Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK Nama :


Fidya amalia
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
Stambuk :
Acara 5: Arah Arus Purba (Paleo Current) F12119079

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arus purba (paleo current) merupakan analisis untuk mengetahui asal
arah (sumber) dari mana batuan sedimen tersebut diendapkan, dan hal ini
lebih ditekankan pada analisa orientasi dari cekungan-cekungan sedimen dan
tubuh-tubuh batupasir yang ada. Penentuan atau analisa arus purba dapat
dilakukan dengan menggunakan struktur sedimen, khususnya pada struktur-
struktur sedimen yang dapat memperlihatkan indikasi arah transport sedimen,
baik berupa bidang maupun garis.

Beberapa struktur tersebut antara lain : 1) Cross bedding 2) Flute cast (3)
Groove cast 4) Ripple mark (asimetri), dll. Dalam penentuan atau analisa arus
purba dengan menggunakan struktur sedimen di atas harus memperhatikan
geometri dari struktur sedimen tersebut baik berupa bidang atau berupa
garis,karena terdapat perbedaan khas dalam cara penentuan arah arus
purbanya, antara lain: Pada struktur sedimen dengan geometri garis, arah arus
purba akan searah dengan sumbu dari struktur sedimen. Struktur sedimen
tersebut antara lain: flute cast, groove cast, dll.

Dalam analisa arus purba yang menjadi pokok permasalahan adalah:

1. Arah transport klastik dari sumber cekungan (meliputi arah


pengendapan fluvial, yang perkirakan bearingnya
2. Lereng purba dan gradient facies (lereng yang dianggap searah dengan
arah transport).
3. Jurus dan arah kemiringan pengendapan dimana jurus dari endapan
dianggap tegak lurus arah transport.

Dari analisa diatas, harus ada struktur-struktur sedimen sebagai indikasi


yang menunjukan arah transport sedimen yang bersifat vector (
Koesoemadinata, 1980).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari acara pratikum ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan arah arus purba dan struktur sedimen yang
dapat digunakan untuk analisis arus purba?
2. Bagaimana cara menganalisis arus purba menggunakan metode stroenet,
metode analisis vektor, metode grafik dan metode diagram rose?
1.3 Tujuan
Tujuan dari acara pratikum ini yaitu:
1. Mengetahui definisi dari arah arus purba dan struktur sedimen yang dapat
digunakan untuk analisis arus purba
2. Mengetahui cara menganalisis arus purba dengan menggunakan metode
streonet, metode analisis vektor, metode grafik dan metode diagram rose.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Arah Arus Purba
Analisa arus purba (paleo current) merupakan analisis untuk mengetahui
asal arah (sumber) dari mana batuan sedimen tersebut diendapkan, dan hal ini
lebih ditekankan pada analisa orientasi dari cekungan-cekungan sedimen dan
tubuh-tubuh batupasir yang ada.
Penentuan atau analisa arus purba dapat dilakukan dengan menggunakan
struktur sedimen, khususnya pada struktur-struktur sedimen yang dapat
memperlihatkan indikasi arah transport sedimen, baik berupa bidang maupun
garis. Beberapa struktur tersebut anatara lain:
1) Cross bedding
2) Flute cast
3) Groove cast
4) Ripple mark (asimetri), dll.
2.2 Analisis Arus Purba
Dalam penentuan atau analisa arus purba menggunakan struktur sedimen
, terdapat perbedaan khas, antara lain :

a. Arah arus purba akan searah dengan sumbu dari struktur sedimen, bila
struktur tersebut adalah, imbricated pebble, flute casts, scour marks, prod
casts, frondescent casts, groove casts, brush marks,
parting liniation dan erotionalmarks

b. Arah arus tegak lurus sumbu struktur sedimen dan searah dip perlapisan,
bila struktur – struktur sedimen tersebuit adalah, current ripple, slump
structures,high angle planercross stratifocation, trough cross
stratifocation dan rip and furrow structure

c. Arah arus tegak lurus sumbu struktur sedimen dan berlawanan arah
dengankemiringan perlapisan, bila struktur-struktur tersebut adalah low angle
crossstratifocation (Koesoemadinata, 1980).

d. Lereng purba dan gradien facies (lereng ini dianggap serah dengan
arahtransport. Arah dip/slope searah dengan bearing transportasi).

e. Jurus dan arah kemiringan pengendapan dimana jurus dari endapan


dianggaptegal lurus arah transportUntuk analisa ketiga hal diatas, harus ada
struktur-struktur sedimen sebagai indikasiyang menunjukan arah transport
sedimen yang bersifat vector (Koesoemadinata, 1980).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan pada saat pratikum ini yaitu:
3.1.1 Alat
1. ATK
2. Lembar Deskripsi
3. Buku Penuntun

3.1.2 Bahan
1. Kalkir
2. Milimeter blok
3. Steonet

3.2 Langkah kerja


3.2.1 Problem set 1
1. Siapkan kalkir dan streonet schmidt net
2. Lalu Plot straik dan dip set A yang sudah ditambah stambuk , plot straik
dip regional dan plot straik dip selisih.

3.2.2 Problem set 2

1. Pertama, pada setiap set azimuth ditambah dengan stambuk


2. Lalu, hitung sinx dan cos x yang ditambah stambuk lalu hitung total
keseluruhan sin dan cos
3. Lalu masuk nilai pada rumus yang telah ditentukan
4. Setelah itu tentukan nilai acrtan dari hasil sin dan cos tersebut dan nilai R
dan Lnya
5. Plot dimilimeter blok azimuth yang sudah ditambah stambuk dan cari arah
arus purbanya (σ)
3.2.3 Problem set 3

1. Pertama cari azimuth menggunakan kompas


2. Kedua pada set azimuth ditambah dengan stambuk
3. Lalu, hitung sin x dan cos x yang ditambah stambuk lalu hitung total
keseluruhan sin dan cos
4. Lalu, masuk nilai pada rumus yang telah ditentukan
5. Setelah itu tentukan nilai acrtan dari hasil sin dan cos tersebut dan nilai R
dan Lnya
6. Plot dimilimeter blok azimuth yang sudah ditambah stambuk dan cari arah
arus purbanya (σ)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Problem Set 1
Soal
4.1.2 Problem Set 2
Soal
Diketahui data azimuth:
1. Set A
azimuth +
No Azimuth stbk sin x cos x n*sinx n*cosx
1 5 84 0,73 -0,68 11,00 -10,20
2 12 91 0,11 -0,99 1,59 -14,92
3 82 161 -0,70 -0,71 -10,54 -10,68
4 111 190 1,00 0,07 14,97 0,99
5 42 121 1,00 -0,05 14,98 -0,73
6 73 152 0,93 0,36 14,00 5,39
7 40 119 -0,37 0,93 -5,57 13,93
8 353 432 -1,00 0,03 -14,99 0,47
9 51 130 -0,93 -0,37 -13,95 -5,51
10 58 137 -0,94 0,33 -14,14 5,01
11 20 99 -1,00 0,04 -14,99 0,60
12 48 127 0,97 0,23 14,59 3,49
13 137 216 0,70 -0,72 10,44 -10,77
14 17 96 0,98 -0,18 14,75 -2,71
15 96 175 -0,80 0,60 -12,02 8,98
16 ∑ 0,68 -1,11 10,13 -16,66
a. Analisis Vektor:

tan x = -0,60771
(∑n*sinx)^2 102,545 arctan -31,28747
(∑n*cosx)^2 277,662 R= 42,867
∑ 380,207 L= 285,78

∑ 𝑛 sin 𝑥 10,13
tan x = ∑ 𝑛 cos 𝑥 = −16,66 = -0,60771

arctan =-0,60771 = -31,287470

R = √(∑ 𝑛 sin 𝑥)² + (∑ 𝑛 cos 𝑥)² =√102,545 + 277,662 = 42,867

42,867
L = R/n x 1cm x 100 = 𝑥 100 =285,78
15
b. Diagram Turus

Interval Turus Frekuensi Interval Turus Frekuensi


0-5 270-275 I 1
6-10 I 1 276-280 II 2
11-15 281-285
16-20 286-290
21-25 291-295
26-30 296-300 I 1
31-35 301-305 I 1
36-40 306-310 II 2
41-45 311-315
46-50 316-320 I 1
51-55 321-325
56-60 326-330
61-65 331-335 III 3
66-70 336-340
71-75 I 2 341-345 I 1
76-80 346-350
81-85 I 1 351-355
86-90 356-360

c. Diagram Rose
d. Grafik
Diketahui Azimut:
2. Set B
azimuth +
No Azimuth stbk sin x cos x n*sinx n*cosx
-
1 93 172 0,7086591 0,705551 10,6299 -10,583
-
2 112 191 0,5949085 0,803793 8,92363 -12,057
3 39 118 -0,981952 0,189129 -14,729 2,83694
-
4 130 209 0,9964666 0,083989 14,947 -1,2598
-
5 106 185 0,3466212 0,938005 5,19932 -14,07
6 128 207 -0,338305 0,941037 -5,0746 14,1155
7 71 150 -0,714876 0,699251 -10,723 10,4888
8 110 189 0,483318 0,875445 7,24977 13,1317
9 141 220 0,0883987 0,996085 1,32598 14,9413
-
10 80 159 0,9395197 0,342495 14,0928 -5,1374
11 157 236 -0,371432 -0,92846 -5,5715 -13,927
12 52 131 -0,811603 0,584209 -12,174 8,76313
13 98 177 0,8775898 0,479412 13,1638 7,19118
14 20 99 -0,999207 0,039821 -14,988 0,59731
15 91 170 0,3466495 0,937995 5,19974 14,0699
16 ∑ 1,1647552 1,94009 17,4713 29,1013

a. Analisa Vektor

tan x = 0,60036
(∑n*sinx)^2 305,24731 arctan 30,97892
(∑n*cosx)^2 846,8882 R 33,943
∑ 1152,1355 L= 226,287

∑ 𝑛 sin 𝑥 17,4713
tan x = ∑ 𝑛 cos 𝑥 = 29,1013 = 0,60036

arctan = 0,60036 = 30,978920


R = √(∑ 𝑛 sin 𝑥)² + (∑ 𝑛 cos 𝑥)² =√305,24731 + 846,8882 = 33,943

33,943
L = R/n x 1cm x 100 = 𝑥 100 = 266,287
15

b. Diagram Turus

Interval Turus Frekuensi Interval Turus Frekuensi


0-5 I 1 270-275
6-10 I 1 276-280 I 1
11-15 I 1 281-285
16-20 286-290
21-25 291-295
26-30 II 2 296-300 I
31-35 301-305
36-40 I 1 306-310
41-45 311-315 I 1
46-50 316-320
51-55 321-325
56-60 I 1 326-330 I 1
61-65 331-335
66-70 336-340 I 1
71-75 341-345
76-80 346-350 I 1
81-85 351-355 I 1
86-90 356-360 I 1
c. Diagram Rose

d. Grafik
Diketahui azimuth:
3. Set C
azimuth +
No Azimuth stbk sin x cos x n*sinx n*cosx
1 127 206 -0,9746 0,22377 -14,62 3,35655
2 218 297 0,99287 -0,1192 14,893 -1,7882
3 63 142 -0,5878 -0,809 -8,8169 -12,135
4 82 161 -0,7024 -0,7118 -10,536 -10,677
5 130 209 0,99647 -0,084 14,947 -1,2598
6 96 175 -0,8011 0,59848 -12,017 8,97726
7 147 226 -0,1934 0,98111 -2,9017 14,7167
8 160 239 0,23669 0,97159 3,55036 14,5738
9 112 191 0,59491 -0,8038 8,92363 -12,057
10 153 232 -0,4599 0,88798 -6,8982 13,3197
11 25 104 -0,3216 -0,9469 -4,8243 -14,203
12 192 271 0,73321 0,68 10,9982 10,2
13 133 212 -0,9983 -0,0575 -14,975 -0,8621
14 200 279 0,56608 -0,8243 8,49124 -12,365
15 213 292 0,16733 -0,9859 2,50989 -14,789
16 ∑ -0,7517 -0,9994 -11,276 -14,991

a. Analisa Vektor

tan x= 0,75214
(∑n*sinx)^2 127,142 Arctan= 36,94829
(∑n*cosx)^2 224,745 R= 18,758
∑ 351,887 L= 125,053
∑ 𝑛 sin 𝑥 −11,276
tan x = ∑ 𝑛 cos 𝑥 = −14,991 = 0,75214

arctan = 0,75214 = 36,948290

R = √(∑ 𝑛 sin 𝑥)² + (∑ 𝑛 cos 𝑥)² =√127,142 + 224,745 = 18,758

18,758
L = R/n x 1cm x 100 = 𝑥 100 = 125,053
15
b. Diagram Turus

Interval Turus Frekuensi Interval Turus Frekuensi


0-5 270-275 I 1
6-10 276-280 I 1
11-15 I 1 281-285 I 1
16-20 286-290
21-25 291-295 I 1
26-30 II 2 296-300 I 1
31-35 I 1 301-305
36-40 306-310
41-45 311-315
46-50 II 2 316-320
51-55 I 1 321-325 I 1
56-60 I 1 326-330
61-65 331-335
66-70 336-340
71-75 341-345 I 1
76-80 346-350
81-85 351-355 I 1
86-90 356-360

c. Diagram Rose
d. Grafik
4.1.3 Problem Set 3
Soal
Diketahui Azimut:
Azimuth +
Azimuth stbk Sin X Cos X n*sinx n*cosx
296 15 0,650288 -0,75969 14,30633 -16,7131
277 356 -0,84149 -0,54028 -18,5127 -11,8861
278 357 -0,90928 0,416174 -20,0043 9,155833
297 16 -0,2879 -0,95766 -6,33387 -21,0685
303 22 -0,00885 -0,99996 -0,19473 -21,9991
310 29 -0,66363 -0,74806 -14,5999 -16,4573
290 359 0,756822 0,653621 16,65009 14,37966
254 333 -0,00882 0,999961 -0,19407 21,99914
11 90 0,893997 -0,44807 19,66793 -9,85762
10 89 0,860069 0,510177 18,92153 11,22389
9 88 0,035398 0,999373 0,778763 21,98621
81 160 0,219425 -0,97563 4,827356 -21,4638
96 175 -0,80113 0,598484 -17,625 13,16665
189 268 -0,82184 -0,56973 -18,0804 -12,534
185 269 -0,92345 0,383726 -20,3158 8,441978
192 304 0,670207 -0,74217 14,74455 -16,3278
312 64 0,920026 0,391857 20,24057 8,620859
330 82 0,313229 0,949678 6,891033 20,89291
14 126 0,329991 0,943984 7,259798 20,76765
321 73 -0,67677 -0,73619 -14,889 -16,1962
14 126 0,329991 0,943984 7,259798 20,76765
334 86 -0,92346 -0,3837 -20,3161 -8,44137
∑ -0,88719 -0,07012 -19,5181 -1,54256
a. Analisis Vektor

(∑n*sinx)^2 380,9557 tan x = 12,65301


(∑n*cosx)^2 2,379505 arctan = 85,48116
∑ 383,3352 R= 19,57894
L= 88,99518
∑ 𝑛 sin 𝑥 −19,5181
tan x = ∑ 𝑛 cos 𝑥 = −1,54256 = 12,65301

arctan = 12,65301 = 85,481160

R = √(∑ 𝑛 sin 𝑥)² + (∑ 𝑛 cos 𝑥)² =√380,9557 + 2,379505 = 19,57894

19,57894
L = R/n x 1cm x 100 = 𝑥 100 = 88,99518
22

b. Diagram Turus

Interval Turus Frekuensi Interval Turus Frekuensi


0-5 270-275
6-10 276-280
11-15 I 1 281-285
16-20 I 1 286-290
21-25 I 1 291-295
26-30 I 1 296-300
31-35 301-305
36-40 306-310 II 2
41-45 311-315
46-50 316-320
51-55 321-325
56-60 326-330
61-65 I 1 331-335 I 1
66-70 336-340 I 1
71-75 I 1 341-345
76-80 346-350
81-85 I 1 351-355 I 1
86-90 IIIIII 6 356-360 III 3
c. Diagram Rose
d. Grafik
4.2 Pembahasan
Arus purba (paleo current) merupakan analisis untuk mengetahui asal arah
(sumber) dari mana batuan sedimen tersebut diendapkan, dan hal ini lebih
ditekankan pada analisa orientasi dari cekungan-cekungan sedimen dan tubuh-
tubuh batupasir yang ada.

Pada soal problem set 1, dimana dikerjakan dengan menggunakan steronet


didapati hasil set A N85OW, 62ONE dengan nilai restored N29OW, 50ONE
dan selisihnya N56OW, 62ONE. Set B N114OW, 80ONE dengan nilai restored
N29OW, 50ONE dan selisihnya N85OW, 80ONE. Set C N131OW, 59ONE
dengan nilai restored N29OW, 50ONE dan selisihnya N102OW, 59ONE. Set D
N91OE, 30OSE dengan nilai restored N29OW, 50ONE dan selisihnya N OW,
O
NE. Set E N134OW, 32ONE dengan nilai restored N29OW, 50ONE dan
selisihnya N 213OW, 32ONE.

Pada soal problem set 2, dimana dikerjakan dengan 3 metode, yaitu


metode analisis vektor, metode grafik dan terakhir metode diagram rose. Pada
problem set A didapati nilai vektor tan x sebesar -0,60771, arctan -31,28747O,
R 42,867, dan L 285,78, metode grafik didapati hasil σ 235O dan L 1566,dan
metode diagram rose didapati hasil seperti gambar dibawah. Problem set B
didapati nilai vektor tan x sebesar 0,60036, arctan 30,978920, R 33,943, dan L
226,287, metode grafik didapati hasil σ 1710 dan L 1140 dan metode diagram
rose didapati hasil seperti gambar dibawah. Problem set C didapati nilai
vektor tan x sebesar 0,75214, arctan 36,948290, R 18,758, dan L 125,053,
metode grafik didapai hasil σ 350 dan L 233 dan dan metode diagram rose
didapati hasil seperti gambar dibawah.

Pada soal problem set 3, dimana dikerjakan seperti problem set 2 tetapi
disini dicari terlebih dahulu azimutnya lalu dikerjakan dengan 3 metode, yaitu
metode analisis vektor, metode grafik dan terakhir metode diagram rose.
Didapati azimutnya N 2960, N2770, N2780, N2970, N3030, N3100, N2800,
N2540, NI10, N100, N90, N810, N960, N1890, N1850, N1920, N3120, N3300,
N140, N3210, N140, N3340. Sehingga didapatkan nilai vektor tan x sebesar
12,65301, arctan 85,481160, R 19,57894, dan L 88,99518, metode grafik
didapati hasil σ 2880 dan L 1309 dan metode diagram rose didapati hasil
seperti gambar dibawah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Arus purba (paleo current) merupakan analisis untuk mengetahui asal arah
(sumber) dari mana batuan sedimen tersebut diendapkan, dan hal ini lebih
ditekankan pada analisa orientasi dari cekungan-cekungan sedimen dan
tubuh-tubuh batupasir yang ada.

2. Pada soal problem set 1, dimana dikerjakan dengan menggunakan steronet


didapati hasil set A N85OW, 62ONE dengan nilai restored N29OW, 50ONE
dan selisihnya N56OW, 62ONE. Set B N114OW, 80ONE dengan nilai
restored N29OW, 50ONE dan selisihnya N85OW, 80ONE. Set C N131OW,
59ONE dengan nilai restored N29OW, 50ONE dan selisihnya N102OW,
59ONE. Set D N91OE, 30OSE dengan nilai restored N29OW, 50ONE dan
O O
selisihnya N W, NE. Set E N134OW, 32ONE dengan nilai restored
N29OW, 50ONE dan selisihnya N 213OW, 32ONE. Pada soal problem set 2
dikerjakan dengan menggunakan 3 metode yaitu metode analisis vektor,
metode grafik dan metode diagram rose untuk hasil problem set A didapati
nilai σ 235O, set B didapati nilai σ 1710 dan set C didapati nilai σ 350 , dan
pada soal set 3 dikerjakan seperti soal problem set 2, sehingga didapti nilai
σ 2880 nya.

5.2 Saran

Untuk acara selanjutnya, sebaiknya praktikan dapat mempelajari terlebih


dahulu, apa saja yang berkaitan dengan praktikum yang akan dilakukan, dan
saat melakukan asistensi sebaiknya bisa lebih mendengarkan arahan dari
asisten agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan antara asisten dan juga
praktikan, adapun saran untuk asisten tetap mempertahankan sifatnya yang
ramah kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anoname. 2021. Buku Penuntun Pratikum Sedimentologi. Universitas Tadulako:
Palu.

Hartanto, Amanda Putri.2017. Analisis Arus Purba. ://greenolivine.blogspot.com/


2017/08.

Surjono, Sugeng S, D Mahendra Amijaya, Sarju Winardi, 2017. Analisis


Sedimentologi. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai