RETARDASI MENTAL
A. Pengertian
Terdapat berbagai definisi mengenai retardasi mental. Menurut WHO retardasi mental
adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip dari toback C.)
mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untukbelajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Retardasi mental ialah keadaan dengan
intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga
pada demensia), tetapi gejala utama yang menonjol ialah intelegensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau
tuna mental.
Retardasi mental merujuk pada fungsi intelektual umum di bawah rata-rata yang
terjadi bersamaan dengan prilaku adaptif yang defisit dan dimanifestasikan selama masa
perkembangan. Masa perkembangan yang berlangsung sampai kurang lebih usia 18 tahun.
Retardasi mental menurut PPDGJ III adalah
1. Fungsi intelektual umum di bawah rata-rata yang cukup bermakna yaitu IQ < 70
2. Juga diakibatkan atau berhubungan dengan kekurangan atau berbeda dalam perilaku
adaptif
3. Timbul sebelum usia 18 tahun
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi
intelektual yang di bawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang
ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.
Pembagian Retardasi Mental Menurut PPDGJ III Yaitu:
1. Retardasi mental ringan IQ 50-70
2. Retardasi mental sedang IQ 35-49
3. Retardasi mental berat IQ 20-34
4. Retardasi mental sangat berat IQ < 20
B. Penyebab
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
Prenatal Perinatal Postnatal
Abnormalitas kromosom Aspiksia Perdarahan intraventrikuler
Hydrocephalus congenital Hipoksia ischemik Kernicterus
Gangguan endokrin Infeksi Malnutrisi
Radiasi dosis tinggi Prematur Meningitis
Malnutrisi Kejang neonatal
Infeksi maternal Kebutuhan emosional yang
Gangguan metabolik terabaikan
Neural tube defects
Hiperbilirubinemia berat
Abnormalitas neurologi
Gangguan
Kelainan pertumbuhan adaptasi
sosial
janin
Gangguan bahasa
(ekspresif dan reseptik) Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan
Gangguan bicara
Gangguan komunikasi
verbal Pengampaian informasi
yang tidak jelas
Gangguan interaksi
soasiak
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kromosomal kariotipe
2. EEG (electro ensefalogram)
3. CT (cranial computed tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
5. Serum asam urat
6. Plasma amonia
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan mulitidimensi merupakan
jalan yang terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak
secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebutseoptimal mungkin. Untuk itu
perlu melibatkan psikolog, dokter anak, dan pekerja sosial kadang-kadang juga diperlukan.
Pada orang tuanya diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang
dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Disamping itu diperlukan kerjasama yang baik
antara guru dengan orang tua anak, agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam strategi
penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi
pengertian, agar anak tidak diejek dan dikucilkan.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus, yang disesuaikan
dengan taraf IQ-nya, mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental
ringan, dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Semua anak yang
retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anank-anak ini sering juga disertai
dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus. Misalnya pada anak yang
mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak
dengan sindrom down dapat timbul dengan gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu
mendapat perhatian.
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan.
- Obat-obat psikotropika (misalnya, Tioridazin, Mellaril, Haloperidol/Haldol)
untukremaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
- Pikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda deficit perhatian
atauhiperaktivitas (misalnya, metilfenidat atau Ritalin).
- Antidepresan (misalnya, fluoksetin atau Prozac).
- Obat untuk perilaku agresif (misalnya, karbamazepin atau Tegretol)
G. Komplikasi
1. Kelainan pada mata (misalnya, katarak, kornea keruh, dll)
2. Kejang
3. Kelainan kulit
4. Kelainan rambut (rambut rontok dan rambut cepat memutih)
5. Kepala (mikrosefali dan makrosefali)
6. Masalah-masalah prilaku atau psikiatri
7. Disfungsi tiroid
8. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi,kurang
mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
9. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstruksi usus
halus dan defek jantung
J. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan Kognitif
Intervensi :
Ajarkan anak menyebutkan 1-2 kata/ huruf
Gunakan kata yang mudah dipahami
Anjurka pada keluarga klien untuk sering mengajak anak bicara
Rasional
mengungkapkan satu persatu kata dan mencerna bahasa yang diberikan
Dengan bahasa yang sederhana dapat memudahkan anak dalam memahami kata yang
diucapkan
Dengan bicara sering anak bisa kata-kata yang diucapkan
b. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan bicara
Intervensi :
Kaji faktor penyebab gangguan perkebangan anak
Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak
yang optimal
Berikan perawatan yang konsisten
Rasional :
Merupakan data awal untuk mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi
Dengan pendidikan anak dapat mengembangkan diri secara optimal
Perawatan yang konsisten diharapkan memberikan kemajuan pada kemandirian anak
c. Gangguan interaksi sosial b.d. gangguan bicara
Intervensi :
Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
Ajarkan anak untuk berkenalan dengan teman kelasnya
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Rasional :
Diharapkan anak akan mampu bersosialisasi dengan kelompok
Dengan berkenalan anak bisa bersosialisasi dengan temanya
Lingkungan yang aman dan nyaman akan membuat anak tidak takut bersosialisasi
dengan orang lain