PENGENDALIAN HASIL
Pengendalian hasik menciptakan meritocraties. Dalam meritocraties, imbalan
diberikan kepada karyawan yang paling berbakat dan bekerja paling keras, dibandingkan
dengan mereka yang memiliki waktu kerja yang lebih lama, atau memiliki hubungan sosial.
Kombinasi dari imbalan dihubungkan denganhasil yang dilaporkan atau hal yang diingat oleh
karyawan sebagai hasil menjadi hal penting dan memotivasi mereka untuk mengeluarkan
hasil imbalan perusahaan .
Pengendalian hasil ini memengaruhi tindakan atau keputusan karena mereka membuat
karyawan lebih memerhatikan konsekuensi tindakan atau keputusan yang mereka buat.
Perusahaan tidak mendikte karyawan terkait apa yang harus dilakukan atau diputuskan, meski
karyawan diberdayakan untuk mengambil tindakan atau keputusan , mereka percaya akan
mendapatkan hasil terbaik yang diinginkan . Pengendalian hasil juga mendorong karyawan
untuk menemukan dan mengembangkan bakat mereka dan memperoleh lokasi kerja tempat
mereka dapat bekerja dengan baik.
Berdasarkan semua alasan tersebut, sistem pengendalian hasil yang didesain dengan
baik dapat membantu mendapatkan hasil yang diinginkan. Ringkasan dari sejumlah studi
terhadap penggunaan intensif untuk memotibasi kinerja menemukan rata-rata kinerja yang
diperoleh sekitar 22% berasal dari program intensif yang digunakan. Akan tetapi , seperti
bentuk pengendalian yang lain , pengenda;ian hasil tidak dapat digunakan untuk setiap
situasi. Hal tersebut hanya efektif di mana hasil yang diinginkan dapat dengan jelas
didefinisikan dan diukur oleh organisasi, dan pengukuran hasil dapat dikontrol oleh
karyawan.
KELAZIMAN PENGENDALIAN HASIL
Coca-cola , boeing dan masih banyak perusahaan besar lain yang telah berpikir
mengenai proses melembagakan bentuk desentralisasi organisasi yang secara bersamaan
menekankan peningkatan pengendalian hasil. Tahun 1993, CEO DuPont merubah hirarki
manajemen yang kompleks dengan memecah perusahaan menjadi 21 unit bisnis strategis ,
dimana setiap unit bebas mengoprasikan bagiannya. Manajer SBU diberi tanggung jawab
yang lebih besar dan diminta untuk lebih bersikap berjiwa pengusaha dan lebih fokus pada
konsumen . Mereka jufa diminta untuk berani menanggung resiko , karena sebagian besar
kompensasi manajer SBU adalah kinerja SBU (penjualan dan keuntungan) . Manajer diminta
untuk berubah.
Tahun 2010,Sanofi-Aventis, sebuah perusahaan farmasi besar, membagi sumber
dayanya yang besar secara desentralisasi berdasarkan unit jenis penyakit, tiap departemen
memiliki bidang penelitian dan pengembangan sendiri, bagian peraturan, pemasaran, dan
penjualan – sebuah rencana didesain untuk mengidentifikasi obat yang lebih memberikan
harapan lebih cepat dan mengurangi kegagalan yang tidak berguna sebelum sejumlah besar
dana dibelanjakan pada hal tersebut . Dengan membangun akuntabilitas untuk semua hasil
entitas yang terintegritas penuh, sehingga kesatuan manajer terdekat dalam bisnis tersebut
membuat pertukaran dan mengambil tanggung jawab pada seluruh anggaran, perusahaan
bertujuan untuk menenamkan “budaya kinerja” yang mendorong baik disiplin (efisiensi) dan
daya tanggap yang lebih besar terhadap kebutuhan bisnis lokal (flesksibilitas).Desentralisasi
mencova untuk mereplika “model entrepreneurial” dalam tipe perusahaan yang lebih besar,
tempat seluruh manajer diberi kekuasaan untuk memutuskan, tetapi kemudian
mempertanggungjawabkan hasil dari keputusan yang dibuat tersebut.
Ketika Nick Relly menjadi CEO akhir tahun 2009 dari Opel yang bearada dalam
masalah, perusahaan manufaktur mobil Jerman milik General Motor , dia mengumumkan
bahwa dia berkeinginan untuk mendorong semangat kewirausahaan di Opel dengan lebih
banyak mendelegasikan keputusan pada pemimpin wilayah dan mengurangi gaya birokrasi
GM dari manajemen sentralisasi yang mendorong budaya “debilitating culture of passing the
buck “. Dari lini pendapatan teratas sampai lini profit paling bawah, sekarang merupakan
tanggung jawab dari direktur manajer seluruh bagian .
Tetapi manajer perlu bertindak dengan sikap seorang wirausaha agar berhasil dalam
lingkungan yang kompetitif tidak hanya ketika mereka dihadapkan pada kekuatan pasar yang
sama dan tekanan yang mendorong menjadi jiwa wirausaha yang mandiri, tetapi juga ketika
mereka menjanjikan imbalan yang sepadan untuk ririko yang mereka hadapi .
Pengendalian hasil tidak hanya dibutuhkan pada lebel manajemen saja , tetapi juga
dapat diterapkan pada level yang lebih bawah di dalam organisasi, karena sebagian besr
perusahaan telah memperoleh pengaruh yang baik. Meskipun desentraliasai adalah cara
efektif untuk memberdayakan karyawan dalam konteks pengendalian-hasil , masih terdapat
beberapa kelemahan untuk pemberdayaan dalam kondisi tertentu. Sebagai contoh, ketika
mengejar pertumbuhan di Cina , Carefour hypermarket Perancis menghadapi korupsi yang
sistematis pada semua tingkatan manajemen di level lokal. Tidak seperti pendekatan
sentralisasi pada manajemen yang dilakukan Wal-mart di Cina , carefour memberdayakan
manajer lokal untuk bertanggung jawab terhadap hampir semua aspek untuk menjalankan
toko mereka , termasuk penetapan harga dan promosi, pemilihan pemasok, dan desain toko.
Meski fleksibilitas yang diberikan tinggi dan cukup longgar bagi manajer untuk cepat
memberluas jaringan bangunan ditahap awal, hal ini juga mendorong meluasnya
pengambilan suap pada tingkat lokal dan, sepanjang waktu , mendorong tingginya biaya
operasi dan risiko reputasi dibandingkan dengan sistem sentralisasi .
Pengendalian hasil bekerja dengan baik hanya ketika seluruh kondisi berikut ada dalam
perusahan:
1. Organisasi dapat menentukan hasil apa yang diinginkan di dalam wilayah yang dapat
dikenadilakn
Agar pengendalian hasil dapat digunakan, perusahan harus tau hasil apa yang diinginkan
dalam wilayah yang mereka harapkan dapat dikendalikan dan mereka juga harus
mengomunikasikan efektivitas hasil yang diinginkan dari pekerjaan karyawan pada bagian
tersibut. Hasil yang diingikan, yang berarti lebih dari hasil kualitas yang diwakili oleh
pengukuran hasil, kurang di sukai karena segala sesuatu dianggap setara.
Kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diinginkan (pengendalian)
Prinsip pengendalian adalah salah satu prinsip utama akuntansi pertanggungjawaban. Dasar
pemikiran utama di balik pengendalian adalah pengukuran hasil berdaya guna hanya pada
batasan jika informasi mengenai tindakan yang digunakan atau keputusan yang akan diambil
telah tersedia. Dalam situasi ketika banyak pengaruh besar yang tidak terkontrol
memengaruhi ketersediaan pengukuran hasil,pengendalian hasil menjadi tidak efektif.
Adalah kendala terakhir yang membatasi kemungkinan dari pengendalian hasil. Sering
kali,hasil yang dapat dikendalikan dari keinginan organisasi dan karyawan terkait dapat
berpengaruh, yang tidak dapat diukur secara efektif. Pada hampir semua situasi,ada sesuatu
yang dapat diukur tetapi terkadang bidang hasil utama tidak dapat diukur secara efektif.
Ketepatan
Akuntansi pengukuran merujuk pada tingkat kedekatan pengukuran dari jumlah terhadap
nilai yang sesungguhnya. Ketepatan adalah tingkat di mana pengukuran yang diulang pada
situasi yang hampir sama menunjukan hasil yang sama. Oleh karena itu ketepatan adalah
kualitas yang penting karena tanpanya pengukuran kehilangan banyak informasi yang
berharga. Pengukuran yang tidak tepat meningkatkan risiko kesalahan evaluasi kinerja.
Objektivitas
Ada dua cara utama untuk menaikan objektivitas pengukuran. Alternatif pertama adalah
memiliki pengukuran yang dilakuan oleh orang yang independen dala proses,seperti orang
pada departemen pengendalian. Alternatif kedua adalah memiliki pengukuran yang telah
diverifikasi oleh pihak yang independen,seperti auditor.
Tepat Waktu
Tepat waktu merujuk pada kesenjangan antara kinerja karyawan dan hasil pengukuran. Tepat
waktu menjadi pentig dalam pengukuran kualitas karena dua alasan. Pertama adalah
motivasi. Karyawan membutuhkan penekanan kembali terhadap kinerjannya agar dapat
melakukan kinerja yang terbaik.
Keunggulan kedua adalah bahwa tepat waktu dapat meningkatkan nilai intervensi yang
mungkin diperlukan. Jika masalah yang signifikan ada tetapi pengukuran kinerja yang
digunakan tidak tepat waktu,maka tidak mungkin untuk mengintevensi untuk memastikan
penyebab masalah sebelum masalah itu menyebabkan kerugian
Mudah dipahami
Dua aspek agar mudah dipahami sangat penting. Pertama karyawan perilakunnya
dikendalikan seharusnya memahami bahwa mereka harus bertanggung jawab terhadap apa
yang mereka lakukan.
Efisiensi Biaya