Oleh:
BASRI
NIM : 859 389 021
PENDAHULUAN
1. Identifikasi Masalah
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan yang
diangkat penulis yaitu : “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VI SDI
No. 177 Pangalawakkang dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran
kontekstual?”.
KAJIAN PUSTAKA
Dalam kamus bahasa Indonesia hasil berarti suatu yang telah dicapai dari
yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumya. Menurut Sudjana (1996)
bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar. Jadi hasil belajar adalah akibat dari suatu
aktivitas yang dapat diketahui perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai dan sikap melalui ujian tes atau ujian.
Sedangkan Dick dan Reiser (Djamarah, 1994) hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Mereka
membedakan hasil belajar atas empat macam yaitu pengetahuan,
keterampilan, intelektual, keterampilan motorik dan sikap.
Selanjutnya (Dimyati, 1999) memaparkan bahwa hasil belajar adalah hasil
dari suatu interaksi tindak belajar atau tindakan mengajar yang diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar dari siswa, hasil belajar merupakan hasil
akhir dari suatu materi pelajaran.
Pengertian hasil belajar dikemukakan oleh (Nana Wahida, 2004) suatu
tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional
telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang
diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses
belajar mengajar). Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari beberapa pengertian hasil belajar yang dikemukakan diatas, jelas
terlihat bahwa hasil belajar tidak lain adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki sebagai hasil pembelajaran yang diamati melalui penampilan siswa
untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai diadakan penilaian salah
satu alat ukur yang digunakan adalah tes.
Jadi, hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar
matematika.
4. Pentingnya Pemecahan Masalah dalam Matematika
Mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan
siswa itu menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan di dalam
kehidupan sehari-hari (Herman Hudoyo 2001:167), dengan kata lain, jika
seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan
mampu mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah
diperolehnya
Menurut Polya dalam Herman Hudoyo (2001: 164-165) bahwa di dalam
matematika terdapat dua macam masalah yaitu:
a. Masalah menemukan
Masalah menumukan dapat teoritis atau praktis, abstrak termasuk teka-teki
menemukan ini lebih penting dalam matematika elementer. Bagian utama
dalam masalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah yang dicari?
2) Bagaimana data yang diketahui?
3) Bagaimana syaratnya?
b. Masalah membuktikan
Masalah membuktikan digunakan untuk menunjukkan suatu pernyataan itu
benar atau salah tetapi tidak keduanya. Herman Hudoyo (2001:45)
menyatakan bahwa bagian utama yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah membuktikan adalah:
1) Hipotesis.
2) Konsklusi dari suatu teorema
Masalah membuktikan lebih banyak dijumpai dalam matematika lanjut.Dari
dua jenis masalah tersebut di atas yang menjadi fokus dalam penelitian
tindakan di tingkat SMP ini adalah masalah menemukan.
Menurut pandoyo dan Muklis (1999:10) dikatakan bahwa masalah dalam
pelajaran matematika adalah suatu soal matematika menjadi masalah bagi
siswa apabila siswa tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
ditinjau dari kematangan ilmu, siswa belum mempunyai algoritma atau
prosedur untuk menyelesaikan, dan siswa kurang berkeinginan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Materi matematika yang diberikan kepada siswa dalam bentuk masalah akan
member motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut
menurut Herman Hudoyo dalam Muklis (1999:10). Para siswa merasa puas
jika mereka dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, keputusan ini
merupakan suatu hadiah instrinsik bagi siswa lebih lama apabila dibandingkan
dengan tipe belajar yang lain.
Berdasarkan uaraian di atas bahwa metode pemecahan masalah dalam
pengajaran matematika perlu dikembangkan dan merupakan metode yang
sangat tepat untuk soal cerita. Metode pemecahan masalah adalah metode
yang sangat essensial untuk topik tertentu sebab mempunyai dampak positif
antara lain :
a) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian
menganalisis dan akhirnya mampu meneliti kembali hasil yang telah dicapai.
b) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam diri siswa dan dapat digunakan
sebagai hadiah instrinsik bagi siswa.
c) Potensi intelektual siswa meningkat.
d) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan proses penemuan.
Dari hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes yang akan dilaksanakan
setelah berakhir satu siklus, kemudian dianalisis untuk melihat ketuntasan
belajar siswa secara individu dengan menggunakan rumus ( Arikunto, 2009),
sebagai berikut :
jumlah nilai
Ketuntasan Siswa = x 100%
jumlah nilai maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 13 Konsep dan
penerapan. Surabaya; Kata Pena.