Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN BICARA (TUNA WICARA)

A. Pengertian

Tunawicara (gangguan bicara) adalah ketidakmampuan


seseorang untuk berbicara. Bisu disebabkan oleh
gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita
suara, paru-paru, lidah, dan sebagainya. Bisu umumnya
diasosialisasikan dengan tuli.

Gangguan bicara dan bahasa merupakan masalah


artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara
(gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata,
biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam
bicara atau bahasa (Brookshire, 2003).

B. Penyebab

Penyebab kelainan berbicara dan bahasa bisa


bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang
dapat saling mempengaruhi, antara lain kondisi
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi
psikologis, dan lain sebagainya.

Gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat


disebabkan oleh kelainan berikut :

1. Lingkungan sosial dan emosional anak

Interaksi antar personal merupakan dasar dari


semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan
yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan
bicara dan bahasa pada anak, termasuk lingkungan
keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh
kekhawatiran dan perhatian orang tua yang berlebihan
pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi
pada usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga
sebagai suatu respon terhadap konflik dan rasa
takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan
problem emosional pada anak.

2. Sistem masukan (input)

Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan,


dan defisit taktilkinestetik dapat menyebabkan
gangguan bicara dan bahasa pada anak. Dalam
perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang
sangat penting. Anak seharusnya sudah dapat
mengenali bunyi-bunyian sebelum belajar bicara. Anak
dengan otitis media kronis dengan penurunan daya
pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan
menerima atau mengungkapkan bahasa.

Gangguan bahasa juga terdapat pada tuli karena


kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli
neurosensorial (infeksi intrauterin), tuli konduksi
seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral
(sama sekali tidak dapat mendengar), tuli
persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan
integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu
pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti
pada skizofrenia, autisme infantil, keadaan cemas
dan reaksi psikologis lainnya.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa.

Kelainan pada susunan saraf pusat akan


mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi, dan
perencanaan bahasa, juga aktivitas dan kemampuan
intelektual dari anak. Dalam hal ini, terdapat
defisit kemampuan otak untuk memproses informasi
yang komplek secara cepat. Kerusakan area wernicke
pada hemisfer dominan girus temporalis superior
seseorang akan menyebabkan hilangnya seluruh fungsi
intelektual yang berhubungan dengan bahasa atau
symbol verbal, yang disebut dengan afasia wernicke.
Penderita mampu mengerti kata-kata yang dituliskan
atau didengar, namun tak mampu menginterpretasikan
pikiran yang diekspresikan.

4. Sistem produksi.

Sistem produksi suara meliputi laring, faring,


hidung, struktur mulut dan mekanisme neuromuskular
yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk
berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk
artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,
faring dan rongga mulut.

Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa menurut


Blager BF. Penyebab efek pada perkembangan bicara
yaitu :

1. Lingkungan

a. Sosial ekonomi kurang


b. Tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. Di rumah menggunakan bahasa bilingual
2. Emosi

a. Ibu yang tertekan


b. Gangguan serius pada orang tua
c. Gangguan serius pada anak

3. Masalah pendengaran

a. Kongenital
b. Didapat

4. Perkembangan terlambat

a. Perkembangan lambat
b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas
rata-rata
c. Retardasi mental

5. Cacat bawaan

a. Sindrom Down

6. Kerusakan otak

a. Kelainan neuromuscular
b. Kelainan sensori motorik
c. Kelainan persepsi
d. Gagap
e. Terlambat pemeroleh bahasa
f. Terlambat pemeroleh struktur bahasa
g. Terlambat pemeroleh bahasa
h. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
i. Terlambat atau gangguan bicara permanen
j. Terlambat dan terganggu kemampuan bicara
k. Kemampuan bicaranya lebih rendah
l. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan,
mengunyah dan akhirnya timbul gangguan bicara
dan artikulasi seperti disartria
m. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa,
simbolisaasi, mengenal konsep,akhirnya
menimbulkan kesulitan belajar di sekolah

C. Tanda dan Gejala

1. Kesulitan mengingat kata-kata

2. Kesulitan penamaan objek dan / atau orang

3. Kesulitan berbicara dalam kalimat lengkap dan / atau


bermakna

4. Kesulitan berbicara dalam setiap mode

5. Kesulitan membaca atau menulis

6. Kesulitan mengekspresikan pikiran dan perasaan

7. Kesulitan pemahaman bahasa lisan

8. Menggunakan kata-kata yang salah atau campur aduk

9. Menggunakan kata-kata dalam urutan yang salah


D. Clinical Pathway

Lingkungan Kerusakan Otak Emosi


1. Tekanan Keluarga. 1. Kerusakan 1. Ibu tertekan.
2. Keluarga bisu. Neuromuskuler. 2. Gangguan serius pada
3. Bahasa. 2. Sensori motor. orangtua/anak
3. Serebral Palsi.
4. Masalah Persepsi.

Masalah Pendengaran Gangguan Bahasa Perkembangan


 Kongenital.  Ekspresif. Terlambat
 Didapat.  Reseptik.

Gangguan
Bicara

Keluarga Hubungan Sosial Perkembangan


1. Cemas. 1. Gangguan Komunikasi
2. Kurang Pengetahuan. verbal.
3. Koping Keluarga tak 2. Gangguan Bermain. Intelegensia
efektif. 3. Isolasi sosial.
4. Interaksi sosial.
Produktifitas

Resiko
Ketergantungan
E. Pemeriksaan Diagnostik

1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)


merupakan cara pengukuran evoked potensial
(aktivitas listrik yang dihasilkan saraf, pusat-
pusat neural dan traktus di dalam batang otak)
sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
2. Pemeriksaan audiometrik

Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk


anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak yang
ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4
kategori pengukuran dengan audiometri :

a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan


pada anak yang dilakukan dengan melihat respon
dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang
diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber
bunyi atau mencari sumber bunyi.
b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada
anak yang dilakukan sambil bermain, misalnya anak
diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat
tertentu bila dia mendengar bunyi.
c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata
yang sudah disusun dalam silabus dalam daftar yang
disebut : phonetically balance word LBT (PB List).
Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang
didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini
dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r,
n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk
menilai kemampuan anak dalam pembicaraan sehari
hari dan untuk menilai pemberian alat bantu
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi
khusus.
e. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan
otak, sehingga didapatkangambaran area otak yang
abnormal.

3. Timpanometri digunakan untuk mengukur kelenturan


membran timpani dan system osikular. Selain tes
audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi.
Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan
3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance,
dan IQ gabungan :
a. Skala intelegensi Wechsler untuk anak

Penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri dari


satu set gambar-gambar objek yang umum,seperti
gambar pemandangan. Salah satu bagian yang penting
dihilangkan dan anak diminta untuk
mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai benar
atau salah.

b. Skala intelegensi Wechsler untuk anak

Mendesain balok Anak diberikan pola bangunan dua


dimensi dan kemudian diminta untuk membuat
replikanya menggunakan kubus dua warna. Respon
dinilai sebagai benar atau salah.

F. Penatalaksanaan Medis

Prinsip Dasar Terapi (Terapi terpadu = terapi


mendengar + terapi wicara) :

1. Mendengar melalui telinga yang dibantu ABD,


bukan karena melihat gerakan tangan atau gerakan
mulut.
2. Keterbatasan si anak dalam merespon
pembicaraan kita adalah karena belum mengerti
kata/kalimat yang didengar (keterbatasan kosa kata,
karena baru mulai mendengar selama 2 tahun),
sehingga perlu dibantu dengan gambar/gerakan tangan.

3. Teknik berbicara adalah dengan volume suara


normal di dekat telinganya. Hal ini bertujuan agar
suluruh konsonan dapat ditangkap. Bicara pada jarak
yang lebih jauh dengan suara keras (berteriak)
menyebabkan yang ditangkap hanya vokal saja.

4. Teknik auditory verbal. bahasa reseptif (paham


beberapa kata yang kami ucapkan tanpa dia melihat
gerak bibir, tapi dia belum bisa mengucapkannya),
lalu setelah itu mulai muncul kata-kata pertamanya
(walau pengucapan tidak sempurna, tetapi konsisten),
dan langsung disusul dengan kata-kata berikutnya.

5. Metode auditory verbal + terapi wicara ini


biasa disebut auditory oral.

G. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga


2. Riwayat keluarga yang terkena gangguan bicara
3. Riwaat kesehatan ketika anak dalam kandungan
4. Status perkembangan anak
a. Anak kurang merespon orang lain
b. Anak sulit fokus pada objek dan sulit
mengenali bagian tubuh
c. Anak mengalami kesulitan dalam belajar
d. Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
e. Keterbatasan Kongnitif
5. Pemeriksaan fisik
a. Tidak ada kontak mata pada anak.
b. Anak tertarik pada sentuhan
(menyentuh/disentuh)
c. Tidak ada ekspresi non verbal
d. Sulit fokus pada objek semula bila anak
berpaling ke objek lain
e. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna
benda tersebut.
6. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali,
anomali telinga luar, otitis media yang berulang,
sindrom William, perawakan pendek, celah palatum,
dan lain-lain.
7. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh
anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan
lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata,
pataka.

H. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas

Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak yang


mengalami gangguan bicara meliputi :

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan


kurangnya stimulasi bahasa
2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan
fungsi alat-alat artikulasi
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguan pendengaran
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan
bahasa
5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan
ketidakmampuan anak berkomunikasi
6. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan
7. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya
kemampuan memori dan kerusakan sistem saraf pusat
I. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosea Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Gangguan komunikasi Setelah diberikan tindakan - Lakukan latihan - Latihan bicara yang sesuai
verbal berhubungan keperawatan selama 3x24 komunikasi dengan dengan perkembangan anak akan
dengan kurangnya jam diharapkan gangguan memperhatikan menghindari ekploatasi yang
komunikasi verbal anak perkembangan mental berakibat penekanan fungsi
stimulasi bahasa
dapat teratasi dengan anak mental anak.
kriteria hasil: - Lakukan komunikasi - Komunikasi yang komprehensif
1. Anak secara komprehensif akan memperbanyak jumlah
mampu berkomunikasi baik verbal maupun non stimulasi yang diterima anak
dengan orang lain verbal. sehingga akan memperkuat memori
2. Anak - Berbicara sambil anak terhadap suatu kata.
mampu menyebutkan lebi bermain dengan alat - Bermain akan menigkatkan daya
dari 7 kata untuk mempercepat tarik anak sehingga frekwensi
3. Anak persepsi anak tentang dan durasi latihan bisa lebih
mulai bergaul dengan suatu hal. lama.
teman sebayanya - Berikan lebih banyak - Anak lebih suka mendengarkan
4. Anak kata meskipun anak kata-akat dari pada mengucapkan
tidak menggunakan alat belum mampu mengucapkan karena biasanya kesulitan dalam
bantu pendengaran dengan benar. mengucapkan.
- Lakukan sekrening - Untuk mengetahui jenis dan
lanjutan dengan beratnya gangguan serta
mengggunakan Denver keterlambatan dalam berbicara
Speech Test. pada anak.

Gangguan komunikasi Setelah diberikan tindakan - Stimulasi bahasa dan - Untuk mengindari keter-lambatan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 latihn bicara tetap perkembangan mental, bahasa
kerusakan fungsi alat- jam diharapkan gangguan dilakukan sesuai dengan maupun bicara ketika alat
komunikasi anak dapat perkembangan mentak artikulasi sudah bisa
alat artikulasi
teratasi dengan kriteria anak. diperbaiki.
hasil: -
1. Komunikasi anak dengan - Kolaborasi: dengan ahli - Perbaikan alat-alat artikulasi
orang lain baik bedah untuk perbaikan hanya bisa dilakukan secara
2. Anak mampu menyebutkan alat-alat artikulasi. optimal dengan pembedahan.
lebi dari 7 kata dengan
kata yang baru tiap hari
3. Anak mulai bergaul
dengan teman sebayanya
4. Anak mengucapkan kata
dengan artikulasi yang
benar
5. Anak tidak menggunakan
alat bantu pendengaran
Gangguan komunikasi Setelah diberikan tindakan - Lakukan latihan - Agar stimulasi tetap diterima
verbal berhubungan keperawatan selama 3x24 komunikasi, dan anak sesuai dengan perlembangan
dengan gangguan jam diharapkan gangguan stimulasi dini dengan mental anak yang didasarkan atas
komunikasi anak dapat benda-benda atau dengan kemampuan penerimaan anak
pendengaran
teratasi dengan kriteria menggunakan bahasa terhadap informasi yang
hasil: isyarat serta biasakan diberikan
1. Anak mampu berkomunikasi anak melihat artikulasi - Ganguan pendengaran sering
dengan orang lain orang tua dalam disebabkan oleh adanya hambatan
2. Anak mampu menyebutkan 7 berbicara. pendengaran akibat adanya
lawan kata - Perhatikan kebersihan kotoran ditelinga.
3. Anak tidak menggunakan telinga anak - Alat bantu dengar diharapkan
alat bantu pendengaran - Kolaborasi dengan mampu mengatasi hambatan
rehabilitasi untuk pendengaran pada telinga anak.
penggunaan alat bantu
dengar.

- Gunakan bahasa yang - Untuk memudahkan pemahaman


Gangguan komunikasi Setelah diberikan tindakan sederhana dan umum menghindari stress dan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 digunakan dalam kebingungan anak yang akibat
hambatan bahasa jam diharapkan gangguan komunikasi sehar-hari. bahasa yang berubah-ubah.
komunikasi verbal anak - Gunakan verifikasi - Difersifikasi bahasa dapat
dapat teratasi dengan bahasa sesuai dengan diberikan jika kemampuan mental
kriteria hasil: tingkat kematangan dan anak sudah matang seperti
1. Anak mampu berkomunikasi pengetahuan anak. setelah umur 9 tahun, karena
dengan orang lain perkembangan sel sel otak anak
2. Anak mampu menyebutkan sudah mulai maksimal.
lebi dari 7 kata
3. Anak mulai bergaul
dengan teman sebayanya
4. Anak tidak menggunakan
alat bantu pendengaran
Kecemasan orang tua Setelah diberikan tindakan - Gali kebiasaan - Untuk dapat menggali efektivitas
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 komunikasi dan dan kemampuan serta usaha yang
ketidakmampuan anak jam diharapkan kecemasan stimulasi orang tua telah dilakukan oleh orang tua,
orang tua berkurang dengan terhadap anak. untuk mengindari overlaping
berbicara
kriteria: tindakan yang berakibat orang
1. Tampak rileks - Berikan penjelasan tua menjadi bosan.
2. Memahami perkembangan tentang kondisi anaknya - Pengikutsertaan keluarga
anak secara jelas, serta terhadap perawatan anak secara
3. TD: 120/80-140/90 mmHg kemungkinan penanganan langsung akan mampu mengurangi
N : 60-100 x/ menit lanjutan, prognose tingat kecemasan orang tua
S : 36’5-37’5 C serta lamanya tindakan terhadap keadaan anaknya.
RR : 18-24x/ menit atau pengobatan.
4. Skala HARS 0
Gangguan komunikasi Setelah diberikan tindakan - Hindari bicara pada - Komunikasi tidak efektif
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 saat kondisi bising. sehingga anak menjadi irritabel.
kecemasan jam diharapkan gangguan - Lakukan komunikasi
komunikasi dapat teratasi dengan posisi lawan - Untuk meningkatkan pandangan
dengan kriteria: bicara setinggi badan mata dan efektivitas komunikasi
1. Anak mau berbicara anak. sehingga anak merasa lebih
dengan kita nyaman.
2. Anak kooperati
3. Kecemasan berkurang - Lakukan latihan bicara - Agar anak lebih tertarik dan
Anak mau bermain sambil sambil bermain dengan tidak lekas bosan.
berbicara dengan teman mainan kesukaan anak.
mainnya
Gangguan komunikasi Setelah diberikan tindakan - Lakukan observasi dan - Untuk mengetahui kemungkinan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x24 pemeriksaan fisik posisi kelainan dalam otak.
kurangnya kemampuan jam diharapkan gangguan neurologi secara - Untuk mengetahui kemungkinan
komunikasi dapat diatasi mendetail. kelainan pada SSP anak.
memori dan kerusakan
dengan kriteria: - Kolaborasi pemeriksaan
sistem saraf pusat. 1. Anak mampu mengenali EEG
teman sebayanya
2. Anak mampu berbicara
dengan bahasa yang baik
3. Anak mampu mengingat
kembali pelajaran di
sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Afasia Nasional Asosiasi. 29 John Street, Suite 1103, New


York, NY. HT http://www.aphasia.org.

Brookshire, R. 2003. Pengantar Gangguan Komunikasi neurogenik


(edisi 6) St Louis, MO: Mosby,.

Riady, S, dan Sukarmin.2009.Asuhan Keperawatan Pada Anak.


Graha Ilmu: Yogyakarta.
NANDA. 2012-2014. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika

Ngastiyah, 2000. Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai