Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tekstur sedimen merupakan bagian dari sedimentologi yang membahas
sifat-sifat fisik partikel penyusun batuan sedimen dan hubungan antarpartikel
tersebut. Tekstur merupakan fenomena yang tercermin dari hasil ukuran,
bentuk, serta hubungan antarbutir (Pettijhon, 1975). Komponen-komponen
tersebut akan memanifestasikan tingkat pemilahan dan kemas antarbutir pada
batuan sekaligus mencerminkan proses fisika (sistem arus dan energi) selama
transportasi menuju tempat pengendapan yang relatif ideal. Hasil dari
penentuan tingkat kebundaran butir, pemilahan, dan kemas dengan dukungan
aspek lain (komposisi, struktur sedimen, dan kandungan biota) dapat
digunakan sebagai acuan untuk menafsirkan lingkungan pengendapan dari
suatu lapisan batuan.
Morfologi butir merupakan tekstur butir yang terkait dengan ketampakan
fisik butiran sedimen. Tucker (1991) menyebutkan aspek morfologi butir
adalah bentuk (form), derajat kebolaan (sphericity), dan derajat kebundaran
(roundness). Sementara itu, Pettijohn (1975) dan Boggs (1992) menyebut
bentuk (form), kebundaran (roundness), dan tekstur permukaan. Mereka
menganggap bahwa sphericity adalah metode untuk menyatakan suatu bentuk
(form) butiran.
Melalui praktikum kali ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai bentuk butiran dari suatu material sedimen, serta memberi
pemahanam kepada praktikkan agar memahami proses-proses geologi yang
berperan terhadap mekanisme transportasi dan deposisi material sedimen
tersebut berdasarkan morfologi butir.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini yaitu untuk melakukan identifikasi aspek-aspek
morfologi butiran kerakal yang meliputi bentuk (form) dan derajat kebolaan
(sphericity).
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses-proses geologi
yang berperan terhadap mekanisme transportasi dan deposisi sedimen tersebut
berdasarkan morfologi butir.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikkum granulometri yaitu :


- Dapat mengetahui proses-proses geologi yang terjadi dari material
sedimen tersebut
- Dapat mengetahui mekanisme transportasi dan deposisinya
- Dapat merefleksikan tingkat abrasi permukaan butiran selama transportasi
sampai memasuki lingkungan pengendapan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentuk Butir

Bentuk butir (form atau shape) merupakan keseluruhan kenampakan partikel


secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran panjang
sumbu panjang, menengah dan pendeknya. Ada berbagai cara untuk mendefinisikan
bentuk butir. Cara yang paling sederhana dikenalkan oleh Zingg (1935) dengan cara
menggunakan perbandingan b/a dan c/b untuk mengelaskan butir dalam empat
bentuk yaitu oblate, prolate, bladed clan equant (Gambar 1, Tabel 1). Dalam hal ini,
a : panjang (sumbu terpanjang), b : lebar (sumbu menengah) dan c : tebal/tinggi
(sumbu terpendek). Sejauh ini penamaan butir dalam bahasa Indonesia belum
dibakukan sehingga seringkali penggunaan istilah asal tersebut masih dikekalkan.
Pengkelasan bentuk butir ini biasanya diperuntukkan pada butiran yang berukuran
kerakal sampai berangkal (pebble) karena kisaran ukuran tersebut memungkinkan
untuk dilakukan pengukuran secara tiga dimensi karena keterbatasan alat dan cara
yang harus dilakukan, terutama pada bongkah dengan diameter yang mencapai
puluhan sampai ratusan centimeter. Pada butir pasir yang bisa diamati secara tiga
dimensi, pendekatan secara kualitatif (misalnya dengan metode visual
comparison) bisa juga dilakukan untuk mendefinisikan bentuk butir meskipun
tingkat akurasinya rendah.
Gambar 2.1 Klasifikasi butiran berdasarkan perbandingan antarsumbu (Zingg, 1935,
diambil dari Pettijohn, 1975 dengan modifikasi).

Tabel 2.1. Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935).


No. Kelas b/a c/b Bentuk
I >2/3 < 2/3 Oblate (Discoidal)
II > 2/3 > 2/3 Equant (Equiaxial/spherical)
III < 2/3 < 2/3 Bladed (Triaxial)
IV < 2/3 > 2/3 Prolate (Rod-shaped)

2.2 Derajat Kebolaan (Sphericity)

Definisi sederhana dari sphericity ialah ukuran bagaimana suatu butiran


mendekati bentuk bola. Semakin butiran berbentuk menyerupai bola maka
mempunyai nilai sphericity  yang semakin tinggi. Salah satu variabel yang
paling mengontrol nilai sphericity suatu ukuran butir adalah bentuk asal dari
butiran tersebut (Boggs, 1987). Selama proses transportasi, ukuran butir dari
partikel-partikel akan mengecil dan bentuk permukaannya akan berubah.
Perubahan tersebut dikontrol oleh bentuk asal dan kekuatan abrasi arus yang
mengangkutnya.
Wadell (1932) mendefinisikan sphericity yang sebenarnya (true
sphericity)  sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas permukaan
sebuah bola yang keduanya mempunyai volume sama. Lewis & McConchie
(1994) mengatakan bahwa rumusan ini sangat sulit untuk
dipraktekkan. Sebagai pendekatan, perbandingan luas permukaan tersebut
dianggap sebanding dengan perbandingan volume, sehingga
rumus sphericity  menurut Wadell (1932) adalah :

Vp   : volume butiran yang diukur


Vcs : volume terkecil suatu bola yang melingkupi partikel tersebut     
(circumscribing sphere)
Krumbein (1941) kemudian menyempurnakan persamaan tersebut dengan :

Rumus yang diajukan Krumbein (1941) ini disebut dengan intercept


sphericity  (WI) yang dapat dihitung dengan mengukur sumbu-sumbu
panjang, menengah dan pendek suatu partikel dan memasukkan pada rumus
tersebut. Sneed & Folk (1958) menganggap bahwa intercept sphericity tidak
dapat secara tepat menggambarkan perilaku butiran ketika diendapkan.
Butiran yang dapat diproyeksikan secara maksimum mestinya diendapkan
lebih cepat, misalnya bentuk prolate seharusnya lebih cepat mengendap
dibandingkan oblate, tetapi dengan rumus W, justru didapatkan nilai yang
terbalik. Untuk itu mereka mengusulkan rumusan tersendiri
pada sphericity yang dikenal dengan maximum projection sphericity (Vp)
atau sphericity proyeksi maksimum. Secara matematis Wp dirumuskan
sebagai perbandingan antara area proyeksi maksimum bola dengan proyeksi
maksimum partikel yang mempunyai volume sama, atau secara ringkas dapat
ditulis dengan:
Dalam hal ini L, I dan S adalah sumbu-sumbu panjang, menengah dan
pendek sebagaimana dalam rumus Krumbein (1941). Menurut Boggs (1987),
pada prinsipnya rumus yang diajukan oleh Sneed & Folk (1958) ini tidak
lebih valid dibandingkan dengan intercept sphericity, terutama kalau
diaplikasikan pada sedimen yang diendapkan oleh aliran gravitasi dan es.
Dengan tanpa mempertimbangkan bagaimana sphericity dihitung, Boggs
(1987) menyatakan bahwa hasil perhitungan sphericity yang sama terkadang
dapat diperoleh pada semua bentuk butir. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa
partikel dengan bentuk yang berbeda bisa mempunyai nilai sphericity yang
sama. Untuk mendefinisikansphericity dari hitungan matematis, Folk (1968)
mengelaskan sphericity dalam 7 kelas sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel
2.2.
Bentuk butir ukuran kerakal atau yang lebih besar dipengaruhi oleh bentuk
asalnya dari batuan cumber, namun demikian butiran dengan ukuran ini akan
lebih banyak mengalami perubahan bentuk karena abrasi dan pemecahan
selama transportasi dibandingkan dengan butiran yang berukuran pasir. Untuk
butiran sedimen yang berukuran pasir atau lebih kecil, bentuk butir juga lebih
banyak dipengaruhi oleh bentuk asal mineralnya. Pada prakteknya, analisis
bentuk butir pada sedimen yang berukuran pasir biasanya dilakukan pada
mineral kuarsa. Hal ini disebabkan sifat mineral kuarsa yang keras, tahan
terhadap pelapukan, clan jumlahnya yang melimpah pada batuan sedimen.
Namun demikian, untuk membuat perbandingan bentuk butiran setelah
mengalami transportasi, pengamatan bentuk butir pada mineral lain maupun
fragmen batuan (lithic) boleh juga dilakukan.
Gambar 2.2 Hubungan antara sphericity matematis dengan bentuk butir
klasifikasi Zingg (kelas butir lihat gambar 1). Kurva menunjukkan kesamaan
nilai sphericity. (Pettijohn, 1975).

Tabel 2.2 Klasifikasi sphericity menurut Folk (1968).


Hitungan Matematis Kelas
<0.75 Very Elongate
0.60-0.63 Elongate
0.63-0.66 Subelongate
0.66-0.69 Intermediete Shape
0.69-0.72 Subequent
0.72-0.75 Equent
>0.75 Very Equent
Bentuk butir akan berpengaruh pada kecepatan pengendapan (settling
velocity).  Secara umum batuan yang bentuknya tidak spheris (tidak
menyerupai bola) mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih rendah.
Dengan demikian bentuk butir akan mempengaruhi tingkat transportasinya
pads sistem suspensi (Boggs, 1987). Butiran yang tidak spheris cenderung
tertahan iebih lama pads media suspensi dibandingkan yang spheris. Bentuk
jugs berpengaruh pads transportasi sedimen secara bedlood (traksi). Secara
umum butiran yang spheris clanprolate lebih mudah tertransport
dibandingKan bentuk blade  clan disc (oblate). Lebih jauh analisis sedimen
berdasarkan butiran saja sulit untuk dilakukan. Sebagai contoh, Boggs (1987)
menyatakan bahwa dari pengamatan bentuk butir saja tidak dapat digunakan
untuk menafsirkan suatu lingkungan pengendapan.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Alat
- Alat Tulis Lengkap (ATK)
- Buku penuntun
- Clipboard
- Kertas HVS 15 lembar
- 10 Kantong sampel
- Jangka sorong / mistar

b. Bahan
Sampel batu sebanyak 50 butir
3.2 Langkah Kerja
a. Buat tabel berdasarkan klasifikasi menurut Zingg (1935) dan berdasarkan
Folk (1968)
b. Ukur sampel batu yang ada menggunakan jangka sorong / mistar, kemudia
catat hasilnya kedalam table yang ada
c. Masukkan nilai dari table yang ada kedalam Microsof Excel, kemudian
buat formula untuk menghitung klasifikasi yang ada.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Klasifikasi Zingg (1935)

Ds/D
No DL Di Ds Di/DL Klasifikasi
i
1 3,14 2,18 2,29 0,69 1,05 Equant (Equiaxial/spherical)
2 4,618 3,112 1,45 0,67 0,47 Oblate (discoidal)
3 4,518 3,514 2,29 0,78 0,65 Equant (Equiaxial/spherical)
4 5,22 3,614 2,49 0,69 0,69 Equant (Equiaxial/spherical)
5 3,513 2,18 2,08 0,62 0,95 Prolate (Rod-shaped)
6 4,618 3,012 2,11 0,65 0,70 Prolate (Rod-shaped)
7 5,12 4,015 2,07 0,78 0,52 Oblate (discoidal)
8 3,012 2,01 2,51 0,67 1,25 Equant (Equiaxial/spherical)
9 4,116 3,112 2,31 0,76 0,74 Equant (Equiaxial/spherical)
10 5,019 3,313 3,313 0,66 1,00 Equant (Equiaxial/spherical)
11 4,116 3,012 2,41 0,73 0,80 Equant (Equiaxial/spherical)
12 4,016 3,313 2,219 0,82 0,67 Equant (Equiaxial/spherical)
13 4,418 2,61 2,39 0,59 0,92 Prolate (Rod-shaped)
14 5,019 2,29 2,07 0,46 0,90 Prolate (Rod-shaped)
15 4,7 3,2 1,2 0,68 0,38 Oblate (discoidal)
16 4,5 2,7 1,5 0,60 0,56 Oblate (discoidal)
17 4,7 2,9 1,7 0,62 0,59 Oblate (discoidal)
18 3,5 2,3 1,5 0,66 0,65 Oblate (discoidal)
19 3,3 3 2 0,91 0,67 Equant (Equiaxial/spherical)
20 5,1 2 1,7 0,39 0,85 Prolate (Rod-shaped)
21 3 2,5 2 0,83 0,80 Equant (Equiaxial/spherical)
22 3,7 2,8 2,3 0,76 0,82 Equant (Equiaxial/spherical)
23 3,2 2,2 2 0,69 0,91 Equant (Equiaxial/spherical)
24 3,5 1,2 2,5 0,34 2,08 Prolate (Rod-shaped)
25 4,2 3 2,2 0,71 0,73 Equant (Equiaxial/spherical)
26 5 3 2 0,60 0,67 Prolate (Rod-shaped)
27 3,3 2,1 2,6 0,64 1,24 Prolate (Rod-shaped)
28 3,6 3,1 1,4 0,86 0,45 Oblate (discoidal)
29 3 2,5 1,6 0,83 0,64 Oblate (discoidal)
30 3,2 2 2,3 0,63 1,15 Equant (Equiaxial/spherical)
31 4,2 3,3 1,2 0,79 0,36 Oblate (discoidal)
32 3 2,5 2 0,83 0,80 Equant (Equiaxial/spherical)
33 4,5 3 1,3 0,67 0,43 Oblate (discoidal)
34 3 2,8 1,5 0,93 0,54 Oblate (discoidal)
35 3 1,8 2,5 0,60 1,39 Prolate (Rod-shaped)
36 2,5 2 2,2 0,80 1,10 Equant (Equiaxial/spherical)
37 4,2 3 2,7 0,71 0,90 Equant (Equiaxial/spherical)
38 4 3,7 1 0,93 0,27 Oblate (discoidal)
39 3 2 2,5 0,67 1,25 Equant (Equiaxial/spherical)
40 3,5 2,8 3 0,80 1,07 Equant (Equiaxial/spherical)
41 5 3,8 2,6 0,76 0,68 Equant (Equiaxial/spherical)
42 3,5 3,2 1,2 0,91 0,38 Oblate (discoidal)
43 3,5 3 2,5 0,86 0,83 Equant (Equiaxial/spherical)
44 4 2,2 2 0,55 0,91 Prolate (Rod-shaped)
45 4,6 2,1 1,3 0,46 0,62 Prolate (Rod-shaped)
46 4 2,5 2,2 0,63 0,88 Prolate (Rod-shaped)
47 3 2,6 1 0,87 0,38 Oblate (discoidal)
48 3,2 2,6 2,5 0,81 0,96 Equant (Equiaxial/spherical)
49 4,8 3,5 1,9 0,73 0,54 Oblate (discoidal)
50 3,5 2,7 1,2 0,77 0,44 Oblate (discoidal)
Dari hasil perhitungan untuk identifikasi ukuran butir berdasarkan
klasifikasi Zingg (1935) didapatkan yaitu; Nilai Equant (Equiaxial/spherical)
sebanyak 22 butir batu, nilai Oblate (discoidal) sebanyak 16 butir batu, dan
Prolate (Rod-shaped) sebanyak 12 butir batu, dengan jumlah keseluruhan ada 50
sampel butir batu yang diamati.

4.2 Klasifikasi Sneed and Folk (1958)


No DL Di Ds Ds/DL DL-Di DL-Ds DL-Di/DL-Ds Ds² DL.Di Ds²/DL.Di ᴪP=3√DS²/DL-DI Klasifikasi
1 3,14 2,18 2,29 0,73 0,96 0,85 1,13 5,24 6,85 0,77 0,92 Compact
2 4,618 3,112 1,45 0,31 1,51 3,17 0,48 2,1 14,37 0,15 0,53 Very Bladed
3 4,518 3,514 2,29 0,51 1 2,23 0,45 5,24 15,88 0,33 0,69 Elongated
4 5,22 3,614 2,49 0,48 1,61 2,73 0,59 6,2 18,87 0,33 0,69 Elongated
5 3,513 2,18 2,08 0,59 1,33 1,43 0,93 4,33 7,66 0,56 0,83 Compact Elongate
6 4,618 3,012 2,11 0,46 1,61 2,51 0,64 4,45 13,91 0,32 0,68 Bladed
7 5,12 4,015 2,07 0,4 1,11 3,05 0,36 4,28 20,56 0,21 0,59 Very Bladed
8 3,012 2,01 2,51 0,83 1 0,50 2 6,3 6,05 1,04 1,01 Compact
9 4,116 3,112 2,31 0,56 1 1,81 0,56 5,34 12,81 0,42 0,75 Elongated
10 5,019 3,313 3,313 0,66 1,71 1,71 1 10,98 16,63 0,66 0,87 Compact Elongate
11 4,116 3,012 2,41 0,59 1,1 1,71 0,65 5,81 12,4 0,47 0,78 Compact Bladed
12 4,016 3,313 2,219 0,55 0,7 1,80 0,39 4,92 13,31 0,37 0,72 Compact Bladed
13 4,418 2,61 2,39 0,54 1,81 2,03 0,89 5,71 11,53 0,5 0,79 Compact Elongate
14 5,019 2,29 2,07 0,41 2,73 2,95 0,93 4,28 11,49 0,37 0,72 Elongated
15 4,7 3,2 1,2 0,26 1,5 3,5 0,43 1,44 15,04 0,1 0,46 Very Bladed
16 4,5 2,7 1,5 0,33 1,8 3 0,6 2,25 12,15 0,19 0,57 Bladed
17 4,7 2,9 1,7 0,36 1,8 3 0,6 2,89 13,63 0,21 0,6 Bladed
18 3,5 2,3 1,5 0,43 1,2 2 0,6 2,25 8,05 0,28 0,65 Bladed
19 3,3 3 2 0,61 0,3 1,3 0,23 4 9,9 0,4 0,74 Compact Platy
20 5,1 2 1,7 0,33 3,1 3,4 0,91 2,89 10,2 0,28 0,66 Elongated
21 3 2,5 2 0,67 0,5 1 0,5 4 7,5 0,53 0,81 Compact Bladed
22 3,7 2,8 2,3 0,62 0,9 1,4 0,64 5,29 10,36 0,51 0,8 Compact Bladed
23 3,2 2,2 2 0,63 1 1,2 0,83 4,00 7,04 0,57 0,83 Compact Elongate
24 3,5 1,2 2,5 0,71 2 1 2,3 6,25 4,2 1,49 1,14 Compact
25 4,2 3 2,2 0,52 1 2 0,6 4,84 12,6 0,38 0,73 Compact Bladed
26 5 3 2 0,4 2 3 0,67 4 15 0,27 0,64 Bladed
27 3,3 2,1 2,6 0,79 1 0,7 1,71 6,76 6,93 0,98 0,99 Compact
28 3,6 3,1 1,4 0,39 1 2,2 0,23 1,96 11,16 0,18 0,56 Platy
29 3 2,5 1,6 0,53 1 1,4 0,36 2,56 7,5 0,34 0,7 Compact Bladed
30 3,2 2 2,3 0,72 1 0,9 1,33 5,29 6,4 0,83 0,94 Compact
31 4,2 3,3 1,2 0,29 1 3 0,3 1,44 13,86 0,1 0,47 Very Platy
32 3 2,5 2 0,67 1 1 0,5 4 7,5 0,53 0,81 Compact Bladed
33 4,5 3 1,3 0,29 2 3,2 0,47 1,69 13,5 0,13 0,5 Very Bladed
34 3 2,8 1,5 0,5 0,2 1,5 0,13 2,25 8,4 0,27 0,64 Platy
35 3 1,8 2,5 0,83 1 0,5 2,4 6,25 5,4 1,16 1,05 Compact
36 2,5 2 2,2 0,88 0,5 0,3 1,67 4,84 5 0,97 0,99 Compact
37 4,2 3 2,7 0,64 1,2 1,5 0,8 7,29 12,6 0,58 0,83 Compact Elongate
38 4 3,7 1 0,25 0,3 3 0,1 1 14,8 0,07 0,41 Very Platy
39 3 2 2,5 0,83 1 0,5 2 6,25 6 1,04 1,01 Compact
40 3,5 2,8 3 0,86 0,7 0,5 1,4 9 9,8 0,92 0,97 Compact
41 5 3,8 2,6 0,52 1,2 2,4 0,5 6,76 19 0,36 0,71 Compact Bladed
42 3,5 3,2 1,2 0,34 0,3 2,3 0,13 1,44 11,2 0,13 0,5 Platy
43 3,5 3 2,5 0,71 0,5 1 0,5 6,25 10,5 0,6 0,84 Compact
44 4 2,2 2 0,5 1,8 2 0,9 4 8,8 0,45 0,77 Elongated
45 4,6 2,1 1,3 0,28 2,5 3,3 0,76 1,69 9,66 0,17 0,56 Very Elongated
46 4 2,5 2,2 0,55 1,5 1,8 0,83 4,84 10 0,48 0,79 Compact Elongate
47 3 2,6 1 0,33 0,4 2 0,2 1 7,8 0,13 0,5 Compact
48 3,2 2,6 2,5 0,78 0,6 0,7 0,86 6,25 8,32 0,75 0,91 Compact
49 4,8 3,5 1,9 0,4 1,3 2,9 0,45 3,61 16,8 0,21 0,6 Compact Bladed
50 3,5 2,7 1,2 0,34 0,8 2,3 0,35 1,44 9,45 0,15 0,53 Bladed

Dari hasil perhitungan untuk identifikasi ukuran butir berdasarkan


klasifikasi Sneed and Folk (1958), didapatkan yaitu; Nilai Compact sebanyak 12
butir batu, nilai Very Bladed sebanyak 4 butir batu, nilai Elongate sebanyak 6
butir batu, nilai Compact Elongante sebanyak 6 butir batu, nilai Bladed sebanyak
6 butir batu, nilai Compact Bladed sebanyak 9 butir batu, nilai Compact Platy
sebanyak 1 butir batu, nilai Platy sebanyak 3 butir batu, nilai Very Platy sebanyak
2 butir batu, dan nilai Very Elongate sebanyak 1 butir batu, dengan jumlah
keseluruhan ada 50 sampel butir batu yang diamati.

4.3 Klasifikasi Folk (1968)


No DL Di Ds Dl.Di Ds.Di Ds² DL² Ds.Di/DL² Ds²/DL.Di ᴪP=3√Ds.Di/DL² ᴪP = 3√ Ds^2/DL.Di Klasifikasi
1 3,14 2,18 2,29 6,85 4,99 5,24 9,86 0,51 0,77 0,80 0,92 Very Equent
2 4,62 3,112 1,45 14,37 4,51 2,1 21,33 0,21 0,15 0,60 0,53 Very Elongate
3 4,52 3,514 2,29 15,88 8,05 5,24 20,41 0,39 0,33 0,73 0,69 Intermediete Shape
4 5,22 3,614 2,49 18,87 9 6,2 27,25 0,33 0,33 0,69 0,69 Intermediete Shape
5 3,51 2,18 2,08 7,66 4,53 4,33 12,34 0,37 0,56 0,72 0,83 Very Equent
6 4,62 3,012 2,11 13,91 6,36 4,45 21,33 0,30 0,32 0,67 0,68 Intermediete Shape
7 5,12 4,015 2,07 20,56 8,31 4,28 26,21 0,32 0,21 0,68 0,59 Very Elongate
8 3,01 2,01 2,51 6,05 5,05 6,3 9,07 0,56 1,04 0,82 1,01 Very Equent
9 4,12 3,112 2,31 12,81 7,19 5,34 16,94 0,42 0,42 0,75 0,75 Equent
10 5,02 3,313 3,31 16,63 10,98 11 25,19 0,44 0,66 0,76 0,87 Very Equent
11 4,12 3,012 2,41 12,4 7,26 5,81 16,94 0,43 0,47 0,75 0,78 Very Equent
12 4,02 3,313 2,22 13,31 7,35 4,92 16,13 0,46 0,37 0,77 0,72 Equent
13 4,42 2,61 2,39 11,53 6,24 5,71 19,52 0,32 0,50 0,68 0,79 Very Equent
14 5,02 2,29 2,07 11,49 4,74 4,28 25,19 0,19 0,37 0,57 0,72 Equent
15 4,7 3,2 1,2 15,04 3,84 1,44 22,09 0,17 0,10 0,56 0,46 Very Elongate
16 4,5 2,7 1,5 12,15 4,05 2,25 20,25 0,20 0,19 0,58 0,57 Very Elongate
17 4,7 2,9 1,7 13,63 4,93 2,89 22,09 0,22 0,21 0,61 0,60 Elongate
18 3,5 2,3 1,5 8,05 3,45 2,25 12,25 0,28 0,28 0,66 0,65 Subelongate
19 3,3 3 2 9,9 6 4 10,89 0,55 0,40 0,82 0,74 Equent
20 5,1 2 1,7 10,20 3,4 2,89 26,01 0,13 0,28 0,51 0,66 Subelongate
21 3 2,5 2 7,50 5 4 9 0,56 0,53 0,82 0,81 Very Equent
22 3,7 2,8 2,3 10,36 6,44 5,29 13,69 0,47 0,51 0,78 0,80 Very Equent
23 3,2 2,2 2 7,04 4,4 4 10,24 0,43 0,57 0,75 0,83 Very Equent
24 3,5 1,2 2,5 4,2 3 6,25 12,25 0,24 1,49 0,63 1,14 Very Equent
25 4,2 3 2,2 12,6 6,6 4,84 17,64 0,37 0,38 0,72 0,73 Equent
26 5 3 2 15 6 4 25 0,24 0,27 0,62 0,64 Subelongate
27 3,3 2,1 2,6 6,93 5,46 6,76 10,89 0,50 0,98 0,79 0,99 Very Equent
28 3,6 3,1 1,4 11,16 4,34 1,96 12,96 0,33 0,18 0,69 0,56 Very Elongate
29 3 2,5 1,6 7,5 4 2,56 9 0,44 0,34 0,76 0,70 Subequent
30 3,2 2 2,3 6,4 4,6 5,29 10,24 0,45 0,83 0,77 0,94 Very Equent
31 4,2 3,3 1,2 13,86 3,96 1,44 17,64 0,22 0,10 0,61 0,47 Very Elongate
32 3 2,5 2 7,5 5 4 9 0,56 0,53 0,82 0,81 Very Equent
33 4,5 3 1,3 13,5 3,9 1,69 20,25 0,19 0,13 0,58 0,50 Very Elongate
34 3 2,8 1,5 8,4 4,2 2,25 9 0,47 0,27 0,78 0,64 Subelongate
35 3 1,8 2,5 5,4 4,5 6,25 9 0,50 1,16 0,79 1,05 Very Equent
36 2,5 2 2,2 5 4,4 4,84 6,25 0,70 0,97 0,89 0,99 Very Equent
37 4,2 3 2,7 12,6 8,1 7,29 17,64 0,46 0,58 0,77 0,83 Very Equent
38 4 3,7 1 14,8 3,7 1,00 16 0,23 0,07 0,61 0,41 Very Elongate
39 3 2 2,5 6 5 6,25 9 0,56 1,04 0,82 1,01 Very Equent
40 3,5 2,8 3 9,8 8,4 9 12,25 0,69 0,92 0,88 0,97 Very Equent
41 5 3,8 2,6 19 9,88 6,76 25 0,40 0,36 0,73 0,71 Subequent
42 3,5 3,2 1,2 11,2 3,84 1,44 12,25 0,31 0,13 0,68 0,50 Very Elongate
43 3,5 3 2,5 10,5 7,5 6,25 12,25 0,61 0,60 0,85 0,84 Very Equent
44 4 2,2 2 8,8 4,4 4 16 0,28 0,45 0,65 0,77 Very Equent
45 4,6 2,1 1,3 9,66 2,73 1,69 21,16 0,13 0,17 0,51 0,56 Very Elongate
46 4 2,5 2,2 10 5,5 4,84 16 0,34 0,48 0,70 0,79 Very Equent
47 3 2,6 1 7,8 2,6 1 9 0,29 0,13 0,66 0,50 Very Elongate
48 3,2 2,6 2,5 8,32 6,5 6,25 10,24 0,63 0,75 0,86 0,91 Very Equent
49 4,8 3,5 1,9 16,8 6,65 3,61 23,04 0,29 0,21 0,66 0,60 Elongate
50 3,5 2,7 1,2 9,45 3,24 1,44 12,25 0,26 0,15 0,64 0,53 Very Elongate

Dari hasil perhitungan untuk identifikasi ukuran butir berdasarkan


klasifikasi Folk (1968) didapatkan yaitu; Nilai Very Equant sebanyak 22 butir
batu, nilai Very Elongate sebanyak 12 butir batu, nilai Intermediete Shape
sebanyak 3 butir batu, nilai Equent sebanyak 5 butir batu, nilai Elongate sebanyak
2 butir batu, nilai Subelongate sebanyak 4 butir batu, dan nilai Subequent
sebanyak 2 butir batu, dengan jumlah keseluruhan ada 50 sampel butir batu yang
diamati.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan identifikasi yang dilakukan terhadap morfologi


ukuran butir berdasarkan klasifikasi Zingg (1935), klasifikasi Sneed and Folk
(1958), dan klasifikasi Folk (1968) dapat disimpulkan bahwa bentuk dari
suatu butir dipengaruhi oleh bentuk asal batuan utamanya. Namun karena
adanya faktor abrasi dan pemecahan selama proses transportasi berlangsung
maka bentuk dari ukuran butir ini akan bervariasi.

5.2 Saran
Saran saya untuk praktikum ini agar lebih baik kedepannya dan sebagai
praktikan terlebih dahulu mempelajari apa saja bahan dari praktikum yang
akan dilakukan dan pada saat asistensi praktikan harus lebih bisa mendengar
apa yang diajarkan oleh asisten agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Boggs, S.Jr.1987. Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Columbus:


Merril Publishing Co.

Boggs, S. Jr. 1992. Petrology of Sedimentary Rocks. New York: Macmillan


Merril Publishing Co.

Lewis, D. W. and McConchie, D. 1994. Practical Sedimentology. 2nd Ed. New


York: Chapman & Hall.

Pettijhon, F. J. 1975. Sedimentary Rocks. 3rd. New York: Harper

Surjono, S. S. dan D. Hendra Amijaya. 2017. Sedimentologi. Yogyakarta

Sneed, E. D. and Folk, R. L. 1958. “Pebbles in The Lower Colorado River, Texas,

A Study in Particle Morphogenesis” Journal Geology, Vol. 66, Pp. 114-


150

Tucker, M. E. 1991. Sedimentary Petrology: An Introduction to The Origin of


Sedimentary Rocks. 2nd Ed. London: Blackwell Scientific Publications.

Wadell, H. 1932. “Volume, Shape and Roundness of Rocks Particles”. Journal


Geology, Vol. 40, Pp. 443-451

Anda mungkin juga menyukai