a) Tulikan Ringkasan Materi pertemuan minggu ini (250 s/d 500 kata)
Masyarakat yang berada dimanapun merupakan bagian yang tidak mungkin
terpisahkan dari segala organisme lain yang berada pada habitat tersebut dan mungkin
membentuk suatu sistem ekologi dengan ciri saling berhubungan/bergantung satu
sama lain. Masyarakat pada dasarnya telah mampu mengembangkan pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh kehidupan dari keragaman hayati yang berda di
lingkungannya baik yang hidup secara liar ataupun budidaya.
Keanekaragaman hayati mengacu pada semua organisme hidup, materi genetikanya
dan ekosistem tempat mereka menjadi bagiannya. Biasanya dijelaskan pada tiga
tingkatan yaitu: genetika, spesies dan ekosistem. Hilangnya keanekaragaman budaya
(termasuk bahasa) dan pengetahuan tradisional dimana masyarakat petani dan budaya
asli memilki kaitan erat dengan hilangnya keanekaragaman hayati.
Kearifan lokal adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan pada kegiatan
perlindungan dan juga pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini jelas tercantum didalam
UU No. 32 Tahun 2009 bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seperti
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum dimana segala kegiatan yang memilki kaitan dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup perlu memperhatikan beberapa aspek diantaranya: (1)
keragaman dalam karakter dan fungsi ekologis; (2) persebaran penduduk; (3)
perseabaran potensi sumber daya alam; (4) kearifan lokal yang dimiliki; (5) aspirasi
dalam masyarakat; dan (6) perubahan iklim yang terjadi.
Fungsi dan makna kearifan lokal yaitu: (1) berfungsi sebagai konservasi dan
pelestarian SDA; (2) berfungsi sebagai pengembangan SDM seperti, berkaitan dengan
upacara daur hidup, konsep kandapat rate; (3) berfungsi sebagai pengembangan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan, seperti pada upacara Saraswati, kepercayaan dan
pemujaan padapura Panji; (4) berfungsi sebagai petuah, seperti kepercayaan, sastra,
dan pantangan; (5) bermakna sosial, seperti yang ada pada upacara integrasi
komunal/kerabat; (6) bermakna etika dan moral, yang dapat terlihat didalam upacara
Ngaben dan penyucian roh leluhur; serta (7) bermakna politik, seperti upacara
ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.
Dalam upaya menjaga keseimbangan terhadap lingkungannya maka, masyarakat telah
memiliki norma-norma, nilai-nilai ataupun aturan-aturan yang telah berlaku turun
temurun yang disebut sebagai kearifan lokal setempat. Berikut beberapa contoh
praktek-praktek budaya yaitu:
Serawai, Bengkulu, adanya keyakinan celako kamali. Kelestarian terhadap
lingkungan terwujud telihat dari kuatnya keyakinan ini seperti tata nilai tabu
dalam berladang dan juga tradisi tanam tanjak.
Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, adanya tradisi tana’ ulen. Dimana kawasan
hutan telah menjadi kuasa dan menjadi hak milik masyarakat adat. Pengelolaan
pada tanahnya diatur dan dilindungi oleh tatacara aturan adat.
Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat yang
sejak dulu telah mengenal upacara tradisional, mitos, tabu sehingga didalam
pemanfaatan hutan haruslah dilakukan dengan hati-hati. Dan tidak diperbolehkan
melakukan eksploitasi kecuali atas dasar ijin sesepuh adat.
Keragaman hayati adalah komponen didalam penyusun ekosistem alam yang memilki
peran sangat besar apabila ditinjau dari segi ekologis, sosial, ekonomis ataupun
budaya.
Kovensi PBB tentang keanekaragaman hayati (sering disebut sebagai CBD atau
Konvensi Keanekaragaman Hayati) adalah kerangka kerja yang mengikat hukum
untuk konservasi dan pemamfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, yang
mana fungsinya sebagai:
Melindungi keanekaragaman hayati.
Memamfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan
Membagi mamfaat keuntungan keankearagaman hayati dari produk hasil
keanekaragaman hayati tersebut.
Jawab : Hal ini karena kearifan lokal sangat penting dilakukan agar dapat bertahan
terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengakomodasi unsur unsur budaya, mampu
mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli, dan mampu memberi arah pada
perkembangan budaya dan juga menghambat pengeksploitasi sumber daya alam dari
budaya luar.
2. Keaneka ragaman hayati atau keragaman makhluk hidup adalah merupakan salah satu
fenomena ekologis dalam kehidupan ini, keragaman hayati ini bahkan merupakan salah
satu indikator tentang tingkat kualitas sebuah lingkungan hidup. Kesadaran tentang arti
pentingnya kehati ini bukan hanya tumbuh pada jaman sekarang saja tetapi sudah ada
sejak jaman dahulu, khususnya Yogyakarta kesadaran ini bahkan salah satunya
diaktualisasikan dalam sebuah simbul di pewayangan yaitu Kayon. Menurut anda usnur
keanekaragaman hayati apa yang dapat diambil dari salah satu kearifan lokal dari unsur
budaya tersebut?
Jawab : Menurut saya unsur keanekaragaman hayati yang dapat diambil yaitu
keanekaragaman hayati berada dalam dua kerajaan besar makhluk hidup yaitu tanaman
atau flora dan hewan atau fauna, dalam kayon ini flora ditempatkan sebagai unsur utama
kehati, flora disimbulkan sebagai rumah dan lingkungan utama untuk kehidupan kehati.
Lestarinya flora yang diwakili pohon ini menjadi kunci utama untuk terwujudnya
eksistensi unsur kehati lainya.