1 November 1945, satu hari setelah kematian Jendral andalan Inggris Mallaby, semua
stasuin radio menyiarkan pidato yang menyulut semangat bertempur pasukan Indonesia
“Jendral Mallaby telah tewas! Jendral Mallaby telah tewas! Mobilnya meledak karena
dilempari granat oleh pejuang heroik kita! Inggris sudah kehilangan kekuatannya! Ayo,
marilah kita habisi para penjajah! Kita sudah merdeka saudara-saudara, mereka tak
punya hak untuk berada disini untuk lebih lama lagi! KITA BUAT MEREKA
MENYESAL PERNAH MENGINJAKKAN KAKI DI BUMI INDONESIA!!”
Tak satupun dari kita, Barisan Pemberontak Rakjat Surabaya tahu siapa yang
menyerukan pidato itu bahkan pemimpin kami, Komandan Goemoen juga tidak tahu.
Aneh sekali, tak mungkin tak seorangpun tahu siapa yang menyerukan pidato itu, karena
rangkaian kata kata yang ia ucapkan terdengar seperti orang yang sudah sering berorasi,
tak hanya itu, pidatonyapun berhasil meledakkan semangat juang yang berada di hatiku.
Ingin sekali kutembaki para penjajah bengis itu dengan senapanku, dan saat mereka
sudah tiadapun akan tetap kutembaki tengkoraknya sampai butir butir peluru
dikantungku habis.
“Sersan! Sersan Lukas!” Tiba-tiba suara yang tak asing terdengar dibelakangku. Tetapi
aku masih hanyut dipikiranku yang dalam. Tak lama terasalah tepukan yang cukup kuat
dipundakku. Cukup kuat untuk membuatku terkejut
“Aah! Oh… Komandan Goemoen? Ada apakah Komandan?” kataku kaget melihat
Komandan dibelakangku
“Tidak apa apa” Jawab Goemoen “Saya disini untuk memintamu menjalankan sebuah
misi yang tak boleh diketahui oleh orang lain termasuk teman seperjuangan kita”
Lanjutnya
“Apapun perintahmu akan saya lakukan Komandan!” Jawabku dengan penuh percaya
diri
“Baiklah, jadi besok pagi pagi sekali pukul 4 kita dan beberapa orang yang sudah saya
tunjuk secara pribadi akan pergi menuju lapangan terbang Morokrembangan 8 kilometer
dari sini untuk membunuh Jendral Robert Loder-Symonds yang akan lari dari Indonesia”
Jelas Goemoen
“Robert? Maksud anda, monster Inggris yang mempimpin detasemen artileri yang
berhasil menghabiskan lebih dari separuh kendaraan perang pasukan Surabaya hanya
dalam waktu 4 hari?” Tanyaku
“Ya betul, kita tidak bisa membiarkannya lolos dari kota ini setelah apa yang ia lakukan
kepada teman teman kita” Jawab Goemoen
“Maaf Komandan, tetapi apakah Komandan yakin bahwa Robert akan benar-benar
menginggalkan Surabaya besok?”
“Iya, saya sangat yakin, orang Inggris adalah orang yang rakus. Bila mereka diberi uang,
mereka akan dengan senang hati memberimu semua informasi tentang pasukan mereka,
bahkan informasi yang paling rahasiapun akan mereka beri tahu bila kau mempunyai
banyak uang hahaha!” Jawab Goemoen sambil tertawa
“Maaf Komandan tetapi saya masih belum yakin bahwa mereka mengatakan yang
sejujurnya, mereka bisa saja berbohong” Jawabku
“Sudah… tenang saja… informanku bisa dipercaya” Jawab Goemoen dengan santai
Setelah itu saya berpamitan dengan Komandan Goemoen dan pergi menuju kamp. Saat
berjalan saya menemui tiga orang laki-laki berdiri berjajar didepan jalanku seolah ingin
mencegatku. Mereka memakai seragam yang sama denganku tetapi ada berbeda dengan
mereka. Mereka terlihat unik. Ada yang mengenakan baret merah dengan kumis tebal,
ada yang mengenakan penutup mata layaknya seorang bajak laut dan ada pula yang
mengenakan topi koboi dikepalanya
Tiba-tiba orang denggan penutup mata mendekat. Orang ini memiliki postur tubuh yang
tegap dan otot yang kekar. Sempat gemetar kakiku melihat orang ini. Kakiku terasa
seperti mie yang sudah lembek. Aku tidak tahu mengapa kakiku seperti ini. Tetapi aku
tak melakukan apa apa karena aku merasa terintimidasi oleh tubuhnya yang besar.
“Kita bertiga juga diberi misi yang sama, apakah kamu pikir ada yang aneh dengan misi
itu?” Tanyanya
“Ayo ikut aku, kita akan berbicara tentang hal itu di belakang kamp” Ajaknya
Setelah itu aku memutuskan untuk mempercayainya dan mengikutinya. Setelah sampai,
tiga orang tersebut memperkenalkan dirinya masing-masing. Orang dengan penutup
mata yang mengajakku memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
“Namaku Ferdy, kapten batalion artileri. Saya ditunjuk untuk menjalani misi ini untuk
membalaskan dendam anak buahku yang mati ditangan Jendral Robert. Mata kananku
ini terkena serpihan ledakan meriam Robert bulan lalu. Dipertempuran itu juga saya
kehilangan anak buahku” Seraya membuka penutup matanya, ia menunjukkan mata
kanannya yang sudah bolong
“Apa?! Mana mungkin seseorang bisa menembak jatuh pesawat hanya dengan sepucuk
senapan sniper” Kataku dengan rasa tak percaya
“Yusril namanya, ia hanyalah orang rendahan yang diangkat sebagai Mayor karena
kegigihannya dalam beberapa pertempuran melawan penjajah. Pada akhirnya, pada
tanggal 30 Oktober 1945, ia ditunjuk langsung oleh Komandan Agung Goemoen untuk
menjalankan misi rahasia untuk membunuh Jendral Robert Loder-Symonds yang sudah
meluluh-lantakkan bumi Surabaya dengan meriam meriamnya yang ganas. Tetapi,
Yusril ditunjuk dengan alasan yang sangat jelas. Yusril ditunjuk karena Ia tahu jalan
yang terbaik untuk menuju lapangan terbang Morokrembangan”
Orang ini sangat aneh pikirku. Ia berbicara dengan sudut pandang ketiga seperti ia
berada didalam sebuah novel. Aku tak pernah berpikir bahwa ada orang yang akan
berbicara seperti itu.
“Lalu, apa alasanmu ditunjuk untuk melaksanakan misi ini?” Tanya Ferdy
“Alasan…? Aku tak tahu, aku hanya ditunjuk untuk melaksanakan misi ini tanpa diberi
alasan” Jelasku
Terbaca diwajah mereka bahwa mereka sangat heran denganku tetapi aku tetap diam
“Ya sudahlah saya kira itu tak penting. Sekarang perkenalan kita sudah selesai, sekarang
mari kita membahas misi yang akan dilaksanakan esok” Kata Ferdy
“Jadi saya kira kita semua sudah tahu bahwa Goemoen menyogok salah satu tentara
Inggris agar mendapatkan informasi tentang Jendral Robert. Tetapi, apakah kita bisa
mempercayai orang Inggris itu?” Lanjut Ferdy
“Iya, informasi itu bisa saja hanyalah sebuah jebakan” Jelas Terry
“Haruskah Yusril dan kawan kawan berbicara kepada Komandan Goemoen untuk
menghentikan misi ini?” Tanya Yusril
“Tidak, itu adalah perbuatan yang sia-sia. Komandan Goemoen sudah terlalu percaya
diri bahwa informasi yang ia dapatkan itu benar” Jawabku
“Wah gawat! Kita ini sama saja diperintah untuk melaksanakan misi bunuh diri! Kita
harus paksa Komandan untuk membatalkan misi” Kata Terry dengan cemas
“Jangan, bisa-bisa kita malah akan dieksekusi langsung olehnya dengan alasan
membelot” Jelasku
“TENANGLAH SEDIKIT!”
“Kita akan tetap melajutkan misi ini apapun resikonya, lagipula inilah satu-satunya
kesempatan kita untuk membalaskan dendam saudara-saudara kita yang gugur akibat
meriam Robert”
“Pergilah kalian, aku masih ingin hidup! Aku akan pergi dari sini” Kata Terry seraya
meninggalkan kita bertiga
“Lalu, apakah kalian berdua akan ikut denganku atau pergi seperti Terry?” Tanya Ferdy
“Yusril adalah seorang pemberani juga patriotik, Ia akan mengambil semua kesempatan
yang ia dapat untuk membunuh para penjajah” Jawab Yusril dengan penuh percaya diri
“Saya juga akan tetap melaksanakan misi ini” Jawabku dengan tegas
“Baiklah kalau begitu, kita harus istirahat sekarang supaya kita dapat menjalankan misi
ini dengan baik esok hari” Kata Ferdy dengan senang
Setelah berpamitan, saya pun langsung bergegas menuju kamarku karena hari sudah
malam, tetapi langkahku terhenti oleh suara Ferdy
“Besok kita berkumpul di bawah pohon mangga di samping rumah Goemoen jam 4”
Setelah tertidur, aku bangun jam 3 pagi dan mempersiapkan diriku sendiri, setelah itu
aku mengambil senapanku dan bergegas menuju pohon mangga disamping kediaman
Komandan Goemoen. Waktu masih mununjukkan pukul 3:40. Masih terhirup segarnya
aroma malam hari. Saat aku sedang menikmati segarnya udara jernih yang bebas dari
asap ini, terdengar suara mobil dari belakangku. Terlihat mobil truk dengan senjata anti
pesawat terbang Polsten curian dari pasukan Inggris.
“Naiklah Sersan! Bantu aku mengopresikan senjata ini” Teriak Goemoen dari bangku
senjata Polsten
Dengan sigap langsung aku turuti perkataannya dan menaiki bak muatan truk itu. Dari
sana aku melihat Ferdy sedang mengemudikan truk dan Yusril duduk disampingnya
sebagai penunjuk arah didalam truk. Tetapi aku tak melihat Terry didalam truk itu.
Mungkin ia memang benar-benar memutuskan untuk tidak ikut. Selama diperjalanan tak
ada satu orangpun yang memulai percakapan. Suasana di dalam truk itu dingin, sangat
dingin. Tiba-tiba aku teringat oleh ucapan Terry.
“Kita ini sama saja diperintah untuk melaksanakan misi bunuh diri!”
Tiba-tiba perjalanan menuju lapangan terbang Morokrembangan terasa seperti antrian
hukuman mati dengan algojo yang siap menebas kepala kita dengan kampaknya yang
besar. Suasana yang hening ini membuat pikiranku menggila. Keringat dingin mulai
bercucuran dari dahi ke daguku. Tak lama keringat dingin juga mulai bercucuran dari
seluruh badanku.
Bagaimana jika kita telah ditipu oleh Komandan? Bagaimana jika kita benar-benar
sedang melaksanakan misi bunuh diri? Pikirku dalam hati. Tak lama kemudian Yusril
berkata bahwa kurang dari 10 menit lagi kita akan sampai di lapangan terbang
Morokrembangan. Keinginanku untuk melompat dari truk ini semakin tak tertahankan.
Secara tak sadar, tanganku sudah berada di gagang pintu bak muatan, siap untuk
membukanya kapan saja sampai akhirnya aku mendengar dengingan baling pesawat
terbang melintas diatasku.
Dengan tangan yang gemetar aku melaksanakan perintahnya. Tetapi ledakan bom yang
dijatuhkan dari pesawat Inggris membuatku terkejut dan menjatuhkan peluru yang
kupegang dari tanganku.
Lalu aku langsung mengambil peluru yang terjatuh dan memasukkannya ke senjata
Polsten dengan cepat. Lalu aku melihat pesawat pembom itu sedang memutar, ingin
menjatuhkan bom untuk yang kedua kalinya. Tetapi Goemoen berhasil menembaki
pesawat itu dan akhirnya terjatuh. Tetapi, aku melihat pilotnya melompat dari pesawat
itu dengan parasut sebelum pesawatnya menghantam tanah.
“Tenang saja! Walaupun mataku tinggal satu, aku masih bisa menggunakan sniperku”
Ujar Ferdy
DOR!
Lalu kami bergegas menuju lokasi dimana tubuh pilot itu mendarat untuk mengecek
mayatnya. Sesampainya disana aku, Ferdy dan Yusril bergegas mengecek tubuh pilot
tersebut. Yusril langsung melepas helm yang dipakai pilot itu dan terlihatlah wajahnya
yang berkumis rapi dibawah hidungnya
“ITU DIA! DIALAH TARGET KITA!” Goemoen berteriak dari bak truk
Sempat ada keraguan didalam pikiranku karena tak mungkin seorang yang berpangkat
jendral mau turun langsung ke medan perang. Dan keraguan itu menggerakkan tanganku
mengambil kartu identitasnya yang berada di saku kirinya. Dikartu itu tertulis data
seseorang mulai dari alamat, tempat tanggal lahir, golongan darah, sampai status
pernikahan semua ditulis secara lengkap. Tetapi mataku terbelalak saat melihat nama
yang tertulis diatas kartu itu
Namanya adalah
Robert Loder-Symonds
Dibuat oleh: Thomas Aquino Amadeus S.
19 September 2019
Teks Sejarah
Jendral Inggris kedua yang juga tewas di tangan 'arek-arek Suroboyo' saat itu ialah?
Brigjen Robert Guy Loder Symonds. Dirinya merupakan Komandan Detasemen Artileri
Pasukan Inggris di Surabaya.
Tewasnya Jendral Inggris ini karena diberondong senjata anti pesawat udara yang
diawaki oleh Goemoen, dari kesatuan BPRS (Barisan Pemberontak Rakjat Soerabaja).
Morokrembangan yang dulunya ada sebuah lapangan terbang telah menjadi saksi
kegigihan para pejuang Indonesia untuk menjatuhkan pesawat yang dinaiki Jendral
Robert Loder-Symonds.
Jenderal Inggris yang tewas di Surabaya ini kini dimakamkan di di Commonwealth War
Cemetary, Menteng Pulo, Jakarta. Guy Loder Symonds adalah jenderal Inggris kedua
yang tewas setelah Mallaby.
Sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-kisah-heroik-di-balik-pertempuran-
surabaya.html