Anda di halaman 1dari 14

1. Program Gizi Masy.

Pada Bumil, Ibu Nifas, Bayi dan Anak

Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat
gizi mikro bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita pendek (stunting). Sedangkan pemberian
makanan tambahan pada anak usia sekolah diperlukan dalam rangka
meningkatkan asupan gizi untuk menunjang kebutuhan gizi selama di sekolah.
a. Makanan Tambahan utk Balita :
 MT diberikan pada balita 6-59 bulan dengan kategori kurus yang memiliki
status gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB dibawah -2 Sd
 Tiap bungkus MT Balita berisi 4 keping biskuit (40 gram)
 Usia 6 -11 bulan diberikan 8 keping (2 bungkus) per hari
 Usia 12-59 bulan diberikan 12 keping (3 bungkus) per hari
 Pemantauan pertambahan berat badan dilakukan tiap bulan di Posyandu
 Bila sudah mencapai status gizi baik, pemberian MT pemulihan pada Balita
dihentikan. Selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang
 Dilakukan pemantauan tiap bulan untuk mempertahankan status gizi baik
 Biskuit dapat langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu ditambah air matang
dalam mangkok bersih sehingga dapat dikonsumsi dengan menggunakan
sendok
 Setiap pemberian MT harus dihabiskan
b. Makanan Tambahan utk Anak Sekolah :
 MT diberikan pada anak usia sekolah dasar dengan kategori kurus yaitu anak
usia sekolah dasar yang memiliki status gizi berdasarkan indeks IMT/U dibawah
-2 Sd, tidak rawat inap dan tidak rawat jalan 2
 Tiap bungkus MT anak sekolah berisi 6 keping biskuit (36 gram)
 Setiap anak SD/MI diberikan satu bungkus setiap kali pemberian
 Bila sudah mencapai status gizi baik, pemberian MT Anak Sekolah pemulihan
bisa dihentikan. Selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang
 Dilakukan pemantauan pertambahan berat badan tiap bulan di sekolah
 Setiap siswa SD/MI diwajibkan makan biskuit di sekolah bersama-sama pada
jam istirahat sesuai jadwal yang ditetapkan oleh sekolah dan  diawasi oleh guru
kelas
 Biskuit tersebut harus dimakan habis di sekolah dan tidak boleh dibawa pulang
c. Makanan tambahan Ibu Hamil KEK :
 MT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm
 Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care
(ANC)
 Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram)
 Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga ibu hamil tidak
lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan
pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
 Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari hingga ibu hamil
tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis (KEK) sesuai dengan
pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
 Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan
ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan berat badan
selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang

2. Inisiasi Menyusui Dini & ASI Eksklusif

a. Inisiasi Menyusui Dini :


Suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali
pusatnya secara naluri melakukan aktivitas- aktivitas yang diakhiri dengan menemukan
puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.
Prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau
handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian
meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan
ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam
pertama kelahiran.

b. ASI Eksklusif :
ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain dan
kemudian dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping (MP-ASI) selama 2
tahun pertama.
Manfaat ASI : sbg nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, kecerdasan & jalinan
kasih saying, Membantu pembentukan rahang yang bagus, Mengurangi
perdarahan setelah melahirkan (post partum), mengurangi anemia, menjarangkan
kehamilan.
Beberapa kendala yang menyebabkan tidak dapat melakukan pemberian ASI
eksklusif: 1. produksi ASI kurang 2. ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang
benar 3. ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi) 4. bayi
terlanjur mendapat prelacteal feeding (pemberian air gula / dekstrosa, susu
formula pada hari – hari pertama kelahiran) 5. kelainan yang terjadi pada ibu
(puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan
abses) 6. ibu hamil lagi pada saat masih menyusui
7. ibu sibuk bekerja 8. kelainan yang terjadi pada bayi (bayi sakit dan abnormalitas
bayi)

3. Pemberian Tablet Darah pada Bumil & Remaja

a. Pemberian Tablet Darah pada Bumil :


Kebutuhan akan zat-zat selama kehamilan meningkat, peningkatan ini ditingkatkan
untuk memenuhi kebutuhan janin untuk bertumbuh. Pada saat kehamilan, tentu
kebutuhan zat besi Anda makin meningkat karena jumlah sel darah pada tubuh
meningkat selama kehamilan. Pemberian tablet tambah darah selama kehamilan
merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan
kadar Hb sampai tahap yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet
mengandung 60 mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat.
Selama kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah
melahirkan diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama.
1. Pemberian tablet tambah darahi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat
sebelum tidur malam
2. Pemberian tablet tambah darah harus dibagi serta dilakukan dengan interval
sedikitnya 6-8 jam, dan kemudian interval ini di tingkatkan hingga 12 atau 24
jam jika tinbul efek samping
3. Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini
toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan)
dosis zat besi dengan segera
4. Minum tablet tambah darah pada saat makan atau segera sesudah makan
selain dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan
menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi

b. Pemberian Tablet Darah pada Remaja :


Alasan pemberian :
 Pertumbuhan cepat, kebutuhan meningkat
 Haid: kehilangan darah rutin dalam jumlah cukup banyak
 Calon ibu
 Periode usia melahirkan: kehilangan darah saat persalinan; jumlah
persalinan; jarak antar persalinan; usia melahirkan saat remaja;
 Bila ibu sudah hamil akan terlambat, terutama untuk perkembangan organ
yang memerlukan asam folat
 Pola makan untuk menjaga penampilan
Pola makan berisiko defisiensi besi/gaya hidup, banyaknya faktor penyebab:
kecacingan, dan malaria di daerah remaja Puteri adalah Calon Ibu dimana pada ibu
hamil kebutuhan besi meningkat tajam pada Trimester II terutama pada Trimester
III. Persediaan besi sebelum kehamilan harus cukup untuk mobilisasi bila intake tak
mencukupi, dan suplementasi besi selama

kehamilan, untuk atasi anemia/defisiensi besi; dan untuk kebutuhan selama hamil.
Tablet Tambah Darah (TTD) mengandung 60 mg Besi Elemental dan Asam Folat
400 ug). Setiap remaja mendapat 48 kapsul untuk satu tahun. Setiap remaja putri
disarankan minum 1 (satu) tablet per minggu selama 1 tahun

4. Penilaian Status Gizi pada Bumil, remaja dan anak


a. Penilaian Status Gizi pada Bumil :
1. Umur
2. Berat Badan
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur kehamilan.
Kenaikan berat badan yang ideal ibu hamil 7 kg (untuk ibu yang gemuk) dan
12,5 kg (untuk ibu yang tidak gemuk). Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu
hamil akan naik sampai 2 kg kemudian dinilai normal bila setiap minggu berat
badan naik 0,5 kg
3. Tinggi Badan
3. Lingkar Lengan Atas (LLA)
Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS)
Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK apabila LLA kurang dari 23,5 cm,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan
melahirkan BBLR. Bila lebih dari sama dengan 23,5 cm berarti tidak berisiko
KEK.
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau
beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg.
b. Tinggi badan ibu < 145 cm.
c. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg.
d. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00
e. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %)

b. Penilaian Status Gizi pada Bayi dan Anak :


 Umur
 Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada masa bayi-balita, berat
badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi.
 Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang  telah lalu
dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting, karena dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat
dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat
berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (microtoise) yang
mempunyai ketelitian 0,1
 Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks Antropometri. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dalam penelitian ini digunakan (BB/U)

Menurut rujukan WHO 2007, indeks BB/U, TB/U, BB/U dan BMI/U disajikan
dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standard
deviation score = z score). Pengukuran Skor Simpang Baku (Standar Deviasi)
atau Z Score diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS)
dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan,
hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus:

Indeks yang Batas


No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk

 Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)


Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat. Pengukuran status gizi balita
dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT). Rumus IMT: IMT = BB (kg) x TB2 (m)

5. Pemberian Vit A & Defisiensi vit A

a. Pemberian Vit A :
Sasaran suplementasi Vitamin A adalah sebagai berikut: Bayi 6-
11 bulan → Kapsul Biru (100.000 SI) 1 kali
Anak Balita 12-59 bulan → Kapsul Merah (200.000 SI) 2 kali Ibu
Nifas (0-42 hari) → Kapsul Merah (200.000 SI) 2 kali

b. Defisiensi vit A :
Suatu kondisi dimana  tubuh  mengalami  defisiensi  Vitamin A baik primer
maupun sekunder.
Faktor Penyebab KVA: 1. Asupan Vitamin A kurang 2. Proses Absorpsi dan Utilitas
terhambat 3. Kurangnya asupan protein dan lemak 4. Kurang pengetahuan 5.
Kemiskinan 6. Kurangnya pemberdayaan wanita dan pemanfaatan sumber daya
masyarakat

Dampak KVA: 1. Gangguan Penglihatan 2. Penurunan Imunitas 3. Kebutaan


4. Penyakit-Penyakit Kronis 5. Hambatan Pertumbuhan 6. ISPA 7. Gangguan
Pertumbuhan Tulang dan Gigi 8. Gangguan Kesehatan Rambut dan Kulit 9.
Gangguan Sistem Reproduksi 10.Kematian

Distribusi KVA: Distribusi KVA KVA bisa terjadi pada  masyarakat  yang tinggal di
desa maupun perkotaan, dan KVA banyak diderita oleh Balita

Parameter Klinis :
1. Indikator klinis
1. Keadaan  yang  reversibel  yaitu yang dapat sembuh
 Buta senja / hemerolopia / night blindness only
 Xerosis Conjunctiva : konjungtiva mengering
 Xerosis cornea : kornea mongering
 Bercak bitot
2. Keadaan yang irreversible / keadaan yang agak sulit sembuh
 Ulserasi cornea
 Keratomalasia

 Indikator Lab
 Plasma vitamin A ≤ 10 g/dl
 Liver vitamin A ≥ 5 g/dl

Pencegahan dan Penanggulangan KVA 1.Promosi


kesehatan,
2. Suplementasi,
2. Fortifikasi : upaya utk meningkatkan mutu gizi makanan dg menambahkan
pada makanan tsb satu/lebih zat makanan mikrotertentu spt yodium, zat
besi, dan gizi mikro lainnya

6. Perawatan Gizi Buruk dan Intervensi Gizi Buruk :

BILA RAWAT INAP :


Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau yang dikenal sebagai Therapeutic Feeding Centre
(TFC) berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan secara intensif, dengan
melibatkan ibu atau keluarga dalam perawatan anak. Penyelenggaraan PPG dapat
memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di Puskesmas
perawatan/Rumah Sakit atau membuat bangunan khusus atau baru.
a. Pelayanan Medis, keperawatan dan konseling gizi sesuai dengan penyakit
penyerta/penyulit.
b. Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:

1. Fase Stabilisasi Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-
100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada
anak yang masih mendapatkan ASI.
2. Fase Transisi Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75
menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi
100-150 KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
3. Fase Rehabilitasi Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F- 100,
dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan
makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak.
Asupan gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
4. Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah) Setelah anak pulang dari PPG, anak
tetap dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan
Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum
diterima, berikan imunisasi campak sebelum pulang. Anak tetap melakukan
kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2
minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh
kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim sampai
anak berusia 5 tahun.

Kriteria sembuh: Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan
memenuhi kriteria pulang sebagai berikut: a) Edema sudah berkurang atau
hilang, anak sadar dan aktif b) BB/PB atau BB/TB > -3 SD c) Komplikasi sudah
teratasi d) Ibu telah mendapat konseling gizi e) Ada kenaikan BB sekitar 50
g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut f) Selera makan sudah baik,
makanan yang diberikan dapat dihabiskan.

BILA RAWAT JALAN :


a. Obat
 Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam keadaan sakit, maka
oleh tenaga kesehatan anak diperiksa dan diberikan obat
 Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan dosis sesuai
umur pada saat pertama kali ditemukan
b. Makanan untuk Pemulihan Gizi
Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan lokal atau pabrikan
1. Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeutic atau gizi siap saji,
F100 atau makanan lokal dengan densitas energi yg sama terutama dari
lemak (minyak/santan/margarin)

2. Pemberian jenis Makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa


pemulihan (rehabilitasi) :
 1 minggu pertama pemberian F 100.
 Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi seiring
dengan penambahan makanan keluarga.
3. Tenaga kesehatan memberikan makanan untuk pemulihan gizi kepada orangtua anak
gizi buruk pada setiap kunjungan sesuai kebutuhan hingga kunjungan berikutnya.
7. Intervensi Balita dengan BGM :
Penanggulangan taraf makro ;
1. Perbaikan Ekonomi Negara
2. Peningkatan Pendidikan gizi
3. Peningkatan Produksi Makanan
4. Peningkatan Hygiene lingkungan
5. Memgatur Keluarga Berencana

Penanggulangan taraf mikro ;


1. Pengetahuan Ilmu Kesejahteraan Keluarga
2. Peningkatan penghasilan keluarga
3. Penambahan persediaan bahan makanan keluarga.
4. Pengaturan distribusi makanan menurut kebutuhan fisik akan zat gizi
anggota keluarga.
5. Keterampilan menanggulangi penderita KEP

8. Tumbuh Kembang :
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Periode pertumbuhan
dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai umur 2 tahun
disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini
maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya
walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-
kembangnya tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya
a. TUMBUH
Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier
dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis
pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau, dan
pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada
saat sekarang atau saat pengukuran
a. Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan
pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada
dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi
kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran
linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan
b. Pertumbuhan Massa Jaringan
Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa
tubuh adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit,
apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan.
Ukuran massa jaringan yang sering digunakan adalah berat badan
Tahap pertumbuhan anak
Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian mengurang
secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun.

Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).
Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu
(kira-kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun pertama panjang badan bayi
bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju 25 cm), sehingga anak pada umur 1
tahun panjangnya menjadi 71 cm (75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan
pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per- tahun

b. KEMBANG
Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan
Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini merupakan kelanjutan dari masa
bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik,
motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta
diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain
a. Jenis – jenis Perkembangan
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan
anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan
ukuran beberapa organ tubuh lainnya (Administrator, 2010).
2. Perkembangan Motorik Kasar
a. Perkembangan Motorik Kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya (Rusmil, 2009). Perkembangan
motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan
dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai
meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya (Administrator, 2010).
b. Perkembangan Motorik Halus
Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk
permainan. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan
olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll

9. Anemia :
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam  darah  lebih rendah daripada nilai
normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.
Klasifikasi Anemia Menurut morfologi :
 Anemia    Normokrom    Normositer  :anemia   pasca perdarahan akut,
hemolitik
 Anemia Normokrom Makrositik : megaloblast (anemia def Folat, def vit B12)
non megaloblast (anemia pada peny hati kronis)
 Anemia Hipokrom Mikrositer : anemia def Fe, thalesemia, anemia peny kronis
Pencegahan dan Penanggulangan anemia
1. Terhadap penyebab langsung
1. Keluarga dan anggota keluarga yg resiko menderita anemia mendapat
makanan yg cukup gizi dg bioavalaibilitas yg cukup
2. Pengobatan penyakit infeksi yg cukup
3. Penyediaan pelayanan yg mudadah dijangkau oleh keluarga yg memerlukan,
tersedianya tablet tambah darah dlm jmlah yg sesuai
b. Terhadap penyebab tidak langsung
1. Penyediaan makanan yg sesuai dg kebutuhan terutama bila hamil
2. Mendahulukan ibu hamil waktu makan
3. Perhatian agar pekerjaan fisik sesuai dg kondisi wanita/ibu hamil
b. Terhadap penyebab mendasar
1. Usaha utk menibgkatkan tk pendidikan, terutama pendidikan wanita
2. Usaha utk memperbaiki upah terutama karyawan rendah
3. Usaha utk meningkatkan status wanita di masy
4. Usaha utk memperbaiki lingk fisik dan bioloigis shg mendukung status kes gizi
masy
Strategi Operasional Penanggulangan Anemia :
1. KIE
2. Suplementasi :
1. 30 mg unsur besi dan 0,125 mg as folat disertai 2500 IU vit A diberikan selama
2 bulan
2. Swadana : 30 mg unsur besi dan 0,125 mg as folat disertai 2500 IU vit A
diberikan selama 2 bulan
3. Swadana : 30 mg unsur besi dan 0,125 mg as folat disertai 2500 IU vit A
diberikan 1 kali seminggu.
b. Fortifikasi : dosis yg dianjurkan 10 mg unsur besi 0,15 mg as folat ditambah
2500 vit A

c. Strategi lain : pembasmian infeksi cacing scr berkala, pemberian obat


antimalaria utk daerah endemis, mencari prevalensi regional anemia

10. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) :


Penyebab :
1. Asupan yg tidak ada atau kurang dari yodium
2. Penghambatan metabolism iodium oleh goitrogen
3. Factor genetic

Dampak : kemalasan, lamban, pembesaran kelenjar thyroid, gangguan


pertumbuhan dan perkembangan  janin,  bayi  lahir  cacat  mental, kretinisme, IQ
rendah, kemampuan belajar rendah, kecemasan, meningkatnya kerja jantung,
penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas kulit, gangguan terhadap sistem
reproduksi laki maupun wanita,gangguan fungsi penglihatan, gangguan fungsi
pendengaran dan wicara, gangguan fungsi cerna, gangguan sistem pernafasan

Klasifikasi : 1. Gondok endemic 2. Kretin endemic 3. Hipotiroidisme 4. Kretin


subklinik 5. Gangguan perkembangan saraf

Distribusi : Biasa terjadi di daerah pegunungan, dataran rendah dan tepi pantai.
Terjadi pada ibu hamil, bayi dan anak usia sekolah

Pencegahan dan penanggulangan :


1. Jangka pendek
Penanggulangan  Jangka  Pendek  dilakukan  dengan  suplementasi  kapsul
iodium yang dilakukan sejak tahun 1992 sebagai pengganti suntikan beryodium
(lipidol). Sasaran yang menjadi prioritas utama pemberian kapsul ini adalah
Wanita Usia Subur (usia 15-49 tahun) termasuk ibu hamil dan ibu meneteki,
kemudian bayi dan anak-anak remaja (anak usia sekolah) sebagai prioritas
kedua dan  berikutnya  adalah sasaran lain yakni anggota masyarakat lain 
yang  tinggal  di  daerah kekurangan yodium (endemic).
2. Jangka menegah
Penanggulangan  Jangka  Menengah  dilakukan  dengan  fortifikasi yodium ke
dalam garam konsumsi dan air minum di tingkat rumah tangga. Untuk
memenuhi kebutuhan yodium sebesar 120 μg/hari dapat dipenuhi dengan
mengkonsumsi garam  yang  mengandung  yodium 30-40  ppm  setiap  hari. 
Garam  yang  sudah  di  fotifikasi  dengan yodium yang cukup untuk kebutuhan
tubuh, yaitu

mengandung kadar yodium 30-40 ppm dan kandungan air ≤ 5%


disebut sebagai garam sehat.
3. Jangka panjang
cara konversi tanah, pengendalian pencemaran dan peningkatan konsumsi 
makanan  yang  mengandung  yodium.  Hal  ini  harus  ditunjang dengan KIE,
perundangan dan penelitian yang  berkaitan dengan masalah GAKY.

Anda mungkin juga menyukai