Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN PALIATIF

KELOMPOK 6

1. I Putu Budi Atmika (18.321.2837)

2. I Wayan Roki Darma Hendra (18.321.2838)

3. Ni Made Maria Sari (18.321.2848)

4. Ni Putu Ary Manilawati (18.321.2853)

5. Ni Wayan Eka Subpremagni (18.321.2859)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga makalah Trend Dan Issue Keperawatan paliatif ini
dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan serta
memaparkan makalah trend dan issue keperawatan paliatif pada mata kuliah
keperawatan menjelang ajal dan paliatif.

Dengan selesainya makalah trend dan issue keperawatan paliatif ini, kami
berharap dapat berbagi pengetahuan tentang bagaimana trend dan issue
keperawatan paliatif. Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
beberapa pihak, terutama Bapak dan Ibu selaku dosen pengampu pada mata kuliah
keperawatan menjelang ajal dan paliatif.

Kami sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, maka kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Denpasar, 10 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar isi................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

2.1 Konsep Paliatif Dan Perkembangannya Di Indonesia.....................................3

2.2 Tren Perkembangan Paliatif Care Di Bidang Pendidikan Dan Pelayanan......5

2.3. Organisai non protif........................................................................................7

2.4. Trend Penelitian..............................................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta
melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization
(WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan
penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit
ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang
hidup(Robert, 2003).Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada
pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi,
mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh
rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan
spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan
paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi
kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus
kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri,
masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013).
Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan
paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien
menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek
1
spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga
bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal
dunia dengan baik dan tenang (Bertens, 2009).
Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai martabat serta
harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana konsep paliatif dan perkembangannya di Indonesia ?
B. Bagaimana tren perkembangan paliatif care dibidang pendidikan dan pelayanan ?
C. Bagaimana Organisasi non protif?
D. Bagaimana tren pelenilitan
1.2 Tujuan
A. Untuk mengetahui konsep paliatif dan perkembangannya di Indonesia
B. Untuk mengetahui Tren perkembangan paliatif care dibidang pendidikan dan
pelayanan kesehatan
C. Untuk mengetahui Organisasi non protif
D. Untuk mengetahui tren penelitian

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Konsep Paliatif dan perkembangannya di indonesia


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
Pada kasus saat tim dokter menyatakan sulit sembuh atau tidak ada harapan lagi,
bahkan mungkin hampir meninggal dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal
(PST) tentunya membutuhkan pelayanan yang spesial. Maka, disinilah perawatan paliatif
menjadi aspek penting pada pengobatan.
Setelah terjadi kemajuan-kemajuan dalam teknologi kedokteran, paliatif care
terpinggirkan dan diabaikan. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa kemajuan
teknologi kedokteran itu mampu memperpanjang hidup dan kehidupan manusia,
meskipun tanpa mempertimbangkan kualitas hidup penderita akibat penerapan teknologi
tersebut.
Tersisihnya Perawatan Paliatif dengan filosofi dan tujuannya, tampak juga dari
berbagai kebijakan dalam bidang kesehatan yang dibuat oleh berbagai pihak, hampir
selalu terlihat: “... preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Hampir tidak pernah
tercamtum “paliatif”. Meskipun pada kenyataannya sering Perawatan Paliatif dibutuhkan
dalam implementasi kebijakan tersebut.
Apalagi kebijakan untuk paliatif care telah dicanangkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
604/MENKES/SK/IX/1989, dan telah lebih jelas lagi dengan terbitnya  Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 812/MenKes/SK/VII/2007 dengan
penjelasannya yang terdapat di dalam lapiran surat keputusan tersebut.
Tata kerja organisasi perawatan paliatif ini bersifat koodinatif dan melibatkan semua
unsur terkait dengan mengedepankan tim kerja yang kuat, membentuk jaringan yang luas,
inovasi tinggi, serta layanan sepenuh hati.
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai
berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
3
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6.Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien
dan Keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita

Istilah "perawatan paliatif" umumnya mengacu pada setiap perawatan yang meredakan
gejala, apakah ada atau tidak ada harapan penyembuhan dengan cara lain.
Pengobatan paliatif bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri
seperti mual, muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera meninggal
pertama didirikan di Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di RS Khusus St.
Christopher, RS khusus tersebut pindah ke AS pada thn 1970an. RS khusus pertama di
AS adalah RS New Haven yang kemudian menjadi RS khusus Connecticut. RS tersebut
kemudian menyebar ke seluruh Negara.

Sedangkan di Indonesia sendiri, perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari
1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS
Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito
(Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).
Pelayanan yang diberikan meliputi:
1. Rawat jalan
2. Rawat inap (konsultatif)
3. Rawat rumah, yaitu dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita.
4. Day care, merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat
inap, seperti perawatan luka,kemoterapi dll.
5. Respite care, merupakan layanan yang bersifat psikologis.

4
Di Amerika Serikat saat ini, 55% dari rumah sakit dengan lebih dari 100 tempat tidur
menawarkan program perawatan paliatif, dan hampir seperlima dari rumah sakit
masyarakat memiliki program perawatan paliatif.
Di Surabaya, tepatnya di RS Dr. Soetomo, perawatan palliative sudah berjalan dengan
baik. Sedangkan di Makassar sendiri, hal tersebut belum begitu optimal.
Bahkan pada tanggal 15 Mei 2010 telah dideklarasikan secara resmi di Surabaya sebagai
kota paliatif di Taman Bungkul Surabaya, dengan demikian surabaya menjadi kota
paliatif pertama di Indonesia.
Dari sini diharapkan pasien kanker bisa mendapatkan penanganan lebih baik melalui
pelayanan paliatif.

2.2 Trend perkembangan paliative care dibidang pendidikan dan pelayanan


Kualitas Hidup Pasien
adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks
budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan
Harvey Schipper(1999), adalah :
1. Gejala fisik
2. Kemampuan fungsional (aktivitas)
3. Kesejahteraan keluarga
4. Spiritual
5. Fungsi sosial
6. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
7. Orientasi masa depan
8. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
9. Fungsi dalam bekerja
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 Palliative home care adalah pelayanan
perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas
bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.

Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat
dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit.
Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan
untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri.
5
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat
yang menyediakan layanan kesehatan secara medis bagi masyarakat.

Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu
menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara
rasional berdasarkan informasi tersebut (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).

a. menerima kematian orang yang dicintainya.


b. Sebuah program di mana sukarelawan memainkan peran penting, melakukan
kunjungan pribadi yang teratur ke pasien dan keluarga.
Tujuan hospice care antara lain:
a. Pengendalian nyeri sehingga individudapat tetap berpartisipasi aktif dalam hidup
sampai ia meninggal.
b. Mengkoordinasikan layanan dukungan psikologis, spiritual dan sosial untuk pasien
dan keluarga.
c. Mengadakan konseling hukumdan finansial untuk pasien dan keluarga.

1. ividu serta kualifikasi dalam memberikan konsultasi


2. Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of knowledge
3. Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional
4. Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah dan
misinterpretasi dan menjaga integritas perawat
5. Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
termasuk pada lansia.

6
2.3. Organisasi Nirlaba (Non Profit)

Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu
atau perihal didalam menarik perhatian public untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa
ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba
meliputi gereja, sekolah negeri, derma politik, rumah sakit dan klinik public, organisasi
politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, asosiasi professional, institute
riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.

Perbedaan organisasi nirlaba dengann organisasi laba

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi laba, diantaranya
sbb:

Organisasi laba:

• Pemilik jelas memperoleh untung dari hasil organisasinya

• Sumber pendanaan jelas, yakni dari keuntungan usahanya.

• Penyebaran tanggung jawab jelas, siapa yang menjadi dewan komisaris yang kemudian
memilih direktur pelaksana.

Organisasi nirlaba:

• Pemilik tidak jelas

• Membutuhkan sumber pendanaan

• Tidak mudah dilakukannya penyebaran tanggung jawab, karena dewan komisaris bukan
pemilik.

Organisasi nirlabamembutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi profit dan


pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan criteria-kriteria pencapaian kinerja
organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauhmana masyarakat
yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup potensi-potensi
kemanusiaannya. Sifat social dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan
organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan
pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan,
kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konflik dan kekerasan. Kesalahan
dan kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak

7
masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan
kekerasan social. Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas
pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang
komprehensif dengan memaduka pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang
handal dan unggul sebagai hasil proses pembelajaran bersama masyarakat.

Dalam konteks pembangunan organisasi nirlaba yang unggul, berkelanjutan, dan memberikan
energy perubahan dan pembaruan bagi masyarakat, Bernardine R. Wirjana, professional
dalam bidang pemberdayaan masyarakat, yang selama dua dasawarsa menjadi pelaku
manajemen organisasi nirlaba, mengabdikan proses pembelajaran atas pengalaman-
pengalaman dan teori-teori manajemen terkini dalam bidang pemberdayaan masyarakat.

Ciri-ciri Organisasi Nirlaba

Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atas pemilik
entitas tersebut.

Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan
dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas
atau pembubaran entitas.

Pelatihan Keuangan untuk Pengelola Keuangan Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba di Indonesia saat ini masih cenderung menekankan pada prioritas kualitas
program dan tidak terlalu memperhatikan pentingnya system pengelolaan keuangan. Padahal
system pengelolaan keuangan yang baik diyakini merupakan salah satu indicator utama
akuntabilitas dan transparasi sebuah lembaga. Pengetahuan dari staff keuangan mengenai
pengelolaan keuangan organisasi nirlaba masih sangat minimal. Padahal untuk membangun
system pengelolaan keuangan yang handal dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman yang cukup.

8
Penabulu menghadirkan pelatihan keuangan yang bertujuan untuk miningkatkan transparansi
dan akuntabilitas keuangan organisasi nirlaba melalui penguatan kapasitas dalam bidang
pengelolaan keuangan.

Peserta pelatihan memahami system pengendalian internal sebagai bagian dari usaha
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja lembaga, peserta dapat melakukan administrasi
keuangan organisasi nirlaba dan membuat laporan keuangan organisasi sesuai dengan
ketentuan dalam PSAK 45.

Pajak bagi organisasi nirlaba

Banyak yang bertanya,apakah organisasi nirlaba yang mana mereka tidak mengambil
keuntungan dari apapun, akan dikenakan pajak? Sebagai entitas atau lembaga, maka
organisasi nirlaba merupakan subyek pajak. Artinya seluruh kewajiban subyek pajak harus
dilakukan tanpa terkecuali. Akan tetapi, tidak semua penghasilan yang diperoleh yayasan
merupakan obyek pajak.

Pemerintah Indonesia memperhatikan bahwa badan social bukan bergerak mencari laba,
sehingga pendapatannya diklasifikasikan atas pendapatan yang obyek pajak dan bukan obyek
pajak. Namun di banyak Negara, organisasi nirlaba boleh melamar status sebagai bebas
pajak, sehingga dengan demikian mereka akan terbebas dari pajak penghasilan dan jenis
pajak lainnya.

Organisasi nirlaba di beberapa Negara

• Indonesia

Di Indonesia, organisasi nirlaba telah berkembang cukup pesat, terutama di bidang


keagamaan serta advokasi. Selain itu, di bidang pendidikan kini juga mulai berkembang,
seperti yang dilakukan oleh internews Indonesia, dimana mereka melakukan bimbingan bagi
para jurnalis.

• Amerika Serikat

Perkembangan organisasi nirlaba di AS telah sangat jauh lebih maju di banding Indonesia,
terutama dalam bidang keagamaan. Amandemen pertama AS menjamin kebebasan beragama
bagi masyarakatnya. Bagaimanapun, organisasi nirlaba relijius seperti gereja, tunduk kepada
lebih sedikit system pelaporan pemerintah pusat disbanding dengan banyak organisasi lain.
Dalam hal perpajakan, organisasi nirlaba relijius di AS juga di kecualikan dari beberapa

9
pemeriksaan ataupun peraturan, yang membedakannya dengan organisasi non relijius. •
Kanada Di kanada organisasi nirlaba yang mengambil format derma biasanya harus di
catatkan si dalam agen pendapatan kanada.(Canada revenue agency)

• Kerajaan inggris

Di inggris dan wales, organisasi nirlaba yang mengambil format derma biasanya harus
dicatatkan di dalam komisi pengawasan derma. Di skotlandia, kantor pengatur derma
skotlandia juga melayani fungsi yang sama. Berbeda dengan organisasi nirlaba di AS seperti
serikat buruh, biasanya tunduk kepada peraturan yang terpisah, dan tidak begitu dihormati
sebagaimana hanya derma dalam hal pengertian teknis.

Keadaan organisasi nirlaba di Indonesia

Menurut Wikipedia Indonesia, organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang bersasaran
pokok untuk mendukung satu isu atau perihal didalam menarik perhatian public untuk suatu
tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba.
Karakter dan tujuan dari organisasi non profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan
dengan organisasi profit. Organisasi non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada
individu atas komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya bertujuan untuk
mencari keuntungan. Organisasi non profit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset
yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh,
dan untuk manusia.

Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi


nirlaba. Dari organisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir. Memiliki daya
saing yang tinggi, aspek kepemimpinan serta sigap menanggapi perubahan. Hampir diseluruh
dunia ini organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu
komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak
bias terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana efektifnya
daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjadi bencana alam tsunami di Aceh, ratusan
organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi terhadap proyek
kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit juga mendapatkan keuntungan
langsung dengan majunya komunitas, mereka mendapatkan market yang terus bertumbuh
karena daya beli komunitas yang kian hari kian berkembang atas pembinaan organisasi
nirlaba.

10
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu darah. Mereka sesuai
dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi
non profityang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak jauh
beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission statement yang jelas, focus dan
aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh stake
holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba Indonesia adalah tidak fokusnya misi.
Sering misi dibuat dengan pilihan kata, maka kata yang paling mengambang dan dapat
multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata yang paling banyak muncul
barangkali kata sejahtera, adil, merata, berkesinambungan. Misi ini selanjutnyan
diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak
focus. Kondisi ini juga berimbas pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia.
Struktur organisasinya memasukkan semua bidang. rata-tara memiliki > 200 bidang. Banyak
yang masih mengadaptasi organisasi politik mereka dijaman orde baru hamper semua
organisasi nonprofityang berdiri menjadi underblow partai golkar.

Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi dari seluruh penjuru
dunia. Mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi yang tumbuh dan berkembang di
dunia maya sendiri. Telah menarik populasi yang sangat besar. Makin hari organisasi
konvensional makin ditinggalkan. Aktivitasnya dengan teknologi informasi. Kepemimpinan
di seluruh organisasi memegang peranan yang paling vital. Demikian pula dalam organisasi
nirlaba. Criteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki kemauan.
Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa oleh orang lain. Dengan
memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap apa saja yang harus
dikerjakan sebagai dikemudian hari, serta mengetahui konsekwensi atas pengorbanan yang
harus dijalani sebagai pemimpin organisasi nirlaba. Criteria kedua adalah memiliki kapasitas
untuk mendengar dan menyelesaikan permasalahan. Mendengar merupakan criteria yang
penting bagi pemimpin dalam organisasi nirlaba, karena pemimpin akan selalu berinteraksi
dengan banyak orang, mulai dari para relawan sampai dengan orang-orang yang menjadi
objek dari organisasi. Criteria ketiga adalah memiliki kemampuan mengkader. Dengan
mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat terjamin. Pemimpin yang sukses
adalah yang bukan menghambat kemunculan kader-kader yang lebih muda, tetapi justru
member inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya

11
pemimpin yang berhasil mengkader adalah pemimpin yang berhasil membesarkan namanya
sendiri secara tidak langsung. Criteria keempat adalah memiliki kemampuan dalam hal
mengumpulkan dana. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan determinasi serta kecerdasan
pemimpin dalam merajut relasi antar donator. Volunteer dan masyarakat. Organisasi nirlaba
telah banyak yang mengaplikasikan criteria-criteria tersebut untuk memilih pemimpinnya.
Tapi sayang karena belum memiliki manajemen pengumpulan dana yang baik, criteria
kemampuan financial dari calon pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam perang dunia
pertama menyatakan bahwa yang paling penting dalam perangadalah uang. Yang kedua
adalah uang dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting bagi organisasi nonprofit,
tapi pengelola organisasi non profit, dibutuhkan manajemen pengumpulan dana yang bersifat
jangka panjang. Istilah fund rising di organisasi nirlaba sebenarnya lebih tepat kalau disebut
sebagai fund development. Istilah ini signifikan karena bukan hanya dana yang menjadi
perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat sebagai donator dan volunteer juga menjadi
perhatian utama untuk membangun dukungan yang bersifat jangka panjang.

Pentingnya Publik Relations Dalam Organisasi Nirlaba

Karena sifat organisasi nirlaba yang bersifat mandiri dan sukarela maka PR dalam hal ini
harus menggalakkan kampanye untuk meyakinkan dan membangkitkan kesadaran /tanggung
jawab social masyarakat tentang nilai aktivitasnya melalui kampanye yang terus menerus
agar mereka bersedia mendukung (khususnya dana), terlibat dan tetap percaya dalam
program yang dilakukan. Kampanye juga digalakkan dalam mengembangkan saluran
komunikasi dengan public sehingga dapat menciptakan dan memelihara iklim yang
menguntungkan untuk mengumpulkan dana. PR dalam organisasi nirlaba dituntut untuk
mampu membuat program PR seperti : tulisan (PR writing), buku mini, brosur, naskah pidato
(radio/televise), film. Dengan menggunakan beragam media komunikasi. Misalnya publisitas
pers, iklan, pidato umum, peragaan, pameran, majalah, kisahberita. Hal ini ditunjukkan untuk
member informasi dan memotivasi konstituen utama organisasi(karyawan, sukarelawan)
untuk mengabdikan diri mereka dan berkarya secara produktif untuk mendukung misi, tujuan
dan sasaran organisasi. Sama dengan PR pada organisasi lainnya (Frazier Moore) fungsi PR
dalam organisasi nirlaba : menentukan sikap public terhadap organisasi (pencitraan), menilai-
kesan public terhadap organisasi, mencari apakah public mengetahui tujuan, pelayanan dan
pelaksanaan organisasi, menentukan kesalahapahaman yang terjadi, melaksanakan penelitian
opini yang sangat penting untuk menyusun kebijaksanaan, perencanaan dan penelitian

12
efektifitas program humas. Mengidentifikasi public : anggota penyumbang/ donator, pekerja
sukarela, pemuka pendapat (Opinion Leader), atau public umum

Contoh Organisasi Nirlaba

1. Organisasi Kesejahteraan social masyarakat

2. Yayasan social : supersemar, social masyarakat

3. Yayasan dana : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI peduli, Dompet Dhu’afa

4. Lembaga advokasi : kontras, YLKI, perlindungan kekerasan dalam RT

5. Balai keselamatab : Tim SAR

6. Konservasi lingkungan / satwa : WALHI, pro fauna

7. Rumah sakit dan organisasi kesehatan masyarakan

8. Yayasan kanker Indonesia

9. PMI

2.4 Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan religiusitas di dunia rumah sakit salah satu subjek dari
pemberi layanan adalah petugas yang langsung berhubungan dengan pelayanan pasien,
banyak waktu untuk berkomunikasi intens bersama pasien sebagai objek layanannya
sehingga lebih banyak informasi yang dapat digali. Dalam hal ini, bagaimana kebutuhan yang
harus dimiliki oleh perawat dan petugas rohaniwan dalam meng-advokasi, membina suasana,
memberdayakan serta menjalin kemitraan bersama pasien dan keluarga tentunya
membutuhkan pemahaman religiusitas yang mumpuniPerkembangan paliative care di
indonesia

Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr.
Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais
(Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS
Sanglah (Denpasar).

13
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Perawatan paliatif adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang penyakitnya
tidaklagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas
perawatan paliatif hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah tidak respossif
terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan dengan upaya kuratif
apapun.
Tujuan umum kebijakan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup yang seoptimal
mungkin bagi penderita dan keluarganya. Yang artinya meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal, tidak mempercepat atau menunda
kematian, menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang menganggu, menjaga
keseimbangan psikososial dan spiritual, berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir
hayatnya serta berusaha membantu duka cita pada keluarga.

14
DAFTAR PUSTAKA

Artantihendriyana.(2014).Perawatanpaliatifdankualitashidupbangsa.(Diakses tgl 26 february


2018 pukul 08.00) http://www.unpad.ac.id/2014/03/perawatan-paliatif-dan-kualitas-
hidup-bangsa/.

Brunner & Suddarth Ed.8.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Cemy Nur Fitria. (2010). Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Muhammadiyah
Surakarta: Vol. 7 No. 1 . (Diakses 7 april 2018 pukul 19.00 )
file:///C:/Users/user/Downloads/ANAK/58-113-1-SM%20(anak).pdf

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007. Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Diakses tanggal 7 april 2018 pukul
19:30).
file:///C:/Users/user/Downloads/20130506131833.Skmenkes_Nomor_812MENKESS
KVII2007_Tentang_Kebijakan_Perawatan_Paliatif.pdf

Nuhonnidkk. (2010). Bunga Rampai Perawatan paliatif . Jakarta : BadanPenerbit FKUI

Potter dan Ferry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol.1. Jakarta: EGC

Phipps..J Wilma et al (2003). Medical surgical nursing : Health and illness perspectives,
,Mosby Inc., USA

Sumijatu dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatn Komunitas. Jakarta: EGC.

Trend Dan Isu Keperawatan Gerontik (Diakses tanggal 7 april 2018 pukul 20: 05)
file:///C:/Users/user/Downloads/gerontik/GERONTIK%202.pdf

Trend Dan Issue Dalam Keperawatan Maternitas (Diakses tanggal 7 april 2018 pukul 20:55 )
file:///C:/Users/user/Downloads/mater/MATER%202.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/organisasi_nirlaba

http://sijabatermanuela.blogspot.com/2008/06/pengertian-organisasi-nirlaba.html
http://ihsanrifidmd.wordpress.com/2010/10/25/organisasi-nirlaba
http://andib;ogku.blogspot.com/2010/11/makalah-manajemen-organisasi-nirlaba.html

15
https://slideplayer.info/slide/5248179/

16

Anda mungkin juga menyukai