Anda di halaman 1dari 4

Contoh kasus eksak pada pelajaran Matematika

saya adalah seorang guru kelas 3 di sebuah SD. Dalam mata pelajaran matematika
tentang pecahan, saya menjelaskan cara menjumlahkan pecahan dengan memberi contoh di
papan tulis. Salah satu penjelasannya adalah sebagai berikut:
 Saya :“Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus
disamakan terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan contoh
berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi contoh ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6.
Jadi yang dijumlahnya adalah pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti
 anak-anak?" Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.
 Saya : “Pasti sudah jelas, kan. Nah sekarang coba kerjakan soal-soal ini." saya menulis 5 soal
di papan tulis dan anak-anak mengeluarkan buku latihan.
Secara berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut
karena tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak
mengerjakan soal, yang lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan
temannya. Selama anak-anak bekerja saya duduk di depan kelas sambil membaca. Setelah
selesai, anak-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. saya meminta seorang anak
menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi karena jawaban itu salah, Saya lalu menuliskan
semua jawaban di papan tulis. Kemudian anak-anak diminta memeriksa pekerjaan temannya,
dan mencocokkan dengan jawaban di papan tulis. Alangkah kecewanya saya ketika mengetahui
bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal,
dan yang lainnya salah semua.

 Identifikasi masalahnya, diataranya:


 Saya menjelaskan cara menyelesaikan penjumlahan pecahan di depan kelas
 Saya memberikan contoh pecahan sepeti berikut 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4, hal
pertama yang dilakukan siswa adalah menyamakan penyebutnya terlebih dahulu, baru
bisa menyelesaikan persoalan tersbut
 Saya membuat pernyataan sendiri dengan mengatakan siswa “sudah pasti paham” dan
langsung memberikan soal untuk diselesaikan siswa
 Keadaan kelas tampak tidak terkontrol sebab sebagian anak rebut dan bahkan ada yang
bertengkar dengan temannya sendiri, hanya sebagian kecil siswa yang tampak
mengerjakan soal yang telah diberikan
 Saya hanya duduk-duduk saja sambil membaca ketika siswa sedang mengerjakan soal
yang telah diberikan
 Saya merasa kecewa ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar
semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.

 rumusan masalah sebagai berikut ini:


 Mengapa Saya memulai pembelajaran di kelas 4 langsung kebagian inti saja?
 Mengapa Saya tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran dikelasnya dan juga tidak
menggunakan contoh soal yang beragam?
 Bagaimana mana bisa Saya berargumen bahwa siswa langsung memahami materi
penjumlahan pecahan secara mudah setelah selesai dijelaskan?
 Bagaimana bisa Saya tidak memahami keadaan kelas dan begitu saja membiarkan
keributan diantara siswa?
 Saya merasa kecewa ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar
semua, sedangkan seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.

 Analisis masalah seperti berikut ini:


 Saya tidak melakukan kegiatan pendahuluan sebelum memulai kegiatan pembelajaran
dikelasnya
 Saya tidak melibatkan siswa secara langsung ketika memberikan materi pembelajaran,
terlebih lagi pada pembelajaran matematika
 Argument tidak dapat memberikan kebenaran tentang gambaran pemahaman siswa
terhadap materi yang telah disampaikan
 Suasana kelas yang ribut bisa saja menjadi gambaran bahwa siswa tidak memahami
materi pembelajaran matematika yang baru saja Saya sampaikan
 saya merasa kecewa sebab hanya 1 orang dari jumlah 30 siswa yang berhasil
menyelesaikan tugas secara benar 100%, 1 orang hanya berhasil menyelesaikan soal
secara benar sebanyak 3 soal dan untuk 1 siswa tersebut bisa dikatakan tidak terlalu
memahami materi pembelajaran matematika secara baik, sedangkan sisanya 28 orang
siswa sudah pasti bisa dikatakan tidak memahami materi yang saya sampaikan dengan
baik.

 Pemecahan Masalah
 Seharusnya hal pertama yang saya lakukan adalah melakukan pendahuluan sebelum
memulai pembelajaran dikelasnya. seperti mengucapkan salam, mengajak siswa berdo’a
secara bersama-sama, melakukan absensi terhadap kehadiran siswa, melakukan
apersepsi terhadap pembelajaran yang lalu dan juga menyampaikan materi yang akan
dipelajari serta tujuan yang akan dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir.
 Sebagai seorang guru yang harus kita ingat adalah ketika memberikan pembelajaran
dikelas, maka libatkan siswa agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan tujuan
yang diinginkan tercapai. Terlebih lagi untuk pembelajaran matematika yang dianggap
pembelajaran paling sulit dikelas, ketika memberikan penjelasan mintalah beberapa
siswa untuk maju kedepan kelas menyelesaikan soal yang ada di papan tulis dan
gunakan contoh yang banyak agar siswa lebih paham terhadap materi yang
disampaikan.
 Jangan pernah berargumen bahwa siswa akan paham terhadap materi yang
disampaikan begitu saja, yang perlu kita ketahui bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami pembelajaran, ada yang langsung
paham, ada yang perlu tambahan penjelasan baru bisa paham dan ada yang
memerlukan waktu cukup lama agar bisa memahami materi pembelajaran. Kalau kita
berargumen siswa sudah paham setelah diberikan beberapa contoh soal dan langsung
memberikan tugas untuk diselesaikan, ini merupakan tindakan yang keliru.
 kelas yang tidak terkontrol menjadi suatu pertanda bahwa pembelajaran yang dilakukan
dikelas tersebut tidak berjalan dengan baik, keributan selain dapat mengganggu siswa
lain yang ada di dalam kelas juga dapat menggangu kelas lain yang berada tidak jauh
dari kelas tersebut, siswa rebut bisa diakibatkan beberapa hal salah satunya adalah
karena siswa tidak memahami materi yang disampiakan, tidak berhasil menyelesaikan
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan ingin mencontek milik temannya
 saya merasa kecewa sebab hanya 1 orang dari jumlah 30 siswa yang berhasil
menyelesaikan tugas secara benar 100%, 1 orang hanya berhasil menyelesaikan soal
secara benar sebanyak 3 soal dan untuk 1 siswa tersebut tbisa dikatakan tidak terlalu
memahami materi pembelajaran matematika secara baik, sedangkan sisanya 28 orang
siswa sudah pasti bisa dikatakan tidak memahami materi yang saya sampaikan dengan
baik. Tindakan yang bisa saya lakukan adalah memberikan remedial kepada siswa yang
gagal menyelesaikan tugas, memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan
metode yang lain, menggunakan alat bantu berupa media pembelajaran dalam
menyampaikan materi dan, meminta kepada siswa pada bagian mana dalam materi
tersebut yang belum bisa dipahami dengan baik, lalu bisa kembali diberikan penjelasan
oleh gurunya

 Menganalisis Kekuatan Dan Kelemahan Setiap Alternatif


 kekuatan dari kegiatan pembelajaran diatas, yaitu:
- saya menjelaskan materi pada pembelajaran matematika dengan tema penjumlahan
pecahan, yang mana pada materi penjumlahan pecahan ini hal utamanya adalah
dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu, kemudian mengalikan
pembilang sesuai dengan kalian pada penyebut, baru kemudian menjumlahkan
hasilnya
- saya memberikan evaluasi kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang ada,
kegiatan evaluasi ini memiliki manfaat untuk mengukur sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang telah disampaikan, dan apabila hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan harapan tentu ada tindak lanjut yang harus dilakukan dari
permasalahan yang ada
 Kelemahan dari kegiatan pembelajaran diatas, yaitu:
- saya tidak menjelaskan bagaimana menjelaskan soal secera bertahap, misalnya pada
kasus tersebut tampak saya sama sekali tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk
menyamakan penyebut bilangan pecahan. Penjelasannya teralalu singkat sehingga
tidak jelas.Padahal penjelasan yang runtut ,jelas dan logis selangkah demi selangkah
diperlukan untuk membuat siswa memahami penjumlahan pecahan tersebut
- saya tidak mengecek pemahaman siswa dengan baik. Saya hanya menanyakan
‘mengerti anak-anak”? Pertanyaan seperti ini tidak dapat mengecek pemahaman
siswa. Seharusnya saya menanyakan langkah-langkah menjumlahkan pecahan
secara langsung, misalnya menanyakan “Mengapa penyebut pada langkah
penjumlahan pecahan itu dirubah menjadi 4 dan 6 dan sebagainya.
- saya tidak membimbing siswa, setelah memberikan 5 soal latihan, alih-alih
berkeliling memberikan bantuan pada siswa yang membutuhkan, saya malah duduk
didepan kelas sambil membaca.
- Ketika salah seorang anak diminta menuliskan jawaban nya dipapan tullis, saya tidak
meminta tanggapan dari siswa yang lainnya, hal ini merupakan sebuah kelemahan
dalam pembelajaran.

Contoh kasus Non Eksak pada pelajaran Bahasa Indonesia


saya mengajar di kelas 3. Suatu hari saya mengajak anak-anak berbincang-bincang
mengenai sayur-sayuran yang banyak dijual di pasar. Anak-anak diminta menyebutkan sayur
yang paling disukainya dan menuliskannya di buku masing-masing. Anak-anak kelihatan
gembira dan berlomba menyebutkan dan menuliskan sayur yang disukainya. Pada akhir
perbincangan Saya meminta seorang anak menuliskan nama sayur yang sudah disebutkan,
sedangkan anak-anak lain mencocokkan pekerjaannya dengan tulisan di papan. Setelah selesai
anak-anak diminta membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata yang ditulis di papan tulis.

saya: "Anak-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat kalimat
dengan kata-kata itu ya."
Anak-anak menjawab serentak: "Ya, Bu."
Kemudian saya pergi ke meja dan memperhatikan apa yang dilakukan anak-anak. Karena tak
seorangpun yang mulai bekerja, saya mulai tidak sabar. "Cepat bekerja, dan angkat tangan jika
sudah punya kalimat." kata saya dengan suara keras. Anak-anak kelihatan bingung, namun saya
diam saja dan tetap duduk di kursi. Perhatian anak-anak menjadi berkurang, bahkan ada yang
mulai mengantuk, dan sebagian mulai bermain-main. Mendengar suara gaduh, saya dengan
keras menyuruh anak-anak diam dan menunjuk seorang anak untuk membacakan kalimatnya.
Anak yang ditunjuk diam karena tidak punya kalimat yang akan dibacakan. saya memanggil
kembali dengan suara keras agar semua anak membuat kalimat.

 Identifikasi masalahnya
 saya berbincang-bincang dengan siswa tentang sayur-sayuran yang ada di pasar dan
meminta siswa menyebutkan nama sayuran tersebut
 saya meminta seorang anak untuk menuliskan nama sayuran yang telah dituliskan
disebuah buku ke papan tulis
 saya meminta siswa untuk membuat kalimat dari kata-kata nama sayur yang telah
dituliskan di papan tulis
 saya menyuruh siswa"Cepat bekerja, dan angkat tangan jika sudah punya kalimat"
dengan suara keras.
 Saya juga dengan keras menyuruh anak-anak diam dan menunjuk seorang anak untuk
membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk diam karena tidak punya kalimat yang
akan dibacakan. saya memanggil kembali dengan suara keras agar semua anak
membuat kalimat.

 Rumusan masalah sebagai berikut ini:


 Mengapa saya tidak memberikan penjelasan dan tidak memberikan contoh cara
membuat kalimat yang terdiri dari kata-kata sayur?
 Mengapa saya harus berkata-kata dengan suara keras agar siswa mau mengerjakan
tugas yang diberikan?
 Pendekatan apa yang bisa saya lakukan untuk siswa kelas 3 tersebut agar bisa membuat
kalimata dari kata-kata yang telah ada?

 Analisis masalahnya yaitu :


 saya tidak memberikan penjelasan tentang cara membuat kalimat serta tidak
memberikan contoh kalimat sederhana sesuai dengan kata-kata yang telah dituliskan
dipapan tulis tersebut
 Bersuara keras tidak akan menyelsaikan masalah saat dikelas terlebih lagi untuk siswa
kelas 3 SD dan ini yang terjadi pada pembelajaran yang saya lakukan
 saya tidak menggunakan pendekatan yang sesuai baik saat menyampaikan
pembelajaran dan meminta siswa untuk membuatkan kalimat yang terdiri dari kata-kata
sayur

 Alternatif Pemecahan Masalah


 Seharusnya saya memberikan penjelasan tentang cara membuat kalimat yang baik dan
benar, lalu kemudian memberikan contoh kalimat sederhana yang terdiri dari kata-kata
sayuran, misalnya: tomat berwarna merah, ibu membeli labu dan sebagainya, cukup
dengan kalimat sederhana yang terdiri dari 2-3 kata saja
 Seharusnya seharusnya saya tidak berkata-kata yang keras terlebih lagi untuk siswa
kelas 2, sebab perkataan yang keras bisa membuat siswa trauma atau merasa takut
dalam mengikuti pembelajaran dikelas, jika siswa sudah merasa takut bisa saja
membuat siswa tidak ingin lagi belajar di kelas tersebut dan tidak berani lagi bertemu
guru yang bersangkutan
 Seharusnya saya menggunakan pendekatan di dalam pembelajaran tersebut, seperti
pendekatan tematik. Pendekatan tematik bisa dilakukan karena pemikiran siswa kelas 3
masih bersifat holistik. Dalam KBBI kata holisme (holistik) didefiniskan sebagai cara
pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan memandang gejala atau
masalah tersebut sebagai suatu kesatuan yang utuh.

 Kekuatan Dan Kelemahan Setiap Alternatif


 Kekuatan dari kegiatan pembelajaran diatas, yaitu:
- saya telah berhasil menjalin komunikasi yang sangat baik dengan siswa, hal ini
terbukti dari percakapan sederhana saya lakukan dengan siswa kelas 3 untuk
menyebutkan nama sayuran yang ada dipasar
- saya bisa saja menggunakan pendekatan terpadu kepada siswa yaitu dengan
memberikan contoh cara membuat kalimat sederhana yang terdiri dari kata-kata
sayuran
- saya bisa saja berkata dengan lembut atau dengan menggunakan isyarat kepada
siswa agar diam dan tidak bermain-main saat pembelajaran sedang berlangsung
 Kelemahan dari kegiatan pembelajaran diatas, yaitu:
- saya tidak menjelaskan cara membuat kalimat sederhana dan juga tidak
memberikan contoh kalimat sederhana yang terdiri dari kata-kata sayuran
- Siswa tidak mengerti cara mengerjakan soal yang diberikan
- Saya tidak menggunakan pendekatan dalam pembelajaran

 Memilih Satu Alternatif Yang Dianggap Paling Efektif


 Memilih salah satu pendekatan yang tepat agar siswa bisa memahami tentang tugas
atau latihan yang akan diberikan, pendekatan tersebut adalah pendekatan terpadu.
Dengan menggunakan pendekatan terpadu dengan meminta siswa menyebutkan nama-
nama sayuran yang ada dipasar, kemudian meminta siswa menuliskannya di buku, lalu
kemudian membuatnya menjadi sebuah kalimat sederhana.

Anda mungkin juga menyukai