Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN NILAI UNTUK PENDIDIKAN MANUSIA

SEUTUHNYA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pembimbing:
Niko Zulni Pratama, M. Pd

Disusun oleh :

Nama : M. Irfan Luthfi


NIM : 502181010016

JURUSAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

TEMBILAHAN

2019
KATA PENGANTAR 

Alhamdulilah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt dan tak
lupa shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad saw tak lupa buat para sahabat sampailah pada kita semuanya semoga
kita termasuk didalamnya , Alhamdulilah tentunya akhirnya penulis berkat rahmat
dan taufik Allah swt akhirnya bisa menyelesaikan penulisan makalah dengan tepat
pada waktunya yang telah ditentukan , dan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah filsafat semester 2 dengan judul Pengembangan Nilai Untuk Pendidikan
Manusia Seutuhnya.
Adapun makalah ini telah kami susun dengan maksimal karna mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan Terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dari semua itu kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
informasi, ilmu pengetahuan, dan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Tembilahan, 31 Maret 2019

Penyusun

M. Irfan Luthfi
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Pengertian Pendidikan Manusia Seutuhnya............................................. 3
B. Pendidikan Manusia Seutuhnya............................................................... 5
C. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya................................................... 6

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 8


A. Kesimpulan............................................................................................... 8
B. Saran......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu
di semua pihak guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia. Pendidikan harus selaluh diupayakan untuk
meningkatkan kemampuan setiap individu. Usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut adalah melalui lembaga pendidikan liuar sekolah. Dimana
dalam undung –undang pendidikan nomor 20 tahun 2003 Negara RI yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional yang tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.
Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu upaya dalam rangka
pembangunan nasional . hal ini perluh dipandang karena pembangunan
dibidang pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa,
khususnya pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang mampu
menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk itu mutu pendidikan
perluh diperhatikan sehubungan dengan itu, peningkatan sumberdaya manusia
Indonesia yang ingin dicapai oleh suatu proses pendidikan, sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, bahwa pendidikan Nasional bertujuan Untuk “ Berkembangnya potensi
peserta didik agar menajdi manusi yang berimana dan bertaqwa Kepada
Tuhan Yang Esa, berakhalk mulia, sehat, berilmu, cakap, keraaktif,mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendidikan manusia seutuhnya?
2.      Apasaja tujuan pendidikan manusia seutuhnya ?
3.      Bagaimana mengembangkan pendidikan manusia seutuhnya ?
4.      Mengapa sekarang ini sulit mengembangkan manusia seutuhnya ?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui guna pendidikan manusia yang seutuhnya
2.      Untuk mengetahui tujuan pendidikan seutuhnya
3.      Mengetahui cara mengembangkan pendidikan manusia seutuhnya

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang kita peroleh dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat
menegetahui serta memahami guna pendidikan manusia seutuhnya, serta
diharapkan kita dapat mengembangkan cara pendidikan yang selama ini telah
berlangsung di masyarakat pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Manusia Seutuhnya


Manusia utuh berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial,
fragmental. Apalagi split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi
semua hal yang ada pada diri manusia. Manusia menuntut terpenuhinya
kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya.
Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan
spiritual, berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Lebih
dari itu, manusia juga memerlukan keindahan dan estetika. Manusia juga
memerlukan penguasaan ketrampilan tertentu agar mereka bisa berkarya, baik
untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain. Semua
kebutuhan itu harus dapat dipenuhi secara seimbang. Tidak boleh sebagian
saja dipenuhi dengan meninggalkan kebutuhan yang lain. Orang tidak cukup
hanya sekedar cerdas dan terampil, tetrapi dangkal spiritualitasnya. Begitu
pula sebaliknya, tidak cukup seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi
tidak memiliki kecerdasan dan ketrampilan. Tegasnya, istilah manusia utuh
adalah manusia yang dapat mengembangkan berbagai potensi posisitf yang
ada pada dirinya itu.
Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka
pendidikan seharusnya mengembangkan berbagai aspek itu. Pendidikan tidak
tepat jika hanya mengembangkan satu aspek, tetapi melupakan aspek-aspek
lainnya. Pendidikan agama adalah sangat penting, tetapi tidak boleh terlalu
mengesampingkan intelektualitasnya. Sebaliknya juga tidak tepat pendidikan
hanya mengedepankan pengembangan kecerdasan dan ketrampilan, dengan
mengabaikan pengembangan spiritual.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditangani oleh dua
kementerian, yaitu kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian
agama. Selain itu,masih ada kementerian lain yang juga menyelenggarakan
pendidikan, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Itulah sebabnya di negeri
ini disebut telah terjadi dualisme penyelenggaraan pendidikan. Yaitu terdapat
sekolah yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan madrasah serta pondok pesantren yang berada di bawah Kementerian
Agama. Di sekolah umum, sekalipun diajarkan agama.jumlah jam pelajaran
yang disediakan tidak terlalu banyak. Demikian pula sebaliknya, di pondok
pesantren lebih mengutamakan pendidikan agama, dan dalam banyak kasus
tidak memberikan pengetahuan umum. Sedangkan di madrasah selama ini
sudah dilakukan perbaikan kurikulum dengan memberikan pengetahuan
umum dan agama secara seimbang, atau sama banyak jumlahnya. Namun
begitu, terkait pendidikan agama, selama ini belum ditemukan metodologi
yang dirasa memuaskan. Agama masih diajarkan dan belum sepenuhnya
dididikkan yang sebenarnya. Sebetulnya, terbatasnya waktu yang disediakan
untuk pendidikan agama di sekolah tidak mengapa, asalkan kekurangan itu
dapat ditambal oleh lingkungan keluarga dan juga oleh masyarakat. Namun
pada kenyataannya, pendidikan agama di keluarga maupun di masyarakat
sudah semakin melemah. Atas dasar alasan-alasan kesibukan orang tua atau
juga keterbatasan pemahaman agama, maka pendidikan agama di lingkungan
keluarga dan di masyarakat tidak dapat dimaksimalkan. Kegiatan mengaji di
langgar, mushalla, masjid dan lain-lain tampaknya sudah semakin berkurang,
tidak saja di perkotaan tetapi juga di pedesaan.
Menyoal dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang membangun
jati diri manusia seutuhnya, kiranya tidak akan berhenti. Berbagai kegiatan
ilmiah seperti seminar, diskusi, lokakarya dan semiloka terus dilakukan guna
mencari sebuah model pendidikan yang dianggap dapat membebaskan
manusia dari sikap ketergantungan terhadap benda, pendidikan yang dapat
membebaskan manusia dari pendewaan terhadap dunia, dan atau model
pendidikan yang dapat mencetak manusia yang utuh, yakni manusia yang
manusiawi, manusia memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan
yang hedak dicapai dalam konsep Value Education atau General Education
yakni: 1) manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek
kehidupan, serta 2) memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan
utuh merupakan dua terminologi yang memerlukan isi dan bentuk yang
disesuaikan dengan konteks sosial budaya dan keyakinan suatu bangsa yang
dalam bahasa lain pendidikan yang dapat melahirkan: a) pribadi yang dapat
bertaqarrub kepada Allah dengan benar, dan b) layak hidup sebagai manusia.
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan
bersama antar keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil
pemerintah. Patut diingat bahwa pembentukan jati diri manusia utuh berada
pada tataran afeksi, dan pembelajarannya dunia afeksi hanya akan berhasil
apabila dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri tauladan
dari orang dewasa.

B. Pendidikan Manusia Seutuhnya


Prinsip pendidikan menusia seutuhnya berlangsung seumur hidup
didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi :
1.      Dasar-dasar filosofis
Filosofis hekekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan
integralsegi-segi(potensi-potensi): (esensial): Manusia sebagai makhluk
pribadi (individualbeing),Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing),
Menusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
Ketiga potensi diatas akan menentukan martabat dan kepribadian
menusia. Jika ketiga potensi itu dilaksanakan secara seimbang, maka akan
terjadi kesenambungan.
2.      Dasar-Dasar Psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas
psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan
kesatuan antara potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi pikis,
rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
3.      Dasar-Dasar Sosial Budaya
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan tuhan namun manusia
terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri.Inilah segi-segi buhaya
bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh
pendidikan.
Dasar-dasar segi sosio budaya bangsa mencakup: Tata nilai warisan
budaya bangsi seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong royong dan
tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat. Nilai-nilai
filsafat, Negara yakni pancasila Nilai-nilai budaya nasional, adat istiadat dan
lain-lain. Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan
baik bersifatformalmaupunnonformal.

C. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya


Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan
hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Adapun
aspek pembawaan(potensi manusia)meliputi:
- Potensi jasmani, yaitu fisiologis dan pancaindra
- Potensi rohaniah, yaitu psikologis dan budi nurani
Dengan mengembangkan potensi-potensi tersebut dengan sikap positif
dan mendasar akan mencapai kesinambungan.
Pada dasarnya, pendidikan di semua intuisi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan masyarakat
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam system pendidikan Indonesia,
tujuan pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada UU RI nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan UU tersebut.
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencangkup tiga
ranah perkembnagan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan
kognitif. Tiga ranah ini harus dikembangkan secra optimal dan integrative.
Berimbnag artinya ketiga ranah tersebut dikembnagkan dengan intensitas
yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya
dikembangkan secara maksimal sesuai dengan potensinya. Integrative artinya
pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan secara terpadu.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan
cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa serta sejalan dengan visi
pendidikan nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan
Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Yang
dimaksud dengan Insan Indonesia cerdas adalah Insan yang cerdas
komperhensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
intelektual, dan cerdas kinetis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.     Hakikat manusia adalah manusia yang berkepribadian utuh yang dapat
menyeleraskan, menyeimbangkan, dan menyerasikan aspek manusia sebagai
makhluk individu, sosial, religius, bagian dari alam semesta, bagian dari bangsa-
bangsa lain, dan kebutuhan untuk mengejar kemajuan lahir maupun kebahagiaan
batin.
2.     Hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia muda untuk
mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang berlangsung seumur
hidup atau sepanjang hayat.

B. Saran
Pendidik dan semua orang yang mempunyai kepentingan dengan
pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia, hakikat pendidikan, dan
hakikat tujuan pendidikan.
KEPUSTAKAAN

Fitri, Zaenal Agus. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di


Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai