Disusun oleh:
Tutor A
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan masakalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah yang berjudul DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) ini ditulis guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Didalamnya, penulis akan
membahas mengenai DHF
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa hormat
dan ucapan dan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yangmasuk ke
dalamtubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan
wabah. (Suriadi, 2006:57).
Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk membuat maklah mengenai DHF
dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Diharapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa mampu :
a. Mengetahui prevalensi DHF..
b. Memahami pengertian dan klasifikasi DHF.
c. Memahami etiologi dan faktor risiko DHF.
d. Memahami tanda dan gejala DHF?
e. Mengetahui komplikasi yang terjadi?
f. Memahami pemeriksaan penunjang yang dilakukan?
g. Memhami penatalaksanaan medis DHF?
h. Memahami asuhan keperawatan dalam DHF?
i. Mengetahui telaah jurnal mengenai DHF?
j. Memahami materi edukasi yang diberikan?
k. Memahami proses terjadinya mimisan dan petechiae?
l. Memahami proses terjadinya tidak nafsu makan?
m. Memahami proses terjadinya nadi cepat dan lemah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prevelensi DHF
Virus dengue ditemukan di daerah tropis dan sub tropic kebanyakan di wilayah
perkotaan dan pinggiran kota di dunia ini. Untuk Indonesia dengan iklim tropis sangat
cocok untuk pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan serta baik bagi tempat
berkembangnya beragam penyakit, terutama penyakit yang dibawa oleh vektor yakni
organisme penyebab agen pathogen dari inang ke inang, seperti nyamuk menularkan
penyakit. Demam berdarag dengue (DBD) atau Dengue haemorrhagic fever (DHF)
merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk spesies aedes aegypti dan
aedes albopictus.
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebarannya semakin luas, penyakit
DBD juga penyakit yang menular ppada umumnya menyerang pada usia anak-anak umur
kurang dari 15 tahun dan juga bisa menyerang pada orang dewasa.
Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75% dari beban dengue di dunia
antara tahun 2004-2010, sementara di Indonesia dilaporkan sebagai Negara ke-2 dengan
kasus DBD terbesar diantara 30 wilayah endemis.
Kasus Demam Berdarah Dengue perprovinsi di Indonesia tahun 2017 dengan
jumlah kasus 68.407 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2016 sebanyak
204.171 kasus. Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di 3 provinsi di pulau Jawa,
masing-masing jawa barat dengan total kasus sebanyak 10.016 kasus, Jawa Timur
sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah 7.400 kasus.
Kematian demam berdarah dengue perprovinsi di Indonesia tahun 2017 berjumlah 493
kematian.
a. Angka kesakitan atau incidence rate (IR)
pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus
dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 493 orang dan IR 26,12 per 100.000
penduduk dibandingkan tahun 2016 dengan kasus sebanyak 204.171 serta IR 78,85
per 100.000 penduduk. Dari grafik di bawah selama kurun waktu 10 tahun terakhir
mulai dari 2008 cenderung tinggi sampai tahun 2010 kemudia mengalami penurunan
drastic ditahun 2011 sebesar 27,67 per 100.000 penduduk yang di lanjutkan dengan
tren kecenderungan meningkat sampai tahun 2016 sebesar 78,85% per 100.000
penduduk namun mengalami penurunan drastic pada tahun 2017 dengan angka
kesakitan 26,12 per 100.000 penduduk.
Tahun 2017 terdapat 30 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2016. Provinsi
dengan angka kesakitan DBD tertinggi yaitu Bali sebesar 105,95 per 100.000
penduduk, selanjutnya Kalimantan Barat sebesar 52,61 per 100.000 penduduk.
DHF di sebut Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau sering di sebut DBD(Demam
Berdarah Dengue) adalah Penyakit yang bersifat endemik artinya peyakit yang umum
dan laju nya konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi,pada banyak daerah tropis
dan subtropis dbd akan muncul sepanjang tahun,terutama saat musim hujan ketika
kondisi optimal untuk nyamuk berkrmbang biak,biasanya sejumlah orang akan terinfeksi
dalam waktu yang singkat.akut artinya penyakit yang tiba-tiba dan menggambarkan rasa
sakit yang hebat dan tajam ,ketika terinfeksi salah satu dari 4 virus dengue (den-1,den-
2,den-3,den-4) Gejala yang akan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak, sakir
kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau
gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita. dan
secara periodik dapat mendatangkan kejadian luar biasa atau akan terjadi peningkatan
jumlah dan penyebaran daerah semakin banyak dan akan memungkinkan angka kematian
terhadap dbd meningkat.dbd ini Disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti(nyamuk kecil
berwarna gelap dengan tanda belang putih di kaki nya selain bertanggung jawab atas
penularan virus dengue ,virus zika,virus chikungunya,virus demam kuning) dan aedes
albocpictus(kaki belang hitam putih dan kaki badan kecil berbelang hitam putih).
KLASIFIKASI DHF
VIRUS DENGUE(AGEN)
VIREMIA
DHF
Terdapat 3 jenis demam dengue, demam berdarah dengue, dan dengue shock syndrome
1. Demam dengue
Gejala demam dengue klasik biasanya diawali dengan demam tinggi (>40 ºCelsius)
selama 4-7 hari setelah digigit nyamuk, serta:
Sakit kepala parah
Nyeri pada bagian belakang mata
Nyeri otot dan sendi parah
Mual dan muntah
Ruam
Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam, kemudian
berkurang setelah 1 hingga 2 hari. Anda mungkin mengalami ruam kedua beberapa
hari kemudian.
Gejala dari dengue hemorrhagic fever meliputi semua gejala dari demam dengue,
ditambah:
Selama 24 hingga 48 jam kedepan, kapiler darah di seluruh tubuh mulai bocor.
Komponen darah yang bocor dapat mengalir dan membanjiri rongga perut
(peritoneum) dan rongga paru-paru.
Gejala dari dengue shock syndrome adalah yang paling parah. Gejala demam syok
meliputi semua gejala dengue dan demam berdarah dengue, ditambah:
E. Komplikasi
a. Gagal Ginjal
b. Ensefalopati Dengue
c. Efusi Pleura
Virus dengeu
Reaksi imun
Permeabilitas pembuluh
darah
Kebocoran plasma
Perdarahan
Kegagalan sirkulasi
Gagal ginjal
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rumple Leed (Tes Tourniquet)
2. Pemeriksaan Darah
a. Pemeriksaan Hemoglobin
Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan terjadi
kebocoran /perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya akan keluar
dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Kenaikan kadar hemoglobin >14
gr/100 ml.
Kadar Hb yang normal bagi pria umumnya sekitar 13,8 sampai 17,2 g/dL.
Sedangkan untuk wanita adalah 12,1 sampai 15,1 g/dL, dan jika lebih dari itu,
Anda dinyatakan memiliki jumlah Hb tinggi.
b. Pemeriksaan Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya hemokonsentrasi, yang
merupakan indikator terjadinya perembesaran plasma. Nilai peningkatan ini lebih
dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat dilakukan dengan metode makro
dan mikro.
Hematokrit normal :
Pria dewasa: 38,8-50 persen
Wanita dewasa: 34,9-44,5 persen
Anak-anak: 33 -38%
Cara mengukur hematokrit dengan metode mikrokapiler :
1) Darah kapiler diambil dengan tabung hematokrit 2/3 atau 3/4 dari tabung.
2) Ditutup dengan wax.
3) Disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
4) Dibaca kadar hematokrit dengan Reading Device.
c. Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien
didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau
menurun. Pada pasien DHF umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8
< 100.000 / µl. Nilai normal trombosit berkisar 150.000 – 400.000 / µl.
d. Pemeriksaan Leukosit
Pada pasien DHF kadar leukosit bisa normal dan bisa juga menurun. Nilai normal
leukosit berkisar 5000 – 10000 / µl.
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik
(pereda nyeri) dan antiperetik (penurun deman). obat ini dipakai untuk meredakan
rasa sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan deman. Untuk orang
dewasa, dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol 1-2 tablet sebanyak 500 mg
hingga 1 g tiap 4-6 jam sekali dalam 24 jam.
H. Asuhan Keperawatan
Kasus :
Seorang pasien dirawat diruangan perawatan umum dirumah sakit pemerintah. Pasien
dirawat dengan keluhan demam, mimisan, tidak nafsu makan. Seorang perawat melakukan
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: keluarga pasien mengatakan sakit sejak main
kerumah saudara yang banyak nyamuk, terdapat ptekie di badan, nadi cepat dan lemah,
trombosit dan hematokrit abnormal. Pasien mendapatkan terapi Antipiretik, antibiotik dan
Infus RL. Keluarga pasien bertanya bagaimana anaknya bisa terkena penyakit ini.
Diagnosa medis klien DHF Stadium IV, perawat dan dokter serta paramedic
lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari /
mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.
A. DATA FOKUS
No Data Subjektif Data Objektif
B. ANALISA DATA
NO. DATA DIAGNOSA ETIOLOGI
1. DATA SUBJEKTIF : Defisien volume Asupan cairan
- Pasien mengatakan cairan kurang ditandai
dengan penurunan
badannya terasa demam
(domain 2. Kelas 5. tekanan darah,
DATA OBJEKTIF : Kode diagnosis peningkatan suhu
Hasil TTV: 00027) tubuh, peningkatan
- TD: 100/60 mmHg frekuensi nadi, dan
- S: 41oC kelemahan
- HR: 110 x/menit
- RR: 20 x/menit
DATA TAMBAHAN :
- mukosa bibir klien kering
- turgor kulit tidak elastis
- klien tapak lemah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. RENCANA TINDAKAN
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan dan Paraf & Nama
Tanggal
Dx (NOC) Rasional (NIC) Jelas
29 oktobe 1 NOC NIC
r 2019 Volume cairan, kekurangan Volume cairan,
(Bagian empat, hal 667) kekurangan.(bagian
enam, hal 594)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 Manajemen cairan
jam masalah kekurangan (bagian tiga, klasifikasi,
volume cairan dapat teratasi, 4120)
dibuktikan oleh klien
Keseimbangan cairan (0601) 1. Monitor TTV pasien
1. Tekanan darah normal 2. Berikan terapi IV, seperti
dipertahankan 100/60 yang ditentukan
mmHg dan 3. Jaga intake asupan yang
ditingkatkan (100/80 – akurat dan catat output
130/90 mmHg) (5) pasien
2. Denyut nadi radial 4. Berikan cairan, dengan
dipertahankan tepat
100x/menit dan 5. Tingkatkan asupan oral
ditingkatkan (60- (misalnya, memberikan
100x/menit) (5) sedotan, menawarakan
3. Keseimbangan intake cairan diantara waktu
dan output dalam 24 makan, mengganti air es
jam dipertahankan secara rutin,
-300ml dan menggunakan es untuk
ditingkatkan ( ) jus favorit anak,
4. Turgor kulit normal potongan gelatin
dipertahankan turgor kedalam cangkir obat
kurang 8 detik dan kecil), yang sesuai
ditingkatkan (turgor Distribusikan
baik 1 detik) asupan cairan
5. Kelembapan selama 24 jam
membrane mukosa
(lembab)
6. Hematokrit normal
dipertahankan 50%
dan ditingkatkan (40-
50%)
3 NOC NIC
Hipertermia (bagian empat, Hipertermia (bagian enam
hal 611) hal,518)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 Perawatan demam
jam masalah hipertermi dapat (bagian tiga, hal 355,
teratasi, dibuktikan oleh 3740)
klien: 1.pantau suhu dan tanda-
tanda vital lainnya
Termoregulasi (bagian tiga, 2.monitor warna kulit dan
hal 564,0800) suhu
3.berikan cairan IV
1.peningkatan suhu kulit 4. kompres hangat
dipertahankan skala berat(1) 5. dorong konsumsi cairan
ditingkatkan pada skala 5.fasilitasi istirahat dan
ringan(4) batasi aktivitas
6.tingkatkan sirkulasi udara
2.hipertermia dipertahankan 7.lembabkan bibir dan
pada skala cukup berat(2) mukosa hidung yang kering
ditingkatkan pada sekala
ringan (4) Monitor tanda-tanda vital
(bagian tiga, hal 237,6680)
3.perubahan warna kulit
dipertahankan skala berat(1) 1.monitor ttv setelah
ditingktatkan pada skala memberikan obat, jika
ringan (4) memungkinkan
2.monitor warna kulit, suhu
Tanda-tanda Vital (bagian dan kelembapan.
tiga, hal 563, 0802)
1.suhu tubuh dipertahankan
pada deviasi berat dari
kisaran normal(1)
ditingkatkan ke deviasi ringan
pada kisaran normal (4)
I. Telaah Jurnal
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang telah menjadi
salah satu masalah umum kesehatan masyarakat di Indonesia. Peningkatan kejadian DBD di Pancoran
Mas yang signifikan dari tahun 2010-2015 dan selalu menjadi peringkat pertama tertinggi di Kota Depok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku kesehatan keluarga terhadap kejadian DBD di
Kelurahan Pancoran Mas. Metode penelitian ini bersifat analitik. Subjek penelitiannya adalah masyarakat
yang bertempat tinggal di Kelurahan Pancoran Mas.
Dapat disimpulkan yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha)
ditolak dan Hipotesis (Ho) diterima, dimana tidak ada pengaruh antara perilaku keluarga terhadap
kejadian DBD di Kelurahan Pancoran Mas.
1.PENDAHULUAN
Penyakit DBD adalah salah satu penyakit endemik yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis .
World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa Asia menduduki urutan pertama pada kasus DBD
setiap tahunnya, Indonesia menjadi negara dengan kasus tertinggi di Asia.
data kasus DBD, didapat angka kejadian DBD pada tahun 2014 yaitu 100.347 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 907 orang. Di jateng tahun 2009 (89 kasus per 100.000 penduduk)
Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia, sehingga memiliki kelembapan udara yang cukup
tinggi yang menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti Aedes aegypti.
Penyebarannya didukung dengan mobilitas penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya,
kebiasaan masyarakat menampung air bersih yang belum mencukupi kebutuhan dan sumber air yang sulit
didapat karena letaknya yang jauh, sikap dan pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai pencegahan
DBD.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok, mulai bulan Maret 2016. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik yaitu penelitian yang mendeskripsikan, mencatat, menganalisa
dan menginterpretasikan hubungan antara perilaku keluarga terhadap kejadian demam
berdarah di Kelurahan Pancoran Mas. Jenis penenlitian adalah observasional dengan pendekatan secara
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh warga yang bertempat tinggal di Kelurahan
Pancoran Mas. Cara pengambilan sampel ini yaitu cluster random sampling dan diperoleh 136 responden.
Juga instrumennya menggunakan kuesioner, Kuesioner berisi pertanyaan untuk mengetahui perilaku
individu dan lingkungan rumah.
3. HASIL
Berdasarkan hasil pengambilan data primer dengan menggunakan kuesioner kepada responden tentang
perilaku keluarga terhadap kejadian demam berdarah dapat diketahui bahwa distribusi responden paling
banyak frekuensinya pada perilaku sedang sebanyak 64 responden atau 47,1 % dimana responden dapat
menjawab 11-13 soal dengan skor 60- 80, perilaku baik sebanyak 61 responden atau 44,9% dengan
menjawab 14-17 soal skor 80-100 dan perilaku kurang sebanyak 11 responden atau 8,1% dengan
menjawab
Kejadian DBD
distribusi responden paling banyak frekuensinya pada tidak sakit DBD sebanyak 86 responden atau
63,2% dan sedang sakit/pernah sakit demam berdarah sebanyak 50 responden atau 36,8% yang dapat
dilihat dari jawaban responden saat mengisi kuesioner.
30 orang (37,5%) yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian kategori baik, 15 orang
(40,50%) yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian kategori sedang dan 5 orang (26,30%) yang
memiliki kebiasaan menggantung pakaian kategori kurang.
Berdasarkan tabel 4 mengenai frekuensi pengurasan TPA menunjukkan bahwa dari 50 orang yang terkena
DBD terdiri dari 28 orang (37,8%) yang memiliki kebiasaan frekuensi pengurasan kategori sedang, 17
orang (41,5%) yang memiliki kebiasaan frekuensi pengurasan TPA kategori baik dan 5 orang (23,80%)
yang memiliki kebiasaan frekuensi pengurasan TPA kategori kurang
Berdasarkan tabel 5ketersediaan tutup TPA menunjukkan dari 50 orang yang terkena DBD paling banyak
yang memiliki ketersedian tutup TPA kategori baik yaitu 35 orang (35%) dan dari 86 orang yang tidak
terkena DBD paling banyak yang memiliki ketersediaan tutup TPA dengan kategori baik yaitu 65 orang
4.PEMBAHASAN
Menurut Dermala (2012), Pakaian bekas yang digantung di dalam kamar merupakan media yang
disenangi nyamuk dan faktor resiko terjadinya penyakit DBD. Tempat-tempat yang lembab dan gelap
adalah tempat nyamuk beristirahat dan menunggu proses pematangan telur yaitu dengan menggantung
baju bekas pakai karena intensitas cahaya dan kelembapan udara mempengaruhi aktifitas terbang
nyamuk dan meletakkan telurnya. Kebiasaan masyarakat menggantung pakaian di dalam kamar karena
kemudahan jika dipakai di esok harinya, rumah yang dihuni tidak memiliki ruangan lain untuk
menggantung pakaian mereka dan jika mereka memiliki lemari, mereka enggan untuk menaruh pakaian
bekas ke dalam lemari karena tidak ingin baju yang masih bersih terkena bau kurang sedap dari baju
bekas pakai.
Menurut Widia (2009), Pengurasan TPA yang dilakukan < 1 kali dalam 1 minggu dapat mengakibatkan
tumbuhnya jentik nyamuk dan terjadinya kejadian DBD sehingga pengurasan TPA harus dilakukan
secara teratur supaya tidak berkembangbiak di tempat tersebut. Dengan melakukan 3M dan meningkatkan
kesadaran masyarakat bahwa kebersihan lingkungan dapat menekan terjadinya DBD
Menurut Widia (2009), Ketersediaan tutup pada kontainer yang berada di luar maupun di dalam rumah
sangat penting untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada kontainer, dimana kontainer
merupakan media tempat berkembang-biaknya nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat menular dan
terjadinya KLB DBD.
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Tuti et al (2012), terdapat hubungan yang bermakna
antara perilaku 3M terhadap kejadian DBD, hasil penelitiannya dari 19 responden (31,7%) yang
melakukan perilaku 3M Plus yang melakukan pengetahuan negatif, 12 responden beresiko, sedangkan 41
responden (68,3 %) melakukan perilaku positif, 32 responden tidak berisiko.
Menurut Sarwono (2007), Perilaku merupakan respons/reaksi seseorang individu terhadap stimulus
dari luar maupun dalam dirinya dimana perilaku individu dibentuk berdasarkan segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, perilaku merupakan gabungan dari
pengetahuan, sikap dan tindakan.
5.KESIMPULAN
1. Gambaran perilaku responden di Kelurahan Pancoran Mas paling banyak frekuensinya pada
perilaku sedang sebanyak 64 responden atau 47,1 %.
2. Gambaran kejadian DBD di Kelurahan Pancoran Mas paling banyak frekuensinya pada tidak
sakit DBD sebanyak 86 responden atau 63,2%.
3. Tidak terdapat hubungan antara perilaku keluarga terhadap kejadian DBD dengan nilai P = 0,254.
J. Materi Edukasi
1. Edukasi yang harus dilakukan pada pasien dan keluarga pasien demam dengue
(dengue fever/DF) yang dirawat jalan antara lain :
Pasien harus istirahat cukup
Diperlukan asupan cairan yang cukup. Cairan dapat berupa susu, jus, cairan
isotonik, maupun oralit.
Jaga suhu tubuh di bawah 39 C
Awasi munculnya warning sign
Pasien diminta untuk kontrol kadar leukosit, hematokrit, dan trombosit setiap
24 jam
Lingkungan sekitar rumah pasien harus dibersihkan agar penyebaran penyakit
dapat terkontrol
Edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat pada umumnya berupa
peningkatan kesadaran masyarakat, dalam upaya untuk mengendalikan dan mencegah
penularan virus dengue, dengan cara membasmi nyamuk melalui pemberantasan
sarang nyamuk.
1. Menguras
Yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
ataupun penampung air lemari es.
2. Menutup
Yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, ataupun bak mandi.
3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DF
3. Imunisasi Dengue
Sekitar akhir tahun 2015, dan awal tahun 2016, vaksin pertama dengue dipasarkan
oleh Sanofi Pasteur dengan nama Dengvaxia (CYD-TDV). Vaksin ini diindikasikan
untuk pencegahan terhadap virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah menyetujui izin
edar vaksin dengue Dengvaxia sejak 31 Agustus 2016. Sebelumnya, Indonesia adalah
salah satu negara yang berpartisipasi dalam fase ke-3 randomized clinical trials untuk
evaluasi vaksin tersebut. Vaksin Dengvaxia ini diberikan 3 dosis kepada anak usia 9-
16 tahun, dengan jadwal pemberian 0, 6 dan 12 bulan. Namun, pemberian vaksin
tersebut memiliki kontraindikasi terhadap orang dengan riwayat reaksi alergi terhadap
komponen vaksin ini, individu dengan defisiensi imunitas tubuh, penderita HIV,
wanita hamil dan menyusui, dan orang yang sedang menderita demam.
Reaksi imun
(ANTIGEN-ANTIBODI
Anafilatoksin dilepaskan
Melepaskan histamin yang
bersifat vasoaktif
koagulapati
perdarahan
trombositopenia
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infektif sepanjang
hidupnya dan mimisan
terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat menggigit dan menghisap
petekie
darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel
kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru.
Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini,
dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel
dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur
dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif
terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.
Reaksi immumitas ini dengan mengeluarkan antibodi, salah satunya adalah teori antigen-antibodi
yang Berdasarkan pada penderita atau kejadian DBD terjadi penurunan aktivitas sistem
Komplemen yang ditandai penurunan kadar C3, C4 dan C5. . Karena aktivitas sistem
komplemennya menurun maka akan melepaskan anafilatoksin, anafilatoksin merupakan senyawa
yang dilepaskan oleh C3a dan C5a. Senyawa ini dapat memberikan stimulasi pada sel mast untuk
melepaskan histamine, histamine berperan dalam meningkatkan permeabilitas pembuluh dan
kontraksi otot polos. Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh
ketika mengalami reaksi alergi atau infeksi. Jika tidak mampu mengendalikan produksi
histamin di dalam tubuh, Anda mungkin akan merasakan beberapa gejala yang mirip dengan
alergi, misalnya gatal-gatal, ruam, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, diare, hidung
tersumbat atau berair, sesak napas, kulit kemerahan, dan merasa ingin pingsan.
Muntah merupakan cara dari traktus gastroinstestinal membersihkan dirinya sendiri
karena suatu rangsangan berupa iritasi organ gastrointestinal secara luas dan berlebihan dan non
iritasi (obstruksi saluran nafas), pemakaian obat tertentu seperti opiad, kemoterapi, toksin bakteri,
virus, dan kehamilan yang dapat merangsang zona kemoreseptorpencetus. Setelah zona
kemoreseptor pencetus, rangsangan akan berlanjut ke pusat muntah di sistem saraf pusat.
Rangsangan di pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma (suatu sekat antaradada dan
perut) dan otot-otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma dan kontriksi
(pengerutan) otot-otot lambung. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di
dalam perut khususnya lambung dan mengakibatkan keluarnya isi lambung sampai ke
mulut.Muntah pada penyakit DBD untuk anak dan dewasa dari penelitian yang dilakukan oleh
L.J Souza,dkk didapatkan jumlah dewasa lebih banyak dibandingkan anak. Muntah pada DBD
lebih sering ditemukan pada lima hari pertama sakit. Muntah persisten merupakan muntah setiap
kali penderita mencoba untuk minum selama 24 jam sehingga penderita tidak dapat menahan
makanan atau cairan. Muntah persisten juga dapat didefinisikan muntah yang jumlah keluaran
dan kekuatannya besar.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bobkova, E. Medscape (2017). Drugs & Diseases. Relapsing Fever Differential Diagnoses.
Citra, Adysha.18 Februari 20016. Cukupkah Air Putih untuk Penderita DBD? Ini Jawabannya.
diakses pada tanggal 12 September 2019 pada link:
https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/16/02/18/o2qcvw384-
cukupkah-air-putih-untuk-penderita-dbd-ini-jawabannya
Candra,Aryu. (2010). Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission
Risk Factors. Aspirator Vol 2 No 2. 110 –119
Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
.Tafwid, Muhammad Iqbal. (2015). Tatalaksana Syok Hipovolemik Et Causa Suspek Intra Abdominal
Hemorrhagic Post Sectio Caesaria. Vol 2. 203-2011.