BACKGROUND REPORT
MUKTI ASIKIN
JULY 2001
Published by:
ADB Technical Assistance
SME Development
State Ministry for Cooperatives & SME
Jalan H.R. Rasuna Said Kav.3
Jakarta 12940
Tel: ++62 21 520 15 40
Fax: ++62 21 527 94 82
e-mail: management@adbtasme.or.id
ADB SME DEVELOPMENTTA
I. DAFTAR ISI
I. DAFTAR ISI.............................................................................................................. I
1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Kebijakan Publik ...................................................................................................... 1
1.2 Pemerintah dan DPR Sebagai Pemrakarsa ............................................................ 1
1.3 Partisipasi ................................................................................................................ 1
1.4 Justifikasi Studi ........................................................................................................ 2
3 STUDI ...................................................................................................................... 8
3.1 Studi di Tingkat Nasional ......................................................................................... 8
3.1.1 Pemetaan dan Analisis Stakeholder Terpilih.......................................................11
3.1.2 Evaluasi Tingkat Partisipasi Stakeholder ............................................................17
3.1.3 Proses Partisipasi Stakeholder: Perbandingan Tiga Kasus ................................19
3.2 Studi di Tingkat Daerah ......................................................................................... 19
3.3 Pemetaan dan Analisis Stakeholder ...................................................................... 19
3.3.1 Evaluasi Tingkat Partisipasi Stakeholder ...........................................................22
3.3.2 Evaluasi Tingkat Partisipasi Stakeholder di 3 Kota ............................................23
3.3.3 Stakeholder Tak Terwakili ...................................................................................24
3.3.4 Mekanisme Partisipasi ........................................................................................24
3.4 Temuan Lapangan................................................................................................. 25
I
ADB SME DEVELOPMENTTA
II
ADB SME DEVELOPMENTTA
III
ADB SME DEVELOPMENTTA
IV
ADB SME DEVELOPMENTTA
V
ADB SME DEVELOPMENTTA
Penulis Judul
Ahmad, Imam; et.al Directory NGOs in Indonesia, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta, 2001
Anonim Stakeholder participation in Andhra Pradesh Reform Process Draft
Terms of Reference for “Good Practice” paper. The World BankGroup.
Anonim Strategic Planning for Co-operatives and Small Medium Enterprises
Development, State Ministry of Co-op and SME, Jakarta 2000
Anonim ‘Key Concepts’, Africa Participation, The World Bank Group.
Anonim Laporan Pelaksanaan: Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal
Industri Kecil dan Dagang Kecil Tahun Anggaran 2000, Deperindag RI-
Ditjen IKDK, Jakarta, 2001
Anonim Pedoman Teknis: Pengembangan Usaha Mikro dan Usaha Kecil
Melalui Perkuatan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam
Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro dengan Pola Bantuan Dana
Bergulir, Kantor Menegkop dan UKM, Jakarta 2000
Anonim Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi
Sulawesi Selatan, Makasar 1999
Anonim Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta 2000
Anonim Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi,
Jawa Tengah, Semarang 2000
Anonim Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi
Sumatera Utara, Medan 1998
Anonim Proceeding: Kongres Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) 22-23
Oktober 1979 di Jakarta, API 1979
Anonim Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API)
Anonim Guidance Note on How to Do Stakeholder Analysis of Aid Projects and
Programmes, Social Development Department, Overseas Development
Administration
Anonim Regulation of the Government of the Republic of Indonesia Number: 44
of 1997 on Partnership, Departement of Cooperatives and Small
Business – Legal and Organization Bureau, Jakarta 1997
Hatta Rajasa, M Kebijakan Publik Dalam Kerangka Lembaga Negara, Jakarta 2000
Howlett, M dan M. Studying Public Policy: Policy Cycle and Policy Subsystems
Ramesh
Yayasan API Panduan Parlemen Indonesia, Jakarta, 2001
Yayasan FORMASI Kumpulan Hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT), Jakarta 1999
VI
ADB SME DEVELOPMENTTA
V. EXECUTIVE SUMMARY
Recommendations
¾ Associations as ‘umbrella’ organizations of stakeholders need to be encouraged to
focus on certain sectors; and for groups not yet represented relevant stakeholder
institutions need to be identified and their development needs to be facilitated.
VII
ADB SME DEVELOPMENTTA
Participatory Model
Stakeholder Mapping and Analysis
¾ Stakeholder mapping need to be done carefully. One may distinguish between two
types of stakeholders: primary stakeholders and secondary stakeholders; plus key
stakeholders who may significantly influence or play an important role in eventual
success or failure of an adopted policy.
¾ Most crucial in a stakeholder analysis is the correct assessment of each
stakeholder’s interests (the degree to which a policy issue matches the interests of
a decision maker), and the stakeholder’s influence on the decision making
process.
VIII
ADB SME DEVELOPMENTTA
Participation Mechanisms
Each participation level has its own approach. Two mechanisms are differentiated, namely
formal and informal mechanisms.
IX
ADB SME DEVELOPMENTTA
¾ Agenda Setting: the process in which problems are identified and brought to the
attention of the Government and the public
¾ Policy Formulation: the process in which policy options are formulated
¾ Decision Making: the process in which a particular course of action is adopted
¾ Policy Implementation: the process in which adopted policies are put into effect
¾ Evaluation: the process in which results of adopted policies are evaluated.
Agenda Setting
Policy
Formulation
Policy Steps
Decision
Making
Policy
Implementation
Evaluation
Note:
• Significant and influential stakeholders need to be involved in
collaboration in order to strengthen the ‘coalition team’, particularly in
X
ADB SME DEVELOPMENTTA
XI
ADB SME DEVELOPMENTTA
Rekomendasi
¾ Asosiasi sebagai lembaga yang mewadahi stakeholder sebaiknya didorong untuk
fokus pada sektor tertentu, dan untuk kelompok yang belum terwakili perlu
diidentifikasi dan difasilitasii tumbuhnya lembaga stakeholder tertentu tersebut.
XII
ADB SME DEVELOPMENTTA
XIII
ADB SME DEVELOPMENTTA
Mekanisme Partisipasi
Tiap derajat partisipasi memiliki partisipasi masing-masing yang dapat dibedakan menjadi
dua yakni mekanisme formal dan informal.
XIV
ADB SME DEVELOPMENTTA
Penetapan Agenda
Kebijakan
Formulasi Kebijakan
Penentuan Kebijakan
Siklus
Implementasi
Evaluasi
XV
ADB SME DEVELOPMENTTA
Catatan:
¾ Stakeholder yang berpengaruh dan signifikan perlu diajak dalam kolaborasi sebagai koalisi dukungan,
terutama dalam setting agenda, perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan implementasi.
¾ Stakeholder yang berpengaruh besar tapi signifikansinya rendah perlu dikelola dengan konsultasi dan
penyediaan informasi
XVI
ADB SME DEVELOPMENTTA
1 PENDAHULUAN
1.3 Partisipasi
Untuk melahirkan produk kebijakan yang berkualitas, maka dalam proses penyusunannya
harus memenuhi persyaratan adanya: akuntabilitas, partisipasi dan transparansi. Dalam
kaitan inilah maka partisipasi stakeholders, baik dalam tahap formulasi maupun
implementasi, memainkan peranan yang sangat penting. Peran serta stakeholder dapat
menjadi salah satu indikator adanya akuntabilitas, transparansi dan partisipasi.
Partisipasi merupakan proses keterlibatan stakeholders dalam mempengaruhi dan ikut
mengendalikan jalannya rangkaian penyusunan kebijakan yang berdampak kepadanya.
Karena itu tiap stakeholder akan memiliki tingkat keterlibatan yang berbeda-beda sesuai
dengan bobot yang dimilikinya. Bobot yang dimaksud adalah tingkat (kedekatan)
kepentingan stakeholder bersangkutan dengan pengambil keputusan dan kekuatan
pengaruhnya terhadap proses penyusunan kebijakan, yang akan diuraikan secara lebih
detail pada sub bab di bawah.
1
ADB SME DEVELOPMENTTA
2
ADB SME DEVELOPMENTTA
Pembentukan agenda adalah tahap ketika sebuah masalah dikenali dan dirumuskan
serta dibawa dari wilayah isu publik menjadi agenda publik secara formal dan menjadi
perhatian pemerintah
Formulasi kebijakan adalah tahap perumusan dan identifikasi berbagai pilihan atau
usulan solusi yang mungkin dipilih bagi penyelesian masalah
Pengambilan keputusan adalah tahap pemilihan salah satu solusi dan penetapannya
sebagai kebijakan
Implementasi kebijakan adalah tahap pelaksanaan pilihan solusi yang telah ditetapkan
Evaluasi adalah tahap untuk menilai efektiftivias, keberhasilan atau kegagalan, sebuah
kebijakan. Alat evaluasi termasuk jajak pendapat, judicial review, analisis kebijakan oleh
pihak ketiga, audit, dan sebagainya
2.2 Stakeholder
Stakeholder adalah semua pihak yang kepentingannya terpengaruh oleh dampak, baik
positif maupun negatif, yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan. Pihak yang terpengaruh
dampak ini dibedakan menjadi dua, yakni stakeholders primer dan sekunder; serta
stakeholder kunci2.
1
Model siklus kebijakan ini diadaptasi dari Howlett, M dan M. Ramesh. dalam Studying Public Policy: Policy
Cycle and Policy Subsystems.
2
Pembedaan tiga jenis stakeholders ini diadaptasi dari ‘Guidance Note on How to Do Stakeholder Analysis of Aid Projects
and Programmes, Social Development Department, Overseas Development Administration.
http://www.oneworld.org/euforic/gb/stake1.htm
3
ADB SME DEVELOPMENTTA
Signifikansi.
Tidak Signifikan
Kurang Signifikan
Signifikan
Sangat Signifikan
Pengaruh.
Tidak Berpengaruh
Kurang Berpengaruh
Berpengaruh
Sangat Berpengaruh
Berdasarkan pembobotan ini dapat dianalisis tingkat kebutuhan dan kecocokan bentuk
dan derajad partisipasi bagi tiap stakeholder. Uraian berikut menjelaskan beberapa
bentuk dan derajad partisipasi yang mungkin dilaksanakan.
3
Dua kriteria pembobotan stakholder ini diadaptasi dari ‘Guidance Note…’ Ibid.
4
Lihat Stakeholder participation in Andhra Pradesh Reform Process Draft Terms of Reference for “Good Practice” paper.
The World Bank Group. Http://www.worldbank.org/participation/IndiaAPTOR.htm/
4
ADB SME DEVELOPMENTTA
Sedang mekanisme masing-masing tingkat partisipasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi
dua yakni mekanisme formal dan informal. Pada tabel di bawah ini disebutkan beberapa
contoh mekanisme partisipasi tersebut.
5
Pemeringkatan partisipasi ini diadaptasi dari konsep yang dikembangkan Bank Dunia. Lihat ‘Key Concepts’, Africa
Participation, The World Bank Group. Http://www.worldbank.org/afr/particip/keycon.htm/
5
ADB SME DEVELOPMENTTA
Penetapan Agenda
Formulasi Kebijakan
Kebijakan
Penentuan Kebijakan
Implementasi
Siklus
Evaluasi
Catatan Penjelas:
• Stakeholder yang berpengaruh dan signifikan perlu diajak dalam kolaborasi sebagai
koalisi dukungan, terutama dalam setting agenda, perumusan kebijakan, pengambilan
keputusan, dan implementasi.
• Stakeholder yang berpengaruh besar tapi signifikansinya rendah perlu dikelola
dengan konsultasi dan penyediaan informasi
6
ADB SME DEVELOPMENTTA
Elemen berikut dari model partisipasi yang dikembangkan di sini, selain dua hal pokok ini,
adalah teridentifikasinya mekanisme partisipasi yang paling cocok bagi stakeholder
pada tahap tertentu penyusunan kebijakan.
Seting Agenda
Kebijakan
Formulasi
Kebijakan
Penentuan
kebijakan
Siklus
Implementasi
Evaluasi
7
ADB SME DEVELOPMENTTA
3 STUDI
Bagian ini menguraikan kegiatan studi lapangan baik di tingkat nasional maupun daerah.
Untuk melakukan analisis tentang tingkat partisipasi stakeholder dalam perumusan
kebijakan di tingkat nasional perlu dipilih beberapa kebijakan sebagai bahan studi kasus.
Agar memenuhi keragaman kebijakan, dari sisi proses formulasinya, maka dipilih 3 jenis
(tingkatan) kebijakan sebagai berikut:
UU Anti monopoli, mewakili kebijakan tingkat Undang Undang
PP Kemitraan, mewakili kebijakan tingkat Peraturan Pemerintah
Kepmenkop Dana Bergulir, mewakili kebijakan tingkat Keputusan Menteri
Sedangkan di tingkat daerah, sebagaimana telah disebutkan pada bagian Pendahuluan,
studi kasus dilakukan melalui forum FGD yang dihadiri berbagai stakeholder terkait.
Forum FGD ini mendekati masalah secara lebih umum melalui dua tahap, yakni pertama
mengevaluasi derajat partisipasi stakeholder yang telah berlangsung selama ini; dan
kedua membahas aspek-aspek dan masukan untuk meningkatkan derajat partisipasi
tersebut. Pendekatan secara umum ini dipilih karena dari studi awal tidak ditemukan
adanya suatu produk kebijakan daerah, terutama Perda, yang langsung berkaitan dengan
UKM dan yang disusun melalui proses yang partisipatif.
UU. No. 5 Th. 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
Yang ingin dikaji melalui produk undang-undang ini adalah tingkat partisipasi stakeholder
dalam proses penyusunannya. Undang-undang ini dihasilkan dari usul inisiatif yang
diajukan oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Selama 32 tahun, usulan RUU selalu
datang dari pemerintah. Baru untuk produk UU inilah, DPR menggunakan Hak
Inisiatifnya. Anggota DPR yang mengusulkan terdiri atas 34 orang dari 4 fraksi DPR.
Mereka adalah 5 orang ( Fraksi ABRI), 18 orang (Fraksi Karya Pembangunan), 8 orang
(Fraksi Partai Persatuan), dan 3 orang dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia.
Proses formulasi UU ini dinilai oleh banyak kalangan sebagai yang paling partisipatif.
Sejumlah seri lokakarya yang membahas rancangan UU ini diselenggarakan oleh
sejumlah LSM lokal, lembaga donor dari Jerman dan Amerika Serikat. Presiden Habibie
secara khusus meminta bantuan ahli hukum dari Jerman untuk membantu proses
penyusunan UU ini. Sosialisasi rancangan UU ini dan acara public hearing yang
diselenggarakan DPR cukup meluas. Hampir semua komponen stakeholder berpartisipasi
8
ADB SME DEVELOPMENTTA
aktif pada semua tahapanan penyusunan. Dari sisi pengelolaan dokumen proses juga
termasuk yang paling bagus.
Isu yang paling controversial adalah soal pengecualian (exemption) UU ini terhadap
usaha kecil dan koperasi. Pengecualian oleh banyak pihak dianggap sebagai kontradiksi
dengan tujuan penyusunan UU ini sendiri. Bahkan sejumlah pengusaha kecil pun
menyatakan ketidak setujuannya, karena monopoli yang dilakukan oleh koperasi atau
UKM pada gilirannya akan merugikan koperasi dan UKM lainnya, termasuk dalam arti
luas akan merugikan konsumen.
Berbeda dengan UU lainnya, pengesahan UU ini langsung diikuti dengan pembentukan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, yang dikuatkan dengan Keputusan Presiden No.
75/1999. Anggota Komisi ini dipilih oleh DPR dan diangkat oleh presiden. Walaupun
komisi ini memperoleh anggaran dari negara, akan tetapi bisa bekerja secara
independen. Bahkan, kini sedang diatur, agar komisi dapat memperoleh sumber
pembiayaan dari sebagian biaya denda dari pengusaha yang terbukti melakukan praktek
monopoli.
9
ADB SME DEVELOPMENTTA
dividen atas saham miliknya pada usaha besar tersebut. Akibatnya, sebagian besar wakil
stakeholder dalam penyusunan kebijakan ini, hanya mengirimkan staff-nya saja, yang
tentu saja, dalam banyak hal tidak cukup kompeten untuk memberikan sumbangan
pemikiran.
Walaupun pada tahap perumusan peraturan, prosesnya dilakukan secara transparan.
Sayangnya, pada tahap pengambilan keputusan, prosesnya dilakukan sangat eksklusif,
dan peran Kantor Sekretariat Negara terlalu dominan. Hasil rumusan yang dilakukan
secara partisipatif dan melibatkan stakeholder secara luas, banyak sekali yang
dihilangkan atau diubah tanpa banyak dikonsultasikan lagi dengan para stakeholder.
Penyusunan peraturan ini juga tidak melibatkan expert, karena alasan keterbatasan dana.
Pendokumentasian proses penyusunan PP ini juga sangat buruk. Semua pihak yang
diwawancara, atas dasar peranannya sebagai anggota tim perumus , tidak dapat
menunjukkan dimana dokumen proses penyusunan kebijakan ini disimpan. Tidak
sepotong pun dokumen yang merekam proses penyusunan kebijakan ini dapat
diketemukan kembali. Bahkan hasilnya (produk akhir) dari PP ini tidak diumumkan dalam
lembar negara, yang sesungguhnya merupakan keharusan.
Pada kenyataannya, PP ini hampir tidak ada manfaatnya sama sekali. Paling tidak diukur
dari respon stakeholder. Sebagian besar stakeholder menganggap PP ini tidak relevan
dengan kegiatan bisnis riil. Pada umumnya mereka berpendapat bahwa soal kemitraan
bisnis hendaknya dibiarkan berlangsung secara alamiah, tidak perlu diatur-atur.
Departemen perindustrian dan perdagangan sendiri, yang cukup aktif dalam memfasilitasi
kegiatan kemitraan, tidak pernah menggunakan PP ini sebagai pedoman.
Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM No. 18/KEP/ MENEG/
IX/2000
Kepmen ini lahir dari adanya kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi Bahan
Bakar Minyak (BBM), dengan cara menaikkan harga BBM, sehingga pemerintah mampu
menghemat dana Rp 800 milyar (dengan mengurangi subsidi dari Rp 44 trilyun menjadi
Rp 43,2 trilyun). Penghematan dana tersebut kemudian diredistribusikan ke kelompok
masyarakat lemah melalui Depdagri (Rp 200 milyar), Depkimpraswil (Rp 250 milyar), dan
Menegkop (Rp 350 milyar). Keputusan untuk melakukan redistribusi dana ini sempat
menimbulkan kontroversi di masyarakat, menyangkut kesiapan aparat pelaksana dan
kesesuaian sasaran masyarakatnya.
Keputusan Menegkop ini mengatur pemanfaatan sebagian dana BBM sebesar Rp 350
milyar, dalam bentuk program dana bergulir. Dana ini disalurkan melalui 2.925 Kelompok
atau Unit Simpan Pinjam KSP/USP dan 1.000 Lembaga Keuangan Mikro di 314
kabupaten/ kota. Masing-masing KSP memperoleh Rp 100 juta dan LKM Rp 50 juta.
Qua konsep, sebenarnya proses perumusan kebijakan ini direncanakan secara ideal.
Sejak awal Kantor Menegkop telah membentuk kelompok nara sumber dan tim pengarah
di tingkat pusat yang melibatkan stakeholder secara luas, antara lain: Kantor Menko
Perekonomian, Departemen dalam Negeri, Departemen Perindustrian, Kantor Meneg
Pemberdayaan Perempuan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Kantor Meneg
Transmigrasi, Bappenas, Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Sayang komposi stakeholder tersebut masih kurang ideal, terlalu banyak wakil dari
lembaga pemerintah. Sedangkan wakil dari lembaga non pemerintah selain sangat sedikit
(Dekopin dan MUI), juga kurang representative dan tidak cukup kompeten. Ini
menunjukkan bahwa kemampuan untuk memetakan dan memilih stakeholder yang ingin
dilibatkan dalam perumusan kebijakan, belum dimiliki oleh para pengambil keputusan.
Di tingkat daerah, keanggotaan dalam kelompok kerja melibatkan wakil stakeholder yang
lebih luas, antara lain wakil dari perguruan tinggi, tokoh masyarakat dan lembaga
10
ADB SME DEVELOPMENTTA
Temuan SMERU:
Hasil penelitian tim SMERU menunjukkan terjadinya kesenjangan antar daerah.
Contohnya di Kapuas, baik LKM maupun fasilitatornya kurang siap. Penyeragaman
plafond pinjaman juga tidak menjawab perbedaan besaran kebutuhan antar kelompok.
Ditemukan sejumlah penyimpangan, a.l: dipinjamkan ke pegawai negeri, digunakan
untuk kegiatan konsumtif, pemotongan honor fasilitator, koperasi yang sebelumnya
‘tidur” karena seleksi berlangsung lemah dapat pinjaman, karena tingkat bunga murah
dana disimpan ke bank, ada koperasi yang membuka pendaftaran anggota baru dengan
iuran Rp 1 juta diambilkan dari plafond pinjaman, hanya dikuasai oleh segelintir orang
pengurus koperasi. Yang menghawatirkan adalah, karena ada aturan setelah 3 tahun
akan dihibahkan, pengelola cenderung kurang hati-hati
11
ADB SME DEVELOPMENTTA
12
ADB SME DEVELOPMENTTA
Apalagi dengan komposisi perolehan suara, yang tidak memunculkan mayoritas mutlak,
maka kekuatan pemerintah sangat tergantung pada kemampuannya menggalang
dukungan (koalisi) dari beberapa partai. Dengan situasi ini, maka semua partai (anggota
DPR) memiliki “bargaining position” yang sangat besar. Dengan demikian, maka dalam
proses penyusunan kebijakan peran anggota partai di DPR menjadi sangat penting.
Karena tidak ada satu partai pun yang dapat mengambil keputusan sendirian.
Kepres No. 188/1998, khususnya ps 13 ayat 2, dan asal 17 ayat 1, tentang tata cara
mempersiapkan rancangan undang-undang, sebenarnya membuka peluang partisipasi
stakeholder dalam setiap perumusan kebijakan. Sayang tidak semua stakeholder
mengetahui hal ini, sehingga hubungan DPR dengan stakeholder lainnya menjadi sangat
tergantung pada inisiatif DPR.
Data anggota Komisi V (bidang: industri, perdagangan, koperasi, UKM, badan standar-
disasi, badan investasi) DPR RI tahun 1999-2004 memperlihatkan, bahwa sebagian besar
(65%)
K O M P O S IS I P A R T A I-P A R T A I D I P A R L E M E N
PPP
11 % G o lk ar
2 8%
Dekopin
DEKOPIN berdiri sejak tahun 1947, pada kongres koperasi I di Tasikmalaya, Jawa Barat,
12 Juli 1947. sebagai wadah gerakan dari berbagai jenis dan sektor koperasi di
Indonesia, baik pertanian, perikanan, kredit, pekerja, bank, konsumen, perumahan,
asuransi, dan pelayanan-pelayanan koperasi lainnya. Jumlah koperasi di Indonesia saat
ini adalah 69.769 koperasi, meliputi koperasi primer dan koperasi sekunder. Total anggota
koperasi diperkirakan 21.189.357 orang. DEKOPIN telah menjadi anggota International
Co-operative Alliance (ICA), dan ASEAN Co-operative Organization (ACO).
DEKOPIN memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi advokasi dan fungsi fasilitasi. Fungsi-
fingsi tersebut dijalankan oleh badan-badan yang ada di DEKOPIN. Visi dan Misi
DEKOPIN adalah menempatkan Koperasi sebagai badan usaha yang semakin berperan
dalam perekonomian nasional sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.
13
ADB SME DEVELOPMENTTA
LP3ES
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) adalah
Lembaga Swadaya Masyarakat yang dibentuk pada 19 Agustus 1971. Visi dan misi
lembaga ini adalah: mengembangkan, membina dan menyebarkan pengetahuan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat (khususnya yang berusia muda) mengenai
masalah-masalah pembangunan dan perubahan sosial dan ekonomi yang dihadapi
Indonesia. Memeperbaiki secara akurasi dengan cara yang penuh ambivalen dengan ke
Salah satu karya LP3ES adalah lahirnya Badan Perencanaan Pembanguan Daerah
(Bappeda) di seluruh Indonesia. Ide tentang Bappeda ini berasal dari rekomendasi
penelitian LP3ES. Berbagai pelatihan yang telah dilakukan, antara lain: metodologi
penelitian untuk kalangan mahasiswa, pers, radio, community organizers dan
development workers, pemimpin Lembaga Swadaya Masyarakat dan sebagainya.
14
ADB SME DEVELOPMENTTA
Sejak 1972, LP3ES menerbitkan jurnal-bulanan sosial dan ekonomi, Prisma, yang
menjadi bacaan kalangan akademisi, mahasiswa, pejabat-pejabat di pemerintahan,
tokoh-tokoh politik dan kelompok-kelompok strategis lainnya.
LP3ES pernah melakukan studi, dilanjutkan dengan pelatihan, dan pendampingan untuk
meningkatkan kinerja asosiasi bisnis. Bersama sejumlah pimpinan asosiasi bisnis,
lembaga ini melakukan advokasi ke DPR, instansi pemerintah, Kadin dan pers dengan
tujuan agar asosiasi bisnis lebih dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan. Sayang,
menurut pengakuan pimpinan LP3ES, kegiatan tersebut relatif kurang berhasil, karena
penguasaan LP3ES atas subtansi asosiasi bisnis kurang baik. Kegiatan ini kemudian
dihentikan, karena secara proyek dinyatakan telah selesai.
Partisipasi LP3ES dalam kegiatan penyusunan kebijakan sangat rendah. Bahkan, hasil-
hasil kegiatan “public polling”-nya, yang dilakukan melalui divisi CESDA (Centre for the
Study of development and Democracy), dan sebenarnya sangat baik untuk input
penyusunan kebijakan publik, kurang dikomunikasikan dengan baik.
JNP-UKM
Jaringan Nasional Pendukung Usaha Kecil Menengah disingkat JNP-UKM adalah
organisasi jaringan, yang beranggotakan beberapa lembaga, antara lain: AKATIGA,
Centre for Economic and Soocial Studies, Perkumpulan Untuk Kajian dan Pengembangan
Ekonomi Kerakyatan, Yayasan Untuk Pengembangan Perempuan Usaha Kecil
(YASPUK), Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), Perkumpulan
Untuk Pengembangan Usaha Kecil (PUPUK).
JNP UKM selama 3 tahun bekerjasama dengan Swisscontact dan The Asia Foundation,
telah menfasilitasi terbentuknya Forum Daerah (Forda) di 14 propinsi. JNP UKM telah
melakukan 3 kali penyelenggaraan konperensi nasional UKM (Konas).
Selain membantu pemikiran bagi pengembangan Forda, JNP-UKM juga menggalang
aliansi dengan 14 lembaga local (LSM, perguruan tinggi) di 14 propinsi, untuk melakukan
berbagai kajian dan dialog kebijakan dengan pemerintahan daerah, dengan tujuan untuk
memperbaiki berbagai kebijakan, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi di tingkat lokal.
Keunikan sekaligus kekuatan dari JNP-UKM adalah pada pengem-bangan konsep aliansi.
Baik aliansi antar organisasi pengembangan UKM maupun aliansi antar organisasi di
tingkat pusat dengan di daerah, serta aliansi antara organisasi pengembang UKM dengan
15
ADB SME DEVELOPMENTTA
asosiasi UKM itu sendiri. Cukup banyak support ide yang diberikan JNP-UKM kepada
asosiasi UKM yang berhasil diimplementasikan. Misalnya forum dialog UKM dengan
DPRD, dengan Pemerintah Daerah, dengan lembaga perbankan, antar sesama UKM,
dengan kelompok usaha skala besar, dll. telah berhasil membangun kerjasama bisnis dan
perbaikan sejumlah kebijakan di tingkat lokal.
Saat ini pimpinan JNP-UKM telah menyepakati untuk melakukan penguatan institusi,
dengan melakukan penataan organisasi dan keuangan organisasi. Antara lain dengan
program perluasan keanggotaan dan mewajibkan anggota untuk membayar iuran
16
ADB SME DEVELOPMENTTA
17
ADB SME DEVELOPMENTTA
Pentingnya stakeholder
Pengaruh Tidak Sedikit/tak cukup penting Sangat penting
stakeholder teridentifikasi penting
Tidak
teridentifikasi
Sedikit/tak AKATIGA,
berpengaruh LP3ES, IWAPI,
JNP-UKM DEKOPIN
cukup YLKI
berpengaruh
Sangat API DPR,
berpengaruh Depperindag,
Pentingnya stakeholder
Pengaruh Tidak Sedikit/tak cukup penting Sangat penting
stakeholder teridentifikasi penting
Tidak
teridentifikasi
Sedikit/tak AKATIGA,
berpengaruh LP3ES,
JNP-UKM
cukup YLKI IWAPI, API
berpengaruh DEKOPIN
Sangat DPR, Depperindag,
berpengaruh
Pentingnya stakeholder
Pengaruh Tidak Sedikit/tak cukup penting Sangat penting
stakeholder teridentifikasi penting
Tidak API, AKATIGA,
teridentifikas LP3ES,
i
JNP-UKM
Sedikit/tak IWAPI, Depperindag
berpengaruh DEKOPIN
Cukup YLKI DPR
berpengaruh
Sangat
berpengaruh
18
ADB SME DEVELOPMENTTA
19
ADB SME DEVELOPMENTTA
stakeholder primer pengembangan kebijakan sektor UKM adalah para pelaku atau
pengusaha kecil dan menengah yang terdiri atas enam kelompok:
Lembaga Perantara (Asosiasi)
LSM Pengembang UKM
Lembaga Keuangan
Perguruan Tinggi/lembaga penelitian terkait
Pers
Sektor Penyedia Jasa Swasta
IWAPI
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) merupakan wadah berhimpun pengusaha
wanita Indonesia, yang merupakan organisasi nasional, dengan cabang-cabang di
20
ADB SME DEVELOPMENTTA
daerah. Keanggotaan bersifat terbuka, dengan membayar iuran anggota dan sumbangan
sukarela. Baik di Semarang, Medan, maupun Makasar terdapat Iwapi daerah. Derajat
partisipasi Iwapi dalam penyusunan kebijakan daerah, di semua kota yang di studi, relatif
rendah. Wakil Iwapi menyatakan bahwa mereka biasanya diikutsertakan dalam proses ini
hanya sebatas pada tahap sosialisasi setelah kebijakan diputuskan. Di samping itu
tampak terlihat persoalan kompetensi yang relatif kurang memadai, meskipun dengan
nuansa berbeda pada tiap kota. Iwapi di Jawa Tengah, misalnya, lebih artikulatif
dibandingkan di Sumatra Utara.
KUKMI
Kukmi (Kerukunan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia) merupakan wadah berhimpun
pengusaha kecil dan menengah. Keanggotaan dan struktur institusinya mirip dengan
IIwapi, dari tingkat nasional sampai komisariat di tingkat kecamatan. Pendapat wakil
Kukmi dalam proses FGD terhadap derajat partisipasi penyusunan kebijakan pun sama
dengan wakil Iwapi yaitu sangat tidak optimal. Persoalan representasi juga masih
menjadi masalah karena pada mulanya Kukmi memiliki afiliasi, meskipun tidak langsung,
dengan birokrasi pemerintah dan Golongan Karya.
KADINDA
Kamar Dagang Indonesia (Kadin atau untuk daerah Kadinda) merupakan induk
organisasi perusahaan dan pengusaha di Indonesia. Keanggotaan Kadin mencakup baik
sektor swasta maupun BUMN, serta Koperasi; dan gabungan perorangan maupun badan
hukum atau persekutuan usaha. Berbeda dari Iwapi atau Kukmi keberadaan Kadin
dipayungi oleh undang-undang, yaitu UU No 1/1987 tentang Kamar Dagang Indonesia.
Sebagai sebuah organisasi yang diatur langsung dengan undang-undang Kadin dinilai
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses penyusunan kebijakan di Indonesia.
Tetapi tidak berarti bawah Kadin telah mewakili semua aspirasi pengusaha. Para peserta
lokakarya di Semarang, Medan dan Makasar pun melihat posisi Kadin dalam konteks
pengembangan UKM secara ambigu; di satu sisi berpotensi positif, misalnya, dalam
pengembangan kemitraan, tetapi juga dapat mengancam dalam persaingan yang tidak
setara antara usaha kecil dan besar.
FORDA
FORDA atau Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah merupakan wadah berhimpun
pengusaha kecil dan menengah. Tetapi berbeda dengan KUKMI, yang memiliki afiliasi
kuat dengan pemerintahan orde baru, organisasi ini sangat independen. FORDA yang
masih berusia muda, berdiri 3 tahun yang lalu, baru terbentuk di 14 propinsi. Di masing-
masing propinsi pun, khususnya di Semarang, Medan dan Makasar jumlah anggota
FORDA masih kecil.
Proses pembentukannya sangat unik. Karena diinisiasi oleh aliansi jaringan organisasi
pengembangan UKM (LSM, perguruan tinggi, dan lembaga donor). Aliansi FORDA
dengan berbagai organisasi secara intensif tersebut membuat FORDA bisa melakukan
kegiatan advokasi secara efektif.
Keanggotaan dan struktur institusi FORDA masih dalam proses mencari bentuk. Masing-
masing daerah berbeda. Walaupun belum cukup dikenal, dan masih rendah tingkat
partisipasinya dalam penyusunan kebijakan. Tetapi, dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi kebijakan efektifitas FORDA mulai tumbuh. Persoalan representasi juga masih
menjadi masalah karena keanggotaan FORDA belum bersifat sektoral.
LSM
LSM dinilai memiliki kepentingan dan pengaruh yang juga sedang. Perlu dicatat di sini
dalam mengidentifikasi LSM sangat penting untuk memperhatikan kedekatan dan
21
ADB SME DEVELOPMENTTA
relevansi visi dan misi LSM bersangkutan dengan isu atau masalah teknis yang tengah
coba diatasi melalui proses penyusunan kebijakan tertentu tersebut. Hal ini untuk
menghindari masalah keterwakilan dan kompetensi teknis sebagaimana dibahas
sebelumnya. Sebagaimana tercermin dari studi kasus di tiga kota jenis LSM akan
bervariasi, dan dengan dinamika yang berbeda pula. Di Semarang derajat partisipasi LSM
tampak lebih maju dibanding di Medan dan Makasar. Tetapi dari keragamannya dan
jumlahnya di Makasar dan Medan lebih banyak di banding Semarang.
22
ADB SME DEVELOPMENTTA
masalah penyusunan kebijakan publik. Perhatian lembaga perantara ini umumnya adalah
pada isu-isu teknis, terutama masalah finansial, teknologi produksi, dan pemasaran.
Sejak masa reformasi peluang dan wacana tentang peran serta masyarakat tampak
makin besar. Hal ini terutama dikaitkan dengan isu desentralisasi dan otonomi daerah.
Tetapi bagi kebanyakan stakeholder, terutama yang berasal dari instansi pemerintah,
masalah ini masih kabur karena belum jelasnya cakupan dan batas-batas kewenangan
lembaga pemerintah terkait.
Pada tingkat DPRD tata tertib yang dimiliki umumnya dirasakan telah memberikan
panduan bagi perlunya menyelenggarakan proses partisipatif. Tetapi tata tertib tersebut
dirasakan merupakan dokumen yang terlalu umum dan hanya memberikan mandat, tetapi
tidak memadai sebagai panduan teknis tentang tata cara dan prosedur penyelenggaraan
proses partisipatif. Masalah legalitas formal inin akan dibahas lebih lanjut pada sub bab
tersendiri.
23
ADB SME DEVELOPMENTTA
tidak memadai sebagai panduan teknis tentang tata cara dan prosedur penyelenggaraan
proses partisipatif. Masalah legalitas formal inin akan dibahas lebih lanjut pada sub bab
tersendiri.
Keuangan
Penentuan UKM Asosiasi
kebijakan Sektoral
Siklus
Implementasi -Penyedia
Jasa
Lembaga
- Asosiasi Keuangan
Sektoral
Evaluasi - Pers
- PT
- Kadin
24
ADB SME DEVELOPMENTTA
25
ADB SME DEVELOPMENTTA
14) Masih sangat sedikit lembaga stakeholder yang “concern” dan secara sistemik
(terprogram) berpartisipasi pada kegiatan perumusan kebijakan. Pada umumnya
lembaga stakeholder lebih menekuni program kegiatan teknis.
15) Rendahnya partisipasi sebagian besar organisasi stakeholder non pemerintah, karena
mereka mengalami masalah dalam pembiayaan organisasnya. Dengan demikian,
mereka lebih memilih mengerjakan kegiatan yang telah didanai pihak luar.
16) Kerjasama antar instansi pemerintah lemah. Pada proses penyusunan kebijakan,
sebagian besar wakil instansi pemerintah selalu dilibatkan. Tetapi, pada
kenyataannya, sebagian besar wakil dari instansi yang kompeten, lebih suka
melimpahkannya pada pejabat yang lebih rendah.
17) Kegiatan penyusunan kebijakan masih dianggap bersifat “sukarela”, karena sering
tidak didukung oleh pembiayaan yang memadai. Karenanya, banyak pimpinan
stakeholder yang tidak berpartisipasi dan mewakilkan kepada staffnya atau bahkan
tidak berpartisipasi sama sekali.
18) Dasar hukum yang tersedia masih kurang memadai untuk bisa mendorong tumbuhnya
partisipasi stakeholder. Pasal yang mengatur tentang pentingnya partisipasi
stakeholder dimulai dengan kata “dapat” melibatkan stakeholder. Semestinya harus
diubah dengan kata poembuka “harus” melibatkan stakeholder.
19) Organisasi konsumen mempunyai legitimasi kuat dan cukup efektif sebagai media
untuk mensuarakan kepentingan stakeholder. Pada beberapa kasus penyusunan
kebijakan, suara organisasi konsumen sangat didengar.
20) Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka perumusan kebijakan dimasa
mendatang lebih banyak terjadi di tingkat daerah. Karena itu, penguatan peran serta
stakeholder harus diprioritaskan pada lembaga stakeholder di daerah.
21) Sistim pengarsipan dokumen mengenai proses penyusunan kebijakan dan partisipasi
stakeholder pada umumnya sangat buruk.
26
ADB SME DEVELOPMENTTA
4 LEGALITAS FORMAL
Legalitas formal merupakan prasyarat penting yang diperlukan bagi keabsahan proses-
proses partisipasi. Tanpa legalitas formal maka pendapat, pikiran, dan berbagai masukan
stakeholder dalam proses tersebut tidak akan memiliki legitimasi politis hingga
pemrakarsa mengadopsinya sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Legalitas
formal semacam ini diperlukan pada semua tingkat pengambilan keputusan.
Dalam hirarki hukum ketatanegaraan di Indonesia instrumen kebijakan operasional
tertinggi adalah undang-undang. Pemrakarsa perancangan undang-undang tersebut bisa
pihak eksekutif (pemerintah) maupun legislatif (DPR). Secara normatif dalam setiap
proses penyusunan rancangan undang-undang, baik yang diprakarsai oleh pemerintah
maupun DPR, diperlukan dilakukannya proses konsultasi stakholder. Keppres 188 tahun
1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang mengenal
istilah “forum konsultasi” yang tidak saja diselenggarakan di antara pejabat dan ahli dari
lembaga pemrakarsa, tetapi juga para ahli dari perguruan tinggi dan organisasi sosial,
politik, profesi dan kemasyarakatan lainnya (Pasal 4 ayat 1 dan 3 Keppres 188/1998).
Selanjutnya disebutkan proses konsultasi itu dapat diselenggarakan pada tiap tahapan
penyusunan rancangan undang-undang, mulai dari tahap penyusunan naskah akademik
sampai rumusan yang siap diajukan kepada DPR. Masalah ini diatur dalam Bab III
tentang Konsultasi Rancangan Undang Undang (khususnya Pasal 13 dan Pasal 17
Keppres 188/1998).
Sejalan dengan mekanisme di atas hal serupa diatur dalam proses perancangan undang-
undang yang dilakukan oleh legislatif (DPR). Tata Tertib DPR RI mengatur sejumlah
rapat dan kepanitiaan yang memberikan kesempatan kepada stakeholder dari
masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan. Kata konsultasi juga
dengan jelas dipakai oleh DPR.
Pada Pasal 4 tentang Tugas dan Wewenang DPR, ayat (1) f dengan jelas dikatakan:
DPR mempunyai tugas dan wewenang: menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan
pengaduan masyarakat
Selanjutnya pada ayat 2, disebutkan:
(2) Untuk kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya, DPR dapat:
mengadakan konsultasi dan kordinasi dengan Lembaga Tinggi Negara Lainnya; dan
meminta pekabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat untuk memberikan
keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan negara, bangsa,
pemerintahan, dan pembangunan
Berdasarkan Tata Tertib DPR-RI No. 16/DPR RI/1999-2000 pasal 37 ayat (2) point d,
tugas Komisi adalah menampung dan menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat, termasuk surat-surat masuk, mengenai hal yang terkait dengan ruang
lingkup tugasnya. Dalam pasal 139 Tatib DPR juga dinyatakan: (1) DPR menampung dan
menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat tentang suatu permasalahan yang
berada dalam ruang lingkup tugas dan wewenang DPR; (2) ….DPR menerima
penyampaian dan pengaduan masyarakat secara langsung dan/atau melalui surat.
Demikian pula, menurut Pasal 140 ayat (1) diatur, masyarakat yang datang secara
langsung ke DPR untuk menyampaikan aspirasi dan/atau pengaduan diterima dan
disalurkan oleh Sekretariat Jenderal ke Komisi yang membidanginya dan/atau Fraksi-
fraksi. Sementara, dalam ayat (2) diatur, dalam menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat, Komisi melaksanakan ketentuan sebagimana diatur dalam Pasal 37 ayat (4)
dan (5), Sedangkan fraksi dapat mengambil langkah-langkah sesuai dengan kebijakan
masing-masing.
27
ADB SME DEVELOPMENTTA
6
Rumusan mengenai kewajiban DPRD ini dituliskan secara bervariasi pada tiap Tata Tertib DPRD teapi mengandung isi
yang sama
28
ADB SME DEVELOPMENTTA
29
ADB SME DEVELOPMENTTA
30
ADB SME DEVELOPMENTTA
LAMPIRAN
Lampiran 1:
A. Pemerintah
1 Menteri Kehakiman
2 Menteri Negara Koperasi dan UKM
3 Menteri Keuangan
4 Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
5 Menteri Perhubungan
5. Menteri Pertanian
6. Menteri Kehutanan
7. Menteri Perindustrian dan Perdagangan
8. Menteri Kelautan dan Perikanan
9. Menteri Pendidikan Nasional
10. Menteri Negara Pemukiman dan Prasarana Wilayah
11. Menteri Negara Riset dan Teknologi
12. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
14. Menteri BUMN
C. Asosiasi
1. Asosiasi Pengelola Wartel Indonesia (APWI)
2. Asosiasi Industri Permeubelan Indonesia (ASMINDO)
3. Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI)
4. Asosiasi Perlebahan Indonesia
5. Asosiasi Produsen Garam Konsumsi Beryodium (APROGAROB
6. Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (ASAKI)
7. Asosiasi Bank Perkreditan Rakyat (AS-BPR)
8. Kerukunan Usahawan Kecil dan Menengah (Kukmi)
9. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI)
10. Asosiasi Eksportir Minyak Atsiri Indonesia
11. Asosiasi Eksportir Perkulitan Indonesia (AEPI)
12. Asosiasi Elektro Plating Indonesia (AEPI)
1
ADB SME DEVELOPMENTTA
2
ADB SME DEVELOPMENTTA
3
ADB SME DEVELOPMENTTA
D. Organisasi Konsumen
1. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
2. Yayasan Konsumen Hijau Indonesia
3. Yayasan Untuk Kepedulian Konsumen Anak
4. Yayasan Konsumen Surabaya
5. Yayasan Bina Konsumen Indonesia
6. Yayasan Lembaga Advokasi Konsumen Surabaya
7. Lembaga Konsumen Indonesia Sumatera Utara
8. Lembaga Perlindungan Konsumen Palembang
9. Bina Konsumen Kalimantan Barat
10. Yayasan Lembaga Konsumen Banjarmasin
11. Yayasan Perlindungan Palangkaraya
12. Yayasan Lembaga Konsumen Lampung
4
ADB SME DEVELOPMENTTA
5
ADB SME DEVELOPMENTTA
-sekarang
Mnageing Director Mentaya Jaya Supier and Trading, 1994
-sekarang
Managing Director Mentaya Jaya Post, 1994-sekarang
6.
Nama : M. Hussein Naro, H.
Pend. Terakhir : Fakultas Ekonomi Jayabaya, Jakarta
Pengalaman Kerja : Presiden Direktur PT. Indosimex
Direktur PT. Patria Baktri Mulia
Penasehat Menlu RI Sidang Umum PBB, New York, 1988
Pendiri PT. Corkindo, Stasiun TV Gunung Kidul, Yogyakarta, 1991
7.
Nama : Mawardi Abdullah, S.E.
Pend. Terakhir : STIE IPWI, 1999
Pengalaman Kerja : Lembaga Studi Pembangunan, 1983-1989
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Assyafi’iyayh, 1984
-1999
Dosen STIE Kusuma Negara, 1995-1997
Direktur PT. IndonoasiaTata Forma Consultant, 1997-1999
Manajer Eksekutif Inkido, Jakarta 1997-1999
8.
Nama : Agnita Singedekane Irsal, Ir.
Pend. Terakhir : Teknik Industri ITB, Bandung, 1972-1982
Pengalaman Kerja : Pemilik/DirekturPT. Perca
Pemilik/DirekturPT.Air Agung Putra
Pemilik/DirekturPT. Wara Anugraha
Pemilik/DirekturPT. Rakyan Putra
Pemilik/DirekturPT. Bumi Kanaka
Pemilik/DirekturPT. Tanah Mas
9.
Nama : Anang Agung Sagung Hartini
Pend. Terakhir : SLTA Saraswati, Denpasar, 1962-1965
Pengalaman Kerja : Pemilik Penginapan Sari Gunung, Bali, 1976-sekarang
Pemilik Usaha Photo Copy “Prima”, Bali, 1996-sekarang
Pemilik Apotik “Aswin”, Bali, 1998-sekarang
10
Nama : Gunawan Wirosaroyo, M.B.A.
6
ADB SME DEVELOPMENTTA
Pend. Terakhir :-
Pengalaman Kerja : Pemasok Kontraktor, 1982-1996
Petani, 1996-sekarang
11
Nama : Gusti Basan Burnia
Pend. Terakhir : SMAN, Tanjung Enim, 1962
Pengalaman Kerja : Direksi PT. Tjiriadharma, Jakarata, 1970-1999
12
Nama : Imama Soeroso
Pend. Terakhir : IKIP EC Negeri, Surabaya, 1964-1968
Pengalaman Kerja : Agen Harian Berita Indonesia, Surabaya, 1958-1965
: Pegawai Sipil AL, Surabaya, Jawa Timur, 1961-1971
: Pemilik Dagang/Toko, Wonokusumo, Surabaya, 1972-sekarang
13
Nama : Iramadi Lubis, H
Pend. Terakhir : Akademi Perbanas, Medan, 1971-1974
Pengalaman Kerja : Sales Manager Asistent PT. Moon Lion Group, 1976-1981
Personnel Manager PT. Karindo Group, 1981-1987
General Manager PT. Tae Hwa Indonesia, Tangerang, 1987-1993
Direktur PT. Pratama Abadi Industri, Tangerang, 1989-1997
14
Nama : Lukas Karl Degey, Drs.
Pend. Terakhir : Ikip Sanata Dharama, Yogyakarta, 1979-1985
Pengalaman Kerja : Guru SD YPPK, Wamena, 1975-1976
Redaksi Pelaksana Wartawan Sarjana Kesehatan Masyarakat
Tifa, Irian Jaya, 1987-1992
Ketua Komisi Staf Kantor Keuskupan, Jayapura, 1987-1997
Dosen IPI, Jayapura, Irian Jaya, 1987-1998
Dosen STFT Fajar Timur Abepura,Jayapura, 1987=1998
Karyawan PT. Freeport Indonesia, 1998-1999
15
Nama : Marsudi Fandinegara, Drs.
Pend. Terakhir : Unbraw, Malang, 1963-1964
Pengalaman Kerja : Guru SD Kabupaten Tuban, 1957-1958
Guru SMP Semeru Garotan/Wasar, Malang, 1975-1978
Tani, sekarang
Pembibitan Jati, Wajak, Malang
7
ADB SME DEVELOPMENTTA
16
Nama : Mindo Sianipar, Ir.
Pend. Terakhir : Fakultas Teknik ITB, Bandung, 1973-1980
Pengalaman Kerja : PT. Fisku Banyu Indah, Niaga Ikan Mas
Asisten Direksi PT. Karya Nusantara/BUMN Niaga, Jakarata,
1982-1984
Koordinatir Cabang PT. Sigma Utama/BUMN Industri Cat, Jakarta,
1984-1986
Direktur PT. Kinerja Indocarbon Aktif, 1987-1997
17
Nama : Mishal Yofthie Suud, S.H.
Pend. Terakhir : Fakultas Hukum Universitas Profesor Hazairin, Bengkulu, 1990
-1994
Pengalaman Kerja : Direktur Keuangan PT. Bengkulu Abadi Raya, Bengkulu, 1991
Direktur Keuangan PT. Beringin Bengkulu Makmur, Bengkulu,
1991
Pemilik Mishal Yofthie, S.H. and Lawyer GroupOffice, 1995
-sekarang
Direktur CV. Cipta Persada, 1997-sekarang
Direktur CV. Cipta Mandir, 1997-sekarang
18
Nama : Rekso Syarif Hidayatullah Sastoro, H. S.E.
Pend. Terakhir : Fakultas Ekonomi
Pengalaman Kerja : DirekTur PT. Juliana Jaya
Direktur SPBU 44-0342, Banjar Anyar, Tegal
Direktur Pondok Guci Indah, Obyak Wisata Guci, Tegal
19
Nama : Subagyo Anam, H., Drs.
Pend. Terakhir : Bachelor of Art University of Wales, Inggris, 1957-1961
Pengalaman Kerja : Anggota TNI Brigade 17 Tentara Pelajar, 1947-1952
Karo Biro Penerangan Departemen Transmigrasi Koprasi dan
Pembangaunan
Masyarakat Desa, 1961-1966
Dosen Akademi Koperasi, 1962-1966
Ketua Presidium Askademi Koperasi, 1965-1966
Wartawan Media Massa, Jakarta, 19066-1972
Direktur PT. Bahana Utama Line, Jakarta, 1972-1983
8
ADB SME DEVELOPMENTTA
9
ADB SME DEVELOPMENTTA
10
ADB SME DEVELOPMENTTA
29
Nama : Djelantik Mokodomit, Drs.
Pend. Terakhir : Stikom
Pengalaman Kerja : Pegawai Negeri Sipil Departemen Koperasi, 1982-1995
Karyawan/Manager KUD, 1984-1987
Ketua KUD, 1997-2003
30
Nama : GBPH Joyokusumo, H.
Pend. Terakhir : Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta
Pengalaman Kerja : Komisaris Utama PT. Ayu Joyo Group, 1987
Komisaris Utama PT. Supratik Suryamas, 1988
Komisaris PT. Catur Widya Tama, 1989
Pusat Informasi dan Pendaftaran Umroh/Haji ONH Plus
Yogyakarta, 1990
31
Nama : Gunarijah Ratna Mirah Kastasasmita, Hj., Ph.D.
Pend. Terakhir : PacificWestern University, Los Angeles, USA, 1997
Pengalaman Kerja : Direktur PT. Dharma Pratama Sejati, 1995
Persiden Direktur PT. Ratna Wisnu Kencana, 1996
Direktur PT. Sukaratu Karya Mandiri, 1996
Komisaris PT. Bukaka Teknik Utama, 1997
Presiden Direktur PT. Kaferoti Kencana, 1997
Komisaris PT. Dasamatra Warga Jaya, Jakarta, 1999
31
Nama : Hasanudin Muchdar, H., S.H.
Pend. Terakhir : Spesialis Pendidikan Notaris dan Pertanahan, Jakarta, 1993-1996
Pengalaman Kerja : Dosen Universitas Muhammadiyah, Jakarta, 1986-1990
Direktur CV. Titian Kencana, Jakarta, 1988-1993
32
Nama : Marzuki Ahmad, H., S.H.
Pend. Terakhir : Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1961-1966
Pengalaman Kerja : Pengacara LBH Kosgoro, Jakarta, 1968-1991
33
Nama : Muhammad Azwir Dainy Tara, H., Drs.
Pend. Terakhir : Fakultas Administrasi Niaga Untag, Jakarta, 1965-1972
Pengalaman Kerja : Direktur Utama PT. Sumajaya, Jakarta, 1972-1998
11
ADB SME DEVELOPMENTTA
12
ADB SME DEVELOPMENTTA
13
ADB SME DEVELOPMENTTA
43
Nama : Surya Dharma Ali. H., Drs.
Pend. Terakhir :-
Pengalaman Kerja : Electronic Data Processing Hero Geoup, Jakarta
Redaktur Majalah Islamika IAIN, Jakarta, 1981-1983
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN, Jakarta, 1983-1984
Direktur Utama PT. Hijau Intan Perdana, Jakarta, 1984-1985
Manager of Training and Development Departemen Hero Group,
Jakarta.
Deputi Direktur PT. Hero Supermarket Tbk. Jakarta, 1998
-sekarang
44
Nama : Syafri Zuman, KH.
Pend. Terakhir : Fakultas Hukum Untag, 1978
Pengalaman Kerja : Ketua Pemerintahan Negeri, Lampung
Kepala Penghulu Depag
Kepala Tsanawiyah dan Aliyah Ponpes NU, Talang Padang, 1964
-1974
Kepala Bagian Tata Usaha RS. Bersalin NU, Talang padamg,
1965-1967
45
Nama : Achmad Sjatari, KH.
Pend. Terakhir : Fakultas Ekonomi UI Lembaga Manajemen, Jakarta, 1990
Pengalaman Kerja : Penyiar Radio UIC Jakarta, 1975-1976
Kepsek SD dan SMP YAKPI, Tomang, Jakarta Barat, 1976-1978
Wartawan danPenulis Lepas Media Massa, 1977-1986
Wakil Pimpinan Redaksi Majalah Bulanan Alam Islami, 1979
-sekarang
Ketua Badan Pendiri/Pengurus LPPKII, Jakarta, 1979-sekarang
Dosen Asean Prees Institute, 1981-1984
Kepsek SMA /Aliyah Ar Rasyidiyah, Cipinang, JakartaTimur, 1982
-1984
Sekretaris Yayasan Harapan Ibu, 1983-1994
Direktur PT. Moya Zamzami Utama, 1987-1998
46
Nama : Achmad Farhan Hamid, H., Dr., M.S.
Pend. Terakhir : Post Graduate School University Sains Malaysia, 1994
14
ADB SME DEVELOPMENTTA
Pengalaman Kerja : Ketua Jurusan Ilmu Kedokteran Dasar Universitas Syiah Kuala,
Aceh
Dosen F. Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Aceh,
1981-1984
Kepala Laboratorium Farmkologi Universitas Syiah Kuala, Aceh,
1984-1990
Kepala Litbang Kesehatan Unsyiah, Aceh, 1986-1991
47
Nama : Afni Ahmad, Ir.
Pend. Terakhir : STTN, Jakarta, 1984
Pengalaman Kerja : Manageng Director PT. Citra Panangtara, Jakarta
Direktur Utama Devisi Pembangunan Perumahan Inkopkar
Dosen dan PD III ISTN, Jakarta, 1984-1999
Sekretaris Tim Pembangunan Perumahan Karyawan Seluruh
Indonesia
48
Nama : Alvin Lie Ling Piao, M. Sc.
Pend. Terakhir : International Marketing, Strathclyde University, Skotlandia, 1997
Pengalaman Kerja : Staf. PT. Sarana Sehat
Direktur PT. Alegori Semarang
Direktur PT. Trans Pacific Tradings, Semarang
Instruktur Utama Antakusuma Power Gilding, Semarang
Dosen Senior Luar Biasa Undip, Semarang
Managing Partner On Pub, Semarang, 1993
49
Nama : St. Ambia B. Boestam, H., Drs.
Pend. Terakhir : Fakultas Hukum (Ext) UI, Jakarta
Pengalaman Kerja : Kepala Perwakilan/Cabang PT. First Marina Maining, 1989-1993
Personal Mannajer PT. Arkon Prima Indonesia, 1993-1994
Personal Manajer PT. Kiani Kertas, 1994-sekarang
Personal dan GA Manajer PT. Kiani Kertas, 1997-1998
Wiraswasta, 1998-sekaerang
50
Nama : Abdul Rachman Gaffar, S.H., Mayjen TNI.
Pend. Terakhir :-
Pengalaman Kerja :-
51
15
ADB SME DEVELOPMENTTA
Nama : Amri Nur Kamal Tanudjiwa, HR., Drs., SH., M.Sc., MBA.
Pend. Terakhir : Marketing Management, American World University, USA, 1996
Pengalaman Kerja : Komandan Pelton/Danki Batalyon 642, Kalimantan Barat, 1972
-1976
Danki Batalyon 643, Kalimantan Barat, 1976-1978
Kansintel Kodim, Sambas, 1079-1980
Karopampers Pusbangter, 1982-1984
Kasipam Pusdikter, 1984-1988
Wadanyon Batalyon 315, Bogor, 1988-1989
Danyo Batalyon 315, Bogor, 1989-1990
Kasintel Korem 012., Banda Aceh, 1991-1992
Komandan Kodim 1102, Aceh Utara, 1993-1993
Kasrem Korem 012, Banda Aceh, 1993-1995
Aster Kodam I Bukit Barisan, Medan ,1995-1997
Danrem Korem 064, Banten, 1995-1997
Kasdam 7 Wirabuana, Makasar, 1997-1998
Wadana Kodiklat TNI AL, Bandung, 1998-2000
Nama : Christin Maria Rantetana, SKM, MPH, Kol. (Laut)
Pend. Terakhir : Tulane University, New Orleans, USA, 1991
Pengalaman Kerja : Kepala Biro Perawatan, Tanjung Pinang, 1979-1982
Perwira Operasi Sekolah Kesehatan TNI AL, Surabaya, 1982
-1985
Operwira Staf Dit. Kes. Mabes TNI AL, Jakarta, 1987-1989
Komandan Kesatrian Kowal, Jakarta, 1992-1995
Direktur Sekolah Kesehatan TNI AL, Jakarta, 1995-1996
Perwira Staf Personel Pangkalan Utama TNI AL, Jayapuira, 1996
-1997
52
Nama : I Nyoman Tamu Aryasa, M.M., Marsada TNI.
Pend. Terakhir : Magister Manajemen, Yogyakarta, 1992-1994
Pengalaman Kerja : Komandan TNI AU Skadron 102, Yogyakarta, 1985-1987
Komandan TNI AU Lanud, Surabaya, 1988-1990
Komandan TNI AU Wing Taruna, Yogyakarta, 1990-1992
Direktur Operasi AAU Lanud Adi Sucipto, Yogya, 992-1994
Wakil Gubernur Akademi AU, Yogyakarta, 1995-1997
Perwira TINGGI Staf Ahli Kepala Staf AU Mabes TNI, Jakarta,
1997-1998
16
ADB SME DEVELOPMENTTA
Aceh
1. Bakti Sosial Pembangunan Desa
2. Forum Studi Kependudukan Dan Lingkungan Hidup
3. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Masarakat Aceh (LPPM-Aceh)
4. Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Hidup (LPSELH)
5. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LP2SM)
6. Yayasan Abdi Masyarakat (YAM)
7. Yayasan Biduk Alam (YBA)
8. Yayasan Citra Desa Indonesia (CDI)
9. Yayasan Flower Aceh (FA)
10. Yayasan Haikal
11. Yayasan Karya Bersama (YASMA)
12. Yayasan Pembina Masyarakat Desa (YADESA)
13. Yayasan Pemerhati Sisoal Indonesia (YPSI)
14. Yayasan Sinar Desa (YASINDO)
15. Teratai
Suamtera Utara
1. Yayasan Bina Karya Desa (BINA KARSA)
2. Yayasan Bina Ketrampilan Pedesaan (BITRA Indonesia)
3. Yayasan Pijer Podi (YAPIDI)
Riau
1. Lembaga Kajian Pembangunan Daerah (LKPD)
2. LembagaPemberdayaan Masyarakat
3. ANOA
4. Yayasan Mitra Insani (YMI)
5. Yayasan Pengembangan Masyarakat Madani (Yayasan PERAN)
6. Yayasan Pengembangan Masyarakat Riau (YPMR)
7. Yayasan Riau Mandiri (YRM)
Jambi
1. Yayasan Pengembangan Masyarakat Transigrasi (YP-MATRA)
2. Yayasan Permata Insan Indonesia (YAPINA)
17
ADB SME DEVELOPMENTTA
Sumatera Barat
1. Galeri Seni Arbysamah
2. Institut Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (IPPM)
3. Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Pusat Pengkajian Pengembangan Sumber Daya (P3SD)
5. Yayasan Citra ,Mandiri Mentawai (YCM)
6. Yayasan Kabisat
Bengkulu
1. Gemini
2. Yayaan Bunga Bhakti Bengkulu (YYBB)
3. Yayasan Duta Bhakti Makmur (DBM)
4. Yayasan Ibu dan Anak Sejahtera
Sumatera Selatan
1. Forum Informasi Studi Pembangunan Masyarakat (FISPEM)
2. Lembaga Indonesia Sejahtera (LIS)
3. Lembaga Pengembangan Pedesaaan (LPP)
4. Pengembangan Masyarakat Madani (PM2)
5. Yayasan Bumi Sriwijaya (WBS)
6. Yayasan Bina Vitalis
7. Yayasan Kesejahteran Masyarakat Desa (KEMASDA)
8. Yayasan Mitra Pembangunan Mayarakat Desa
9. Yayasan Putra Desa (YPD)
Lampung
1. Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat
2. Lembaga Dana Atmaja (LDA)
3. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM Yasmida)
4. Yayasan YASMIDA
DKI Jakarta
1. BINA SWADAYA
2. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial (LPPS)
3. LP3ES
4. Lembaga Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi (LAPUSKOM)
18
ADB SME DEVELOPMENTTA
Jawa Barat
1. Bina Saran Bakti
2. LEPPAS
3. Lembaga Pengembangan Ekonomi Al Syuara
4. Lembaga Pengembangan Sosial dan Fkoniomi Darurrahman
5. Lembaga Riset dan Informasi Pengembangan Masyarakat
6. Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK)
7. Pusat Pengembangan Studi Kewiraswastaan, Pengembangan Kota danWilayah
8. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Perekonomian Rakyat (Pusat P3R-YAE)
9. Yayasan Bina Ummah
10. Yaysan Harapan Mulya
11. Yayasan Karsa Utama Mandiri (Yayasan KUM)
12. Yayasan Mitra Desa
13. Yayasan Pengembangan Masyarakat Pedesaan (YPMP)
JawaTengah
1. Akarrumput
2. Industri Kecil Kerajinan Rakyat Pedesaan (INGKRAP)
3. Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP)
4. Lembaga Studi Pembangunan Daerah Kendal
5. Sadar Karya Bina (SKB)
6. Studi Pembangunan Ekonomi – Sosial
7. Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (YBMS)
8. Yayasan Bina Potensia
9. Yayasan Krida Desa
10. Yayasan Pemiuda Bina Persada (YAPNADA)
19
ADB SME DEVELOPMENTTA
DI. Yogyakarta
1. IDEA
2. Lembaga Pengembangan Masyarakat Desa Kota – YSU
3. Perkumpulan Mitra Tani
4. Perkumpulan Untuk Kajian dan Pengembangan Ekonomi Kerkyatan (PEKPEK)
5. Yayasan Bina Karya Sejahtera
6. Yayasan Bina Kaum Dhuafa
7. Yayasan Kesatuan Pelayanan Kerjasama (SATUNAMA)
8. Yayasan Pengembangan Desa Terpadu Desa Bina
9. Yayasan Pengembangan Industri Kerajinan Rakyat Indonesia (APIKRI)
Jawa Timur
1. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat
2. LSM Abdi Bangsa
3. Studi dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan (SPEKTRA)
4. Yayasan Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat (YAPSEM)
Kalimantan Barat
1. Yayasan Agromitra
2. Yayasan Madnika
3. Yayasan Pembangunan Sumber Daya
4. Yayasan Sosial Kalimantan Membangun
5. Yayasan Swadaya Dian Khatulistiwa.
Kalimantan Tengah
1. LSM Betang Mandiri
2. Lembaga Tingang Kalimantan
3. Mitra Insani
4. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia – Kalimantan Tengah
5. Yayasan Bina Sumber Daya
6. Yayasan Sumberday Kalimantan
Kalimantan Selatan
1. Lembaga Bina Potensia
2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Adat
20
ADB SME DEVELOPMENTTA
Sulawesi Utara
1. Himpunan Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup
2. Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan
3. Yayasan Karya Muda Pembaharu
4. LPSM Tri Prasetya
5. Yayasan Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan Sumber Daya
6. Yayasan Mitra Masyarakat
Sulawesi Tengah
1. Yayasan Pengembangan Manajemen dan Kewirausahaan
Sulawesi Selatan
1. Balai Latihan dan Pengembangan Masyarakat LAKPESDAM – NU
2. Lembaga Kajian dan Pengembangan Masyarakat
3. Lembaga Pengambangan dan Pembinaan Sosial Ekoniomi Masyarakat
4. Lembaga Pemberdayaan Pedesaan Indonesia
5. Lembaga Pengkajian Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat
6. Lembaga PengemanganUsaha Kecil Mandiri
Sulawesi Tenggara
1. Lembaga Bina Mandiri
2. Lembaga Kepedulian Masyarkat dan Lingkungan
3. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan Selawesi
Tenggara
4. Yayasan Bina Potensi Desa
5. Yayasan Lembaga Swadaya Membangun Kesejahteraan
6. Yayasan Pemberdyaan Masyarakat
7. Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Bali
1. Kelompok Usaha Bersama Sumber Kelompok
2. Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Sosial Maulana
3. Yayasan Bina Daya
4. Yayasan Forum Kajian Sosial Masyarakat
5. Yayasan Mitra Bali
21
ADB SME DEVELOPMENTTA
Maluku
1. Yayasan Karya Swadaya
22
ADB SME DEVELOPMENTTA
IIrian Jaya
1. Lembaga Pengambangan Kemandirian Masyarakat Irian Jaya
2. Yayasan Bina Mandiri Utama
3. Yayasan Denyut Desa Irian Jaya
4. Lembaga Swadaya Masyarakat – Yayasan Koteka Mandiri
5. Yayasan Pengembanangan Moni Dugidogonda Kemandoga
6. Yayasan Pengembanngan Ekonomi Rakyat dan Konservasi Sumberdaya Alam
7. Yayasan Kesejahteraan Kemabu
8. Yayasan Sinar Puncak
9. Yayasan Sosial Agustinis
10. Yayasan Sosial Fransisko
11. Yayasan Karya Sosial Karya Luhur
23
ADB SME DEVELOPMENTTA
24
ADB SME DEVELOPMENTTA
25
ADB SME DEVELOPMENTTA
3. Yayasan Sehati
4. Yayasan Suar Ayu
Nusa Tenggara Barat
1. Yayasan Bina Cempe (Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita)
2. Yayasan Keluarga Sehat Sejahtera Indonesia
3. Yayasan Panca Karya
4. Yayasan Sambirio
Nusa Tengara Timur
1. Yayasan Obor Swadaya
Maluku
1. Yayasan Lus Doan
Irian Jaya
1. PKBI Cabang Biak
H. Organisasi Buruh
1. Aliansi Buruh Sosialis
2. Asosiasi Karyawan Pendidikan Swasta Indonesia
3. Asosiasi Pekerja Indonesia (ASPEK – Indonesia)
4. Biro Buruh Pedesaan
5. Federasi Organisasi Pekerja Keuangan
6. Federasi Serikat Buruh Demokrasi Indonesia
7. Federasi Serikat Pekerja BUMN
8. Federasi Serikat Pekerja Rakyat Indonesia (FSPRI)
9. Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI)
10. Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia hasil Munas (FSPSI hasil Munas)
11. Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI) Reformasi
12. Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI)
13. Gabungan Buruh Migran Perempuan Indonesia
14. Gabungan Buruh Rokok Indonesia
15. Gabungan Organisasi Buruh Indonesia
16. Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI)
17. Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI)
18. Gerakan Serikat Buruh Independen Indonesia (GSBII)
19. Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Gaspermindo)
20. Kerukunan Pekerja Katolik Keuskupan Surabaya
21. Kesatuan Pekerja Nasional Indonesia (KPNI)
22. Konsorsium Pembela Buruh Migran Indonesia(KOPBUMI)
26
ADB SME DEVELOPMENTTA
i. Lembaga Donor
Multilateral agencies
1. ADB
2. World Bank
3. ILO
4. UNDP
5. UNIDO
Bilateral Donors
6. AUSAID
7. CIDA
8. GTZ
27
ADB SME DEVELOPMENTTA
9. JICA
10. Swisscontact
11. USAID
12. Italy
13. Korea
14. UK
15. Taiwan
28
ADB SME DEVELOPMENTTA
Lampiran 2
Pengaruh Signifikansi
Besar Kecil
29
ADB SME DEVELOPMENTTA
30
ADB SME DEVELOPMENTTA
KRONOLOGI
21 September 1998 sebanyak 34 orang anggota DPR dari 4 fraksi mengajukan usul
inisiatif RUU Larangan praktek monopoli ke pimpinan DPR
29 September 1998 penyampaian usulan dalam Rapa Paripurna DPR
2 Oktober 1998 Pembahasan Badan Musyawarah DPR atas usul inisiatif
8 Oktober 1998 Rapat Paripurna DPR:
¾ Tanggapan fraksi-fraksi atas RUU Usul Inisiatif
¾ Penetapan RUU Usul Inisiatif tentang Larangan Praktek Monopoli
¾ Penetapan Pansus RUU Larangan Praktek Monopoli
8 Oktober 1998 Ketua DPR Harmoko mengirim surat ke Presiden tentang
pengajuan RUU Usul Inisiatif tersebut
14 Oktober 1998 Pembicaraan Tingkat I:
Rapat Paripurna dengan acara penjelasan Pansus dipimpin Wakil
Ketua DPR Ismail Hasan Metareum SH
19 Oktober 1998 Pembicaraan Tingkat II:
¾ Rapat Paripurna dipimpin Wakil Ketua DPR Ismail hasna
Metareum:
¾ Tanggapan pemerintah diwakili Menperindag Prof Dr Ir Rahardi
Ramelan MSc.
23 Oktober 1998 Pembicaraan Tingkat II:
¾ Rapat Paripurna dipimpin Wakil Ketua DPR Ismail Hasan Metareum
SH:
¾ Jawaban Pansus atas tanggapan pemerintah, diwakili ketua
Pansus Rambe Kamarul Zaman.
18 November 1998 Pembicaraan Tingkat III:
Rapat Kerja Pansus I: Daftar Isian Masalah (DIM)
20 November 1998 Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) I Pansus dengan: Kadin
dan APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) dipimpin Samsoedin (FABRI)
20 November 1998 RDPU II Pansus dengan: Ikatan Ahli Hukum Indonesia (Ikahi) dan
kalangan perguruan tinggi dipimpin Anthonius Rahael (FPDI)
23 November 1998 RDPU III Pansus dengan: Dirut PT Semen Gresik, PT Pusri dan PT
Indofood Sukses Makmur dipimpin Marzuki Achmad (FKP)
23 November 1998 RDPU IV Pansus dengan: Inkud (Induk Koperasi Unit Desa),
Jamsostek, PUPUK (Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil), Yayasan Akatiga,
Asia Foundation, PIRAC dan Forum Masyarakat Koperasi dipimpin Samsoedin (FABRI).
23 November 1998 Rapat Kerja Pansus II
26 November 1998 Rapat Kerja Pansus III
27 November 1998 Rapat Kerja Pansus IV
31
ADB SME DEVELOPMENTTA
II. RESUME
Sebelum menjadi Undang-Undang (UU), Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini merupakan RUU Usul
Inisiatif yang diajukan oleh 34 orang anggota DPR dari empat fraksi. Mereka adalah 5
orang dari F-ABRI, 18 orang anggota FKP, 8 orang anggota FPP dan 3 orang dari FPDI.
Judul RUU yang pertama kali diajukan para pengusul adalah ‘RUU (Usul Inisiatif) tentang
Larangan Praktek Monopoli. Usul inisiatif itu diatur dalam Peraturan Tata Tertib (Tatib)
DPR-RI Nomor 9/DPR-RI/I/1997-1998 Pasal 134 Ayat (1 dan 2): ‘sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) orang anggota yang tidak terdiri atas satu fraksi dapat mengajukan rancangan
undang-undang usul inisiatif dan usul rancangan itu juga dapat diajukan oleh komisi atau
gabungan komisi’.
RUU Usul Inisiatif ini masuk dan diterima pimpinan Dewan melalui surat Nomor
01/Legnas/Ekbang/X/1998 pada 21 September 1998. Sedangkan pemberitahuan
masuknya RUU itu disampaikan secara resmi kepada anggota Dewan dalam Rapat
Paripurna DPR 29 September 1998. Merujuk Tatib DPR-RI Pasal 134 Ayat (5 dan 6),
32
ADB SME DEVELOPMENTTA
para pengusul mendapat kesempatan untuk menjelaskan tentang RUU tersebut pada
Rapat Badan Musyawarah (Bamus) 1 Oktober 1998 dan Rapat Paripurna DPR 2 Oktober
1998.
Setelah mendengarkan tanggapan dari fraksi-fraksi yang ada di DPR, Rapat Paripurna
DPR 8 Oktober 1998 menetapkan secara resmi RUU Usul Inisiatif tentang Larangan
Praktek Monopoli. Tanggapan dari fraksi-fraksi disampaikan oleh; Uddy Rusdilie SH
((FABRI), Marzuki Achmad SH (FKP), Drs Anthonius Rahail (FPDI) dan Masrur Javas
(FPP).
Dalam rapat paripurna yang dipimpin wakil ketua Dewan Ismail Hasan Metareum itu juga
menetapkan Panitia Khusus (Pansus) RUU yang terdiri atas 65 orang anggota DPR. Ke-
65 orang anggota Pansus itu meliputi; 45 orang anggota tetap dan 20 orang anggota
pengganti.
Pansus RUU Larangan Praktek Monopoli
Pasangan kerja Pansus adalah unsur pemerintah. Selama rapat-rapat Pansus, pihak
pemerintah diwakili antara lain:
1. Menperindag Prof Dr. Ir. Rahardi Ramelan MS,
2. Sekjen Depperindag Drs Muchtar MSc
3. Staf Ahli Menperindag Dr Ir Bambang Purnomo Adiwijono MSc
4. Dirjen PDN Depperindag Ir Teddy Setiadi
5. Kepala Biro Hukum Depperindag Ali Hasan SH
6. Kepala BPPIP Depperindag Dr Rosediana Soeharto.
Selain keenam orang tersebur di atas, rapat-rapat Pansus juga pernah dihadiri:
1. Wakil Sekretaris Kabinet Prof Dr Erman Radjagukguk SH LLM
33
ADB SME DEVELOPMENTTA
III. PERMASALAHAN
1. Pelibatan stakeholder dan pertimbangan yang melatar-belakanginya.
Berhubung RUU itu merupakan usul inisiatif dari DPR, maka penyusunan naskahnya
tentu saja berdasarkan dari masukan berbagai pihak di luar DPR dan pemerintah.
Dengan demikian RUU usul inisiatif ini telah menampung aspirasi masyarakat yang
masuk ke DPR lewat Komisi V maupun fraksi-fraksi yang ada di DPR. Perlunya
melibatkan berbagai kalangan, baik pelaku usaha maupun LSM dimaksudkan untuk
memperoleh masukan bagi dibuatnya UU Anti Monopoli. Di luar jadwal, sangat mungkin
masih ada permintaan dari kalangan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi kepada
DPR, khususnya yang menyangkut RUU ini. Karenanya akan disesuaikan dengan
waktu/jadwal yang sudah ditetapkan.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) adalah organisasi non pemerintah dan
non profit, yang didirikan di Jakarta pada 11 Mei 1973. Tujuan YLKI adalah memberikan
bimbingan dan perlindungan kepada masyarakat konsumen, memasyaratkan hak dan
kewajiban konsumen agar mandiri dan terhindar dari kerugian. Sumberdaya YLKI
34
ADB SME DEVELOPMENTTA
berjumlah 30 orang, terdiri dari: 27 orang full timer, 2 orang part timer dan 1 orang
konsultan
Strategi yang ditempuh adalah: Advokasi, Pengembangan Solidaritas, Penyebaran
Informasi Independen. Kegiatan yang dilakukan adalah: Pendidikan, Penelitian,
Pengaduan, Penerbitan, Informasi dan Dokumentasi. Saat ini YLKI secara rutin (bulanan)
dapat menerbitkan bulletin “warta konsumen”, 2500 eksemplar.
Keberhasilan YLKI yang terakhir ini adalah: membatalkan kenaikan tarif listrik,
membatalkan kenaikan tarif telekomunikasi, membatalkan kenaikan tarif taksi,
mengungkap isu bahaya kemasan plastik untuk pangan,
Sumberdaya YLKI berjumlah 30 orang, terdiri dari: 27 orang full timer, 2 orang part timer
dan 1 orang konsultan.
Tujuan diadakannya RDPU adalah untuk mencari pendapat dan masukan dari
masyarakat sebanyak mungkin. Bahan-bahan yang disampaikan sangat berguna bagi tim
untuk membahas RUU. Secara khusus Pansus mengundang kalangan dari dunia usaha
di sektor pupuk, semen, makanan. Dari situ dapat diketahui apa yang akan ddilakukan
dengan berbagai kegiatan usaha. Dari Semen Gresik, bahkan mendapat referensi dari
Jepang, AS maupun OECD. Di Jepang telah ada UU anti monopoli yang dibuat 1947.
Usul inisiatif ini merupakan antisipasi dari perubahan-perubahan yang sudah lama
dibahas dalam raker di komisi yaitu sudah mendesak diadakan larangan monopoli.
Banyak masukan yang sangat berharga. Berbagai pandangan, banyak yang sangat tajam
dan bahkan mungkin ada yang kritis dan tidak terlalu pas dengan konsep RUU. Tapi
bagaimana pun juga pandangan kritis itu perlu dipertimbangkan dalam pembahasan di
Pansus.
1. Pihak yang memutuskan untuk melibatkan partisipasi stakeholder
Rapat Pansus, berdasarkan usulan anggota Pansus maupun permintaan berbagai
kalangan masyarakat.
2. Menurut Tim penyusun kebijakan yang dimaksud dengan stakeholder adalah
Kalangan masyarakat, baik perorangan, lembaga/LSM, asosiasi maupun organisasi
progesi dan kalangan akademisi (perguruan tinggi).
3. Pihak yang dimasukkan sebagai bagian dari stakeholder
Kadin (Kamar dagang dan Industri)
a) APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia)
b) Ikatan Ahli Hukum Indonesia (Ikahi)
c) kalangan perguruan tinggi diwakili Prof. Dr. Mardjono Reskodiputro SH
d) Dirut PT Semen Gresik
e) PT Pusri
f) PT Indofood Sukses Makmur, Tbk
g) Inkud (Induk Koperasi Unit Desa),
h) Dirut Jamsostek,
i) PUPUK (Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil),
j) Yayasan Akatiga, Pusat Analisa Sosial
k) The Asia Foundation,
l) PIRAC dan
35
ADB SME DEVELOPMENTTA
Posisi stakeholder
Masing-masing stakeholder mewakili pihak dan kepentingannya masing-masing. Masing-
masing pihak diperlakukan sama oleh Pansus.
36
ADB SME DEVELOPMENTTA
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat’ yang diterbitkan
Setjen DPR-RI edisi Oktober 1999.
Staff dokumentasi
Staf dari Komisi V DPR. Mendapat mendapat insentif yang diambilkan dari DIK DPR-RI
Tahun Anggaran 1998/1999 Mata Anggaran 18.1.07.5636.02.02.001.5250 Sub Mata
Anggaran 1800018 yang ditetapkan dalam Keputusan DPR-RI Nomor 3/DPR-RI/I/1998-
1999 tentang Pembentukan Panitia Khusus DPR-RI mengenai Rancangan Undang-
Undang Usul Insiatif tentang Larangan Praktek Monopoli yang ditandatangani Ketua
DPR-RI H Harmoko tertanggal 8 Oktober 1998 (angka mata anggaran tersebut tidak
disebutkan).
Selain itu, dibentuklah Tim Pencetakan Naskah Pembahasan RUU tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.Susunan tim sebagai berikut:
Pembina : Sekjen DPR-RI Afif Ma’roef
Penasehat : Wakil Sekjen DPR-RI Dra Sri Sumarjati Harjanto
Pembantu Asisten Sekjen I Bidang Pemantauan dan Pelaksanaan
Undang-Undang Ny Sularsih Suharto SH
Penanggung Jawab: Kepala Biro Humas dan Hukum Drs. Dudung Kamaluddin
Ketua : Kepala bagian Hukum Ny Rusnianingsih SH
Wakil Ketua : Kebag Sekretariat Komisi V DPR Dra Nining Indra Saleh
Sekretaris : Kasubag. Pertimbangan dan Bantuan Hukum/Bag.Hukum
Rudy Rochmansyah SH
Anggota : 9 orang dari unsur staf Sekretariat Komisi V, Bagian Hukum dan
Biro Keuangan.
Bentuk insentif
Uang rapat/uang sidang (besarannya tidak disebutkan).
Cara mengukur impact atas partisipasi stakeholder
Dari banyaknya masukan, usulan, kritikan yang tertampung dalam draft RUU maupun
yang disetujui/dipertimbangkan/dibahas dalam pembahasan rapat-rapat Pansus.
Waktu yang digunakan dalam proses penyusunan UU ini
Formalnya, sejak September 1998 hingga Februari 1999, atau sekitar 5 bulan. Jika
dihitung sejak dimulainya pembicaraan di kalangan anggota dan fraksi-fraksi hingga
menjadi usul inisiatif, prosesnya tentu lebih dari 5 bulan.
37
ADB SME DEVELOPMENTTA
38
ADB SME DEVELOPMENTTA
39
ADB SME DEVELOPMENTTA
SAWARUNG
Sarasehan Warga Bandung (Sawarung) merupakan jaringan kerjasama, pertukaran
informasi dan koordinasi antar unsur-unsur civil society (lembaga swadaya masyarakat,
asosiasi profesi, media massa, perguruan tinggi, dan gerakan masyarakat) di kota
Bandung. Sawarung didirikan pada 1 April 1999 oleh beberapa LSM, antara lain:
Yayasan AKATIGA, AKPPI, Yayasan Sidikara, PUPUK, dll, sebagai forum kerjasama
yang bersifat independen, non-partisan dan non-profit.
Keanggotaan Sawarung bersifat terbuka bagi seluruh kelompok masyarakat yang
memiliki komitmen untuk melakukan penguatan masyarakat. .
Secara formal Sawarung mempunyai visi: terwujudnya suatu tatanan penyelenggaraan
urusan publik di tingkat lokal yang demokratis, transparan, partisipatif, serta bertanggung
jawab. Sedangkan misi Sawarung adalah: memperkuat posisi tawar masyarakat agar
memiliki daya dan kesadaran kritis, mampu menciptakan alternatif mekanisme dan
saluran informasi, mampu membangun institusi dan mampu melakukan kontrol terhadap
lembaga negara. Untuk mewujudkan misi tersebut strategi Sawarung adalah penguatan
kapasitas institusi dan kapasitas stakeholder. Dalam dua tahun pertama Sawarung
menetapkan tujuannya pada penguatan kapasitas stakeholder dengan isu utama
peningkatan kualits pelayanan publik di Kota Bandung.
Sumber dana Sawarung diperoleh dari iuran anggota, lembaga donor dan usaha-usaha
lain. Iuran anggota ditetapkan sebesar Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah) setiap bulan.
Dalam tahun anggaran Mei 2000-April 2002, total anggaran sawarung diproyeksikan
sebesar Rp. 3,5 milyar. Dari total jumlah ini, iuran dari anggota diperkirakan akan
diperoleh Rp 8,8 juta. Jelas, dari komposisi ini pembiayaan Sawarung masih sangat
tergantung dengan pihak luar.
Jenis kegiatan yang dilakukan Sawarung antara lain: studi tentang kualitas layanan
publik, studi tentang korupsi, studi tentang kapasitas birokrasi, penguatan parlemen lokal,
membangun media komunikasi, sosialisasi model dialog warga, penguatan usaha kecil,
FORMASI
Dengan fasilitas dari Canadian Cooperatives Association (CCA), Forum Masyarakat
Koperasi (Formasi) didirikan di Jakarta pada 22 Februari 1986, oleh 10 lembaga swadaya
masyarakat, yaitu: 1. Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA), 2. Lembaga
1
ADB SME DEVELOPMENTTA
2
ADB SME DEVELOPMENTTA
Forda bersifat lintas sektor, beranggotakan Pengusaha kecil di tingkat daerah, yang
terwakili dalam keseragaman daerah. Dengan bantuan lembaga lokal, masing-masing
telah menginventarisir berbagai problem usaha yang terkait dengan peraturan
pemerintah. Pada tahap awal, organisasi Forda dibantu oleh institusi local. Institusi local
yang membantu proses pembentukan bisa LSM, lembaga studi, asosiasi profesi, atau
perguruan tinggi. Tetapi, ada juga yang langsung diinisiasi oleh pengusaha kecil itu
sendiri.
FORDA atau Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah merupakan wadah berhimpun
pengusaha kecil dan menengah. Tetapi berbeda dengan KUKMI, yang memiliki afiliasi
kuat dengan pemerintahan orde baru, organisasi ini sangat independen. FORDA yang
masih berusia muda, berdiri 3 tahun yang lalu, baru terbentuk di 14 propinsi. Di masing-
masing propinsi pun, khususnya di Semarang, Medan dan Makasar jumlah anggota
FORDA masih kecil.
Proses pembentukannya sangat unik. Karena diinisiasi oleh aliansi jaringan organisasi
pengembangan UKM (LSM, perguruan tinggi, dan lembaga donor). Aliansi FORDA
dengan berbagai organisasi secara intensif tersebut membuat FORDA bisa melakukan
kegiatan advokasi secara efektif.
Keanggotaan dan struktur institusi FORDA masih dalam proses mencari bentuk. Masing-
masing daerah berbeda. Walaupun belum cukup dikenal, dan masih rendah tingkat
partisipasinya dalam penyusunan kebijakan. Tetapi, dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi kebijakan efektifitas FORDA mulai tumbuh. Persoalan representasi juga masih
menjadi masalah karena keanggotaan FORDA belum bersifat sektoral.
Kelompok Pengembangan Ekonomi Daerah dan Penciptaan Lapangan Kerja
(Forum for Economic Development and Employment Promotion – FEDEP)
Suatu kerjasama antara Bappenas dengan GTZ dalam rangka penguatan ekonomi
daerah telah dilakukan upaya konsolidasi, yang masing-masing memberi jaminan pada
keberlangsungan indeologi, yang akan diusung.
Telah terbentuk kesederhanaan yang akan dilembagakan dalam kernagkan masing-
masing badan, yaitu kerangka koneksitas. Adanya kebutuhan yang kuat untuk perbaikan
pelaksanaan berbagai program pengembangan ekonomi yang ada saat ini.
3
ADB SME DEVELOPMENTTA
Menyalurkan
Delegasi
ke
Mengantar
Pos Kopan Melapor
ke
Bagian Humas
Menghubungi
Mengantar Ke Menghubungi
Ke Ke
Unit-Unit
Terkait
Tempat Komisi/Fraksi/
Pertemuan Anggota DPR
1
ADB SME DEVELOPMENTTA
Lampiran 7
Contoh Institusi Stakeholder
Komnas HAM
Komnas Ham didirikan pada 1993 berdasarkan Keppres No. 50/1993, yang kemudian
dikukuhkan melalui UU No 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Komnas HAM
merupakan lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara
lainnya. Fungsinya melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan
mediasi hak asasi manusia.
Komnas HAM merupakan contoh sebuah institusi semi negara, dibiayai dari APBN,
tetapi memiliki otoritas dan kemandirian. Keanggotaan Komnas HAM terbuka, terdiri
atas 35 orang, melalui pemilihan oleh DPR, setelah diusulkan oleh Komnas HAM dan
diresmikan oleh Presiden. Dalam proses pemilihanan anggota Komnas HAM masyarakat
dapat berpartisipasi melalui pengusulan sampai pengajuan keberatan atas calon tertentu
sebelum penetapan. Dalam usianya yang belum menapai 10 tahun Komnas Ham telah
menjadi tumpuan harapan masyarakat Indonesia dalam mengadukan persoalan hak-hak
asasinya. Ribuan kasus pengaduan datang dari seluruh pelosok Indonesia.
Komnas Pendidikan
Komite Nasional Pendidikan dibentuk melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 057/P/2001 tanggal 19 April 2001. Komite ini dipimpin oleh Prof Dr. Fuad
Hasan dan sekretaris: Prof Dr. Ki Supriyoko. Anggota komisi ini berasal dari: tokoh
masyarakat, akademisi, ahli pendidikan, tokoh agama, ahli ekonomi, dan sektor swasta.
5 (lima) Tugas Pokok Komite ini adalah: 1. Menghimpun masukan dari berbagai pihak
dan mengkaji isu-isu strategis pendidikan nasional, 2. Melakukan studi kritis terhadap
kondisi pendidikan nasional dewasa ini, 3. Mendorong terbangunnya wacana baru dan
opini publik yang konstruktif dan terarah dibidang pendidikan, 4. Memberi masukan dan
pertimbangan kepada Menteri Pendidikan Nasional RI, 4. Melaporkan pelaksanaan
tugasnya kepada Menteri Pendidikan Nasional RI.