tentang
Menjalin Hubungan
Konstituen dan Keterwakilan
Buku Panduan tentang
Menjalin Hubungan Konstituen dan Keterwakilan
Hak Cipta:
dan
Menjalin Hubungan
Konstituen dan Keterwakilan
Prof. Dr. Satya Arinanto, S.H., M.H.
Dr. Fatmawati, S.H., M.H.
Kata Sambutan
Sekretaris Jenderal
Dewan Perwakilan Rakyat RI
D
ewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia masa bakti 2009-2014 merupakan wakil
rakyat hasil pemilu ketiga setelah masa reformasi, ujung tombak berkembangnya
demokrasi di Indonesia. Dibandingkan dengan pemilu diawal masa setelah reformasi,
hasil pemilu tahun 2009 ini dapat dikatakan melewati proses demokratisasi yang lebih matang.
Perkembangan demokrasi Indonesia yang makin matang ini pula lah yang mendorong
adanya tuntutan rakyat kepada para wakil mereka di DPR RI untuk meningkatkan kinerja
dan kualitas dibanding periode lalu. Kenyataannya, tuntutan tersebut juga harus dihadapkan
pada kondisi faktual bahwa sebagian besar wakil rakyat periode ini adalah wajah baru,
yang memerlukan waktu relatif lebih banyak untuk mendalami dan memahami tugas serta
wewenangnya dalam menjalani peran sebagai wakil rakyat.
Selain dari kondisi diatas, pemahaman mengenai peran, fungsi, tugas serta wewenang
wakil rakyat di DPR saat ini pun penting untuk segera disebarluaskan kepada anggota DPR
RI periode ini, mengingat sejak dibentuknya UU No. 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD
dan DPRD, pengaturan mengenai sistim dan tata kerja lembaga perwakilan di Indonesia telah
mengalami berbagai perubahan.
Agar harapan dan tujuan buku ini terwujud dengan baik, maka buku panduan yang kami
susun ini telah dirumuskan berdasarkan (1) pengaturan menurut UU No. 27 Tahun 2009 tentang
MPR, DPR, DPD dan DPRD, yang menjadi dasar utama dari sistim dan tata laksana lembaga
perwakilan di Indonesia saat ini (2) ditujukan memenuhi kebutuhan praktis, (3) dilengkapi
dengan berbagai pengalaman terbaik (best practices) baik di Indonesia sendiri ataupun dari
pengalaman negara lain.
Harapan kami agar buku panduan ini dapat memberikan manfaat luas bagi kemajuan
kinerja DPR RI.
P
ada kesempatan ini, United Nations Development Programme (UNDP) ingin mengucapkan
selamat kepada para anggota Dewan Perwakilan ak Republik Indonesia (DPR RI) terpilih
periode 2009-2014, semoga sukses selalu menyertai Anda. Kami juga mengucapkan
terima kasih khusus kepada Sekretariat Jenderal DPR RI, Australian Agency for International
Development dan The Asia Foundation yang telah memberikan dukungan penuh dalam
penyusunan buku panduan ini. Kami Begitu pula kami kepada para penulis yang telah membagi
pengalaman dan keahlian mereka dalam buku panduan ini. Tanpa peran serta dari mereka,
tidaklah mungkin buku panduan ini dapat terwujud.
Menjadi anggota DPR adalah sebuah kehormatan yang besar, maka anggota dewan pun
memiliki tanggung jawab yang besar pula. Anggota dewan diharapkan mampu tidak hanya
mendengarkan, namun juga mewakili dan menindaklanjuti keinginan-keinginan rakyat. Kami
yang tergabung ke dalam Program Dukungan Parlemen UNDP memberikan dukungan penuh
terhadap Sekretariat Jenderal DPR RI; dan juga para anggota dewan yang terhormat dalam
mewakili konstituennya.
Buku panduan tentang Menjalin Hubungan Konstituen dan Keterwakilan ini ditulis untuk
menunjang tugas-tugas dan pekerjaan anggota DPR RI dan DPD RI di dalam gedung DPR
RI maupun di daerah pemilihannya. Buku ini mengilustrasikan tentang pentingnya hubungan
anggota dengan konstituen dan memberikan informasi mengenai strategi komunikasi yang
ideal dengan para konstituennya. Buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
jelas akan bagaimana menindaklanjuti masukan-masukan dari konstituen. Selain itu, buku
ini memberikan informasi mengenai kegunaan dari kantor-kantor konstituen yang dapat
Kami mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan dalam proses pembuatan
buku panduan ini dan kami berharap agar buku pegangan yang ditujukan bagi anggota-anggota
DPR yang baru ini akan senantiasa digunakan sebagai sumber informasi dalam menjalani
tugas-tugasnya. Kami telah mengemas isu-isu penting yang terkadang rumit dan kompleks
menjadi sesederhana mungkin, sehingga buku ini dapat mudah dibaca dan dimengerti, serta
tidak membosankan. Selamat menunaikan tugas-tugas keparlemenan.
Salam hangat,
Buku Panduan Tentang Menjalin Hubungan Konstituen dan Keterwakilan DPR - RI vii
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Bagan
Bagan 1 Parlemen 2
Bagan 2 Penyaluran Aspirasi Konstituen 4
Bagan 3 Peran Anggota DPR 5
Bagan 4 Representasi 7
Bagan 5 Keterwakilan Substantif 8
Bagan 6 Transparansi 15
Bagan 7 Accessible 16
Bagan 8 Kewajiban Anggota DPR dalam Hubungan dengan Konstituen 21
Bagan 9 Cara Anggota Dewan Berkomunikasi dengan Konstituen 27
Bagan 10 Metode Komunikasi Individual 27
Bagan 11 Strategi Membangun Hubungan dengan Konstituen 30
Bagan 12 Kiat Melakukan Tatap Muka 31
Bagan 13 Cara Merespon Permasalah Konstituen 39
Bagan 14 Siklus Pelayanan Konstituen di DPR 43
Bagan 15 Kantor Pelayanan Konstituen 45
Bagan 16 Pendanaan Kantor Pelayanan Konstituen 45
Bagan 17 Siklus Pelayanan Konstituen 47
Bagan 18 Peran Fraksi dalam Pengelolaan Aspirasi Konstituen 50
Berdasarkan hal tersebut, dalam buku ini disediakan informasi mengenai pendekatan-
pendekatan yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan oleh para anggota Dewan dalam
hubungannya dengan konstituen. Dimuat pula berbagai kegiatan yang sudah dilakukan
oleh para anggota Dewan periode sebelumnya dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
anggota Dewan di negara lain yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Harapan
dari penyusunan buku ini adalah kiranya dapat dimaksimalkan performa anggota DPR
dalam pelaksanaan tugasnya sebagai wakil rakyat.
xii
Struktur Buku Panduan
Buku ini terdiri atas beberapa bab, yang tersusun secara sistematis. Setelah
pendahuluan, diawali dengan penjelasan mengenai fungsi representasi. Hal ini untuk
memberikan landasan teoritis dan filosofis bagi para anggota Dewan untuk bertindak
sebagai wakil rakyat. Makna representasi perlu dikemukakan terlebih dahulu agar anggota
Dewan memahami urgensi fungsi perwakilan. Terutama dalam kaitannya dengan makna
mewakili rakyat, merefleksikan aspirasi, kebutuhan, permasalahan, dan kepentingan rakyat
dalam pembentukan UU dan penyelenggaraan pemerintahan.
Terakhir adalah pembahasan mengenai peran fraksi di DPR dalam mengelola aspirasi
konstituen.
Buku Panduan Tentang Menjalin Hubungan Konstituen dan Keterwakilan DPR - RI xiii
Pendahuluan
P
erubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan salah satu tuntutan
elemen-elemen masyarakat. Tuntutan ini untuk memperbaiki kondisi dan struktur
ketatanegaraan pasca Orde Baru.
Struktur Parlemen
Dalam struktur parlemen, selain Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), juga dibentuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Perubahan
dimaksud juga mencakup perubahan dalam keanggotaan MPR.
Kewenangan yang besar tersebut terkait dengan fungsi legislasi, maupun kewenangan
terkait dengan fungsi pengawasan. Kewenangan yang lebih besar tentu menimbulkan
ekspektasi bagi konstituen. Harapan agar aspirasi mereka lebih diperjuangkan dan
diwujudkan. Baik didalam penyusunan kebijakan nasional maupun penyelenggaraan
pemerintahan. Hal itu sangat wajar, karena anggota DPR adalah wakil rakyat.
Fungsi Parlemen
Fungsi Representasi
2 Pendahuluan
Dalam perkembangannya, parlemen melakukan berbagai hal terkait dengan fungsinya
sebagai parlemen.
Tabel 1
Parlemen Di Negara Lain di Dunia
Negara Fungsi Parlemen
Burundi dan Rwanda Parlemen adalah garis depan untuk memecahkan konflik
yang berkepanjangan.
Bangladesh, Gabon, Pakistan Parlemen sebagai lembaga atau para anggotanya secara
dan Uganda individual berperan sebagai :
• agen pembangunan,
• memobilisator sumber-sumber, dan
• pelaksana penerapan proyek-proyek pembangunan
pada konstituennya
Dana bagi anggota parlemen untuk melaksanakan
hal tersebut merupakan bagian dari alokasi anggaran
nasional.
Beberapa negara di Asia dan Anggota parlemen berperan sebagai agen jaminan
Afrika sosial yang membantu konstituen dengan sekolah dan
kesehatan gratis.
Fungsi legislasi, saat ini di berbagai negara lebih merupakan hal yang formal. Hal ini karena
sebagian besar usul Rancangan Undang-Undang (RUU) berasal dari pemerintah. Berbeda
dengan itu, fungsi representasi dan fungsi pengawasan merupakan fungsi yang pelaksanaannya
makin berkembang dari hari ke hari. Dari berbagai perkembangan di berbagai negara, terlihat
bahwa parlemen semakin memperkuat fungsinya dalam hal fungsi representasi. Hal tersebut
menyebabkan semakin pentingnya hubungan antara anggota parlemen dengan konstituennya.
Ini berlaku di negara manapun termasuk di Indonesia.
Walaupun fungsi representasi tidak dituliskan secara khusus dalam UUD 1945. Akan
tetapi dalam UUD 1945 diatur bahwa anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum. Dalam
Undang-Undang (UU) No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD juga diatur
bahwa pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan dijalankan dalam kerangka
representasi rakyat. Ini menunjukkan bahwa hubungan dengan konstituen merupakan hal
yang penting. Terutama dalam negara yang tidak menggunakan demokrasi langsung. Saat
ini tidak ada satu pun negara di dunia ini yang masih menggunakan demokrasi secara
langsung, termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan fungsi representasi sebagai unsur
utama dalam demokrasi perwakilan, merupakan hal penting pada setiap negara di dunia
keputusan mengenai program dan kebijakan anggota DPR dalam lembaga perwakilan
rakyat. Hal tersebut berarti para anggota DPR harus mencari tahu tentang kesulitan dan
masalah yang dihadapi konstituen. Karenanya pengelolaan hubungan dengan konstituen
merupakan hal yang harus dilakukan sebagai representasi rakyat dalam DPR.
Walaupun demikian, para anggota Dewan harus menyadari bahwa dengan sistem
proporsional terbuka dan sistem kepartaian multi partai di Indonesia, ikatan antara
anggota Dewan dengan partainya kuat. Oleh karena itu, posisi partai dalam pengambilan
kebijakan seorang anggota Dewan mempunyai posisi yang penting. Dimana anggota
Dewan juga wakil partai di parlemen. Tetapi hal tersebut tidak menyebabkan seorang wakil
rakyat menjadi ”terbelenggu.” Karena sebagaimana anggota Dewan, partai politik juga
memerlukan suara rakyat dalam pemilihan umum.
Dalam era multipartai maka partai yang responsif terhadap aspirasi rakyat yang akan
mendapatkan dukungan suara dalam pemilihan umum. Partai politik sangat membutuhkan
konstituen. Tidak hanya dalam mendulang suara tetapi untuk keberlangsungan partai.
Sehingga hubungan jangka panjang merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh partai
4 Pendahuluan
politik.
Hubungan jangka panjang hanya dapat dikelola dengan baik jika perhatian partai
politik tidak hanya terkait dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh partai dan soliditas
organisasi partai. Tetapi juga dengan dinamika dan perkembangan masyarakat yang
mengharuskan peningkatan kinerja partai sebagai sarana partisipasi politik masyarakat.
Hal tersebut hanya bisa terwujud jika partai politik memiliki kemampuan mengelola dan
merespon aspirasi konstituen dengan berbagai cara. Dan yang terutama adalah melalui
wakil-wakil partai yang duduk dalam lembaga perwakilan rakyat.
Dengan menguatnya peranan DPR setelah perubahan UUD 1945, maka anggota DPR
dan DPR sebagai lembaga yang mewakili rakyat dituntut untuk semakin berperan. Peranan
ini terutama dalam memperjuangkan aspirasi konstituennya dalam berbagai kebijakan
nasional dan penyelenggaraan pemerintahan.
Terlebih lagi berdasarkan hasil pemilihan umum tahun 2009 terjadi perubahan
konstelasi politik. Dimana akan banyak anggota baru yang akan menjadi anggota DPR.
Ekspektasi besar konstituen terhadap anggota DPR tentu akan menjadi harapan kosong
jika anggota DPR tidak memahami fungsinya dan melaksanakan fungsinya sebagai wakil
rakyat dengan sebaik-baiknya.
Makna Representasi
Anggota Dewan
Makna Representasi
M
enurut Montesquieu, pada negara yang merdeka, seharusnya kekuasaan
legislatif dilaksanakan oleh seluruh rakyat. Tetapi itu tidak mungkin dilaksanakan
pada negara yang wilayahnya luas. Bahkan akan banyak ditemui kesulitan jika
dilakukan di negara yang wilayahnya dianggap kecil sekalipun. Ini menyebabkan rakyat
harus diwakili. Konsep perwakilan tidak menyebabkan hak rakyat teralienasi dengan
diwakilinya rakyat. Sebab pada dasarnya kedaulatan tetap berada pada rakyat.
Dalam perspektif Jean-Jacques Rousseau, rakyat sebagai satu kesatuan merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi. Menurut Rousseau, perjanjian yang membuat rakyat
tunduk pada pemimpinnya sama sekali bukan merupakan kontrak. Karena rakyat adalah
pemegang kekuasaan tertinggi. Pemerintahlah yang harus dikorbankan untuk rakyat dan
bukan rakyat yang dikorbankan untuk pemerintah.
Dengan mandat dari rakyat, maka anggota Dewan dapat melaksanakan fungsi-fungsi
Bagan 4 Representasi
Mewakilkan
Rakyat Anggota Dewan
= =
Pemberi Mandat Penerima Mandat
Mewakili
Keterwakilan bersifat substantif yaitu perwakilan atas dasar aspirasi atau ide.
Secara substansial, tersalurnya keterwakilan rakyat bila :
Dalam komunikasi wakil rakyat dengan konstituen, hal-hal yang harus dilakukan
adalah:
1. Anggota Dewan harus menjamin penyaluran aspirasi konstituen dapat
dilakukan dengan bebas.
2. DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang harus menyerap
aspirasi masyarakat dan menjadi penghubung /jembatan kepentingan
konstituennya.
3. Menerima dan menyelidiki keluhan dari konstituen atas pelayanan
publik
4. Kerjasama dan koordinasi antara anggota Dewan dengan berbagai
elemen masyarakat.
5. Berkomunikasi dengan pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan
daerah.
Pelayanan Publik
Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan
penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan ole
penyelenggara pelayanan publik.
Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Contoh:
Pemerintah memiliki program untuk memberikan pupuk bersubsidi khusus bagi
petani kecil. Dalam prakteknya, berdasarkan pengaduan konstituen, petani kecil
tidak memperoleh pupuk bersubsidi tersebut. Dan harus membeli pupuk dengan harga
pasaran. Sebagai anggota Dewan, harus dapat mengadvokasi rakyat yang
membutuhkan bantuan. Anggota Dewan dapat menghubungi Departemen Pertanian
dan Kantor Dinas Pertanian di daerah pemilihannya terkait penyaluran pupuk
bersubsidi itu. Dapat pula mengupayakan mempertemukan para petani kecil dengan
pejabat terkait. Selain itu, dengan mengemukakan permasalahan ini ke media massa
juga merupakan upaya lain untuk mempercepat pemerintah menyelesaikan hal
tersebut dengan adanya dukungan publik yang lebih luas (public pressure).
Kerjasama dan Koordinasi Anggota Dewan dengan Elemen Masyarakat
Melalui kerjasama dan koordinasi ini, diharapkan bisa dibangun pemahaman bersama,
bersinergi dan komitmen untuk kepentingan masyarakat.
Dalam contoh mengenai penyalahgunaan pupuk bersubsidi. Kelompok Tani merupakan
penyusunan kebijakan nasional. Anggota Dewan merupakan akses bagi pemerintah daerah
untuk memperoleh berbagai fasilitas dan pelayanan dari pemerintah pusat.
Contoh:
Berdasarkan kajian lembaga independen, potensi pertumbuhan perkonomian
pemerintah daerah yang menjadi daerah pemilihannya akan tumbuh dengan
pesat. Hal ini jika dibangun jembatan yang menghubungkan antara kabupaten yang
satu dengan yang lain. Pemerintah daerah telah berhasil mengupayakan bantuan
luar negeri untuk pembangunan jembatan tersebut. Tetapi dana yang dibutuhkan
masih kurang. Anggota Dewan diminta bantuannya memperjuangkan agar daerah
tersebut mendapatkan alokasi dana untuk membangun jembatan dalam APBN yang
sedang disusun.
Ini contoh peranan penting anggota Dewan. Sebagai komunikator antara pemerintah
daerah dengan pemerintah pusat. Terutama dalam membantu pemerintah daerah
mengakses fasilitas dan pelayanan untuk pemerintah daerah.
b. Akuntabilitas
Hal yang penting lainnya berkaitan dengan fungsi representasi adalah akuntabilitas.
Konsep representasi diperlukan sebagai dasar bagi anggota Dewan untuk mewakili
konstituen. Akan tetapi konstituen tetap dapat mengawasi anggota Dewan yang
merupakan wakilnya di DPR. Hal tersebut menunjukkan tidak hanya diperlukan komunikasi
Hal-hal yang harus dilakukan anggota Dewan terkait konsep akuntabilitas, yaitu:
1. Berkomunikasi dengan publik dan mengemukakan kepentingan
masyarakat yang telah diperjuangkan dan menjadi perdebatan antara
anggota Dewan dengan pemerintah.
2. Memberitahukan tindak lanjut berbagai aspirasi dan pengaduan yang
telah diterima kepada yang mengajukan aspirasi atau pengaduan tersebut.
Dalam web site nya, beberapa Fraksi dan anggota Dewan telah menjelaskan pemikiran-
pemikiran mereka yang mereka lontarkan dalam pembahasan RUU. Dan pendapat fraksi
atau pun pendapat pribadi terhadap isu-isu yang terkait dengan publik. Tetapi secara umum,
dalam web site angota Dewan tersebut hanya memberikan pendapat yang menyangkut isu
nasional. Padahal seharusnya isu lokal berkaitan dengan daerah pemilihan anggota Dewan
perlu mendapatkan perhatian serius sehingga konstituen tidak merasa diabaikan.
Perlu dibedakan antara konten web site Fraksi dan web site anda sebagai angota Dewan.
Pada web site Fraksi, isu nasional harus menjadi sorotan utama. Akan tetapi pada web
site angota Dewan, harus lebih banyak mengemukakan isu lokal sesuai daerah pemilihan
masing-masing anggota Dewan. Serta hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
anggota Dewan di DPR.
Bahkan ada pula yang menghimpun pendapat dalam berbagai media massa tersebut
dalam sebuah buku. Tentu saja ini upaya yang sangat bagus untuk menunjukkan kepada
publik mengenai apa yang telah diperjuangkan. Dan apa yang menjadi perdebatan dengan
pemerintah yang disebarluaskan kepada publik.
Memberitahukan Tindak Lanjut Aspirasi dan Pengaduan yang Diterima
Ini menimbulkan kepercayaan konstituen kepada anggota Dewan. Dan merupakan
cara yang efisien untuk mengelola dukungan suara bagi anggota Dewan dan partainya.
Anggota Dewan harus mensosialisasikan hasil kerja yang telah dilakukan agar konstituen
dapat menilai kinerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki dan praktek ketatanegaraan
berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan tersebut. Hal tersebut harus dilakukan.
Apa yang dilakukan oleh salah seorang anggota Dewan merupakan hal yang patut ditiru
dalam kaitannya dengan akuntabilitas sebagai anggota Dewan. Dimana beliau membuat
buku yang berisikan hal-hal mengenai proses penyerapan aspirasi, kegiatan yang telah
dilakukan, laporan keuangan, dan hasil kerjanya selama menjadi anggota Dewan.
Dari survey tersebut terlihat bahwa hanya sedikit sekali prosentase dari yang merasa
terwakili oleh anggota DPR. Survey dilakukan pada bulan Juli tahun 2000 pada 3000
responden di 60 kabupaten/kotamadya di 20 propinsi dengan kategori usia di atas 18
Perbedaan antara kepentingan pribadi konstituen dan tindakan
anggota Dewan dapat terlihat oleh konstituennya sebagai kekurangan.
c. Transparan
d. Mudah diakses (accessible)
Sumber: ”SuaraRakyat untuk Wakil Rakyat...” sebagaimana dikutip dalam Ringkasan hasil Studi/
Kajian ”Penyusunan Indikator Demokrasi” oleh Direktorat Politik, Komunikasi dan Informasi
BAPPENAS, hal. 6.
Persyaratan dari transparansi adalah bahwa parlemen terbuka untuk publik dan
transparan dalam pelaksanaan tugasnya.
Bagan 6 Transparansi
Bagan 7 Accessible
Konstituen
• pemilih yang merupakan anggota partai.
yang memerlukan penyelesaian di tingkat pusat. Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah
memiliki otonomi untuk menyelenggarakan pemerintahannya termasuk memberikan
pelayanan publik. Akan tetapi dalam pendanaan pemerintahan daerah, memerlukan dana
yang alokasinya diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta
berbagai UU yang dibutuhkan terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Hal tersebut menyebabkan perlunya kerja sama dan koordinasi dari setiap anggota Dewan
dengan Pemerintah Daerah dan DPRD.
Sebagai contoh:
Anggota Dewan harus memperhatikan berbagai isu lokal. Terutama jika terkait dengan
kepentingan yang lebih luas. Pendangkalan sungai dan pembangunan pemukiman
yang tidak terkendali di sekitar sungai dan di daerah Puncak (Jawa Barat). Kondisi ini
berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Ini menimbulkan banjir dan menyebabkan
lumpuhnya sebagian besar kegiatan termasuk kegiatan perekonomian di Jakarta dan
daerah sekitarnya.
Pentingnya Hubungan dengan Konstituen
Sebagai anggota DPR dipilih oleh rakyat berdasarkan daerah pemilihan tertentu.
Pemilihan ini dilakukan dengan sistem proporsional dengan daftar terbuka. Sehingga
setiap orang yang akan menjadi anggota DPR harus memperoleh jumlah suara tertentu
dalam pemilihan umum. Itu menunjukkan bahwa untuk menjadi anggota DPR, harus
mendapatkan dukungan yang cukup dari konstituen.
Komunikasi antara anggota Dewan dengan konstituen merupakan keharusan. Sebagai
20 Bab II Konstituen
penerima mandat harus menjalankan kewenangannya berdasarkan aspirasi dari konstituen
yang diwakilinya. Masukan dari konstituen kemudian diartikulasikan dan menjadi dasar
bagi program-program anggota Dewan dalam pembentukan UU dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan.
Pentingnya hubungan anggota Dewan dengan konstituen menyebabkan hal tersebut
diatur dalam UU sebagai kewajiban. Ini merupakan kewajiban dari anggota DPR disamping
kewajiban-kewajiban lainnya.
Memetakan Konstituen
Anggota Dewan harus memiliki data-data terkait konstituennya. Data konstituen
terkait dengan :
• jumlah penduduk,
• rasio jumlah penduduk pria dan wanita,
• jumlah usia produktif,
• jumlah pemeluk agama dari masing-masing agama,
• jumlah pekerja dengan berbagai profesi,
Bagan 8 Kewajiban Anggota DPR dalam Hubungan dengan Konstituen
Sedangkan DPR sebagai sebuah lembaga bertugas dan berwenang untuk menyerap,
menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
Untuk dapat menjalankan kewajiban dengan baik, maka beberapa hal berikut dapat
dilakukan, yaitu:
1. Memetakan konstituen
2. Memetakan berbagai potensi dan tantangan pada daerah pemilihan
3. Mengenali dan bekerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai
pengaruh dalam daerah pemilihan
• jumlah pengangguran,
• tingkat pendidikan,
• jumlah lembaga pendidikan,
• jumlah lembaga keagamaan,
• jumlah dan lingkup kerja organisasi kemasyarakatan, dan hal-hal lainnya.
Data-data mengenai konstituen sangat diperlukan terkait dengan aspirasi konstituen.
Terutama dalam hal anggota Dewan diharuskan mengambil keputusan dari pendapat
konstituen yang berbeda. Dengan data yang dimiliki, maka keputusan anggota Dewan
didasarkan pada argumentasi rasional sehingga dapat diterima oleh seluruh konstituen
dan dapat dipertanggungjawabkan dari sisi kebijakan publik. Contoh:Daerah pemilihan
dari anggota Dewan A merupakan daerah pertanian. Terdapat pro dan kontra dari
konstituen terhadap RUU APBN yang memberikan alokasi dana bagi daerah tersebut untuk
pembangunan jembatan. Hal ini karena dianggap akan lebih berguna jika dana diberikan
pengadaan bagi teknologi untuk pengolahan tanaman pangan. Data yang anggota Dewan
A miliki menunjukkan bahwa potensi daerah akan lebih berkembang jika teknologi untuk
22 Bab II Konstituen
pengolahan tanaman dikembangkan. Sehingga anggota Dewan A memperjuangkan
alokasi bagi teknologi tersebut dalam RUU APBN.
S
ebagaimana dikemukakan bahwa membangun hubungan antara anggota Dewan
dengan konstituen merupakan hal yang penting. Konstituen tidak selalu menyetujui
program yang diajukan. Atau pun keputusan yang diambil oleh anggota Dewan.
Akan tetapi penghargaan akan diberikan, jika dalam penentuan program dan pengambilan
keputusan, konstituen diajak berkomunikasi. Hal tersebut membuat konstituen mengetahui
apa yang dikerjakan oleh anggota DPR yang dipilihnya.
Di Amerika Serikat, anggota Dewan tertentu secara berkala mengirimkan selebaran
(posting flyers) dari rumah ke rumah. Selebaran ini berisikan kegiatan anggota Dewan
berkaitan dengan isu-isu terbaru dan berbagai hal yang berkembang di pemerintahan.
24 Bab II Konstituen
Seorang wakil rakyat yang baik harus berusaha meningkatkan kualitas
hidup konstituen mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menciptakan UU yang berpihak kepada kesejahteraan rakyat, mendorong
demokratisasi, dan membantu konstituen yang terkena dampak negatif
akibat kebijakan dan prilaku dari pejabat administrasi pemerintahan.
Bagan 10
telepon
Tatap Muka
Kantor
Pelayanan Laporan Publik
Konstituen
kunjungan ke kediaman konstituen atau pun tempat-tempat umum seperti Rumah Sakit
dan pasar tradisional.
Tabel 4
Sumber: Media Indonesia 6 Februari 2004; IFES 2001,2002, 2003 sebagaimana dikutip dalam
Ringkasan hasil Studi/Kajian ”Penyusunan Indikator Demokrasi” oleh Direktorat Politik, Komunikasi
dan Informasi BAPPENAS, hal. 5.
Bagan 12
Kiat Melakukan Tatap Muka
Perlu
selalu mempersiapkan diri dengan baik dengan
diperhatikan
berbagai isu terbaru di daerah pemilihan
dalam
melakukan
tatap muka mengevaluasi berbagai kunjungan yang telah dilakukan
Berbagai negara, termasuk India, Peru, dan Meksiko mengadakan kerja sama antara
parlemen dengan stasiun televisi. Bahkan pada negara Brazil, terdapat acara talk show yang
diadakan setiap minggu, di mana anggota Dewan menjadi nara sumber dan menjawab
berbagai pertanyaan dari konstituen. Demikian juga pada negara Sierra Lone.
Pembuatan Buku Panduan atau Web Site Bersama dan Hot Line yang Dapat
Dihubungi
Didalam web site tersebut dicantumkan nama-nama anggota Dewan. Pencantuman
nomor telepon dan fax dalam web site anggota Dewan sudah dilakukan oleh beberapa
anggota Dewan. Tetapi dalam web site tersebut tidak ditemukan bagian khusus tempat
34
konstituen berkirim surat secara elektronik kepada wakilnya. Tentu saja hal tersebut
merupakan kendala tersendiri dalam hal teknis. Karena anggota Dewan menyediakan data
dalam web site tetapi konstituen tidak dapat secara langsung mengirim aspirasinya. Tetapi
harus melalui media lain yaitu telpon dan fax.
Sebagai contoh dapat dikemukakan adanya Constituent Electronic Mail System yang
dikelola oleh United States House of Representatives, dimana di dalamnya terdapat 7
anggota House of Representatives yang bergabung dalam Constituent Electronic Mail
System tersebut.
Penggunaan media SMS (short message service) juga dapat digunakan dalam
menerima aspirasi dan pengaduan dari konstituen. SMS sangat efektif dan aman dalam
hubungan dengan konstituen. Terlebih lagi jika dimasukkan dalam telpon anggota Dewan
keterangan bahwa pihak yang menelpon sebaiknya melalui SMS. Dimaksudkan agar tidak
terlalu menyita waktu tetapi anggota Dewan memiliki beragam informasi dari SMS yang
masuk.
Pembuatan Laporan kepada Publik mengenai Hasil Kerja Baik Secara
Individual oleh Anggota DPR maupun Secara Kelembagaan oleh DPR
Laporan ini antara lain :
• Laporan tahunan pelaksanaan tugas dan fungsi, serta pertanggungjawaban
keuangan DPR atau pun dari masing-masing anggota Dewan yang dipublikasikan
kepada umum. Berisi informasi mengenai tunjangan anggota Dewan serta lingkup
tugas yang berkaitan dengan anggaran dan pembentukan UU, maka secara umum
anggota Dewan akan dianggap sebagai ”lumbung” uang. Persepsi dari publik tersebut
dapat dihilangkan dengan membuat laporan keuangan secara transparan.
Salah seorang anggota Dewan telah memberikan contoh yang baik. Beliau
memaparkan kepada publik dalam bentuk buku, berbagai pendapatan dan pengeluaran
yang diperolehnya sebagai anggota Dewan. Ini juga dilakukan anggota House of
Commons di Inggris, Norman Lamb. Dalam web sitenya menjabarkan penggunaan dana
yang diperolehnya sebagai anggota parlemen untuk pembiayaan berbagai hal. Termasuk
didalamnya pembiayaan pengelolaan kantor pelayanan konstituen.
• Penyebarluasan transkrip pembicaraan di rapat Dewan
Jika rapat Dewan merupakan rapat terbuka, merupakan hal yang positif jika sesegera
mungkin transkrip pembicaraan rapat dapat diakses oleh publik. Terlebih lagi dengan
telah diundangkannya UU tentang Kebebasan Informasi Publik yang menjamin
publik dalam memperoleh informasi.
P
ermasalahan konstituen merupakan hal yang harus mendapat respon dari anggota
DPR. Anggota Dewan harus melakukan beberapa hal dalam merespon permasalahan
konstituen.
Menjadi Pendengar yang Baik
Semua permasalahan konstituen adalah masalah yang penting. Tanpa melihat latar
Bagan 13
Dewan.
M
asyarakat dapat datang secara langsung ke DPR untuk menyampaikan aspirasi
dan/atau pengaduan. Aspirasi/pengaduan ini diterima dan disalurkan oleh
Sekretariat Jenderal DPR kepada alat kelengkapan DPR yang membidanginya
dan/atau Fraksi.
Berbeda dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), anggota DPR tidak diberikan alokasi
dana khusus untuk mengelola Kantor Pelayanan Konstituen di daerah pemilihannya. Hal
kemampuan staf untuk mengklasifikasi surat masuk harus ditingkatkan. Agar tahapan
Di Gedung Parlemen
Pelaksanaan fungsi DPR terhadap Inggris Norman Lamb, Anggota • mencantumkan alam
kerangka representasi rakyat House of Commons konstituennya
(berdasarkan UU) dilakukan • mendeskripsikan sta
melalui: konstituennya dalam
• Pembukaan ruang partisipasi • mencantumkan pen
publik, diperolehnya sebag
• Transparansi pelaksanaan pembiayaan berbag
• Mencantumkan pem
fungsi, dan
pelayanan konstitue
• Pertanggungjawaban kerja
DPR kepada rakyat.
Bagan 16
Pendanaan Kantor Pelayanan Konstituen
Anggota Dewan harus membuat siklus pelayanan konstituen pada Kantor Pelayanan
Konstituennya. Tujuannya agar mekanisme pengelolaan hubungan konstituen berjalan
baik. Dapat meniru siklus pelayanan di Sekretariat Jenderal DPR atau membuat siklus yang
lebih sederhana. Hanya tentu saja terdapat perbedaan. Pada Kantor Pelayanan Konstituen
diperlukan tahapan pelaporan oleh staf pada anggota Dewan. Ini dilakukan sebelum staf
menindaklanjuti hal-hal yang merupakan isu-isu sensitif bagi anggota Dewan dan partai.
Dan juga terhadap hal-hal yang berdampak luas.
S
ebagaimana seluruh parlemen di dunia, maka pengisian keanggotaan kamar pertama
melalui partai politik. Hal tersebut menyebabkan para anggota parlemen, harus pula
memperhatikan kepentingan partai politiknya disamping kepentingan konstituen.
Keterikatan anggota Dewan terhadap partainya bervariasi. Pada negara New Zealand
dan India, keterikatan terhadap partai begitu kuat. Di negara New Zealand, anggota
Dewan yang berasal dari Partai Buruh harus menandatangani janji yang mengikat mereka
untuk patuh pada keputusan partai. Sedangkan di India, anggota Dewan akan kehilangan
kursinya jika berpandangan berbeda dengan partainya.
Keterikatan anggota DPR dengan partai politiknya juga sangat erat. Dimana diatur
bahwa setiap anggota DPR harus menjadi anggota salah satu fraksi. Dan fraksi dibentuk
oleh partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara di DPR.
Aspirasi dan
Pengadaan Fraksi
Anggota Fraksi
Ma’shum, Saifullah. (2008) Laporan Wakil Kepada Rakyat: Dari Kelangkaan Pupuk Sampai Derita
Guru Swasta Laporan Tahun Ketiga (2007) sebagai Anggota DPR RI Dapil Malang Raya.
Gadang-Malang.
Money, Yves dan Andrew Knapp. (1998) Government and Politics in Western Europe: Britain, France,
and Germany. 3rd ed. Oxford University Press, New York.
Montesquieu. (1914), L’Esprit des Lois, atau The Spirit of Laws. Trans. by Thomas Nugent tahun 1752.
Rev. by J.V. Prichard., G. Bell and Sons, Ltd., London.
Rousseau, Jean-Jacques.(1968), Du Contract Social, atau The Social Contract. Trans. by Maurice
Cranston., Penguin Books, London.
Tim Kajian Peningkatan Kinerja DPR RI. (2006), Reformasi Dewan Perwakilan Rakyat Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta.
’Ula, Mutaminul. (2007) Mengawal Penegakan Hukum., Pustaka Inovasi, Jakarta.
Chungong, Martin (Parliamentary Union). (2006), “Building Capacity for Democracy, Peace and
Social Progress.” Makalah pada The 6th International Conference of New or Restored Democracies
(ICNRD-6) Doha, Qatar 29 October-1 November 2006, diunduh dari www.icnrd6.com/papers/
Paper13_ICNRD-6.doc., 2 Agustus 2009.
Direktorat Politik, Komunikasi dan Informasi BAPPENAS. “Ringkasan Hasil Studi/Kajian Penyusunan
Indikator Demokrasi.”, diunduh dari http://74.125.153.132/search?q=cache:eGt OvlAc79];www.
bappenas.go.id/get-file-server/., 2 Agustus 2009.
“House of Representatives Constituent Electronic Mail System.”, diunduh dari http://www.
interesting-people.org/archives/interesting-people/199306/msg00039.html., 2 Agustus 2009.
Kurtz, Karl T. (1997) “Legislatures and Citizens: Communication Between Representatives and Their
Constituen”, December 1997, diunduh dari http://www.ncsl.org/?tabid+17668, 2 Agustus 2009.
“Member of Parliament Profile (Current) Justin Trudeau.”, diunduh dari http://webinfo.parl.gc.ca/
MembersOfParliament/ProfileMP.aspx?Key=128110&Language=E., 2 Agustus 2009.
Daftar Pustaka
National Democratic Institute. (2008), “Constituent Relations Manual: A Guide to Best Practices”,
diunduh dari http://www.ndi.org/node/14934.
_____. “Guidebook on Strengthening the Representative Capacity of Legislatures.”, diunduh dari
http://www.undp.org/gevernance/eventsites/legislaturetechniques2001/repcap2001.doc
, 2 Agustus 2009.
“Norman Lamb’s Constituency Office.”, diunduh dari http://www.normanlamb.libdems.org.uk/pages/
office.html., 2 Agustus 2009.
Ortiz, Larry P. et. al. (2004), “Legislative Casework: Where Policy and Practice Intersect.” Journal
of Sociology dan Social Welfare. Vol. 31, diunduh dari http://findarticles.com/p/articles/
mimoCYZ/15_2_31/ai_n6156813?, 2 Agustus 2009.
“Parliamentary Support Program”. (2007), Focus Group Discussion Kajian Mekanisme Tindak Lanjut
Surat Aspirasi dan Pengaduan Masyarakat ke DPR RI. Selasa, 14 Agustus 2007, Hotel Century Park,
Jakarta, diunduh dari www.parliamentproject.org/main.php?page=documents&getfile., 2 Agustus
2009.
Riffe, Daniel. “Communication Linkages Between Elected and Electorate: The Usefulness of News
Media for Constituent Contact.”, diunduh dari http://www.eric.ed.gov./ERICDocs/data/ericdocszsar/
content-storagea/0000019b/80/2758/C3.pdf., 2 Agustus 2009.
“The Legislature and Constituency Relations”, diunduh dari http://www.undp.org/governance/docs/
Parl-Pub-constrelat.htm., 2 Agustus 2009.
“The Online Office of Congressman Mac Thornberry-Constituent Services Home.”, diunduh dari http://
thornberry.house.gov/index.php?option=com_content&task=view&id=28&Item, 8 Agustus 2009.
C. Peraturan Perundang-undangan
_____. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. LN No. 13.
LN Tahun 2006.
_____. Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. LN No.
54 Daftar Pustaka
14. LN Tahun 2006.
_____. (2009), Undang Undang Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. UU No. 27 Tahun 2009.
_____. Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Keputusan DPR RI Nomor
08/DPR RI/I/2005-2006.
_____. (2004), Lampiran Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang Kode Etik
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Nomor 16/DPR RI/2004-2005. Tanggal 29
September 2004.