinggi 50cm.
Podium itu dilapisi kain putih dan terdapat lampu
kecil ditengahnya. Membuat suasana jadi khusyuk.
Mohon maaf, karena HP sudah dikumpul, saya jadi
tidak bisa foto ruang Dhamma Hall. Jadi saya ambil
foto dari google aja ya...

(sumber:
https://lostandsearchingblog.wordpress.com/2016
/03/22/dhamma-java-vipassana-meditation/)

Kami pun langsung duduk menempati sitting


cushion masing-masing dan mulai bermeditasi...

Meditasi dipandu dengan rekaman audio dari suara


S.N Goenka sendiri. Rekaman tersebut
menggunakan bahasa Inggris dan kemudian
terdapat terjemahan bahasa Indonesia yang artinya
sama persis dengan bahasa Inggrisnya. Hanya saja
rekaman bahasa Indonesianya tidak berintonasi
(seperti audio pada Google Translate gitu loh...).
Mungkin untuk menghindari adanya penyimpangan
arti atau pengertian dari kata-kata tersebut.

Meditasi yang diajarkan dari hari pertama (tanggal


23 Desember) hingga hari ke tiga adalah teknik
meditasi Anapana. Tekniknya hanya memperhatikan
nafas. Ya, hanya memperhatikan nafas. Begitu
saja... apa adanya. Nafas saya ternyata agak
terengah-engah...lalu saya mulai merubahnya
menjadi nafas yang lebih rileks. Eh, tiba-tiba suara
S.N Goenka muncul di speaker, yang artinya kira-kira
begini... “Hanya perhatikan nafas...apa
adanya...jangan mencoba mengubahnya...jika
keluar hanya dari lubang kiri, atau lubang kanan,
atau keduanya, perhatikan saja... apa adanya...apa
adanya...” Jadi saya kembali memperhatikan nafas
saya yang terengah-engah itu... tanpa mencoba
mengubahnya.

Begitulah teknik yang diajarkan hingga hari ke tiga.


Memperhatikan nafas kemudian mengamati
sensasi di lubang hidung dan di atas bibir.
Memperhatikan secara objektif, seolah-olah kita
sedang memperhatikan aliran sungai yang begitu
saja mengalir, tidak perlu diubah.

Ya, itu saja. Tapi percayalah, sangat sulit dilakukan!!!

S a n g a t    a m a t    s u l i t.

Mungkin setengah jam pertama, pikiran saya mulai


kemana-mana sampai saya tersentak dan
membuka mata, “Loh kok saya ada disini?”. Intinya,
instruksi dari S.N Goenka, jika pikiran kita sedang
lari kemana-mana, kemudian kita tersadar, kembali
lah mengamati nafas... 

Guna dari meditasi yang dinamakan Anapana ini


adalah untuk melatih fokus kita pada bagian kecil
yaitu didalam hidung dan dibawah hidung atau
diatas bibir. Merasakan sensasi yang terdapat
disitu. Sensasi yang tidak dibuat-buat alias apa
adanya. Mengamati kenyataan bahwa kita ada disini
sekarang, bukan sedang dalam pikiran-pikiran kita
atau imajinasi-imajinasi kita yang sedang jauh
bepergian.

(my thoughts and I who tried to not to wonder too


far...)

Pada hari ke empat, kami mulai diajarkan


teknik Vipassana. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengamati sensasi diseluruh tubuh. Untuk
melakukannya, harus berurutan dari atas ubun-ubun
hingga ujung jari kaki. Urutannya bebas tetapi harus
selalu sama setiap kali meditasi. Hal ini untuk
menghindari buyarnya konsentrasi. Begitu saja kita
mengamati sensasi secara objektif selama
berulang-ulang kali dari hari ke empat sampai hari
ke sepuluh.

Pada beberapa bagian tubuh, tentu ada bagian yang


sangat mudah dirasakan sensasinya, tetapi ada
juga yang sangat sulit bahkan tidak terasa apa-apa.
S.N Goenka berpesan untuk tidak mengharapkan
adanya sensasi. Jika ada, ya ada, jika tidak, ya tidak.
Amati realita.

“...Semua sensasi yang menyenangkan dan tidak


menyenangkan pada tubuh, memiliki sifat yang
sama yaitu, muncul dan lenyap...tidak abadi...”
Ia juga berpesan agar mengamati sensasi tersebut
dengan objektif. Janganlah bereaksi (menggaruk,
berkomentar, menekan, dan sebagainya) atau
memberikan pengamatan subjektif atas sensasi
tersebut. Misalnya, pundak kita ngilu, amati saja
bahwa rasa ngilu itu hanya sebuah rasa yang datang
dan pergi... tidak abadi... tidak abadi... jika sensasi
itu menyenangkan, misalnya tidak ada rasa sakit
sama sekali, amati secara objektif juga bahwa rasa
nyaman ini tidak abadi...hanya sementara... muncul
dan lenyap... Semua sensasi yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan pada tubuh, memiliki sifat
yang sama yaitu, muncul dan lenyap...tidak abadi.

"...menerima apa adanya itu adalah keputusan


terbaik saat meditasi Vipassana. "

Walaupun meditasi itu terkadang membuat kita


kesal dan bingung... namun menerima apa adanya
itu adalah keputusan terbaik saat meditasi
Vipassana. Kalau tidak, meditasi kita akan terasa
sangat tidak nyaman, menyedihkan, bahkan ada
momen-momen dimana saya merasa ingin
menangis atau bahkan ingin pulang karena sulit
sekali berkonsentrasi dan terbawa oleh pikiran-
pikiran saya. Oleh karena itu jika sudah sulit
berkonsentrasi, S.N Goenka mengajarkan agar
kembali mengamati nafas untuk membuat pikiran
menjadi fokus  lagi (Anapana) dan baru lanjut
kembali mengamati sensasi pada tubuh
(Vipassana).

Dua kata kunci dalam teknik Vipassana adalah: 

Balance and awareness  Ketenang-seimbangan dan


kesadaran.

Dua hal yang membuat kita menderita menurut


teknik Vipassana adalah: 

Aversion and craving  Kebencian dan ketamakan


(keinginan berlebih).

Pada hari ke sepuluh, kami diajarkan teknik terakhir


yaitu Metta Bhavana. Teknik ini merupakan teknik
untuk merasakan getaran vibrasi cinta kasih tanpa
pamrih dalam tubuh dan kemudian
memancarkannya keluar melalui vibrasi-vibrasi dari
tubuh. Menurut teknik ini, kita hanya bisa
merasakan vibrasi cinta kasih jika kita sedang
dalam keadaan tenang dan seimbang. Teknik ini
diajarkan untuk digunakan setiap kali setelah kita
selesai meditasi Vipassana di rumah masing-
masing.

Setelah sesi teknik Metta Bhavana ini, kamipun


boleh berbicara kembali kepada satu sama lain.
Satu hal yang saya sadari, semua orang tersenyum
berbinar-binar setelah keluar dari Dhamma hall hari
itu. Entah karena terkena vibrasi cinta kasih, atau
karena senang boleh bicara kembali hahaha...!

Pondasi dari latihan ini adalah sīla--


moralitas.Sīla memberikan suatu dasar bagi
pengembangan samādhi --konsentrasi pikiran; dan
pemurnian pikiran dicapai melalui paññā--
kebijaksanaan. (sumber: https://www.dhamma.org)
(Tersenyum puas setelah selesai sepuluh hari! :D)

(Mendiang S.N Goenka, guru Vipassana yang


menginisiasi adanya kursus Vipassana untuk
semua orang tanpa terbatas agama ataupun
kelompok tertentu)

  
          Yang menurut saya penting untuk diketahui:

     Saat ret-ret Vipassana, peserta tidak


diperbolehkan membawa benda-benda apapun dan
melakukan ritual atau hal apapun yang berhubungan
dengan agama, ritus, organisasi, dogma, atau
kepercayaan apapun.
     Teknik ini sangat logis dan tidak ada sama sekali
hal-hal mistis, atau hal-hal yang tidak bisa dijelaskan
dengan rasional.
     Keseluruhan teknik meditasi ini sangat melarang
peserta untuk membayangkan objek visual, kata-
kata, nyanyian, atau hal apapun saat kita
bermeditasi. Alasanya, karena hal-hal ini hanya
membuat kita ketergantungan dan tidak
membebaskan diri kita dari penderitaan yang
sesungguhnya terjadi (sadar atau tidak sadar) dan
malah menambah ketergantungan dalam diri kita.
     Saat melakukan teknik Vipassana kita harus
melakukan Adhitthana atau tekad yang kuat strong
determination. Oleh karena itu kita diminta (namun
tidak diwajibkan) untuk mempertahankan posisi
duduk tanpa membuka mata, tangan, dan kaki
selama satu jam meditasi. (Saya hanya berhasil
mungkin...ya... tiga atau empat jam dari 100 jam
meditasi dan hal ini ternyata sangat wajar loh bagi
murid-murid baru maupun yang sudah dua atau tiga
kali ikut).
     Terdapat dua orang guru, pria dan wanita. Guru
ini berfungsi untuk membantu kita jika kita memiliki
kesulitan dalam hal teknik meditasi. Beberapa hari
sekali, guru akan memanggil murid-murid secara
berkelompok dan menanyakan apakah kita bisa
melakukan teknik tersebut sesuai instruksi. Pada
jam-jam tertentu kami juga diperbolehkan untuk
menghampiri guru dan bertanya soal teknik
meditasi. Yang saya kagumi adalah guru tidak
pernah menjawab pertanyaan dengan tidak rasional
atau subjektif atau bahkan menghubungkan dengan
hal-hal diluar nalar, semua dapat dijelaskan dengan
masuk akal.
     Peraturan-peraturan selama ret-ret bertujuan agar
kita bisa bermeditasi dengan lebih lancar.
Peraturan-peraturan tersebut sudah berdasarkan
riset puluhan tahun dari ribuan murid, sehingga
sebaiknya diikuti jika ingin dapat bermeditasi
dengan serius. Seperti misalnya kita tidak boleh
bicara, karena saat kita ngobrol, pasti jadi terpikir
saat meditasi. Atau tidak boleh makan malam,
karena jika terlalu kenyang, kita akan ngantuk atau
sakit perut saat meditasi.
     Walaupun kita tidak boleh bicara, kita boleh
bicara dengan guru dan seorang pelayan dhamma
yang bertanggung jawab atas peserta wanita jika
memiliki problem yang berhubungan dengan teknik
meditasi atau fasilitas. Misalnya jika kita ternyata
sakit maag dan harus makan malam.

___

Nah... jadi bagaimana rasanya berada sepuluh hari


di dalam sana, Vi?

Hari pertama dan kedua
(Pemandangan saya sehari-hari)

Saya merasa B O S A N. Bosan yang hakiki. Bosan


yang disertai rasa penasaran, apa lagi ya... teknik
yang akan diajarkan. Saya juga merasa tertantang
untuk bisa konsentrasi mengamati nafas saat
meditasi Anapana. Jujur, pikiran saya bepergian
jauh sih... tapi kata Guru, pikiran-pikiran yang keluar
saat meditasi itu harus diabaikan karena jika kita
bereaksi seperti kesal atau malah menyukai pikiran
tersebut, kita hanya menimbulkan lapisan kebencian
baru atau lapisan ketamakan baru. Justru semakin
bagus jika semakin keluar pikiran-pikiran yang
‘kotor’ tersebut. Itu akan membantu kita
menjernihkan pikiran bawah sadar kita karena
memang pikiran-pikiran tersebut datangnya dari
pikiran bawah sadar.

Ibarat seperti langit dan awan, ada awan yang


muncul, abaikan saja, nanti dia mulai berlalu, berlalu
dengan sendirinya, dan langit biru mulai terlihat.

Jam-jam saat saya luang, saya berjalan-jalan


ditaman atau tidur. Sebenarnya tidak bicara itu tidak
sesulit itu bagi saya. Tidak ada HP juga tidak sulit.
Tapi yang sulit adalah bagaimana saya bisa
menerapkan “Terima apa adanya... terima realita”
sesuai dengan teknik meditasi itu karena keinginan-
keinginan untuk melakukan ini dan itu terus
menghantui saya. Misalnya, “Ah...pulang dari sini
mau ini ah mau itu ah... duh... jadi pengen cepet
pulang!!”. Lain waktu juga saya berpikir "Duh... kalau
ada Indomie enak nih..." Tapi kemudian saya
berpikir... yaudah lah itu bisa kapan aja, kalau nggak
ngapa-ngapain selama sepuluh hari kan belum tentu
ada kesempatan lagi. Hehehe...

Hari ke lima 

Hanya ada aku bersama pikiranku,

apakah kita mampu bersahabat dengan


kenyataan?

- pikiranku setiap hari.

Saya sangat amat suntuk.

Saya berbaring di tempat tidur, melihat ke sebelah


pojok ada peserta lain yang juga sama suntuknya
dengan saya. Ia sedang mengamati kedua
tangannya dengan serius.

Saya kemudian mengambil senter dan


memainkannya. Saya juga membaca label-label
pada baju, bungkus tissue, kosmetik, dan lainya.
Saya kemudian membuat origami dari tissue karena
saya tidak punya kertas.

(tempat biasa saya jalan-jalan dan bengong)

Kadang saat saya sedang berjalan-jalan di taman,


saya merasa kami semua nampak seperti situasi di
rumah sakit jiwa. Bengong, jalan perlahan-lahan,
mengamati pohon, mengamati daun, ada juga yang
melakukan peregangan, dan lainya. Oh ya, kita tidak
boleh olahraga ya... bahkan tidak boleh yoga karena
dapat mempengaruhi kondisi fisik kita dan
menganggu meditasi.

Saya juga sempat marah pada S.N Goenka, pada


teknik ini, pada semua hal disana dan berkata, “Dah
lah! Gue juga udah bahagia!!! Teknik ini mah buat
orang-orang yang depresi berat... gue selama
ini fine-fine aja...!”

Tapi kemudian saya tersentak dan berpikir, lah


sekarang teknik ini benar, bahwa saya jadi
menderita karena tidak bisa menerima realita
bahwa saya masih disini, harus menjalani ini, dan
semakin saya marah-marah atau ngeluh, saya akan
semakin sengsara dan hanya menimbulkan lapisan
kebencian baru dalam diri saya.

Akhirnya, walaupun terkadang saya bingung dengan


maksud dari teknik meditasi ini, saya tetap
melakukannya. Ya...siapa tahu ini bisa untuk melatih
diri saya agar bisa lebih bersabar dan
berkonsentrasi karena saya lumayan kinestetik alias
harus gerak terus dan banyak belajar dengan
langsung mempraktekan sesuatu. Hahaha...

(Tempat 'hiburan' kami satu-satunya)

Hari ke enam
Akhirnya untuk berdiam diri,

saya belajar dari pohon di taman

- pikiranku saat jalan-jalan di taman.

Lucunya di hari ke enam saya lagi malas-malasnya.


Saat bel pk.04:00, saya bilang “bodo amat deh..
tidur lagi..” saya akhirnya tidur lagi dan malah
mimpi...

Saya mimpi teman-teman saya datang menjenguk


saya dan menuliskan sebuah tulisan di tembok
kamar saya. Tulisan itu ditulis oleh teman saya, saya
tidak ingat tulisanya apa tetapi tulisan tersebut
memotivasi saya untuk tetap berada di dalam sana.
Saat kami sedang jalan-jalan , saya kemudian panik
dan berkata kepada teman-teman, “Eh... ayo buruan,
gue harus balik ke penjara... kan gue masih jadi
tahanan...!” dan kemudian saya terbangun lalu
bergegas ke Dhamma Hall untuk meditasi pagi
HAHAHA...ternyata pikiran bawah sadar saya
menganggap ini seperti di penjara.  Well, it is
indeed.  Tapi karena melihat tulisan pada dinding
yang bahkan saya tidak ingat apa, saya jadi
termotivasi lagi.

(Sisi area wanita)

Setelah hari ke enam, hari-hari berikutnya terasa


lebih cepat. Mungkin juga karena saya sudah mulai
bisa memahami maksud dari teknik Vipassana
tersebut. Saya jadi lebih bisa menerima realita
bahwa saya harus menjalani ini untuk sekarang ini.

Dalam sehari-hari bahkan saat makan, jika


makanannya tidak saya sukai, saya tetap
memakannya karena saya ingin belajar menerapkan
teknik meditasi tersebut pada kenyataan sehari-hari.
Saat air panas di kamar mandi mati, saya
menerapkan teknik ini juga, bahwa rasa dingin ini
hanya muncul dan lenyap... tidak abadi. Jika saya
semakin kesal karena airnya tidak panas, maka saya
akan semakin sengsara.
(Ruang makan)

Saya juga mulai melihat keindahan dari berdiam diri


yang mulia itu alias nggak boleh berinteraksi satu
dengan lain. Saat matahari pagi sedang cerah-
cerahnya, kami hanya diam, berdiri diatas pantulan
sinar matahari dan menikmati hangatnya matahari
pagi itu. Saat hujan deras dan saya melihat orang
kebingungan membuka payung, tanpa bicara,
kontak mata mapupun fisik, saya mengambil
payung dan menekan tombol di payung tersebut
sehingga payung tersebut terbuka. Kemudian orang
itu langsung mengikuti hal yang saya lakukan. Saya
jadi belajar, begitu juga dalam hidup ini bukan?
Semua orang selalu bilang, “kalau mau jadi contoh,
buktiin aja dari kelakuan loe... jangan cuma
ngomong!” Hehehe...

Oh ya, di hari ke enam ini ada kejadian konyol.


Semua dikarenakan teman sekamar saya takut
pada cicak yang merayap di tembok dekat tempat
tidurnya. Kami semua jadi terbangun dan berusaha
mengusir cicak tersebut sehingga kami semua
bicara. Saya tertawa kesal karena berdiam diri kami
buyar hanya karena seekor cicak. Hahaha!

Hari ke delapan

(Kamar saya)

Malam di hari ke delapan saya terbangun pk.00:00.


Saya tidak bisa tidur lagi hingga akhirnya saya
memutuskan untuk mencari pelayan dhamma
wanita yang bertanggung jawab atas peserta
wanita. Agak nekad sih, tapi sudah hampir 2 jam
saya tidak bisa tidur, dan otak saya sangat sadar,
pendengaran juga tajam. Saya kemudian keluar ke
kamar pelayan dhamma, mengetuk pintu dan
dengan sangat menyebalkan berkata “Kak, saya
tidak bisa tidur, boleh minta minuman hangat
nggak...” anehnya saya malah nangis sedikit.
Mungkin itu merupakan kumpulan  mental
breakdown saya dari hari pertama yang saya tahan-
tahan karena malu dengan teman sekamar.

Malam itu saya duduk di ruang makan ditemani si


pelayan dhamma tersebut, memegang segelas milo
hangat sambil berusaha menenangkan diri. Saya
semakin merasa bersalah saat melihat wajah
pelayan dhamma tersebut tidak sedikit pun terlihat
terganggu dengan kelakuan saya yang sangat
kekanak-kanakan ini. Nampaknya Ia sudah biasa.

Pelan-pelan saya mulai bertanya, “Apakah saya


tidak bisa tidur karena efek meditasi ya, Kak?” Lalu
Ia mulai menjelaskan bahwa memang banyak yang
tidak bisa tidur saat ret-ret meditasi. Bisa karena
kita tidak banyak beraktifitas sehingga tubuh tidak
perlu tidur selama itu, atau bisa juga karena
meditasi terus menerus sehingga kita menjadi lebih
sensitif terhadap suara dan otak semakin fokus.
Tapi dia memberikan saran kepada saya untuk tidak
khawatir dan tidak perlu ‘craving’ untuk tidur. Jangan
marah jika tidak bisa tidur. Amati saja pernafasan
atau sensasi di tangan atau rusuk yang bersentuhan
dengan kasur. “Kalau tubuhmu lelah pasti tidur
sendiri kok.” Katanya berusaha meyakinkan saya.

Akhirnya karena tidak enak, saya berusaha untuk


meyakinkan diri dan kembali ke kamar. Benar saja,
semakin saya ingin tidur, saya jadi semakin tidak
bisa tidur dan membayangkan hal-hal menyeramkan
yang tidak ada, jadi saya hanya berdoa kemudian
mengamati rusuk saya, dan berpikir... semua ini
sementara...sementara... dan tertidur.

Lucunya, 'hilangnya' saya di tengah malam


membuat teman sekamar saya yang tidak sengaja
terbangun menjadi khawatir dan paginya bertanya
pada saya,"Semalam loe kemana! Gue kira loe kabur
soalnya gue liat loe pakai jaket terus jalan keluar!"
Saya dengan santainya menjawab, "Kemarin nggak
bisa tidur... terus minum milo..." hahaha! Lagi-lagi
berdiam diri kami buyar karena hal konyol...hufftt....

(atas: Dhamma Hall, bawah: Dorm B dimana kamar


saya berada)

Keesokan harinya, begitu lagi. Saya terbangun


karena suara kembang api yang begitu keras (Saat
itu saya baru sadar ternyata itu malam tahun baru).
Padahal dari pagi sampai malam saya telah
berusaha hanya tidur siang satu kali (biasanya 2-3
kali) dan melakukan banyak jalan-jalan bahkan
makan agak banyak supaya bisa tidur.  Memang
sebuah ujian saat meditasi.  Akhirnya saya
menerapkan lagi tips dari si pelayan dhamma
tersebut...  dan dengan cepat saya bisa kembali
tertidur.

Saya ternyata baru sadar bahwa saya memiliki


kebiasaan ini dari kecil. Kebiasaan membangunkan
orang jika saya tidak bisa tidur. Maka itu setiap kali
saya travelling sendirian, saya selalu punya kesulitan
untuk tidur. Menginap di hostel dengan
banyak traveller lain selalu menjadi solusi tepat bagi
saya, kecuali saat saya pernah beberapa kali
mendapat hostel yang kosong alias tidak ada tamu
lain. Hasilnya saya selalu tidur saat menjelang
matahari terbit dan tubuh jadi tidak segar saat jalan-
jalan. Tetapi ternyata ini adalah 'perasaan' yang
harus saya amati secara objektif bahwa hal-hal yang
saya takuti itu sebenarnya tidak ada dan harusnya
diabaikan saja. 

Hari-hari terakhir

Seperti laron-laron yang mulai mati perlahan


seusai menikmati indahnya 

cahaya lampu terakhir pada pukul lima...

Begitupula kah rasa yang ternyata fana...

- pikiranku saat duduk di depan Dhamma Hall


subuh-subuh.

Di hari ke sembilan kami semua jadi sangat fokus


bermeditasi. Kami tidak mau menyia-nyiakan waktu
kami yang tinggal sedikit lagi. Saya dan teman-
teman sekamar yang biasanya tidur siang saat jam
meditasi di kamar, benar-benar menggunakan waktu
tersebut untuk bermeditasi dengan serius.

Hingga hari kesepuluh datang, dimana kami akan


diperbolehkan untuk bicara. Meditasi pagi pk.04:30
yang biasa sepi, kali ini ramai karena merupakan
meditasi pagi terakhir kami. Setelah meditasi Metta
Bhavana, pk.10:00, kami diperbolehkan untuk
bicara.

Saya tersenyum lebar mengetahui diri saya yang


sungguh amat tidak stabil ini bisa menyelesaikan
sepuluh hari yang luar biasa ini. Sungguh
merupakan perjalanan naik turun yang lebih banyak
turunnya dari pada naiknya. Tapi benar-benar
sebuah pengalaman fisik dan pikiran bawah sadar
yang tidak terbayarkan.

(Dhamma Hall)

"...Jika sesuatu menimbulkan rasa nyaman, kita


akan secara tidak sadar terus mencari hal itu lagi.
Namun jika sesuatu itu menimbulkan rasa tidak
enak, kita akan secara tidak sadar
menghindarinya..."

Sesuai dengan perkataan S.N Goenka di awal-awal


ret-ret, Ia berkata bahwa ‘teori kebahagian’ dalam
Vipassana ini memang sudah sangat awam dan
diterima secara pikiran sadar oleh kita. Kita semua
tahu bahwa untuk bahagia kita harus ‘ikhlas’ harus
‘enjoy aja...’. Tapi pada kenyataanya mengapa
sangat sulit untuk melakukannya, karena pikiran
bawah sadar kita terus menerus terbiasa dipenuhi
kebencian dan ketamakan yang terus tertimbun.
Jika sesuatu menimbulkan rasa nyaman, kita akan
secara tidak sadar terus mencari hal itu lagi. Namun
jika sesuatu itu menimbulkan rasa tidak enak, kita
akan secara tidak sadar menghindarinya.

"...Kita terus menerus secara tidak sadar maupun


sadar menyalahkan sekitar kita sebagai penyebab
ketidak-bahagiaan kita..."

Kita terus menerus secara tidak sadar maupun


sadar menyalahkan sekitar kita sebagai penyebab
ketidak-bahagiaan kita. Padahal yang membuat kita
tidak bahagia adalah ‘reaksi’ kita terhadap ‘sensasi-
sensasi’ yang kita dapat saat kita berhadapan
dengan hal-hal yang kita sukai maupun tidak sukai.

Oleh karena itu, meditasi ini memberikan


pengalaman secara fisik yang intensif, agar secara
pikiran bawah sadar kita bisa lebih terbiasa ikhlas
dan menerima realita dalam menjalani hidup.

___

(Trust me, they look much more beautiful when they


smile yet much smarter when they are in silent.
Hahaha... Mohon maaf kalau agak dekil karena
sesungguhnya lagi bersihin kamar mandi!)

Sepulang Vipassana...

Hari ini, 6 hari setelah selesai meditasi, entah


mungkin karena masih ‘fresh
from the oven’ tapi saya jadi lebih ikhlas menjalani
hidup.

Aneh sih... aneh banget, karena saya orangnya suka


banget benci sesuatu yang bahkan tidak melakukan
apa-apa ke saya. Misalnya, orang itu pakai baju
model A, saya jadi benci melihat orang itu. Padahal
kan bukan salah dia ya...    Tapi setelah keluar dari
sana, otak saya jadi tidak bereaksi kepada hal-hal
itu lagi karena mungkin telah dilatih untuk tidak
langsung bereaksi pada ‘sensasi’ atau ‘perasaan’
yang timbul dalam diri saya.
Lalu juga, beberapa kebiasaan saya yang sangat
bergantung pada sesuatu jadi  hilang begitu saja.
Aneh banget. Padahal selama saya meditasi disana,
selalu terbayang-bayang. Misalnya, nonton Youtube,
main game, ngemil, buka  socmed  dan lain-lain.
Sebelum meditasi, saya tidak bisa tidur kalau belum
nonton Youtube atau TV, tapi sekarang bisa lepas.

Tadi siang ketika saya sedang berada di dalam bus


dan suhu udara sangat panas. Semua penumpang
bus ‘bereaksi’ dengan keadaan tidak nyaman itu.
Beberapa mengeluh kepanasan, beberapa kipas-
kipas, beberapa gonta-ganti posisi duduk. Saya yang
juga dalam hati mengeluh kepanasan ini, berusaha
menerapkan teknik ini. Pelan-pelan berkata dalam
hati, semakin saya ngeluh, semakin menderita... lalu
saya mulai mengamati nafas dan sensasi di tubuh
sambil memahami bahwa sensasi panas ini hanya
datang dan pergi, tidak abadi. Kemudian saya
tertidur lelap. Begitu tiba ditujuan, teman yang
duduk di sebelah saya berkata yang kurang lebih
begini, “kayaknya gue juga butuh deh meditasi itu...
biar gue nggak menderita gara-gara nggak betah
kalau nggak nyaman      kayak tadi...”.Hehehe...

Eh tapi, meditasi ini bukan berarti membuat kita jadi


nggak punya perasaan ya... tapi membantu kita
untuk mengurangi perasaan-perasaan benci, tamak,
sedih, dan lainya yang berlebih agar kita bisa lebih
seimbang dan tenang. Ketika pikiran bisa lebih
seimbang dan tenang, kita bisa lebih bijak dalam
mengambil keputusan bahkan bisa melakukan
kebaikan-kebaikan yang tidak disangka. 

Meditasi ini juga tidak membuat saya menjadi tidak


percaya pada agama yang saya anut. Malah saat
melakukan meditasi, saya jadi bisa lebih 'relate'
dengan ajaran-ajaran agama yang selama ini sudah
lama saya ketahui. Misalnya, kenapa tidak boleh
menyembah berhala, tentang mengasihi seperti
Tuhan telah mengasihi saya, tentang tabur tuai,
mengampuni orang yang bersalah kepada saya
sebab Ia tidak tahu apa yang Ia perbuat, tentang
dimana hatimu berada disitulah hartamu berada
dan masih banyak lagi. 

Bahkan beberapa ayat Alkitab dapat saya


hubungkan dengan teknik ini dan juga dengan
ceramah S.N Goenka yang kami dengar setiap
malam. S.N Goenka juga berpesan agar selalu
melakukan kebaikan seperti juga 'Tuhan' dalam
setiap agama yang kita anut telah melakukannya
terlebih dahulu agar hidup kita bisa lebih bijaksana
dan bahagia.
(Bersama teman-teman sekamar)

Untuk ikut ret-ret Vipassana ini, menurut saya


hanya dibutuhkan dua modal:
Sabar dan tidak mengharapkan apa-apa dari
Vipassana ini.

Tips yang menurut saya penting:


Saat disana, hanya ada diri saya dan pikiran saya,
jadi jika pikiran saya tidak bisa diajak kerja sama,
maka saya akan menyulitkan diri saya sendiri.

Setiap orang memiliki perjalanan Vipassana-nya


masing-masing. Bahkan beberapa orang yang
sudah beberapa kali ikut mengaku mendapat
manfaat yang berbeda-beda setiap kali ikut atau
malah tidak mendapat apa-apa sama sekali. 

Setelah boleh bicara, saya sempat ngobrol-ngobrol


dengan beberapa peserta. Saya kagum pada ibu-ibu
yang duduk di depan saya saat meditasi. "Wah,
tante keliatannya bisa ya tahan 1 jam nggak gerak-
gerak... hebat deh..." lalu si tante dengan malu
menjawab "gerak kok... tapi dikit... badanku malah
sakit semua sebenarnya... aku nggak bisa ngerasain
bagian yang nggak sakit dimana..."  Meanwhile in
another conversation with another student... "Ih... aku
tuh kalau ngeliat kamu yah... kamu tuh kuat banget
deh meditasinya..." kata seorang ibu-ibu kepada
saya yang  lalu membalas,"Keliatannya aja tante
kuat dari luar, padahal mah di dalam nahan
kesemutan! Hahaha" lalu kami jadi
tertawa. Ternyata salah besar membandingkan diri
kita dengan orang lain saat meditasi. 

Intinya, selalu datang sebagai gelas kosong dan


jangan mengharapkan seberapa banyak air yang
dituangkan dalam gelas itu. Ingat, tidak ada yang
akan membantu kita saat bermeditasi. Hanya diri
kita yang bisa membuat meditasi kita berhasil atau
gagal. Tentu saja tidak lupa mintalah restu dari yang
'Maha Kuasa' agar kita bisa lebih lancar dalam
bermeditasi.
Selama sepuluh hari ini, kita hanya diajarkan teknik-
teknik awal. Ibaratnya, kita baru saja lulus TK-nya
Vipassana. Selanjutnya kita harus terus berlatih dan
rajin-rajin menerapkan teknik ini dalam diri kita
sehari-hari. Perjalanan ini masih panjang dan tidak
akan pernah selesai. Mendiang S.N Goenka sendiri
bilang, mungkin dibutuhkan beberapa 'hidup' lagi
untuk bisa memurnikan pikiran menjadi tenang dan
seimbang yang sempurna hingga mencapai
kebijaksanaan yang membawa kita pada
kebahagiaan. Jadi jangan sedih kalau duduk diam
satu jam aja nggak bisa ya Vi...

Overall, if I can describe Vipassana in my own


sentence...

It was a deep journey of my undercover mind.

...and it was the best new year activity I’ve ever had in
my life.

Terimakasih sudah membaca, semoga mendapat


apa yang dicari.
Jika sudah pernah atau belum pernah Vipassana,
boleh dong... berbagi pengalaman atau bertanya,
supaya semakin kaya informasi yang didapat.

Informasi lengkap mengenai Vipassana:


https://schedule.vridhamma.org/java
https://www.dhamma.org
https://www.dhamma.org/id/about/code

beberapa blog yang saya baca mengenai Vipassana


sebelum saya akhirnya memutuskan untuk ikut:
https://medium.com/s/story/what-really-went-
down-at-a-10-day-silent-vipassasna-meditation-
retreat-taught-by-s-n-goenka-7c3ad60d027e

https://www.vice.com/id_id/article/evqyap/pesan-
moral-sesudah-ikut-10-hari-meditasi-keheningan-
kalian-pasti-kangen-ponsel

https://www.njlifehacks.com/vipassana-review-
what-i-learned/

https://catatanperjalanan09.wordpress.com/2018/
06/22/10-hari-ke-dalam-diri-vipasanna/

https://lostandsearchingblog.wordpress.com/2016
/03/22/dhamma-java-vipassana-meditation/

http://hugomattsson.se/post/159376178440/10-
days-meditation-at-dhamma-java-in-bogor

SHARE THIS STORY

 SH AR E O N FACEBOO K  SH AR E O N T WIT TER  PIN T H I S POST

 TAGS:
Newer Post Older Post

YO U M I G H T AL S O L I K E

29 COMMENTS

JALAN[G]

January 13, 2019 at 8:22 PM

Thanks sharenya, Vii..


Rencana mau ikut yg maret / april nih,
kebetulan bisa waktunya..
Tapi belum daftar sih, masih menimbang², dll..
hehe

Btw, You're awesome overall, could finishing


that 10 days journey. #angkat topi
Reply
Replies

VIVI RANS

January 13, 2019 at 10:38 PM

Terimakasih sudah membaca dan mampir.

Semoga segera 'diizinkan' untuk ikut ya... :)

Reply

DANIL

January 21, 2019 at 1:55 AM

Tggl 23 nnti ikutan ni deg2an saya bru prtama


kali hihihi...doakan y...thx u ..thx
pnglmanny..lucu gagal noble silence gara2 cicek
wkwkwwkwkwk...
Reply
Replies

VIVI RANS

April 16, 2019 at 8:28 PM

Wah semoga bermanfaat ya :)

Reply

UNKNOWN

February 9, 2019 at 1:33 AM

Be happy
Reply

G PANGESTU JATI

July 13, 2019 at 11:34 PM

Thanks ceritanya, kak. Btw, mau tanya dong.


Kalo yg Muslim masih bole salat ngga? Soalnya
kan di peraturan tidak boleh melaksanakan
praktik keagamaan apa pun, kak? 🙄
Reply
Replies

ANIE BUDIANI

December 20, 2019 at 11:00 AM

Setahu saya boleh dilakukan di kamar masing2.

VIVI RANS

January 15, 2020 at 11:40 PM

Halo Pangestu!

Peraturannya sih tidak boleh melakukan ritual


agama apapun.
Tapi saya pernah dengan dari teman yang
Muslim, mereka tetap Shalat dalam hati :)
Karena tidak diperbolehkan untuk melakukan
ritual shalatnya.

Apalagi saat menjadi murid baru, kemungkinan


besar kita akan ditempatkan sekamar dengan
peserta lain. Jadi sangat tidak mungkin untuk
Shalat.

Semoga menjawab ya :)

Reply

UNKNOWN

August 18, 2019 at 9:09 AM

Berapa biayanya ya Mbak?


Reply
Replies

VIVI RANS

January 15, 2020 at 11:41 PM

Halo! Biayanya se-relanya saja. Bahkan tidak


akan ditagih.
Jika memang punya sedikit rezeki lebih dan
juga merasakan manfaatnya, bisa menyumbang
berapa-pun.

Semoga menjawab ya :)

Reply
BUDI S HARTONO

September 24, 2019 at 8:22 AM

Pengalaman dan penerapan Vipassana dalam


keseharian yang sangat baik.
Reply

MARINE

November 22, 2019 at 12:28 PM

Halo Kak! Saya dari Riliv, aplikasi kesehatan


mental dan meditasi online. Saya sangat
menyukai artikel ini dan berencana ingin
menghubungi kakak secara personal untuk
diskusi soal meditasi. Apakah ada e-mail yang
bisa saya hubungi?
Reply

JOKO UMBORO

April 25, 2020 at 9:36 AM

Mf tolong minta alamatnya tempat meditasi ini


di bogor
Reply
Replies

VIVI RANS

May 6, 2020 at 6:28 PM

Halo kak, berikut ini adalah alamatnya,


Dhamma Java: Jl. H. Ahmad No.99, Kampung
Bojong, Gunung Geulis, Gunung Geulis,
Kecamatan Sukaraja, Cisarua, Bogor, Bogor,
West Java 16710

Reply

THEAKBARIZKI

May 2, 2020 at 10:44 AM

Terima kasih Untuk Informasinya 🙏🙏


Reply
Replies

VIVI RANS

May 6, 2020 at 6:28 PM

Sama-sama semoga berguna :)

Reply

HENDRIC

May 7, 2020 at 11:45 PM

Hallo kak, cara daftarnya gimana?


Replies Reply

VIVI RANS

November 16, 2020 at 12:39 AM

Halo, bisa dilihat di websitenya:


Dhamma java
https://schedule.vridhamma.org/java
https://www.dhamma.org

Semoga membantu ya

Reply

UNKNOWN

June 24, 2020 at 5:44 PM

TERIMA KASIH VIVI! 🙏🙏


Reply
Replies

VIVI RANS

November 16, 2020 at 12:39 AM

Sama sama! :)

Reply

UNKNOWN

June 24, 2020 at 5:45 PM

TERIMA KASIH VIVI! 🙏🙏


Reply

UNKNOWN

June 24, 2020 at 5:46 PM

TERIMA KASIH VIVI! 🙏🙏


Reply

PHIN

November 2, 2020 at 11:38 AM

terima kasih untuk mensharingkan pengalaman


yg berharga nya kepada semua atas dasar cinta
kasih.be happy
Reply
Replies

VIVI RANS

November 16, 2020 at 12:39 AM

Sama sama, semoga membantu :)


Be Happy!
Reply

365SBOBET

January 6, 2021 at 9:13 PM

Agen Sbobet | Situs Bandar Bola Online


Terpercaya | indocbet

IndoCBET adalah Daftar agen sbobet Situs


Bandar Bola Online Terpercaya resmi Taruhan
Bola dengan lisensi indonesia

Bergabunglah bersama indoCBET bersama kami


dengan Bonus Terbesar Saat ini

BONUS NEW MEMBER 20%


BONUS DEPOSIT 5%
BONUS CASHBACK 5%
BONUS ROLLINGAN 0.5%
BONUS REFERENSI 5%

Tersedia Agen
SBOBET, AMGBET, CBET

Deposti 25ribu

Whatsapp indocbet : 0822.8637.2298


Reply

365SBOBET

January 6, 2021 at 9:13 PM

365SBOBET Situs Agen Sbobet, Agen Bola


Terpercaya di Indonesia

365sbobet.net adalah Agen Sbobet Terpercaya


Indonesia, Situs Agen Bola Resmi Online Casino
Terbaik Official Partner kami adalah Barcelona
dan Liverpool.

Buruan Daftarkan DIri anda di365SBOBET &


menangkan Ratusan Juta Rupiah Setiap
Harinya!!!
Bonus Pendaftaran Member Baru 20%
Maksimal s/d 1 Juta Rupiah
Bonus Next deposit 5%
Bonus Rollingan 0.5%
Bonus Cashback 5%
Dengan Minimal deposit untuk mendapatkan
Bonus Hanya 50 ribu

104.161.33.124

Deposit hanya Rp. 25.000


Whatsapp 365sbobet : 0823.6134.6235
Reply

AMEL

January 8, 2021 at 2:00 AM

Dari dulu pengen banget ikut ini, pernah


diajakin berkali-kali, cari info berkali2 dari
2008, tapi belum berani (logikanya sadar:
ngapain takut, tinggal ikutin aja, tapi sampai
sekarang belum kejadian).
Terimakasih untuk sharingnya ya,
mengumpulkan keberanian dikit2
Reply
Replies

CITRA

January 25, 2021 at 3:39 AM

Kak Amel, sama nih. Aku juga sudah berkali-kali


browsing tentang Vipassana tapi masih belum
memutuskan. Maju mundur, sanggup nggak ya.
Semoga kita semakin berani yaa

Reply

CITRA

January 25, 2021 at 3:37 AM

Hai Kak Vivi, jam segini aku browsing dan


menemukan kisah ini. Terima kasih sudah
mengisahkan dengan jelas dan lengkap. Aku
sedang menulis skripsi dan semoga setelah
selesai nanti aku bisa mengikuti Vipassana juga.
Reply

MOST POPULAR
Vipassana | Saya setelah 105 Jam
Meditasi dan 10 Hari Tidak Bicara

[ INDONESIA ] - Wae Rebo, Welcoming


Civilization.

Created with  by BeautyTemplates | Distributed By BACK TO T

Gooyaabi Templates

Anda mungkin juga menyukai