Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BASALIOMA

A. Pengertian
 Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari
pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R,
2005).
 Basalioma merupakan tumor ganas yang berasal dari sel lapisan basal
epidermis, bersifat invasif, destruktif lokal dan sangat jarang bermetastasis
(Nila, 2005).
 Basalioma merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal
epidermis atau folikel rambut, yang paling umum dan jarang bermetastasis,
kekambuhan umum terjadi (Brunner and Suddarth, 2000).

B. Etiologi
Lebih dari 90% penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau
penyinaran ultraviolet lainnya. Paling sering muncul diatas usia 40 tahun. Faktor
resiko lainnya adalah :
a. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan
rambut pirang atau merah).
b. Pemaparan sinar X yang berlebihan.

C. Patofisiologi
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma
berasal dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi
pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah,
kepala, dan leher. Untungnya tumor ini jarang sekali bermetastasis. Pasien
dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat kanker kulit.
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang
gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang
membakar dan membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki
riwayat kanker sel basal harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung
untuk menghindari sinar karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari.
Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya
untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang
dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar
matahari juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogen.

Pathway
Penyebab (eksterna, interna)

Zat karsinogenik

Pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit

Basalioma

Tindakan medis: Operasi basalioma

Terputusnya jaringan Kurang informasi


Tindakan medis invasive

Rangsangan terhadap Bertanya tentang penyakitnya


Struktur kulit terputus
reseptor nyeri di korteks Penurunan status kesehatan
Perubahan terhadap fungsi
serebri
Kebutuhan akan belajar kulit
Nyeri dipersepsikan
Kurang pengetahuan Kerusakan integritas kulit
Nyeri akut
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah presileksinya
terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital),
leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai,
kaki dan kulit kepala. Gambaran klinik basalioma bervariasi terbagi menjadi 5
bentuk yaitu nodulo – ulseratif, berpigmen, morfea atau fibrosing atau sklerosin,
superfisiae, dan fibroepitelioma.
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis dimana epitelioma sel basal
berperan penting, yaitu sindroma epitelioma sel basal nevoid, nevus sel basal
unilateral linier, dan sindroma bazex.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita basalioma
yaitu evaluasi histologist dan biopsi.

F. Penatalaksanaan
a. Biasanya kanker diangkat melalui pengorekan lalu dibakar dengan jarum
listrik (kuretase dan elektrodesikasi) atau dipotong dengan pisau bedah.
Sebelumnya diberikan suntukan anestesi.
b. Eksisi.
c. Terapi radiasi.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data sebagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu sehingga pengkajian akurat,
lengkap, sesuai kenyataan dan kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan diagnosa keperawatan.
Dalam tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang terdiri dari tiga
metode yaitu komunikasi efektif, observasi dan pemeriksaan fisik.
Menurut Barbara Engram (1998), dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien pre dan post operasi umum, data yang perlu dikaji
adalah :
a. Data Dasar
1) Identitas
Identitas yang meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu
juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya
dengan klien.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan
dengan keluhan sekarang.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai
tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya –
upaya yang dilakukan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit basalioma atau
kanker.
5) Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Klien mengalami anoreksia, dan ketidakmampuan untuk makan.
b. Pola Minum
Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi, klien puasa total 24
jam (Doenges, et, al, 2002).
c. Pola Eliminasi
Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung masukan cairan.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Tidak dapat tidur dalam posisi baring rata pasca operasi
(Doenges, et, al, 1999).
e. Pola Kebersihan
Penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari – hari
disebabkan pasca operasi.
f. Pola Aktivitas
Keletihan melakukan aktivitas sehari – hari (Brunner and
Suddarth, 2000).
g. Data Psikologis
 Status emosi.
 Klien dapat merasa terganggu dan malu dengan kondisi yang
dialaminya atau tidak (Brunner and Suddarth, 2002).
 Gaya Komunikasi
Kesulitan berbicara dalam kalimat panjang / perkataan yang
lebih dari 4 atau 5 sekaligus (Doenges, et, al, 1999).
 Pola Interaksi
Tidak ada sistem pendukung, pasangan, keluarga, orang
terdekat. Keterbatasn hubunan dengan orang lain, keluarga
atau tidak (Doenges, et, al, 1999).
 Pola Koping
Klien marah, cemas, menarik diri atau menyangkal.
b. Data Sosial
1) Pendidikan dan Pekerjaan
Tingkat pengetahuan tentang operasi minim.
2) Hubungan Sosial
Kurang harmonisnya hubunan sosial merupakan stressor emosional
pernafasan tidak teratur (Brunner & Suddarth, 2002).
3) Gaya Hidup
Kebiasan merokok, minum minuman berakohol, sering bergadang.
4) Data Spiritual
Keterbatasan melakukan kegiatan spiritual (Brunner & Suddarth,
2002).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum lemah.
2) Kesadaran composmentis sampai koma, tergantung tingkat efek
pembedahan dan anestesi.
3) Tanda – tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi.
4) Kepala, leher, axilla : ekspresi wajah meringis, takut.
5) Hidung
Pernafasan cuping hidung.
6) Dada
Berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan mempengaruhi
pernafasan cepat sampai retraksi.
7) Ekstremitas : ekstremitas berkeringat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontailitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan informasi secara pasti untuk
menajga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah,
dikutip dari Carpenito, 2000 (Nursalam, 2001, hal 35).
Adapun tujuan membuat diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi :
a. Masalah dimana ada respon klien terhadap status kesehatan atau
penyakit.
b. Faktor – faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah
(etiologi).
c. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah
(Nursalam, 2001).
Berdasarkan teori diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
klien dengan pre dan post operatif basalioma menurut Doenges, et al (2000),
adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa Keperawatan Pre – Operatif :
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan prognosis berhubungan
dengan kurang informasi.
2. Diagnosa Keperawatan Post - Operatif :
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan ekspansi
paru, energi menurun (kelemahan), nyeri.
b. Kekurangan cairan berhbungan dengan hilangnya cairan tubuh.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan kurang nafsu makan.
d. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
e. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan eksisi
pembedahan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
3. Rencana Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah
menetapkan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengoreksi atau mengurangi masalah yang
diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan penyimpulan rencana dokumentasi.
Penetapan prioritas masalah keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien didasarkan kepada hirarki kebutuhan dasar manusia. Ada dua contoh
hirarki yang bisa digunakan, yaitu :
a. Hirarki ”Maslow”
Maslow (1967) menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap
yaitu fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisai
diri. Maslow mengatakan pasien memerlukan suatu tahapan kebutuhan,
jika pasien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan (Nursalam,
2001, hal 54).
Keterangan :
1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Need).
Contoh: udara segar, air, cairan, elektrolit, makanan.
2) Kebutuhan Rasa Aman (Safety Need)
Contoh: terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hukum.
3) Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love Need)
Contoh: mendambakan kasih sayang, ingin mencintai dan dicintai,
diterima oleh kelompok.
4) Kebutuhan Harga Diri (Esteem Need)
Contoh: dihargai dan menghargai respek dari orang lain, toleransi
dalam hidup berdampingan.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualitation Need)
Contoh: ingin diakui, berhasil dan menonjol dari orang lain.
b. Hirarki ”Kalish”
Kalish (1983) lebih menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalam
dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk
bertahan hidup dan stimulasi (Nursalam 2001,hal 52) setelah
penyusunan prioritas perencanaan diatas maka langkah selanjutnya
adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari
diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan pre dan post
operatif basalioma (Doenges, 2000) adalah sebagai berikut :
Rencana Keperawatan Pre – Operatif

Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan.


Tujuan : Klien dan keluarga tidak cemas lagi.
Kriteria Hasil : Rasa takut dan cemas berkurang sampai hilang.
Intervensi Rasional
Kaji status mental termasuk Pada awal pasien dapat
ketakutan pada kejadian isi pikir. menyangkal dan represi untuk
menurunkan dan menyaring
informasi keseluruhan.
Jelaskan informasi tentang Pengetahuan apa yang
prosedur keperawatan. diharapkan menurunkan.
Bantu kelurga untuk Keluarga mungkin bermasalah
mengekspresikan rasa cemas dan dengan kondisi pasien atau
takut. merasa bersalah.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan.

Tujuan : Klien bisa menerima keadaannyaa.


Kriteria Hasil : Perasaan negatif tentang diri sendiri tidak terjadi.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan / kehilangan pada Episode traumatik membuat
pasien. perasaan kehilangan aktual
yang dirasakan.
Bersikap positif selama Meningkatkan hubungan
pengobatan. kepercayaan antara pasien
dengan perawat.
Berikan kelompok pendukung Meningkatkan perasaan dan
untuk orang terdekat. memungkinkan respons yang
lebih membantu pasien.

Kurang pengetahuan tentang kondisi dan prognosis penyakit


Berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : Klien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan kebutuhan pengobatan.
Rasional Intervensi
Kaji kemampuan klien untuk Belajar tergantung pada emosi
belajar. dan kesiapan fisik dan
ditingkatkan pada tahapan
individu.
Diskusikan harapan klien untuk Klien seringkali mengalami
sembuh. kesulitan dan memutuskan unuk
pulang.
Berikan pendidikan kesehatan Untuk mendeteksi syarat
mengenai penyakit basalioma. indikatif kepatuhan dan
membantu mengembangkan
penerimaan rencana terapeutik.

Rencana Keperawatan Post – Operatif

Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.


Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria Hasil :
Klien akan melaporkan penurunan rasa nyeri dan peningkatan
aktivitas setiap hari. Luka eksisi bedah sembuh setelah post operasi
tanpa komplikasi.
Intervensi Rasional
Observasi skala nyeri, lama Membantu dalam
intensitas nyeri. mengidentifikasi derajat nyeri
kebutuhan untuk analgesik.
Berikan posisi yang nyaman tidak Mengurangi tekanan pada insisi,
memperberat nyeri. meningkatkan relaksasi dalam
istirahat.
Beri obat analgesik (diazepam, Membantu mengurangi nyeri
paracetamol) sesuai terapi medik. untuk meningkatkan kerjasama
dengan aturan terapeutik.

Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan


eksisi pembedahan.
Tujuan :
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda
infeksi.
Kriteria Hasil : Luka bersih tidak tanda – tanda infeksi.
Intervensi Rasional
Observasi luka, catat karakteristik Perdarahan pasca operasi paling
drainase. sering terjadi selama 48 jam
pertama, dimana infeksi dapat
terjadi kapan saja. Tergantung
pada tipe penutupan luka (misal
penyembuhan pertama atau
kedua), penyembuhan sempurna
memerlukan waktu 6 – 8 bulan.
Ganti balutan sesuai kebutuhan, Sejumlah besar cairan pada
gunakan tehnik steril. balutan luka operasi, menuntut
pergantian dengan sering
menurunkan iritasi kulit dan
potensial infeksi.
Bersihkan luka sesuai indikasi, Diberikan untuk mengobati
gunakan cairan isotonic normal inflamasi atau infeksi post
Saline 0,9 % atau larutan operasi atau kontaminasi
antibiotik. interpersonal.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


eksisi pembedahan.
Tujuan :
Meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas dari infeksi
serta tidak ada tanda demam.
Kriteria Hasil : Pertahankan lingkungan aseptic.
Intervensi Rasional
Perhatikan kemerahan disekitar Kemerahan paling umum
luka operasi. disebabkan masuknya infeksi ke
dalam tubuh di area insisi.
Ganti balutan sesuai indikasi. Balutan basah bertindak sebagai
sumbu untuk media untuk
pertumbuhan bakterial.
Awasi tanda – tanda vital. Peningkatan suhu menunjukkan
komplikasi insisi.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. et all. 1989. Nursing Care Plans: Guidelines for planning patient
care. Philadelphia: FA. Davis Company.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

http://askep.blogspoe.com/2008/10/asuhan-keperawatan-klien-basalioma.htnl

http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-asuhan-keperawatan-
basalioma.html

Anda mungkin juga menyukai