Anda di halaman 1dari 31

Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian


dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya
bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan
penyakitnya disebut nefrologi.

Anatomi dasar
Letak
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di
kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal
terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas.
Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Kedua ginjal terletak
di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk
memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan.
Struktur detail
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya
ginjal pada sisi lain.Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11,5
cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan berat sekitar 120-170 gram atau kurang
lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang
menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang
menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.
Vaskularisasi
Aliran darah ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta
abdominalis, sedangkan yang mengalirkan darah balik adalah vena renalis yang merupakan
cabang vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah tidak ada anastomosis ke cabang arteri
lain
Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling
dalam disebut pelvis. Pada bagianmedulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang
merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan mengkilap
yang disebut kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal. Di
sebelahatas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Ginjal dan kelenjar adrenal dibungkus oleh fasia
gerota. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah
dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi
dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arusdan kotranspor. Hasil
akhir yang kemudian diekskresikan disebut urine. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen
penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding
kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya
tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan
tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara
darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:

1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus


2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati ketiga
lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat
glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar.
Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal
sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular
per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.

Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus

Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular
dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung
Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar
penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle pada awal tahun 1860-an. Lengkung Henle
menjaga gradien osmotikdalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang
melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATPdan memungkinkan
terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral.
Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus
melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang
terdiri dari:

 tubulus penghubung
 tubulus kolektivus kortikal
 tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular,
mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya
sintesis dan sekresi renin
Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang
kemudian dibawa ke kandung kemih melewatiureter.
Fungsi homeostasis ginjal
Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah.
Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan
hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang
melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.
Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan
segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitaridengan umpan
balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi
air) sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan
jaringan akan kembali menjadi 98%.

Fungsi Ginjal
1. Pertama fungsi ginjal menjadi tempat penyaringan membersihkan darah. Nefron
yang menjadi bagian pada ginjal yang gunanya menjalankan fungsi ginjal sebagai
penyaring darah. Tujuan dari bagian ini adalah memilah darah yang baik untuk
disalurkan pada seluruh tubuh dan membuang racun yang dalam organ tubuh. Jika
fungsi ini tidak berjalan dengan baik maka penyakit mudah masuk dan segala virus
bahkan bakteri yang ada dalam darah tersalurkan di dalam tubuh, akibatnya orang
tersebut bisa meninggal dalam waktu yang singkat.
2. Pengatur jumlah volume darah. Keseimbangan volume di dalam darah dilakukan
oleh ginjal, hal ini bertujuan agar darah yang mengalir dapat dikontrol banyaknya,
karena jika kekurangan darah maka mengakibatkan tubuh menjadi lemah, sedangkan
jika jumlah darah terlalu banyak maka tubuh tidak kuat menampung banyaknya darah
yang tidak bisa tersalurkan.
3. Penyaringan glukosa, dan beberapa gizi serta zat di dalam tubuh. Fungsi lain dari
ginjal ini dapat mempertahankan zat yang sangat penting dibutuhkan oleh tubuh
bersama darah. Dan mengalirkannya lagi ke seluruh peredaran darah. Pengatur zat
yang diseimbangkan ini dapat membantu dalam mengurangi jumlah zat yang
berlebihan.
4. Sebagai pengatur keseimbangan kimia darah. Garam yang berfungsi mengikat air
dan jika kelebihan gula darah maka berakibat sangat fatal karena tumpukan cairan
yang berlebihan dapat membuat anggota tubuh membengkak. Selain itu kalium darah
yang berkurang dapat diserap oleh ginjal sedangkan jika terlalu banyak kalium maka
ginjal akan membuangnya,
5. Fungsi ginjal selanjutnya ialah menjaga pH darah supaya tidak begitu asam.
Ada banyak sekali fungsi ginjal yang perlu diketahui seperti penghasil hormone yang
dapat merangsang pembentuk hemoglobin oleh tulang sumsum.
bagian-bagian ginjal:

1. Diafragma (bukan bagian dari ginjal, melainkan bagian dari sistem pernapasan pada


manusia).
2. Kelenjar adrenal adalah kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal
(ad, "dekat" atau "di" + renes, "ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan
respon stress pada sintesis kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon
adrenalin.
3. Ginjal terdiri dari 2 buah. Gambar di atas menunjukkan posisi ginjal di dalam perut kita.
4. Arteri ginjal adalah pembuluh nadi yang berfungsi untuk membawa darah ke dalam
ginjal untuk disaring di glomerulus.
5. Vena ginjal adalah pembuluh balik yang berfungsi untuk membawa darah keluar dari
ginjal menuju vena cava inferior kemudian kembali ke jantung.
6. Vena cava inferior (pembuluh balik besar bawah) adalah pembuluh darah yang
menerima darah dari badan dan kedua kaki. Darah yang dibawa oleh pembuluh darah
jenis ini mengandung banyak CO2.
7. Aorta abdominalis adalah arteri terbesar di cavitas abdominalis atau rongga perut.
Sebagai bagian dari aorta, aorta abdominalis adalah kelanjutan dari aorta descendens.
8. Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari
ginjal menuju kandung kemih.
9. Uterus (bukan merupakan bagian dari ginjal, melainkan merupakan bagian dari sistem
reproduksi pada manusia).
10. Kandung kemih adalah organ tubuh yang mengumpulkan urine (air kencing) yang
dikeluarkan oleh ginjal sebelum dibuang.
11. Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh
yang berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan
sistem seksual.
Ginjal terdiri dari 3 bagian utama yaitu korteks, medula, dan pelvis. Ketiga bagian itu sangat penting
bagi ginjal. Jika salah satu bagian ginjal dibelah, maka kita akan dapat melihat lebih dalam lagi
bagian-bagian ginjal. Berikut adalah gambar ginjal beserta bagian-bagiannya:

Bagian ginjal yang dicetak tebal adalah bagian utama dalam ginjal. Berikut adalah penjelasan bagian-
bagian di dalam ginjal:

1. Ginjal terletak di bagian perut. Gambar ginjal di atas adalah ginjal kiri yang telah
dibelah.
2. Calyces adalah suatu penampung berbentuk cangkir dimana urin terkumpul sebelum
mencapai kandung kemih melalui ureter.
3. Pelvis adalah tempat bermuaranya tubulus yaitu tempat penampungan urin sementara
yang akan dialirkan menuju kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra.
4. Medula terdiri atas beberapa badan berbentuk kerucut (piramida). Di sini terdapat
lengkung henle yang menghubungkan tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distal.
5. Korteks di dalamnya terdapat jutaan nefron yang terdiri dari badan malphigi. Badan
malphigi tersusun atas glomerulus yang diselubungi kapsula Bowman dan
tubulus(saluran) yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal,
dan tubulus kolektivus.
6. Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari
ginjal menuju kandung kemih.
7. Vena ginjal adalah pembuluh balik yang berfungsi untuk membawa darah keluar dari
ginjal menuju vena cava inferior kemudian kembali ke jantung.
8. Arteri ginjal adalah pembuluh nadi yang berfungsi untuk membawa darah ke dalam
ginjal untuk disaring di glomerulus.
Di dalam korteks terdapat jutaan nefron. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang
terdiri atas tubulus kontortus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus koligentes. Berikut adalah
gambar bagian-bagian di dalam nefron:

Berikut adalah penjelasan bagian-bagian di dalam nefron:

1. Nefron: Adalah tempat penyaringan darah. Di dalam ginjal terdapat lebih dari 1 juta buah
nefron. 1 nefron terdiri dari glomerulus, kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus.
2. Glomerulus: Tempat penyaringan darah yang akan menyaring air, garam, asam amino,
glukosa, dan urea. Menghasilkan urin primer.
3. Kapsula bowman: Adalah semacam kantong/kapsul yang membungkus glomerulus.
Kapsula bowman ditemukan oleh Sir William Bowman.
4. Tubulus kontortus proksimal: Adalah tempat penyerapan kembali/reabsorpsi urin
primer yang menyerap glukosa, garam, air, dan asam amino. Menghasilkan urin
sekunder.
5. Lengkung henle: Penghubung antara tubulus kontortus proksimal dengan tubulus
kontortus distal.
6. Tubulus kontortus distal: Tempat untuk melepaskan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau berlebihan ke dalam urin sekunder. Menghasilkan urin sesungguhnya.
7. Tubulus kolektivus: Adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang menampung urin
dari nefron, untuk disalurkan ke pelvis menuju kandung kemih.
Penyakit dan ketidaknormalan
Diagnosis
Diagnosis dapst dilakukan secara Biokimia di Laboratorium Klinik, tetapi kadang-kadang diperlukan
pemeriksaan dengan pencitraan. Pencitraan yang paling sederhana dan aman adalah dengan
melakukan USG, dimana dapat diketahui adanya batu ataupun dinding ginjal atau kandung kemih
yang tidak licin dan berarti terkena infeksi. Penggunaan Radioaktif harus dibedakan 2 jenis, yang
lebih aman justru dengan suntikan radioaktif dengan dosis rendah dan waktu paruh yang pendek,
semakin singkat waktu paruh berarti semakin singkat radiasi berada dalam tubuh kita. Yang paling
aman adalah Renografi dengan 2 probes, karena hanya menggunakan isotop radiasi dengan tingkat
1/4 dari jika menggunakan Kamera Gamma, sedangkan harga investasinya kurang dari 1/10
Kamera Gamma. Oleh karena itu jika menggunakan Renografi dengan 2 probes telah memadai,
maka tidak diperlukan penggunaan peralatan lain yang lebih mahal. Keuntungan penggunaan
Gamma Dual Camera adalah pencitraan 3D-nya yang baik. Yang terpapar dengan radioaktif dengan
tingkat radiasi yang lebih tinggi, justru tidak memerlukan suntikan radioaktif, kecuali zat kontras
untuk menambah pencitraan, karena zat radioaktifnya berada dalam alat tersebut, berturut-turut
adalah CT-Scan dan MRI dimana MRI bagus untuk pencitraan jaringan lunak, tetapi paling mahal.
MSCT 128 Slices Dual Sources adalah CT Scan juga, tetapi lebih mutakhir dengan menggunakan 2
sumber radiasi, sehingga dapat memindai lebih cepat dan tingkat radiasi yang digunakan juga lebih
sedikit. Yang termutakhir adalah PET CT dimana dapat memeriksa fungsi, metabolisme dan
reseptor tubuh sekaligus, dengan tingkat sensitivitas yang tinggi mencapai 90 persen untuk deteksi
dini kanker stadium awal.
Bawaan

 Asidosis tubulus renalis


 Congenital hydronephrosis
 Congenital obstruction of urinary tract
 Duplicated ureter
 Ginjal sepatu kuda
 Penyakit ginjal polycystic
 Renal dysplasia
 Unilateral small kidney
Didapat

 Diabetic nephropathy
 Glomerulonephritis
 Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjal yang disebabkan oleh
terhalangnya aliran urin.
 Interstitial nephritis
 Batu ginjal ketidaknormalan yang umum dan biasanya menyakitkan.
 Tumor ginjal
 Wilms tumor
 Renal cell carcinoma
 Lupus nephritis
 Minimal change disease
 Dalam sindrom nephrotic, glomerulus telah rusak sehingga banyak protein dalam darah
masuk ke urin. Other frequent features of the nephrotic syndrome include swelling, low
serum albumin, and high cholesterol.
 Pyelonephritis adalah infeksi ginjal dan seringkali disebabkan oleh komplikasi infeksi urinary
tract.
 Gagal ginjal
 Gagal ginjal akut
 Gagal ginjal kronis
Dialisis dan transplantasi ginjal
Umumnya, seseorang dapat hidup normal dengan hanya satu ginjal. Bila kedua ginjal tidak
berfungsi normal, maka orang itu perlu diberi Terapi Pengganti Ginjal (TPG). TPG ini dapat
dilakukan baik untuk sementara waktu maupun terus-menerus. TPG terdiri atas tiga, yaitu:
Hemodialisis (Cuci Darah), Peritoneal Dialisis (Cuci Rongga Perut) dan Cangkok Ginjal
(transplantasi). Prinsip dasar dari Hemodialisis adalah dengan membersihkan darah dengan
menggunakan Ginjal Buatan. Sedangkan Peritoneal dialisis menggunakan Selaput rongga perut
(peritoneum) sebagai saringan antara darah dan cairan Dianial.
Transplantasi ginjal sekarang ini lumayan umum. Transplantasi yang berhasil pertama kali
diumumkan pada 4 Maret 1954 di Rumah Sakit Peter Bent Brigham di Boston, Massachusetts.
Operasi ini dilakukan oleh Dr. Joseph E. Murray, yang pada 1990 menerima Penghargaan
Nobel dalam fisiologi atau kedokteran.
Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara "cadaveric" (dari seseorang yang telah meninggal)
atau dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga). Ada beberapa keuntungan
untuk transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor dapat
dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut cenderung memiliki jangka
hidup yang lebih panjang.

Proses Pembentukan Urine


Proses pembentukan urine manusia, melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Filtrasi (Penyaringan)

Proses penyaringan darah didalam ginjal terjadi di Glomerullus, yang hasilnya berupa urine
primer dan ditampung sementara didalam kapsula bowman. Atau urine primer ini biasa
disebut filtrate glomerullus.

Kandungan Urine Primer :

1. Air
2. Garam
3. Glukosa
4. Asam amino
5. Asam urat
6. Sedikit hormone

b. Reabsorbsi (Penyerapan kembali)

Proses reabsorsi ini terjadi didalam Tubullus Kontortus Proksimal (TKP).

Hasilnya disebut : Urine sekunder. Adapun yang direabsorbsi adalah :

1. Air
2. Glukosa
3. Asam amino
4. Garam-garam mineral
5. Ion-ion

c. Augmentasi

Proses augmentasi didalam Tubullus Kontortus Distal (TKD).

Hasilnya disebut : Urine tertier (urine jadi) dan akan ditampung sementara didalam Tubullus
kolektivus (saluran pengumpul urine).
Hati

Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam


rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga
termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara
memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam
urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati
disebut proses detoksifikasi.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel parenkimal pada hati
disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati dan melakukan berbagai fungsi utama hati.
40% sel hati terdapat pada lobus sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi
oleh jaringan mesenkimal secara terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel
parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan
proliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit.
Lumen lobus terbentuk dari SEC dan ditempati oleh 3 jenis sel lain, seperti sel Kupffer, sel
Ito, limfosit intrahepatik seperti sel pit. Sel non-parenkimal menempati sekitar 6,5% volume hati dan
memproduksi berbagai substansi yang mengendalikan banyak fungsi hepatosit.
Filtrasi merupakan salah satu fungsi lumen lobus sinusoidal yang memisahkan permukaan hepatosit
dari darah, SEC memiliki kapasitas endositosis yang sangat besar dengan
berbagai ligan seperti glikoprotein, kompleks imun, transferin dan seruloplasmin. SEC juga berfungsi
sebagai sel presenter antigen yang menyediakan ekspresi MHC I dan MHC II bagi sel
T. Sekresi yang terjadi meliputi
berbagai sitokina, eikosanoid seperti prostanoid dan leukotriena, endotelin-1, nitrogen
monoksida dan beberapa komponen ECM.
Sel Ito berada pada jaringan perisinusoidal, merupakan sel dengan banyak vesikel lemak di
dalam sitoplasma yang mengikat SEC sangat kuat hingga memberikan lapisan ganda pada lumen
lobus sinusoidal. Saat hati berada pada kondisi normal, sel Ito menyimpan vitamin A guna
mengendalikan kelenturan matriks ekstraselular yang dibentuk dengan SEC, yang juga merupakan
kelenturan dari lumen sinusoid.
Sel Kupffer berada pada jaringan intrasinusoidal, merupakan makrofaga dengan
kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangkan. Sel Kupffer sehari-hari berinteraksi
dengan material yang berasal saluran pencernaan yang mengandung larutanbakterial, dan
mencegah aktivasi efek toksin senyawa tersebut ke dalam hati. Paparan larutan bakterial yang
tinggi, terutama paparan LPS, membuat sel Kupffer melakukan sekresi berbagai sitokina yang
memicu proses peradangan dan dapat mengakibatkan cedera pada hati. Sekresi antara lain
meliputi spesi oksigen reaktif, eikosanoid, nitrogen monoksida, karbon monoksida, TNF-α, IL-10,
sebagai respon kekebalan turunan dalam fase infeksi primer.
Sel pit merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang bermukim di hati. Sel pit dapat
menginduksi kematian seketika pada sel tumor tanpa bergantung
pada ekspresi antigen pada kompleks histokompatibilitas utama. Aktivitas sel pit dapat ditingkatkan
dengan stimulasi interferon-γ.
Selain itu, pada hati masih terdapat sel T-γδ, sel T-αβ dan sel NKT.

Sel punca
Selain hepatosit dan sel non-parenkimal, pada hati masih terdapat jenis sel lain yaitu sel intra-
hepatik yang sering disebut sel oval, dan hepatosit duktular. Regenerasi hati
setelah hepatektomi parsial, umumnya tidak melibatkan sel progenitor intra-hepatik dan sel
punca ekstra-hepatik (hemopoietik), dan bergantung hanya kepada proliferasi hepatosit. Namun
dalam kondisi saat proliferasi hepatosit terhambat atau tertunda, sel oval yang berada di area
periportal akan mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi hepatosit dewasa. Sel oval
merupakan bentuk diferensiasi dari sel progenitor yang berada pada area portal dan periportal,
atau kanal Hering, dan hanya ditemukan saat hati mengalami cedera. Proliferasi yang terjadi pada
sel oval akan membentuk saluran ekskresi yang menghubungkan area parenkima tempat terjadinya
kerusakan hati dengansaluran empedu. Epimorfin, sebuah morfogen yang banyak ditemukan
berperan pada banyak organ epitelial, nampaknya juga berperan pada pembentukan saluran
empedu oleh sel punca hepatik. Setelah itu sel oval akan terdiferensiasi menjadi hepatosit duktular.
Hepatosit duktular dianggap merupakan sel transisi yang terkait antara lain dengan:

 metaplasia duktular dari hepatosit parenkimal menjadi epitelium biliari intra-hepatik


 konversi metaplasia dari epitelium duktular menjadi hepatosit parenkimal
 diferensiasi dari sel punca dari silsilah hepatosit
tergantung pada jenis gangguan yang menyerang hati.
Pada model tikus dengan 70% hepatektomi, dan induksi regenerasi hepatik
dengan asetilaminofluorena-2, ditemukan bahwa sel punca yang berasal dari sumsum tulang
belakang dapat terdiferensiasi menjadi hepatosit, dengan mediasi hormon G-
CSF sebagai kemokina dan mitogen. Regenerasi juga dapat dipicu dengan D-galaktosamina.

Sel imunologis
Hati juga berperan dalam sistem kekebalan dengan banyaknya sel imunologis pada sistem
retikuendotelial yang berfungsi sebagai tapis antigen yang terbawa ke hati melaluisistem portal hati.
Perpindahan fase infeksi dari fase primer menjadi fase akut, ditandai oleh hati dengan menurunkan
sekresi albumin dan menaikkan sekresi fibrinogen. Fasa akut yang berkepanjangan akan berakibat
pada simtoma hipoalbuminemia dan hiperfibrinogenemia.[16]
Pada saat hati cedera, sel darah putih akan distimulasi untuk bermigrasi menuju hati dan bersama
dengan sel Kupffer mensekresi sitokina yang membuat modulasi perilaku sel Ito.[17] Sel
TH1 memproduksi sitokina yang meningkatkan respon kekebalan selular seperti IFN-gamma, TNF,
dan IL-2. Sel TH2 sebaliknnya akan memproduksi sitokina yang meningkatkan respon kekebalan
humoral seperti IL-4, IL-5, IL-6, IL-13 dan meningkatkan respon fibrosis. Sitokina yang disekresi oleh
sel TH1 akan menghambat diferensiasi sel Tmenjadi sel TH2, sebaliknya sitokina sekresi TH2 akan
menghambat proliferasi sel TH1. Oleh sebab itu respon kekebalan sering dikatakan terpolarisasi ke
respon kekebalan selular atau humoral, namun belum pernah keduanya.
Fungsi hati
Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati, dilakukan oleh hepatosit. Hingga saat ini belum
ditemukan organ lain atau organ buatan atau peralatan yang mampu menggantikan semua fungsi
hati. Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati, namun teknologi ini masih
terus dikembangkan untuk perawatan penderitagagal hati.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan:

 empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu merupakan cairan kehijauan dan
terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan
di dalam kantong empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu
mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin,
dan biliverdin. Sekresiempedu berguna untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu
daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang
larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah
sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita
penyakit kuning.
 sebagian besar asam amino
 faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI
 protein C, protein S dan anti-trombin
 kalsidiol
 trigliserida melalui lintasan lipogenesis
 kolesterol
 insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang berperan penting dalam
pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan tetap memiliki efek anabolik pada orang
dewasa.
 enzim arginase yang mengubah arginina menjadi ornitina dan urea. Ornitina yang terbentuk
dapat mengikat NH³ dan CO² yang bersifat racun.
 trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi keping
darah oleh sumsum tulang belakang.
 Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama sintesis sel darah
merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang mampu mengambil alih tugas ini.
 albumin, komponen osmolar utama pada plasma darah.
 angiotensinogen, sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan tekanan darah ketika
diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang disekresi oleh ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan
darah oleh juxtaglomerular apparatus.
 enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat transferase dan laktat
dehidrogenase
Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam sitrat seperti sel pada umumnya, hati juga
berperan dalam metabolisme karbohidrat yang lain:

 Glukoneogenesis, sintesis glukosa dari beberapa substrat asam amino, asam laktat, asam


lemak non ester dan gliserol. Pada manusia dan beberapa jenis mamalia, proses ini tidak dapat
mengkonversi gliserol menjadi glukosa. Lintasan dipercepat oleh hormon insulin seiring
dengan hormon tri-iodotironina melalui pertambahan laju siklus Cori.[18]
 Glikogenolisis, lintasan katabolisme glikogen menjadi glukosa untuk kemudian dilepaskan ke
darah sebagai respon meningkatnya kebutuhan energi oleh tubuh. Hormonglukagon merupakan
stimulator utama kedua lintasan glikogenolisis dan glukoneogenesis menghindarikan tubuh
dari simtoma hipoglisemia. Pada model tikus, defisiensi glukagon akan menghambat kedua
lintasan ini, namun meningkatkan toleransi glukosa.[19] Lintasan ini, bersama dengan lintasan
glukoneogenesis pada saluran pencernaandikendalikan oleh kelenjar hipotalamus.[20]
 Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa.
dan pada lintasan katabolisme:

 degradasi sel darah merah. Hemoglobin yang terkandung di dalamnya dipecah menjadi zat


besi, globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak
menjadi metabolit untuk diekskresi bersama empedu sebagai bilirubin dan biliverdin yang
berwarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini
mengalami oksidasimenjadi urobilin sehingga warna feses dan urin kekuningan.
 degradasi insulin dan beberapa hormon lain.
 degradasi amonia menjadi urea
 degradasi zat toksin dengan lintasan detoksifikasi, seperti metilasi.
Hati juga mencadangkan beberapa substansi, selain glikogen:

 vitamin A (cadangan 1–2 tahun)


 vitamin D (cadangan 1–4 bulan)
 vitamin B12 (cadangan 1-3 tahun)
 zat besi
 zat tembaga.

Regenerasi sel hati


Kemampuan hati untuk melakukan regenerasi merupakan suatu proses yang sangat penting agar
hati dapat pulih dari kerusakan yang ditimbulkan dari proses detoksifikasi dan imunologis.
Regenerasi tercapai dengan interaksi yang sangat kompleks antara sel yang terdapat dalam hati,
antara lain hepatosit, sel Kupffer, sel endotelial sinusoidal, sel Itodan sel punca;
dengan organ ekstra-hepatik, seperti kelenjar tiroid, kelenjar
adrenal, pankreas, duodenum, hipotalamus.
Hepatosit, adalah sel yang sangat unik. Potensi hepatosit untuk melakukan proliferasi, muncul pada
saat-saat terjadi kehilangan massa sel, yang disebut fase prima atau fase kompetensi replikatif yang
umumnya dipicu oleh sel Kupffer melalui sekresi sitokina IL-6 dan TNF-α. Pada fase ini, hepatosit
memasuki siklus sel dari fase G0 ke fase G1.
TNF-α dapat memberikan efek proliferatif atau apoptotik, bergantung pada spesi oksigen
reaktif dan glutathion, minimal 4 faktor transkripsi diaktivasi sebelum hepatosit masuk ke dalam fase
proliferasi, yaitu NF-κB, STAT-3, AP-1 dan C/EBP-beta.
Proliferasi hepatosit diinduksi oleh stimulasi sitokina HGF dan TGF-α, dan EGF dengan dua
lintasan. HGF, TGF-α, dan EGF merupakan faktor pertumbuhan yang berasal
darisubstrat serina dan protein logam yang menginduksi sintesis DNA. Lintasan pertama adalah
lintasan IL-6/STAT-3 yang berperan dalam siklus sel melalui siklin D1/p21 dan perlindungan sel
dengan peningkatan rasio FLIP, Bcl-2, Bcl-xL, Ref1, dan MnSOD. Lintasan kedua adalah
lintasan PI3-K/PDK-1/Akt yang mengendalikan ukuran sel melaluimolekul mTOR, selain sebagai zat
anti-apoptosis dan antioksidan.
Hormon tri-iodotironina, selain menurunkan kadar kolesterol pada hati, juga memiliki kapasitas
dalam proliferasi hepatosit sebagai mitogen yang berperan pada siklin D1,
mempercepat konsumsi O2 oleh mitokondria dengan
mengaktivasi transkripsi pada gen pernafasen hingga meningkatkan produksi spesi oksigen
reaktif. Sekresi ROS ke dalam sitoplasma hepatosit akan mengaktivasi faktor transkripsi NF-
κB. Pada sel Kupffer, ROS dalam sitoplasma, akan mengaktivasi sekresi sitokina TNF-α, IL-
6 dan IL-1untuk disekresi. Ikatan yang terjadi antara ketiga sitokina ini dengan hepatosit akan
menginduksi ekspresi pencerap enzim antioksidan, seperti mangan superoksida dismutase, i-
nitrogen monoksida sintase, protein anti-apoptosis Bcl-2, haptoglobin dan fibrinogen-β yang
diperlukan hepatosit dalam proliferasi.[] Stres oksidatif yang dapat ditimbulkan oleh ROS maupun
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sitokina, dapat dilenyapkan dengan
asupan tosoferol (100 mg/kg) atau senyawa penghambat gadolinium klorida(10 mg/kg) seperti yang
dimiliki oleh sel Kupffer, sebelum stimulasi hormon tri-iodotironina, sedangkan laju proliferasi
hepatosit dikendalikan oleh kadar etanolamina sebagaifaktor hepatotrofik humoral.
Kemampuan hati untuk melakukan regenerasi telah diketahui semenjak zaman Yunani kuno dari
cerita mitos tentang seorang titan yang bernama Prometheus. Kemampuan ini dapat sirna, hingga
hepatosit tidak dapat masuk ke dalam siklus sel, walaupun kehilangan sebagian massanya, apabila
terjadi fibrosis hati. Lintasan fibrosis yang tidak segera mendapat perawatan, lambat laun akan
berkembang menjadi sirosis hati dan mengharuskan penderitanya untuk menjalani transplantasi
hati atau hepatektomi demi kelangsungan hidupnya.
Regenerasi hati setelah hepatektomi parsial merupakan proses yang sangat rumit di bawah
pengaruh perubahan hemodinamika, modulasi sitokina, hormon faktor pertumbuhan dan
aktivasi faktor transkripsi, yang mengarah pada proses mitosis. Hormon PRL yang
disekresi oleh kelenjar hipofisis menginduksi respon hepatotrofik sebagai mitogen yang berperan
dalam proses proliferasi dan diferensiasi. PRL memberi pengaruh kepada peningkatan
aktivitas faktor transkripsi yang berperan dalam proliferasi sel, seperti AP-1,c-Jun dan STAT-3; dan
diferensiasi dan terpeliharanya metabolisme, seperti C/EBP-alfa, HNF-1, HNF-4 dan HNF-3. c-Jun
merupakan salah satu protein penyusun AP-1. Induksi NF-κB pada fase ini diperlukan untuk
mencegah apoptosis dan memicu derap siklus sel yang wajar. Pada masa ini, peran retinil
asetat menjadi sangat vital, karena fungsinya yang menambah massa DNA dan protein yang
dikandungnya.

Penyakit pada hati


Hati merupakan organ yang menopang kelangsungan hidup hampir seluruh organ lain di dalam
tubuh. Oleh karena lokasi yang sangat strategis dan fungsi multi-dimensional, hati menjadi sangat
rentan terhadap datangnya berbagai penyakit. Hati akan merespon berbagai penyakit tersebut
dengan meradang, yang disebut hepatitis
Seringkali hepatitis dimulai dengan reaksi radang patobiokimiawi yang disebut fibrosis
hati, dengan simtoma paraklinis berupa peningkatan rasio plasma laminin, sebuahglikoprotein yang
disekresi sel Ito, asam hialuronat dan sejenis aminopeptida yaitu prokolagen tipe
III, dan CEA. Fibrosis hati dapat disebabkan oleh rendahnya rasio plasma HGF, atau karena infeksi
viral, seperti hepatitis B, patogen yang disebabkan oleh infeksi akut sejenis virus DNA yang
memiliki fokus infeksi berupa templattranskripsi yang disebut cccDNA yang termetilasi, atau hepatitis
C, patogen serupa hepatitis B yang disebabkan oleh infeksi virus RNA dengan fokus infeksi
berupa metilasi DNA, terutama melalui mekanisme ekspresi genetik berkas GADD45B, sehingga
mengakibatkan siklus sel hepatosit menjadi tersendat-sendat.
Fibrosis hati memerlukan penangan sedini mungkin, seperti pada model tikus, stimulasi proliferasi
hepatosit akan meluruhkan fokus infeksi virus hepatitis B, sebelum berkembang menjadi sirosis
hati atau karsinoma hepatoselular. Setelah terjadi kanker hati, senyawa siklosporina yang memiliki
potensi untuk memicu proliferasi hepatosit, justru akan mempercepat perkembangan sel
kanker, oleh karena sel kanker mengalami hiperplasia hepatik, yaitu proliferasi yang tidak disertai
aktivasi faktor transkripsi genetik. Hal ini dapat diinduksi dengan stimulasi timbal nitrat (LN, 100
mikromol/kg), siproteron asetat (CPA, 60 mg/kg), dan nafenopin (NAF, 200 mg/kg).
Hepatitis juga dapat dimulai dengan defisiensi mitokondria di dalam hepatosit, yang
disebut steatohepatitis. Disfungsi mitokondria akan berdampak pada homeostasis senyawalipid dan
peningkatan rasio spesi oksigen reaktif yang menginduksi TNF-α. Hal ini akan berlanjut pada
pengendapan lemak, stres oksidatif dan peroksidasi lipid, serta membuat mitokondria menjadi
rentan terhadap kematian oleh nekrosis akibat rendahnya rasio ATP dalam matrik mitokondria, atau
oleh apoptosis melalui pembentukanapoptosom dan peningkatan permeabilitas membran
mitokondria dengan mekanisme Fas/TNF-α. Permintaan energi yang tinggi pada kondisi ini
menyebabkan mitokondria tidak dapat memulihkan cadangan ATP hingga dapat memicu sirosis
hati, sedangkan peroksidasi lipid akan menyebabkan kerusakan pada DNA mitokondria dan
membran mitokondria sisi dalam yang disebut sardiolipin, dengan peningkatan laju oksidasi-
beta asam lemak, akan terjadi akumulasi elektron pada respiratory chain kompleks I dan III yang
menurunkan kadar antioksidan.
Sel hepatosit apoptotik akan dicerna oleh sel Ito menjadi fibrinogen dengan
reaksi fibrogenesis setelah diaktivasi oleh produk dari peroksidasi lipid dan rasio leptin yang tinggi.
Apoptosis kronis kemudian dikompensasi dengan peningkatan laju proliferasi hepatosit,
disertai DNA yang rusak oleh disfungsi mitokondria, dan menyebabkan mutasi genetik dan kanker.
Pada model tikus, melatonin merupakan senyawa yang menurunkan fibrosis hati, sedang pada
model kelinci, kurkumin merupakan senyawa organik yang menurunkan paraklinis
steatohepatitis, sedang hormon serotonin dan kurangnya asupan metionina dan kolina memberikan
efek sebaliknya dengan resistansi adiponektin.
Disfungsi mitokondria juga ditemukan pada seluruh patogenesis hati, dari kasus radang hingga
kanker dan transplantasi. Pada kolestasis kronik, asam ursodeoksikolatbersama
dengan GSH bersinergis sebagai antioksidan yang melindungi sardiolipin dan fosfatidil
serina hingga mencegah terjadinya sirosis hati.

Pengaruh alkohol
Alkohol dikenal memiliki fungsi immunosupresif terhadap sistem kekebalan tubuh, termasuk
meredam ekspresi kluster diferensiasi CD4+ dan CD8+ yang diperlukan dalam pertahanan hati
terhadap infeksi viral, terutama HCV. Alkohol juga meredam rasio kemokina IFN pada
lintasan transduksi sinyal selular, selain meningkatkan resiko terjadinya fibrosis.
Banyak lintasan metabolisme memberikan kontribusi terhadap alkohol untuk menginduksi stres
oksidatif. Salah satu lintasan metabolisme yang sering diaktivasi oleh etanol adalah induksi
enzim sitokrom P450 2E1. Enzim ini menimbulkan spesi oksigen reaktif seperti radikal anion
superoksida dan hidrogen peroksida, serta mengaktivasi subtrat toksik termasuk etanol menjadi
produk yang lebih reaktif dan toksik. Sel dendritik tampaknya merupakan sel yang paling
terpengaruh oleh kandungan etanol di dalam alkohol. Pada percobaan menggunakan model tikus,
etanol meningkatkan rasio plasma IL-1β, IL-6, IL-8, TNF-α, AST, ALT, ADH, γ-GT, TG, MDA dan
meredam rasio IL-10, GSH, faktor transkripsi NF-κB dan AP-1.

Pengaruh alkaloid
Kopi, salah satu kompleks senyawa alkaloid dari golongan purina xantina dengan asam
klorogenat dan lignan, pada studi epidemiologis, disimpulkan sebagai salah satu faktor penurun
risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2, penyakit Parkinson, sirosis hati dan karsinoma
hepatoselular, dan perbaikan toleransi glukosa. Konsumsi kopi secara kronis terbukti tidak
menyebabkan tekanan darah tinggi namun secara akut mengakibatkan peningkatan tekanan
darah sementara dalam selang waktu singkat, danplasma homosisteina sehingga dapat menjadi
ancaman bagi penderita gangguan kardiovaskular.
Konsumsi kopi secara teratur dapat menurunkan rasio enzim ALT serta aktifitas enzimatik pada
lintasan metabolisme hati, yang sering disebabkan oleh infeksi viral, induksi obat-
obatan, keracunan, kondisi iskemik, steatosis (akibat alkohol, diabetes, obesitas), penyakit
otoimun, dan resistansi insulin, sindrom metabolisme, dan kelebihan zat besi. Selain ALT, kopi juga
menurunkan enzim hati yang lain, yaitu gamma-GT dan alkalina fosfatase. dan memberikan efek
antioksidan dan detoksifikasi fase II oleh karena senyawa diterpena, kafestol dan kahweol, sehingga
mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Proses tersebut disertai dengan gamma-GT sebagai
indikator utama.
Transplantasi hati
Teknologi transplantasi hati merupakan hasil yang dikembangkan dari penelitian pada beberapa
bidang studi kedokteran. Pada tahun 1953, Billingham, Brent, dan Medawarmenemukan bahwa
toleransi kimerisme dapat diinduksi oleh infus sel hematolimfopoietik donor pada model tikus.
Pada tahun 1958 studi canine mengembangkan suatu teori mengenai molekul hepatotrofik pada
portal pembuluh balik pada hati dan menemukan hormon insulin sebagai faktor hepatotrofik utama
dari beberapa faktor lain yang ada. Pada saat yang hampir bersamaan teori mengenai transplantasi
multiviseral dan hati juga berkembang dari studiimunosupresi yang mempelajari algoritma empiris
dari pengenalan pola dan respon terapis. Pada awal 1960, dibuktikan
bahwa canine dan allograft manusia memiliki toleransi kimersime yang dapat terinduksi otomatis
dengan bantuan imunosupresi, hingga pada akhir 1962 disimpulkan dengan keliru, bahwa
transplantasi melibatkan dua sistem kekebalan yang berbeda. Konsekuensi kesimpulan tersebut
menjadi dogma bahwa tolerogenisitas hati, pada dasarnya, berbeda, tidak hanya dengan sumsum
tulang belakang, tetapi dengan seluruh organ tubuh yang lain. Kekeliruan ini tidak terkoreksi dengan
baik hingga tahun 1990
Transplantasi hati yang pertama dilakukan di Denver pada tahun 1963, keberhasilan pertama
tercatat pada tahun 1967 dengan azatioprina, prednison dan globulin anti-limfoid, oleh Thomas E.
Starzl dari Amerika Serikat, disusul oleh keberhasilan transplantasi sumsum tulang belakang
manusia pada tahun 1968. Rentang waktu antara 1967 hingga 1979 mencatat 84 kali transplantasi
hati pada anak dengan 30% daya tahan hidup hingga 2 tahun.
Perkembangan studi imunosupresi kemudian memberikan perbaikan dan harapan hidup lebih
panjang bagi pasien, antara lain dengan pergantian azatioprina dengan siklosporinapada tahun
1979, lalu tergantikan dengan takrolimus pada tahun 1989.
Pada tahun 1992, dikembangkan teori mikrokimerisme leukosit donor dengan cakupan donor dari
silsilah berlainan, yang memberikan harapan hidup yang sangat panjang bagi penerima donor
organ, setelah diketahui hubungan antara aspek imunologis dari transplantasi, infeksi, toleransi
oleh sumsum tulang belakang, neoplasma dan kelainan otoimun, yang disebut sebagai mekanisme
seminal. Respon kekebalan dan toleransi kekebalan antara organ donor dan tubuh ditemukan
merupakan fungsi dari migrasi dan lokalisasi leukosit. Salah satu temuan adalah aktivasi sistem
kekebalan turunan oleh sel NK dan interferon-γ segera setelah transplantasi selesai dilakukan. Pada
modeltikus, sel hepatosit donor ditemukan bersifat sangat antigenik sehingga memicu respon
penolakan, yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama antara sel T CD4dan sel T
CD8.
Untuk itu diperlukan terapi imunosupresif yang intensif sebelum transplantasi dilakukan, yang
disebut preparative regimen atau conditioning untuk mencegah penolakan organ donor oleh sistem
kekebalan inang. Terapi imunosupresif tersebut ditujukan untuk menekan sel T dan sel NK inang
guna memberikan ruang di dalam sumsum tulang belakanguntuk transplantasi sel punca
hematopoietik dari organ donor melalui terapi mielosupresif, untuk keseimbangan repopulasi sel
donor dengan sel hasil diferensiasi dari sel punca inang.
Dewasa ini, transplantasi hati dilakukan hanya pada saat hati telah memasuki jenjang akhir suatu
penyakit, atau telah terjadi disfungsi akut yang disebut fulminant hepatic failure. Kasus transplantasi
hati pada manusia umumnya disebabkan oleh sirosis hati akibat dari hepatitis C kronis,
ketergantungan alkohol, hepatitis otoimun dll.
Teknik umum yang digunakan adalah transplantasi ortotopik, yaitu penempatan organ donor pada
posisi anatomik yang sama dengan posisi awal organ sebelumnya. Transplantasi hati berpotensi
dapat diterapkan, hanya jika penerima organ donor tidak memiliki kondisi lain yang memberatkan,
seperti kanker metastatis di luar organ hati, ketergantungan pada obat-obatan atau alkohol.
Beberapa ahli berpedoman pada kriteria Milan untuk seleksi pasien transplantasi hati.
Organ donor, disebut allograft, biasanya berasal dari manusia lain yang baru saja meninggal dunia
akibat cedera otak traumatik (kadaverik). Teknik transplantasi lain menggunakan organ manusia
yang masih hidup, operasi hepatektomi mengangkat 20% hati pada segmen Coinaud 2 dan 3 dari
orang dewasa untuk didonorkan kepada seorang anak, pada tahun 1989.
Paru - Paru
Paru-paru (Bahasa Inggris: Lung, dari kata Latin pulmones untuk paru-paru.) adalah organ
utama pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah
(sirkulasi) dan juga sistem ekskresi. Fungsinya adalah untuk menukar oksigen dari udara dengan
karbon dioksida dari darah atau sering disebut “bernapas”. Pada umumnya paru-paru terdapat
pada hewan mamalia termasuk juga manusia.

1. Anatomi Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang
selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru
kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur
lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-paru
terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang
bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu:

1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.

Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.

Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga gelambir (lobus)
yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir bawah
(lobus inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus
superior) dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih
kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen
pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh
segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan
tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-
belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut
duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 –
0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada gelembung inilah terjadi pertukaran udara di
dalam darah, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi
anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin
besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa,
bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak
ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang
melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus.

2. Fungsi Paru-Paru
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang tidak dibutuhkan
tubuh. Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya sebagai penjaga keseimbangan
asam basa tubuh. bila terjadi acidosis, maka tubuh akan mengkompensasi dengan
mengeluarkan banyak karbondioksida yang bersifat asam ke luar tubuh. Dalam sistem ekskresi,
fungsi paru-paru adalah untuk mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Dalam sistem
pernapasan, fungsi paru-paru adalah untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di
dalam darah. Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru adalah untuk membuang
karbondioksida di dalam darah dan menggantinya dengan oksigen.

Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah
membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil
metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air
dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.

3. Fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui
paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapisan membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen
dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah
dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya
95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen
dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bias menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis,
misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila
oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan
misalnya di bibir, telinga, lengan, dan kaki (sianosis).
Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran udara pernapasan
disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara pernapasan berlangsung di alveolus
disebut pernapasan eksternal. Udara pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam
eritrosit untuk dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah
menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat bernapas
selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot yang ada pada tulang
rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada dengan rongga perut). Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga
dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka
udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas,
tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas,
seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak berguna
dalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara
ruang rugi, sebelum udara di alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi
merupakan kerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi
anatomik dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem
pernapasan selain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang,
sebagian alveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak adanya atau
buruknya aliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari
segi fungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi dan disebut sebagai ruang
rugi fisiologis.

3.1. Pernapasan Dada


Pada pernapasan dada, otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang
rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam
mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau
mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula.

a. Inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada mengembang.
Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru juga mengembang akibatnya
tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar
yang kaya oksigen masuk.
b. Ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi semula yang
dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Rongga dada yang
mengecil menyebabkan volume paru-paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam rongga
dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara dalam
rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

3.2. Pernapasan Perut


Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot
diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada

a. Inspirasi

Pada saat pengambilan udara (inspirasi) tahap-tahap yang terjadi dan dapat dirasakan adalah
diafragma berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar dan otot antartulang rusuk sebelah
luar juga berkontraksi yang diikuti dengan terangkatnya tulang rusuk yang menyebabkan
rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada ini menyebabkan tekanan di dalam rongga
dada mengecil sehingga memungkinkan paru-paru dapat mengembang. Mengembangnya paru-
paru memungkinkan tekanan di dalam ruang paru-paru mengecil bahkan lebih kecil dari udara
luar sehingga udara dapat masuk secara berurutan ke lubang hidung - rongga hidung > faring
> trakea (melaui glottis) > bronkus (kanan-kiri) > bercabang 22× (bronkiolus-bronkiolus) alveolus
(kantong-kantong kecil).

b. Ekspirasi

Pada saat pengeluaran udara (ekspirasi) tahap-tahap yang dapat dirasakan adalah diafragma
relaksasi sehingga kembali ke posisis semula dan otot antarrusuk dalam kontraksi
menyebabkan tulang rusuk kembali ke posisi semula sehingga rongga dada mengecil. Rongga
dada mengecil sehingga menyebabkan tekanan di dalam rongga dada meningkat yang
mengakibatkan ruang paru-paru mengecil.Mengecilnya ruang paru-paru menyebabkan
membesaranya tekanan di dalam paru-paru sehingga udara akan mengalir keluar dari alveolus
melalui bronkiolus > bronkus > trakea glotis > faring > rongga hidung > lubang hidung.
4. Bagian-Bagian Paru-Paru

Berdasarkan gambar sistem pernapasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa paru-paru
terdiri dari:

1. Trakea
2. Bronkus
3. Rongga pleura
4. Paru-paru kanan
5. Paru-paru kiri
6. Tulang rusuk
7. Otot intercosta
8. Diafragma

Berikut adalah penjelasan dari beberapa bagian penting paru-paru:

1. Trachea atau batang tenggorokan berupa pipa tempat lalunya udara. Udara yang
dihirup dari hidung dan mulut akan ditarik ke trachea menuju paru-paru.
2. Bronchi merupakan batang yang menghubungkan paru-paru kanan dan kiri
dengan trachea. Udara dari trachea akan di bawa keparu-paru lewat batang ini.
3. Bronchioles merupakan cabang-cabang dari bronchi berupa tabung-tabung kecil
yang jumlahnya sekitar 30.000 buah untuk satu paru-paru. Bronchioles ini akan
membawa oksigen lebih jauh ke dalam paru-paru.
4. Alveoli merupakan ujung dari bronchioles yang jumlahnya sekitar 600 juta pada
paru-paru manusia dewasa. Pada aveoli ini oksigen akan didifusi menjadi
karbondioksida yang diambil dari dalam darah.
5. Proses Pernapasan di Dalam Paru-Paru
Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung > faring > trakea > bronkus >
paru-paru (bronkiolus dan alveolus).

Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang diisap pada waktu menarik
nafas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung (nares) kiri dan kanan selain melalui
mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang
hidung.

Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma
melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini
disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk
juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.

Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi berkurang,
sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran pernapasan akhirnya
udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru mengembang.

Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian atas (naro-pharinx) lalu
kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx).

Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok atau trachea, dari sana
diteruskan ke saluran yang bernama bronchus atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari
beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan di alveolus di paru-paru. Jika Oksigen
sudah sampai pada bronkus, maka oksigen siap untuk masuk ke dalam saluran paru-paru.

Oksigen akan berdifusi lewat pembuluh darah berupa kapiler-kapiler arteri dengan cara difusi.
Kapiler-kapiler ini terdapat pada alveolus yang merupakan cabang dari Bronkiolus. Pada
alveolus ini akan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida.

Udara yang diserap melalui alveolus akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya dialirkan ke
vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Oksigen diikat oleh hemoglobin dalam sel-sel
darah merah (eritrosit). Dari sana darah akan dialirkan ke serambi kiri jantung, lalu diedarkan ke
seluruh sel-sel tubuh yang nantinya akan digunakan oleh mitokondoria alam respirasi tingkat
seluler untuk menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tripospat).

Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan dikeluarkan melalui hidung
kembali. Karbondioksida akan dibawa oleh kapiler vena untuk dibawa ke alveolus dan akan
dikeluarkan di alveolus melalui proses respirasi. Pengeluaran napas disebabkan karena
melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot
perut. Diafragma menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan
bergerak ke arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada
naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar
melewati saluran pernapasan.
Ringkasan jalannya Udara Pernapasan:

1. Udara masuk melalui lubang hidung


2. melewati nasofaring
3. melewati oral farink
4. melewati glotis
5. masuk ke trakea
6. masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus
7. masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchiolus
8. udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus (jamak:
alveoli)

6. Kapasitas Paru-Paru
Kapasitas paru-paru adalah kemampuan paru-paru menampung udara pernapasan yang dapat
diuraikan sebagai berikut.

1. Udara tidal, yaitu udara yang keluar masuk paru-paru pada saat pernapasan biasa.
Jumlah volume udaranya sebesar 500 mL.
2. Udara komplementer, yaitu udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi biasa.
Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter.
3. Udara suplementer, yaitu udara yang masih dapat dikeluarkan setelah melakukan
ekspirasi biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter.

Kapasitas vital paru-paru, yaitu kemampuan paru-paru untuk melakukan respirasi sekuat-
kuatnya atau merupakan jumlah udara tidal, udara komplementer, dan udara suplementer. Jadi
besarnya volume kapasitas vital paru-paru kurang lebih 4 liter.

Kapasitas vital = V tidal + V cadangan inspirasi + V cadangan ekspirasi.

Udara residu, yaitu udara yang masih terdapat di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi
sekuat-kuatnya. Jumlahnya kurang lebih 500 mL.

Volume total paru-paru (total lung volume), yaitu seluruh udara yang dapat ditampung oleh
paru-paru.

V total paru-paru = V sisa + Kapasitas Vital

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4.500 cc. Udara ini dikenal
sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.

Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai
3.500 cc, yang 1.000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa
mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital setiap orang berbeda-
beda. Kapasitas vital dapat kalian rasakan saat kalian menghirup napas sedalam mungkin dan
kemudian menghembuskanya sekuat mungkin. Cara mengukurnya dapat dilakukan dengan alat
spirometer. Spirometer merupakan alat pengukur kapasitas paru-paru seseorang. Spirometer
yang konvensional terbuat seperti tangki yang memiliki selang. Seseorang yang ingin
mengetahui kapasitas paru-parunya dapat menghembuskan napas pada selang. Pada alat yang
lebih modern, spirometer telah dihubungkan dengan komputer.
Dalam keadaan normal, kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam bernapas hanya menggunakan
sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal ± 500 cc).Kapasitas tidal adalah jumlah
udara yang keluar masuk paru-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa,
inspirasi maupun ekspirasi menggunakan sekitar 1.500 cc udara pernapasan (expiratory reserve
volume = inspiratory reserve volume = 1.500 cc). Dengan demikian, udara yang digunakan
dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3.500 cc. Besarnya
volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran
alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.

7. Penyakit Paru-Paru
7.1. Pneumonia (radang paru-paru)

Salah satu jenis-jenis penyakit paru-paru yang berbahaya adalah pneumonia atau disebut juga
dengan radang paru-paru. Pneumonia dapat timbul di berbagai daerah di paru-paru.
Pneumonia lobar menyerang sebuah lobus atau potongan besar paru-paru. Pneumonia lobar
adalah bentuk pneumonia yang mempengaruhi area yang luas dan terus-menerus dari lobus
paru-paru.

Selain itu, ada juga yang disebut bronkopneumonia yang menyerang seberkas jaringan di salah
satu paru-paru atau keduanya.

7.2. Flu burung


Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang
biasanya menjangkiti burung dan mamalia. Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A
yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies
lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan
sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging,
telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri
perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga
perlu dijaga.

Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan
dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh
bahan makanan mentah.

Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan
harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.

Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan (mungkin)
perut. Perkembangan virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera
mendapatkan pengobatan.
7.3. Penyakit Legionnaries

Jenis-jenis penyakit paru-paru lainnya adalah legionnaries. Penyakit paru-paru yang satu ini
disebabkan bakteri legionella pneumophilia. Bentuk infeksinya mirip dengan pneumonia.

Penyebab penyakit legionnaries adalah bakteri legionella, sebuah bakteri berbentuk batang
yang ditemukan di sebagian besar sumber air. Mereka dapat berlipat ganda sangat cepat.
Mereka terdapat di sistem pipa ledeng atau di mana pun yang air bisa menggenang.

Penyakit Legionnaire pertama kali dijelaskan pada 1976 setelah terjadi wabah penyakit yang
mirip penumonia berat pada veteran perang di sebuah konvensi American legion. Penyakit ini
lebih banyak menyerang laki-laki.

7.4. Flu babi (Swine influenza)

Flu babi adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang
biasanya menyerang babi. Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan
pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus
penularan dari manusia ke manusia. Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada
sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian

Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala influensa ini
mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada
tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air
besar dan muntah-muntah.

7.5. Efusi pleura

Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru disebut efusi
pleura. Dua lapis membran yang melapisi paru-paru atau pleura dilumasi oleh sedikit cairan
yang memungkinkan paru-paru mengembang dan berkontraksi dengan halus dalam dinding
dada. Infeksi seperti pneumonia dan tuberkulosis, gagal jantung, dan beberapa kanker dapat
menimbulkan pengumpulan cairan di antara pleura. Jumlahnya bisa mencapai tiga liter yang
menekan paru-paru.

7.6. Faringitis

Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokkan atau faring. Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman,
pada saat daya tahan tubuh lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena
terkena kuman. Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak,
disertai dengan vitamin bisa menolong.
7.7. Tuberkulosis (TBC)

Jenis-jenis penyakit paru-paru lainnya adalah Tuberkulosis atau disingkat TB merupakan


penyakit yang disebabkan oleh infeksi yang menyerang jaringan paru-paru. Penyebab
seseorang mengidap TB adalah bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar orang
memiliki mikroba TB di dalam tubuhnya, tapi mikroba ini hanya menyebabkan penyakit di
beberapa orang saja, biasanya jika imunitas atau kekebalan tubuh orang itu menurun.

7.8. Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah penyakit yang terdapat di selaput paru atau yang disebut pleura.
Pneumotoraks terjadi jika satu atau kedua membran pleura tertembus dan udara masuk ke
dalam rongga pleura menyebabkan paru-paru mengempis. Membran pleura dipisahkan oleh
lapisan cairan pleura sangat tipis yang melumasi gerakan mereka. Keseimbangan tekanan
antara dinding dada, lapisan pleura, dan jaringan paru-paru memungkinkan paru-paru “terisap”
ke dalam dinding dada.

Pada pneumotoraks, udara masuk ke dalam rongga pleura. Keseimbangan tekanan pun
berubah dan paru-paru mengempis. Jika lebih banyak udara yang masuk ke dalam rongga tapi
tidak dapat keluar, tekanan di sekitar paru-paru semakin tinggi yang dapat mengancam jiwa.

Pneumotoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya alveolus yang membesar secara
abnormal di permukaan paru-paru atau akibat kondisi paru-paru, seperti asma. Penyebab lain
adalah patah tulang rusuk dan luka dada.

7.9. Emfisema

Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus adalah gelembung-


gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih
besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya
dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya.

Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas
pada paru-paru ini.

Gejala emfisema:

1. Sesak napas dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat
pelega yang biasa digunakan penderita sesak napas.
2. Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang menurun juga biasa dialami
penderita emfisema.
3. Pencegahan dan solusi: Menghindari asap rokok adalah langkah terbaik untuk
mencegah penyakit ini. Berhenti merokok juga sangat penting.
7.10. Asma

Jenis-jenis penyakit paru-paru lainnya adalah Asma. Asma merupakan penyakit radang paru-
paru yang menimbulkan serangan sesak napas dan mengi yang berulang. Asma merupakan
salah satu kelainan paru-paru paling banyak dan bervariasi, menyerang satu dari empat anak di
beberapa daerah.

Otot dinding saluran udara berkontraksi seperti kejang, menyebabkan saluran udara
menyempit, sehingga terjadi serangan sesak napas. Penyempitan diperburuk oleh sekresi lendir
yang berlebihan. Sebagian besar kasus terjadi di masa kanak-kanak dan biasanya berkaitan
dengan penyakit yang didasari oleh alergi seperti eksema dan keduanya mempunyai faktor
penyakit turunan.

7.11. Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mempunyai karakteristik keterbatasan jalan napas yang
tidak sepenuhnya reversibel. PPOK adalah kelainan jangka panjang di mana terjadi kerusakan
jaringan paru-paru secara progresif dengan sesak napas yang semakin berat. PPOK terutama
meliputi bronkitis kronis dan emfisema, dua kelainan yang biasanya terjadi bersamaan.

7.12. Bronkhitis

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna, tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Serangan bronkitis berulang bisa
terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun.

7.13. Bronkitis Kronis

Peradangan kronis saluran udara paru-paru biasanya disebabkan oleh rokok. Jarang sekali,
infeksi akut yang berulang menimbulkan bronkitis kronis. Pada bronkitis kronis, bronkus,
saluran udara utama menuju paru-paru, meradang, membengkak, dan menyempit akibat iritasi
oleh asap tembakau, infeksi berulang, atau paparan lama terhadap zat polutan. Saluran udara
yang meradang mulai menghasilkan dahak berlebihan, awalnya menyebabkan batuk
mengganggu di waktu lembap dan dingin, lalu berlanjut sepanjang tahun.

7.14. Emfisema

Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan pada kantung
udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan.
Emfisema membuat penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak
napas. Penyebab paling umum adalah merokok.
7.15. Penyakit Paru Akibat Kerja

Asbestosis, silikosis, dan pneumokoniosis disebabkan oleh menghirup partikel yang mengiritasi
dan membuat peradangan jaringan paru-paru, mengarah ke timbulnya fibrosis. Orang yang
berisiko tinggi menderita penyakit paru-paru akibat pekerjaan, adalah para pekerja yang
terpapar partikel beracun selama bertahun-tahun, misalnya para pekerja tambang.

Pada penyakit paru-paru akibat kerja, terdapat penebalan perlahan (fibrosis) jaringan paru-
paru, yang akhirnya menimbulkan pembentukan jaringan parut ireversibel.

7.16. Silikosis

Silikosis adalah salah satu penyakit paru akibat lingkungan kerja. Penyakit ini merupakan suatu
pneumokoniosis yang disebabkan oleh inhalasi partikel-partikel kristal silika bebas.

Silika adalah sejenis bahan yang banyak digunakan dalam bangunan dan perusahaan konstruksi.
Silika dalam bentuk padat tidak berbahaya, tetapi bentuk butiran debu sangat tidak baik untuk
paru-paru. Yang termasuk silika bebas adalah kuarsa, tridimit, dan kristobalit.

7.17. Asbestosis

Asbestosis adalah penyakit paru yang disebabkan banyaknya zat asbes yang terhirup paru-paru,
sehingga menyebabkan kerusakan berat. Pada beberapa kasus asbestosis, bisa menjadi
penyebab timbulnya penyakit kanker paru-paru. Kanker paru-paru sendiri adalah keberadaan
tumor ganas di paru-paru. Kanker paru-paru adalah kanker paling umum di dunia dan lebih dari
satu juta kasus baru ditemukan setiap tahun.

7.18. Kanker paru-paru

Penyakit pada paru-paru lainnya yang sangat berbahaya adalah penyakit kanker paru-paru.
Kanker paru-paru ialah keberadaan tumor ganas pada paru-paru. Kanker paru-paru termasuk
kanker yang paling umum di dunia dan lebih dari satu juta kasus baru ditemukan setiap tahun.
Penyebab paling sering pada penyakit kanker paru-paru yang ditemukan hampir 90 persen dari
seluruh kasus adalah rokok. Banyaknya zat iritan yang terhirup saat bernapas memicu
pertumbuhan sel abnormal di dalam paru-paru, dan rokok mengandung ribuan zat karsinogen
atau zat penyebab kanker.

Dalam kasus yang sangat jarang, kanker paru-paru disebabkan oleh asbes, zat kimia beracun,
atau gas radioaktif radon. Seperti penyakit kanker lainnya, kanker paru-paru pun dapat dipicu
oleh keberadaan faktor genetik dan penerapan gaya hidup yang tidak sehat, yang umumnya
seperti merokok dan terlalu banyak minum-minuman alkohol, serta kurangnya berolahraga.

Gejala awal kanker paru-paru tidak spesifik. Namun, umumnya batuk yang terus-menerus yang
merupakan gejala paling awal penyakit kanker paru-paru. Karena kebanyakan orang yang
menderita kanker paru-paru adalah perokok, maka biasa disebut “batuk perokok”. Gejala lain
berupa batuk berdarah, mengi, berat badan turun, suara serak yang terus menerus, dan nyeri
dada.
7.19. Influenza

Influenza atau flu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini
ditularkan melalui udara melalui bersin dari si penderita. Penyakit ini tidak hanya menyerang
manusia, burung, dan binatang mamalia seperti babi dan orang utan juga dapat terserang flu.

Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung
tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang
lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat
mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.

Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya adalah 1 sampai 3 hari sejak kontak
dengan hewan atau orang yang influensa.

Penderita dianjurkan agar mengasingkan diri atau dikarantina agar tidak menularkan penyakit
hingga mereka merasa lebih sehat.
Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh yang merupakan organ
terluas pada tubuh kita. Kulit sangant tipis dengan beberapa lapisan yang menyusunnya. Kulit
termasuk organ ekskresi karena terdapat kelenjar keringat yang mengekskresikan zat-zat sisa.
Selain sebagai organ ekskresi, kulit juga berfungsi sebagai indera peraba dan perasa.

a. Struktur kulit
Kulit manusia terbagi menjadi 3 lapisan, yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis), dan
jaringan ikat bawah kulit.

1). Epidermis (kulit ari)

Lapisan kulit yang paling luar disebut epidermis. Lapisan ini sangat tipis. Kulit ari terdiri dari

dua lapisan, yaitu sebagai berikut:

a). Lapisan tanduk

Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah dan seraut saraf karena merupakan sel-sel
mati yang selalu mengelupas, tidak memiliki inti, dan mengandung zat keratin. Karena tidak
mengandung pembuluh darah, maka lapisan ini tidak akan mengeluarkan darah saat
mengelupas.

b) Lapisan malpighi

Lapisan malpighi merupakan lapisan yang terdapat di bawah lapisan tanduk. Berbeda dengan
lapisan tanduk, lapisan malpighi justru selalu membelah diri. Pada lapisan malpighi terdapat
melanin, yaitu pigmen yang menentukan warna kulit dan melindungi sel dari kerusakan yang
disebabkan oleh sinar matahari. Jika kulit terlalu banyak terkena sinar matahari maka produksi
melanin akan meningkat dan kulit menjadi gelap. Jika seseorang tidak memiliki pigmen pada
lapisan malpighinya maka orang tersebut dinamakan albino.

Pada permukaan kulit ari terdapat pori-pori yang merupakan muara kelenjar minyak.
Melalui pori-pori inilah keringat diekskresikan. Kulit ari biasanya ditumbuhi rambut, kecuali kulit
ari yang ada di telapak tangan dan kaki. Kulit ari pada telapak tangan dan kaki terdiri atas 4
lapisan, yaitu:

a). Stratum korneum

b). Stratum granulosum

c). Stratum lusidum

d). Stratum germinalis


2). Dermis (kulit jangat)
Dermis merupakan lapisan kulit yang berada di bawah lapisan epidermis. Dibandingkan
epidermis, lapisan dermis lebih tebal. Antara lapisan dermis dan epidermis dilapisi dengan
membran basalis. Lapisan dermis terdapat beberapa jaringan, yaitu sebagai berikut:

a. Pembuluh kapiler, berfungsi untuk menyampaikan nutrisi pada akar rambut dan sel
kulit.
b. Kelenjar keringat (glandula sudorifera), berfungsi untuk menghasilkan keringat.
c. Kelenjar minyak (glandula sebaceae), berfungsi untuk menghasilkan minyak agar kulit
dan rambut tidak kering.
d. Pembuluh darah, berfungsi untuk mengedarkan darah ke semua sel atau jaringan
termasuk akar rambut.
e. Ujung-ujung saraf, yaitu ujung saraf perasa dan peraba, saraf rasa nyeri, saraf rasa
panas, dan saraf rasa sentuhan.
f. Kantong rambut, memiliki akar dan batang rambut serta kelenjar minyak rambut.

3). Jaringan ikat bawah kulit


Lapisan ini berada di bawah dermis. Pembatas jaringan ikat bawah kulit dengan dermis
adalah mulainya terdapat sel lemak. Lemak berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
benturan, penahan suhu tubuh, dan sumber energi.

b. Fungsi kulit

Fungsi utama kulit, yaitu sebagai alat ekskresi yang mengeluarkan keringat. Selain itu, kulit juga
menghasilkan minyak melalui kelenjar minyak. Minyak berfungsi untuk mencegah kekeringan
pada kulit dan menegrutnya kulit rambut.

Berikut fungsi kulit:

1). Sebagai alat indera

2). Sebagai pengatur suhu tubuh

3). Tempat pembentukan vitamin D dari provitamin D

4). Melindungi jaringan yang ada di bawahnya

5). Menyimpan kelebihan lemak


c. Kelainan pada kulit

Beberapa kelainan yang terjadi pada kulit, antara lain sebagai berikut:

1). Jerawat

Jerawat adalah gangguan kulit pada kelenjar minyak. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah timbulnya jerawat, yaitu dengan makan makanan yang seimbang, rajin menjaga
kebersihan kulit dan diimbangi dengan tidur dan olahraga yang cukup.

2). Kanker kulit

Penyebab kanker kulit adalah kulit mendapat sinar matahari yang berlebihan. Biasanya
kanker kulit menyerang orang berkulit putih karena warna kulit tersebut lebih sensitif terkena
sinar matahari. Cara pencegahannya adalah dengan menghindari kontak dengan sinar matahari
yang terlalu banyak dan pemakaian tabir surya secara rutin.

3). Biduran

Penyebab biduran antara lain udara dingin, alergi makanan, dan alergi bahan kimia. Tanda-
tanda penyakit ini adalah timbulnya bentol-bentol yang tidak beraturan dan terasa gatal. Cara
pencegahan penyakit ini, yaitu dengan menghindari bahan makanan dan produk kimia yang
menyebabkan alergi.

4). Psoriasis

Psoriasis disebabkan adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Gejala yang
ditimbulkannya adalah kulit kemerahan pada kulit kepala, sikut, punggung, dan lutut. Jika
terkena penyakit ini harus rutin melakukan pengobatan.

5). Ringworm

Sebenarnya ringworm adalah nama sejenis jamur yang menginfeksi kulit. Penyakit akibat
jamur ini ditandai dengan timbulnya bercak lingkaran di kulit. Pencegahan kulit ini dilakukan
dengan menjaga agar kulit tetap kering dan tidak lembab.

Anda mungkin juga menyukai