Anda di halaman 1dari 10

POLITIK DALAM ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. Ramli Nur,MA.

Disusun Oleh Kelompok KB 22 ( kelompok 3 )

Mhd. Khaidar Aly Sima. (4193250028)

Agung Haikal Siregar (4193250018)

Muhammad Rifqi Naufal (4193250021)

Silvya Ajeng Saraski ( 4193550004)

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Kelas : ILMU KOMPUTER B 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat nya kepada kita
semua serta memberikan kita nikmat kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini , adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Agama
Islam dengan dosen pengampu yaitu bapak Dr.Ramli Nur,MA. Kami telah menyusun
Makalah ini dengan sebaik-baiknya tetapi kami akui mungkin masih ada beberapa
kekurangan untuk mencapai kesempurnaan. Kami selaku reviewer menerima berbagai kritik
yang sifatnya membangun agar Makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Selanjutnya, kami berharap semoga Makalah ini bisa memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga Makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-kata
yang kurang berkenan.

Medan ,22 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang...................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Berpolitik...............................................................................2

A. Kedudukan Politik dalam Islam..............................................................................................2

B. Nilai-Nilai Dasar Politik dalam Al-Qur’an.............................................................................2

C. Ruang Lingkup Pembahasan Siyasah.....................................................................................4

D. Kontribusi Umat Islam Terhadap Kehidupan Politik di Indonesia.....................................5

2.2 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa..............................................5

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan........................................................................................................................................7

Daftar Pustaka............................................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-
masing bersumber dari bahasa Yunani (politika – yang berhubungan dengan negara) dengan
akar katanya polites (warga negara) dan polis (negara kota). Secara etimologi kata “politik”
masih berhubungan dengan policy (kebijakan). Sehingga Politik adalah proses pembentukan
dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu
politik.

Di dalam bahasa Arab, Politik dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam
buku-buku para ulamasalafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya. Dalam Al
Muhith, siyasah berakar kata sâsa – yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha
siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan
mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara).
Jadi, asalnya makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan
gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan manusia; dan
pelaku pengurusan urusan-urusan manusiatersebut dinamai politikus(siyasiyun). Dalam
realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amrimengurusi (yasûsu) rakyatnya, mengaturnya,
dan menjaganya. Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri’ayah), perbaikan
(ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).[2]

Rasulullah SAWsendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya : “Adalah


Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang
nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada
banyak para khalifah”.[3] Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah
mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi
kaum muslimin dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan
melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang
dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin, mengingkari
keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada
saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak
haditsterkenal. Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan
persoalan ini Nabi MuhammadSAW bersabda : “Siapa saja yang bangun pagi dengan
gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi
namum tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka.”
(HR. Al Hakim). Politik Adalah Fitrah

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONTRIBUSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN BERPOLITIK

A. Kedudukan Politik dalam Islam

Sejarah membuktikan bahwa nabi SAW. Bukan hanya sebagai Rasul Beliau juga
menguasai dan memimpin suatu wilayah yaitu Yastrib yang kemudian menjadi Madinah Al-
Munawwarah. Inilah yang menjadi wilayah awal kekuasaan Nabi SAW. Sekaligus menjadi
pusat pemerintahan dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar kenegaranya.

Sepeninggal Nabi saw, kedudukan beliau sebagai kepala negara digantikan Abu Bakar
yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat selanjutnya disebut khalifah. Sistem
pemerintahannya disebut khilafah. Sistem khilafah ini berlangsung hingga kepemimpinan
berada di bawah kekuasaan khalifah terakhir Ali karramallahu wajhahu. Pasca pemerintahan
Ali, sistem pemerintahan mengambil bentuk kerajaan, meskipun raja-raja yang menjadi
penguasa menyatakan dirinya sebagai khahfah|Di dalam sistem kerajaan, khalifah bukan
dipilih secara demokraus melainkan diangkat secara turun temurun. Sistem kerajaan ini
berlangsung hingga akhir abad ke tujuh belas, saat Turki Usmani mulai mengalami kekalahan
dari bangsa Eropa.

B. Nilai-Nilai Dasar Politik dalam Al-Qur’an

Alquran sebagai sumber ajaran utama dan pertama dalam Islam mengandung ajaran
tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan politik Islam. Nilai-
nilai dasar tersebut adalah :

1) Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagaimana tercantum dalam


Alguran surat al-Mu'minun ayat 52.

Sesungguhnya umat kamu ini umat yang satu, dan Aku Tuh kami bertakwalah kamu
kepada-Ku.

2
2) Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ytihadiyah
sebagaimana di dalam surat asy-Syura 38:

Dan (bagi) orang orang yang menerima (mematuhu) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka
menafkahkan sebagian dart rezki yang Kami berikan kepada mereka.

Selanjutnta surat Ali Imran 159:

Maka disebabkan rahmat dan Allan-tan kamu berlaku lemah-iembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

a) Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.

b) Dan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu.

c) Kata al-Amr (urusan) tercakup urusan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan
sebagainya.

Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil (an-Nisa': 58):

3
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apahila menetapkan hukum de antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baanya
kepadamu. Sesungguhnya Allah udalah Maha mendengar lagi Maha melihat,

Kemestian mentaau Allah, Rasulullah, dan udi al Arr (pemegang kekuasaan), an Nisa'
ayat 59:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tenntang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Alqurran) dan Rasul (Sunnah-nya) jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Siyasah

Pada garis besarnya, objek pembahasan politik Islam meliputi:

1) Siyasah dusturiyyah atau dalam fiah moderen disebur Hukum Tata Negara

2) Siyasah daultyyah yaitu biasa disebut sebagai hukum Internasional dalam Islam.

3) Siyasah maliyah yaitu hukum yang mengatur tentang pemasukan, pengelolaan, dan
pengeluaran uang milik negara.

“siyasah dusturiyyah pada secara global membahas hubungan Pemimpin dengan


rakyatnya serta insutusi-insutusi yang ada dinegara itu sesuai dengan kebutuha rakyat itu
sendiri Biasanya yang dibahas meliputi: persoalan imamah (hak dan kewajiban),persoalan
(rakyat,status, hak dan kewajibannya),persoalan bai’at,persoalan waliyyu al-ahdi,persoalan
perwakilan, persoalan ahl al-halli wa al-aqdi,wizarah dan pembagiannya.

4
D. Kontribusi Umat Islam Terhadap Kehidupan Politik di Indonesia

Islam sebagai sebuah agama yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia.
Pertama ditandai dengan munculnya partai partai yang berasaskan Islam serta partai yang
berbasis umat Islam. kedua ditandai dengan sikap pro aktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan
umat Islam terhadap keutuhan negara, negara kesatuan Republik Indonesia sejak proses
kemerdekaan, masa-masa mempertahankan kemerdekaan, masa pembangunan hingga
sekarang masa reformasi.

2.1 PERANAN AGAMA DALAM MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN


BANGSA

Indonesia adalah negara serba-ganda (plural state). Bangsa Indonesia telah hidup
dengan keragaman ini sejak zaman leluhur. Bila ditelusuri kembali sejarah bangsa Indonesia
sejak zaman leluhurnya, maka tidak terdapat fakta historis tentang usaha-usaha untuk
mempermasalahkan keserba-gandaan ini menjadi isu konflik yang besar.

Dalam membangun dan membina masyarakat dan bangsa dengan segala totalitasnya,
perlu dipirkan terutama terhadap generasi penerus, agar keberagaman yang telah inheren
dengan alam dan diterima oleh mereka. Dengan pengertian tidak menjadikan keberagaman
ini sebagai topik permasalahan terutama yang sifatnya sensitive sekali, yaitu agama.

Memelihara rasa kebangsa-an tidak akan melemahkan ikatan solidaritas golongan


dalam golongan agama. Namun, rasa kebangsaan akan menghilangkan rasa asing dan sikap
permusuhan antara golongan. Dengan terhapus-nya sikap ini, memudahkan bagi umat
beragama untuk mewujudkan dan memelihara kerukunan. Jadi urgensi kerukunan di sini
adalah tiap golongan umat beragama memandang rasa kebangsaan ini dengan pandangan
yang sama serta diringi dengan rasa tanggung jawab untuk memelihara dan
mempertahankannya.

Bangsa Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, sila pertama dari Pancasila itu
menunjukkan bahwa kesadaran moral bangsa Indonesia ditumbuhkan oleh agama. Moral
yang ditumbuhkan oleh agama mempunyai daya kekuatan rohaniah yang tidak pernah absen
dalam menuntun dan mengendalikan penyandangannya agar ia selalu berada dalam garis
batas norma-norma susila, menumbuhka sifat-sifat mahmudah (terpuji) serta berpikir obyektif
yang dimanifestasikan dengan :

5
1. Percaya kepada diri sendiri.

2. Menyadari posisi serta tugas yang dipercayakan.

3. Mengeliminir sikap egoistis dan individualistis.

4. Memandang jauh ke depan atau berantisipasi.

5. Memperhitungkan latar belakang setiap tindakan.

6. Menghargai dan memperhitungkan waktu.

6
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Politik dalam islam ternyata banyak yang harus kita ketahui dari bagaimana awal
mula dan bagaimana politik yang baik dalam syariat , jadi kita sebagai muslim harus tau
bagaimana politik itu dari pemerintahan Nabi SAW pertama kali memerintah berlanjut ke
sistem khilafah, kerajaan dan terakhir di pimpin oleh kepala negara.

Daftar Pustaka

Matondang, Husnel Anwar. 2021. Islam Kaffah. Medan: Perdana Publishing.

https://ms-meureudu.go.id/2019/09/14/islam-politik-dan-pemimpin-yang-terbaik/

Anda mungkin juga menyukai