Anda di halaman 1dari 5

R SI

ARAFAH
J AM B I
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)
FIBROADENOMA MAMAE (FAM)
1 Pengertian
(Definisi) Fibroadenoma adalah suatu
tumor jinak yang
merupakan pertumbuhan
yang meliputi
kelenjar dan struma
jaringan ikat.
b. Fibroadenoma
mammae adalah tumor
jinak pada payudara yang
bersimpai jelas, berbatas
jelas, soliter, berbentuk
benjolan yang dapat
digerakkan. (Slamet
Suyono, 2001).
Fibroadenoma adalah suatu
tumor jinak yang
merupakan pertumbuhan
yang meliputi
kelenjar dan struma
jaringan ikat.
b. Fibroadenoma
mammae adalah tumor
jinak pada payudara yang
bersimpai jelas, berbatas
jelas, soliter, berbentuk
benjolan yang dapat
digerakkan. (Slamet
Suyono, 2001).
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan
pertumbuhan yang meliputikelenjar dan struma jaringan ikat.
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang
bersimpai jelas, berbatasjelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat
digerakkan. (Slamet Suyono, 2001).
2 Assessment A. Keluhan Utama
Ada benjolan di payudara dan terasa nyeri
Keperawatan
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat FAM atau kanker mamae sebelumnya, merokok,
konsumsi alkohol, konsumsi makanan yang tinggi kalori dan tinggi
lemak, stres, obesitas

C.Riwayat Penyakit Keluarga


Adanya anggota keluarga yang menderita penyakit FAM atau
kanker mamae

D.Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, takikardia, teraba benjolan di payudara, nyeri
tekan pada payudara

3 Diagnosis A. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis


B. Ansietas b/d kurang terpapar informasi
Keperawatan
C. Gangguan integritas kulit b/d prosedur invasif
D. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
E. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif

4 Luaran A. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis


1.Keluhan nyeri menurun
Keperawatan
2.Meringis menurun
3.Gelisah menurun
4.Kesulitan tidur menurun
5.Frekuensi nadi membaik

B. Ansietas b/d kurang terpapar informasi


1. Verbalisasi kebingungan menurun
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun
3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang menurun
5. Konsentrasi membaik

C. Gangguan integritas kulit b/d prosedur invasif


1. Penyatuan kulit meningkat
2. Kerusakan jaringan menurun
3. Kerusakan lapisan kulit menurun
4. Nyeri menurun
5. Perdarahan menurun
6. Nekrosis menurun

D. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan


1. Kemudahan melakukan aktifitas sehari-hari meningkat
2. Perasaan lemah menurun
3. Toleransi melakukan aktifitas meningkat

E. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif


1. Kemerahan menurun
2. Nyeri menurun
3. Bengkak menurun
4. Kadar sel darah putih membaik

5 Intervensi A. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis


1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Keperawatan
intensitas nyeri, skala nyeri
2. Identifikasi respon non verbal nyeri
3. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(relaksasi, hipnosis, terapi musik, aromaterapi, imajinasi
terbimbing)
4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik

B. Ansietas b/d kurang terpapar informasi


1. Identifikasi saattingkat ansietas berubah (kondisi, waktu, sressor)
2. Monitor tanda-tanda ansietas
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin di alami
6. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
7. Latih tekhnik relaksasi

C. Gangguan integritas kulit b/d prosedur invasif


1. Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
2. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
3. Bersihkan dengan cairan pembersih nontoksik
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pertahankan tekhnik steril saat melakukan perawatan luka
7. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
8. Kolaborasi pemberian antibiotik

D. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan


1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
3. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
4. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
5. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang

E. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif


1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
7. Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi

6 Informasi A. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)


B. Perawatan luka operasi
dan Edukasi
C. Makanan yang bergizi dan berserat
D. Kontrol stres
E. Kontrol berat badan

7 Evaluasi Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah di laksanakan


intervensi dan di bandingkan dengan kriteria evaluasi serta analisis
terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah di
tetapkan
8 Penelaah -
Kritis
9 Kepustakaan Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, Edisi 1 Cetakan III (2017). Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Edisi 1 Cetakan II (2019). Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia, Edisi 1 Cetakan II (2018). Jakarta

Anda mungkin juga menyukai