Disusun oleh:
Dibimbing oleh:
- Denyut Nadi
Normal 60-100 kali/menit
Bradikardi < 60 kali/menit
Trakhikardi > 100 kali/menit
- Pernafasan
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit.
Normalnya 14-20 kali/menit.
- Suhu
Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan
adalah termometer. Jenis termometer yang biasa dipakai untuk
mengukur suhu tubuh adalah thermometer air raksa dan digital.
Normalnya 36-37,50C.
- Pemeriksaan Darah Rutin
Hemoglobin (Hb), leukosit, trombosit, hematocrit.
- Pemeriksaan Kimia Klinik
Fungsi hepar (SGOT, SGPT, albumin)
Fungsi ginjal (Urin lengkap, Serum kreatinin)
Faal hemostasis
Serum elektrolit (Na. K, Cl)
b. Pemeriksaan Penunjang
- Radiologi (foto thoraks, BOF, CT Scan, USG, dll)
- Laboratorium (gula darah)
- EKG
c. Pemeriksaan Status Pasien
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui resiko yang
akan ditimbulkan akibat tindakan anastesi terhadap diri pasien
karena obat dan teknik anestesi pada umumnya akan mengganggu
fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan
metode ASA (American Society of Anesthesiologist).
Keterangan :
- ASA 1 : pasien dengan kondisi sehat secara fisiologi dan psikis.
- ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
dan tidak ada keterbatasan fungsional.
- ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, keterbatasan
fungsional sehingga aktifitas rutin terbatas.
- ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat dan tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan
ancaman setiap saat.
- ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
- ASA 6 /E : pasien yang akan di lakukan operasi emergensi
atau darurat.
i. Intraseptal Injection
B. Anestesi Mandibula
1) Lingualis nerve block
Saraf lingualis biasanya diblokade di ruang pterygomandibular yang
terletak pada anteromedial syaraf alveolaris inferior mandibula, sekitar
1 cm dari permukaan mukosa. Anestesi blok saraf lingualis dapat
digunakan sebelum atau sesudah anestesi blok alveolaris inferior
mandibula dilakukan.
2) Bukal nerve block
Saraf bukal memberikan efek anestesi pada nervus bukal yang
merupakan cabang dari saraf mandibulabagian anterior. Daerah yang
teranestesi adalah jaringan lunak dan periosteum bagian bukal sampai
gigi molar mandibula. Anestesi ini sering dilakukan pada perawatan
yang melibatkan daerah gigi molar. Teknik blok saraf bukal memiliki
keuntungan yaitu mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi.
3) Alveolaris inferior nerve block
Block saraf alveolaris inferior memiliki beberapa teknik yang
sering digunakan, yaitu Inferior Alveolar Nervus Block (IANB),
Gow-Gates
Technique, dan Akinosi Closed-MouthMandibular Block. Inferior
Alveolar Nervus Block (IANB) terdiri dari dua teknik, yaitu direct dan
indirect. Teknik indirect IANB sering disebut dengan teknik Fisher.
Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita
memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu
pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa gigi
pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik Gow-
Gates adalah N. Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan
Teknik Fisher saraf yang dituju adalah : N. Alveolaris inferior dan N.
Lingualis Dengan teknik Gow- Gates daerah yang teranestesi adalah :
Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan
membrane mukosa pada daerah penyuntikan, dua pertiga anterior lidah
dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus
mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma, bagian
posterior pipi dan region temporal. Sedangkan daerah yang teranestesi
pada teknik Akinosi dan Teknik Fisher adalah : gigi gigi mandibula
setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah,
mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen
mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan
periosteum bagian lingual mandibula. Karena N. Bukalis tidak
teranestesi maka apabila diperlukan,harus dilakukan penyuntikan
tambahan sehingga pasen menerima beban rasa sakit. Pada Teknik
modifikasi Fisher kita menambahkan satu posisi lagi sebelum jarum
dicabut sehingga tidak diperlukan penusukan ulang yang menambah
beban sakit pada pasien.
4) Anestesi blok teknik Gow-Gates
Prosedur :
a. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.
b. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi lehe
c. Posisi operator :
- Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi
jam 8 menghadap pasien.
- Untuk mandibula sebelah kiri, operator berdiri pada posisi jam
10 menghadap dalam arah yang sama dengan pasien.
d. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut
Daerah sasaran: daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah
insersi otot pterygoideus eksternus.
e. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari
intertragic notch ke Sudut mulut pada sisi penyuntikan untuk
membantu melihat ketinggian penyuntikan secara ekstra oral
dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.
f. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu
meregangkan jaringan
g. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan
intra oral berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan
tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.
h. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.
i. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi
berlawanan, dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum
diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila.
j. Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut
mulut ke intertragic notch pada sisi penyuntikan kemudian
disejajarkan dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit
bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat
berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi
ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah.
k. Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang
leher kondilus, sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum
belum berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali per-
lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang.
Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak
dengan tulang.
l. Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan
anestetikum sebanyak 1,8 – 2 ml perlahan-lahan.
m. Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 – 2 menit.
n. Setelah 3 – 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh
dilakukan.
Prosedur :
a. Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang.
b. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar.
c. Ibu jari diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser
kelateral untuk meraba linea oblique eksterna,
d. Kemudian digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna,
ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan
permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang
bawah.
e. Jari telunjuk pada angulus dan ramus mandibula
f. Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari
sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar.
Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan
bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan
aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk
menganestesi N. Lingualis.
Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum
ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm.
Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml
untuk menganestesi N. Alveolaris inferior.
g. Setelah selesai spuit ditarik kembali.
7) Teknik modifikasi Fisher
Setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali
spuit sebelum jarum lepas dari mukosa tepat setelah melewati linea
oblique interna ,jarum digeser kelateral (kedaerah trigonum
retromolar), aspirasi dan keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk
menganestesi N. Bukalis. Kemudian Spuit ditarik keluar (Balaji, 2018;
Malamed, 2020).
BAB III
PENUTUP
Sesuai dengan uraian diatas maka dapat disimpulkan mengenai teknik anastesi
yang baik dan manajemen rasa sakit pada pasien merupakan kunci kesuksesan
tindakan pembedahan dalam perawatan gigi. Persiapan sebelum melakukan
tindakan anestesi seperti pemeriksaan pre anestesi bertujuan untuk mengetahui
resiko yang akan ditimbulkan akibat tindakan anestesi terhadap diri pasien karena
obat dan teknik anestesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,
peredaran darah dan sistem saraf. Pengetahuan mengenai persiapan dan teknik
anastesi yang akan digunakan sebelum tindakan anastesi dilakukan dapat
mencegah serta meminimalisir terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier.
Sciences.