Anda di halaman 1dari 36

DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu: Ns. Santi Herlina, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep MB

Disusun oleh:

Tutor A

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan masakalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah yang berjudul DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) ini ditulis guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Didalamnya, penulis akan
membahas mengenai DHF
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa hormat
dan ucapan dan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca.

Jakarta, 5 November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yangmasuk ke
dalamtubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan
wabah. (Suriadi, 2006:57).

Sampai sekarang penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah


kesehatan masyarakat Indonesia.Penyakit dengue hemorrhagic fever tercatat pertama kali
di Asia pada tahun di 1954,sedangkan di Indonesia penyakit demam berdarah dengue
pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF dengan 24
kematian (CFR:41,5%) dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
( Soegijanto,2006)Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue
hemorrhagic fever, karena tempat hidup nyamuk hampirseluruhnya adalah buatan
manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Karena itu, 10 kota
dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya merupakan ibukota provinsi yang padat
penduduknya.Data kementerian kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat
jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150
ribu. Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus demam berdarah
dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat
kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89%.

Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk membuat maklah mengenai DHF
dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

B. Rumusan Masalah

a) Berapakah Prevelensi DHF?


b) Apa pengertian dan klasifikasi DHF?
c) Apa etiologi dan faktor risiko DHF?
d) Apa saja tanda dan gejala DHF?
e) Bagaimana komplikasi yang terjadi?
f) Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan?
g) Apa saja penatalaksanaan medis DHF?
h) Apa asuhan keperawatan dalam DHF?
i) Bagaimana telaah jurnal mengenai DHF?
j) Apa saja materi edukasi yang diberikan?
k) Bagaimana proses terjadinya mimisan dan petechiae?
l) Bagaimana proses terjadinya tidak nafsu makan?
m) Bagaimana proses terjadinya nadi cepat dan lemah?

C. Tujuan Penulisan
Diharapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa mampu :
a. Mengetahui prevalensi DHF..
b. Memahami pengertian dan klasifikasi DHF.
c. Memahami etiologi dan faktor risiko DHF.
d. Memahami tanda dan gejala DHF?
e. Mengetahui komplikasi yang terjadi?
f. Memahami pemeriksaan penunjang yang dilakukan?
g. Memhami penatalaksanaan medis DHF?
h. Memahami asuhan keperawatan dalam DHF?
i. Mengetahui telaah jurnal mengenai DHF?
j. Memahami materi edukasi yang diberikan?
k. Memahami proses terjadinya mimisan dan petechiae?
l. Memahami proses terjadinya tidak nafsu makan?
m. Memahami proses terjadinya nadi cepat dan lemah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prevelensi DHF

Virus dengue ditemukan di daerah tropis dan sub tropic kebanyakan di wilayah
perkotaan dan pinggiran kota di dunia ini. Untuk Indonesia dengan iklim tropis sangat
cocok untuk pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan serta baik bagi tempat
berkembangnya beragam penyakit, terutama penyakit yang dibawa oleh vektor yakni
organisme penyebab agen pathogen dari inang ke inang, seperti nyamuk menularkan
penyakit. Demam berdarag dengue (DBD) atau Dengue haemorrhagic fever (DHF)
merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk spesies aedes aegypti dan
aedes albopictus.
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebarannya semakin luas, penyakit
DBD juga penyakit yang menular ppada umumnya menyerang pada usia anak-anak umur
kurang dari 15 tahun dan juga bisa menyerang pada orang dewasa.
Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75% dari beban dengue di dunia
antara tahun 2004-2010, sementara di Indonesia dilaporkan sebagai Negara ke-2 dengan
kasus DBD terbesar diantara 30 wilayah endemis.
Kasus Demam Berdarah Dengue perprovinsi di Indonesia tahun 2017 dengan
jumlah kasus 68.407 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2016 sebanyak
204.171 kasus. Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di 3 provinsi di pulau Jawa,
masing-masing jawa barat dengan total kasus sebanyak 10.016 kasus, Jawa Timur
sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah 7.400 kasus.

Kematian demam berdarah dengue perprovinsi di Indonesia tahun 2017 berjumlah 493
kematian.
a. Angka kesakitan atau incidence rate (IR)
pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus
dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 493 orang dan IR 26,12 per 100.000
penduduk dibandingkan tahun 2016 dengan kasus sebanyak 204.171 serta IR 78,85
per 100.000 penduduk. Dari grafik di bawah selama kurun waktu 10 tahun terakhir
mulai dari 2008 cenderung tinggi sampai tahun 2010 kemudia mengalami penurunan
drastic ditahun 2011 sebesar 27,67 per 100.000 penduduk yang di lanjutkan dengan
tren kecenderungan meningkat sampai tahun 2016 sebesar 78,85% per 100.000

penduduk namun mengalami penurunan drastic pada tahun 2017 dengan angka
kesakitan 26,12 per 100.000 penduduk.
Tahun 2017 terdapat 30 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2016. Provinsi
dengan angka kesakitan DBD tertinggi yaitu Bali sebesar 105,95 per 100.000
penduduk, selanjutnya Kalimantan Barat sebesar 52,61 per 100.000 penduduk.

b. Angka Kematian atau case fatality rate (CFR) DBD


Angka kematian atau CFR akibat DBD lebih dari 1 % dikategorikan
tinggi. Walaupun secara umum CFR tahun 2017 menurun dibandingkan tahun
sebelumnya. Terdapat 10 provinsi yang memiliki CFR tinggi dimana 3 provinsi
tertinggi adalah Gorontalo (2,18%), Sulawesi Utara (1,55%) dan Sulawesi
Tenggara (1,47%), pada provinsi-provinsi dengan CFR tertinggi masih
diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan
pengetahuan masyarakat untuk segera memeriksa diri ke sarana kesehatan jika
ada gejala DBD sehingga tidak terlambat ditangani dan bahkan sampai
menyebabkan kematian.

B. Pengertian dan Klasifikasi DHF

DHF di sebut Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau sering di sebut DBD(Demam
Berdarah Dengue) adalah Penyakit yang bersifat endemik artinya peyakit yang umum
dan laju nya konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi,pada banyak daerah tropis
dan subtropis dbd akan muncul sepanjang tahun,terutama saat musim hujan ketika
kondisi optimal untuk nyamuk berkrmbang biak,biasanya sejumlah orang akan terinfeksi
dalam waktu yang singkat.akut artinya penyakit yang tiba-tiba dan menggambarkan rasa
sakit yang hebat dan tajam ,ketika terinfeksi salah satu dari 4 virus dengue (den-1,den-
2,den-3,den-4) Gejala yang akan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak, sakir
kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau
gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita. dan
secara periodik dapat mendatangkan kejadian luar biasa atau akan terjadi peningkatan
jumlah dan penyebaran daerah semakin banyak dan akan memungkinkan angka kematian
terhadap dbd meningkat.dbd ini Disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti(nyamuk kecil
berwarna gelap dengan tanda belang putih di kaki nya selain bertanggung jawab atas
penularan virus dengue ,virus zika,virus chikungunya,virus demam kuning) dan aedes
albocpictus(kaki belang hitam putih dan kaki badan kecil berbelang hitam putih).

KLASIFIKASI DHF

berdasarkan derajat/tingkat keparahannya terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Menurut WHO 1997:


1. Derajat I (Ringan) dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji
torniket + (positif).
2. Derajat II (Sedang) Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan
spontan di kulit atau pendarahan lain.
3. Derajat III (Berat) ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah
serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai
<80 mmHg),sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasen
tampak gelisah
4. Derajat IV (Berat) Penderita syok berat dengan tekanan darah yang tak dapat
diukur dan nadi yang tak dapat diraba (Purba, 2012).

b. Menurut WHO 2009:


1. Dengue tidak berat (Non Severe Dengue), Dengan demam yang disertai dua
gejala mual, muntah, bintik-bintik merah, nyeri sendi, leukopenia, torniquet tes
positif.
 Pasien dengan warning sign
Pada pasien ini terdapat nyeri abdomen, muntah terus menerus,
perdarahan mukosal, letargi, pembesaran hepar lebih dari 2 cm, maupun
peningkatan hematokrit disertai penurunan trombosit dengan cepat.
 Pasien tanpa warning sign
Pasien tanpa warning sign diatas.

2. Dengue berat (Severe Dengue)


demam akut disertai tanda-tanda kebocoran plasma berat, perdarahan hebat,
gangguan fungsi organ lain antara lain liver, otak, jantung dan sebagainya.

C. Etiologi dan Faktor Risiko DHF


a. Etiologi DHF
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus
B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda.
Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah
perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan). (Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-42 0C. Bila kelembaban terlalu rendah
telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa
ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari
dapat bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
b. Factor Resiko
Ada beberapa alasan kenapa negara beriklim tropis seperti Indonesia
menjadi lokasi rawan wabah DBD. Baik dari letak geografis negaranya sendiri,
dan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dilakukan penduduknya. Apa saja?
1. Musim hujan yang lama
Musim hujan adalah salah satu faktor penyebab mewabahnya demam
berdarah (DBD) di Indonesia. Musim hujan di Indonesia berlangsung cukup lama,
antara bulan Oktober sampai bulan Febuari.  Selama musim hujan umumnya
kasus demam berdarah meningkat karena banyaknya genangan air. Genangan air
hujan atau bahkan sisa arus banjir adalah sarana paling ideal bagi nyamuk Aedes
untuk bertelur. Nyamuk akan lebih mudah dan cepat berkembang biak di
lingkungan yang lembap. 
Begitu pula selama musim pancaroba (peralihan musim dari kemarau ke
hujan, atau sebaliknya). Di musim pancaroba, kadang suhu lingkungan juga akan
terasa lebih lembap. Ini membuat masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk
berlangsung lebih cepat. Artinya nyamuk akan punya lebih banyak peluang untuk
menginfeksi banyak orang sekaligus dalam waktu singkat. Secara umum, iklim
adalah faktor kunci yang mengendalikan di mana spesies nyamuk dapat hidup.
Ketika iklim berubah, nyamuk akan berpindah mencari habitat yang cocok agar
bisa terus berkembang biak.
2. Daya tahan tubuh yang buruk
Virus dengue sebenarnya bisa langsung dilawan dan dimatikan oleh sistem
imun tubuh sebelum memunculkan gejala. Namun apabila daya tahan tubuh
sedang lemah, terutama di musim pancaroba, Anda akan lebih berpeluang
terinfeksi virus dengue penyebab DBD. Maka dari itu, Anda wajib mengonsumsi
makanan sehat serta suplemen atau vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh.
3. Buang sampah sembarangan
Nyamuk penyebab DBD cenderung berkembang biak di tempat yang
gelap, kotor, dan lembap. Misalnya di tumpukan sampah yang terdapat sampah
kaleng, ember, atau botol yang terisi genangan air. Sampah yang dibuang
sembarangan akan mudah terisi genangan air hujan dan dijadikan tempat nyamuk
bertelur. Maka dari itu, Anda wajib membuang sampah pada tempatnya. Agar
tidak menumpuk, timbun sampah di dalam tanah agar tidak dapat menampung air
hujan.

4. Jarang menguras bak mandi


Bak mandi yang tidak sering dikuras dan dibersihkan juga bisa menjadi
sarang nyamuk penyebab demam berdarah. Nyamuk dari luar mungkin saja
masuk ke rumah Anda dan akan mencari genangan air, terutama di kamar mandi,
untuk bertelur. Jentik nyamuk penyebab DBD dapat terlihat seperti bintik-bintik
cokelat yang menempel di pinggiran dasar bak mandi. Kadang pula terlihat
bergerak dari bawah ke atas permukaan air secara berulang-ulang.
Untuk memberantas jentik nyamuk, taburkan bubuk abate ke bak mandi
yang masih berisi air kemudian tutup permukaannya. Namun sebaiknya Anda
tetap harus rajin menguras bak mandi minimal 2 kali seminggu untuk mencegah
nyamuk penyebab demam berdarah. Selain bak mandi, Anda harus menutup rapat
wadah penampungan air lain di rumah Anda. Mulai dari toren air, vas bunga,
kaleng, atau ember di kebun yang bisa menjadi sarang nyamuk DBD. Dengan
menutup rapat wadah air, nyamuk tidak akan bisa menelurkan jentik-jentiknya di
genangan yang tersisa. 
5. Gemar menumpuk baju kotor di rumah
Anda sama saja mengundang nyamuk demam berdarah masuk ke rumah
jika gemar menumpuk baju kotor di pojokan kamar atau menggantungnya di
belakang pintu. Baju kotor memang bukan penyebab langsung demam berdarah,
tapi kondisinya yang terus lembap menarik perhatian nyamuk. Belum lagi
nyamuk masih dapat mencium sisa-sia aroma tubuh manusia yang menempel di
baju-baju itu.  Jika Anda memang harus menyimpan baju kembali, lipat rapi dan
simpan di tempat yang bersih dan tertutup. 
6. Sering keluar rumah malam-malam
Keluar rumah malam-malam sebetulnya tidak masalah. Namun, ada
baiknya melindungi diri dengan pakaian yang menutup kulit. Nyamuk penyebab
demam berdarah aktif mencari mangsa dan menggigit manusia di malam hari.
Jika Anda berencana keluar di malam hari, kenakan pakaian yang menutup seperti
jaket, baju lengan panjang, celana panjang, sepatu, dan kaos kaki.
Jangan kenakan pakaian yang memperlihatkan kulit dan dapat menjadi
target gigitan nyamuk penyebab DBD. Anda juga bisa menyemprotkan obat
permethrin pada pakaian sebelum keluar rumah untuk mencegah nyamuk hinggap
di badan. Semprot permethrin hanya di pakaian, tidak di kulit secara langsung.
7. Pergi ke daerah yang banyak kasus demam berdarah
Indonesia adalah negara endemik DBD. Namun, ada beberapa daerah atau
yang berpotensi rawan kasus DBD. Data dari Kemenkes menunjukkan
bahwa Jawa Timur, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur tergolong daerah
dengan jumlah kasus DBD tertinggi per tiga bulan pertama tahun 2019. Guna
menghindari gigitan nyamuk penyebab DBD, sebaiknya hindari dulu bepergian ke
tempat-tempat rawan tersebut. Terutama selama musim hujan.
c. Phatway DHF

VIRUS DENGUE(AGEN)

DITULARKAN MELALUI GIGITAN


NYAMUK AEDES
AEGYPTI(VEKTOR

VIRUS BEREDAR DALAM


DARAH

VIREMIA

INFEKSI VIRUS DENGUE

DHF

D. Tanda dan Gejala DHF

Terdapat 3 jenis demam dengue, demam berdarah dengue, dan dengue shock syndrome

1. Demam dengue

Gejala demam dengue klasik biasanya diawali dengan demam tinggi (>40 ºCelsius)
selama 4-7 hari setelah digigit nyamuk, serta:
 Sakit kepala parah
 Nyeri pada bagian belakang mata
 Nyeri otot dan sendi parah
 Mual dan muntah
 Ruam

Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam, kemudian
berkurang setelah 1 hingga 2 hari. Anda mungkin mengalami ruam kedua beberapa
hari kemudian.

2. Demam berdarah dengue (Dengue hemorrhagic fever)

Gejala dari dengue hemorrhagic fever meliputi semua gejala dari demam dengue,
ditambah:

 Muntah terus menerus


 Sakit perut parah
 Sulit bernapas setelah demam awal mereda
 Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening
 Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit, menyebabkan memar
berwarna keunguan

Selama 24 hingga 48 jam kedepan, kapiler darah di seluruh tubuh mulai bocor.
Komponen darah yang bocor dapat mengalir dan membanjiri rongga perut
(peritoneum) dan rongga paru-paru.

Perdarahan juga dapat berisiko menimbulkan kerusakan pada kelenjar getah bening


dan pembesaran hati. Jenis penyakit dengue ini dapat menyebabkan kematian.

3. Dengue shock syndrome

Gejala dari dengue shock syndrome adalah yang paling parah. Gejala demam syok
meliputi semua gejala dengue dan demam berdarah dengue, ditambah:

 Kebocoran di luar pembuluh darah


 Perdarahan parah
 Shock (tekanan darah sangat rendah)

E. Komplikasi
a. Gagal Ginjal

Kebocoran plasma menyebabkan kegagalan sirkulasi dimana fungsi ginjal


menjadi terganggu karena kurangnya pasokan darah untuk difiltrasi, hal ini
mengakibatkan kadar ureum dan kreatinin menjadi meningkat. Dimana kadar
ureum dan kreatinin ini seharusnya dikeluarkan oleh tubuh, akhirnya kadar ureum
dan kreatinin ini melumpuh dan menyebabkan gagal ginjal.

b. Ensefalopati Dengue

Kebocoran plasma menyebabkan kegagalan sirkulasi. Kegagalan sirkulasi ini


menyebabkan oksigen yang dialirkan ke otak menjadi menurun atau yang biasa
disebut “hipoksia di otak”. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi otak atau biasa
disebut sebagai ensefalopati dengeu.

c. Efusi Pleura

Peningkatan permeabilitas pembuluh darah menyebabkan terjadinya kebocoran


plasma karena kebocoran plasma ini dapat menyebabkan perdarahan yang
akhirnya cairan dapat masuk keruang intertisial rongga paru. Bila cairan yang
masuk terlalu banyak, maka akan menyebabkan penumpukan di pulmoner (edema
pulmoner). Edema pulmoner yang berkepanjangan dapat menyebabkan efusi
pleura atau cairan paru merembes.

PATHWAY KOMPLIKASI DHF

Virus dengeu

Reaksi imun

Aktivasi sistem Melepaskan histamin


komplemen yang bersifat vasoaktif

Permeabilitas pembuluh
darah

Kebocoran plasma

Perdarahan
Kegagalan sirkulasi

Cairan masuk ke ruang


intertisial rongga paru
Hipoksia di otak Fungsi ginjal terganggu
Edema pulmoner
Ensefalopati dengeu Kadar ureum dan
kreatinin
Efusi pleura

Gagal ginjal

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rumple Leed (Tes Tourniquet)

Rumple Leed adalah metode diagnostik klinik untuk menentukan kecenderungan


perdarahan pada pasien, dengan menilai kerapuhan dinding kapiler dan untuk
mengidentifikasi trombositopena.
Ketika manset tekanan darah dipacu ke titik antara tekanan darah sistolik dan
diastolik selama 5 menit, maka tes ini akan dinilai. Tes positif jika ada 10 atau lebih
petechiae per inti persegi. Dalam DHF tes biasanya memberikan hasil positif yang
pasti dengan 20 petechiae atau lebih.

Cara kerja tes tourniquet :


a. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100
mmHg (jika tekanan sistolik persakit < 100 mmHg, pump sampai tekanan
ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
b. Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan
IVY. 5 menit sudah mencukupi).
c. Lepas ikatan dan tunggu sampai ada tanda-tanda statis darah hilang kembali.
Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan
tadi kembali seperti warna kulit sebelumnya diikat atau menyerupai warna kulit
pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).
d. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5
cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.
e. Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm
distal dari fossa cubiti test rumple leed dikatakan positif. Seandainya dalam
lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal yang
lebih jauh daripada itu, test rumple leed juga dikatakan positif.

2. Pemeriksaan Darah
a. Pemeriksaan Hemoglobin
Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan terjadi
kebocoran /perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya akan keluar
dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Kenaikan kadar hemoglobin >14
gr/100 ml.

Kadar Hb yang normal bagi pria umumnya sekitar 13,8 sampai 17,2 g/dL.
Sedangkan untuk wanita adalah 12,1 sampai 15,1 g/dL, dan jika lebih dari itu,
Anda dinyatakan memiliki jumlah Hb tinggi.

b. Pemeriksaan Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya hemokonsentrasi, yang
merupakan indikator terjadinya perembesaran plasma. Nilai peningkatan ini lebih
dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat dilakukan dengan metode makro
dan mikro.

Hematokrit normal :
Pria dewasa: 38,8-50 persen
Wanita dewasa: 34,9-44,5 persen
Anak-anak: 33 -38%
Cara mengukur hematokrit dengan metode mikrokapiler :
1) Darah kapiler diambil dengan tabung hematokrit 2/3 atau 3/4 dari tabung.
2) Ditutup dengan wax.
3) Disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
4) Dibaca kadar hematokrit dengan Reading Device.

Disentrifuge mikrokapiler Reading device

c. Pemeriksaan Trombosit

Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien
didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau
menurun. Pada pasien DHF umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8
< 100.000 / µl. Nilai normal trombosit berkisar 150.000 – 400.000 / µl.

d. Pemeriksaan Leukosit

Pada pasien DHF kadar leukosit bisa normal dan bisa juga menurun. Nilai normal
leukosit berkisar 5000 – 10000 / µl.

3. Imunoserologi IgM dan IgG


Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus
dengeu. IgM terdeteksi muli hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang
setelah 60 – 90 hari. IgG pada infeksi primer terdeteksi mulai hari ke 14, pada infeksi
sekunder terdeteksi mulai hari ke 2.
4. Isolasi Virus Dengeu
Isolasi virus adalah cara yang paling baik untuk diagnosis laboratorim, agar dapat
mengetahui jenis virus penyebabnya. Untuk isolasi dipergunakan spesimen yang
mengandung virus dalam jumlah yang besar. virus dengeu terdapat dalam jumlah banyak
pada darah saat stadium viremia (masa dimana virus berada dalam aliran darah sehingga
dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitan nyamuk).

Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu :


a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari.
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCKMK2) dan nyamuk A. albopictus.
c. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik / intraserebri pada larva.
Identifikasi Virus :
Adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan melakukan fluorescence
antibody technique test secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan
cunjugate. Untuk identifikasi virus dipakai flourensecence antibody technique test secara
indirek dengan menggunakan antibodi monoklonal.

G. Penatalaksanaan Medis DHF


Penatalaksanaan DBD pada dasarnya ditentukan oleh derajat keparahan
penyakitnya dimana prinsipnya merupakan pengobatan supportif simtomatis dengan
elemen utama berupa terapi cairan (volume replacement) dan antipiretik (penurun panas).
 Antiperetik
Penurunan suhu tubuh anak dapat dicapai dengan penggunaan obat penurun panas
(antipiretik) seperti parasetamol dan ibuprofen, terapi fisik (nonfarmakologi)
seperti istirahat baring, kompres hangat, dan banyak minum.

Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik
(pereda nyeri) dan antiperetik (penurun deman). obat ini dipakai untuk meredakan
rasa sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan deman. Untuk orang
dewasa, dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol 1-2 tablet sebanyak 500 mg
hingga 1 g tiap 4-6 jam sekali dalam 24 jam.

H. Asuhan Keperawatan

Kasus :
Seorang pasien dirawat diruangan perawatan umum dirumah sakit pemerintah. Pasien
dirawat dengan keluhan demam, mimisan, tidak nafsu makan. Seorang perawat melakukan
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: keluarga pasien mengatakan sakit sejak main
kerumah saudara yang banyak nyamuk, terdapat ptekie di badan, nadi cepat dan lemah,
trombosit dan hematokrit abnormal. Pasien mendapatkan terapi Antipiretik, antibiotik dan
Infus RL. Keluarga pasien bertanya bagaimana anaknya bisa terkena penyakit ini.
Diagnosa medis klien DHF Stadium IV, perawat dan dokter serta paramedic
lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari /
mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.

A. DATA FOKUS
No Data Subjektif Data Objektif

1. - Pasien mengatakan badannya Hasil TTV:


terasa demam, - BP: 100/60 mmHg
- Pasien mengatakan mimisan, - S: 41oC
- HR: 110 x/menit
- Pasien mengatakan tidak - RR: 22 x/menit
nafsu makan
- keluarga pasien mengatakan, Hasil laboratorium:
sakit sejak main kerumah
- Trombosit: 31000/mm3
saudara yang banyak - Terdapat petechiae (+)
- Hb: 15,5 g/dl (dalam batas
nyamuk.
normal)
- Leukosit: 3500/mm3 (rendah)
- PCV: 50% (normal dalam rentang
tinggi)

B. ANALISA DATA
NO. DATA DIAGNOSA ETIOLOGI
1. DATA SUBJEKTIF : Defisien volume Asupan cairan
- Pasien mengatakan cairan kurang ditandai
dengan penurunan
badannya terasa demam
(domain 2. Kelas 5. tekanan darah,
DATA OBJEKTIF : Kode diagnosis peningkatan suhu
Hasil TTV: 00027) tubuh, peningkatan
- TD: 100/60 mmHg frekuensi nadi, dan
- S: 41oC kelemahan
- HR: 110 x/menit
- RR: 20 x/menit
DATA TAMBAHAN :
- mukosa bibir klien kering
- turgor kulit tidak elastis
- klien tapak lemah

2. DATA SUBJEKTIF : Ketidakseimbangan Asupan diet kurang


- Pasien mengatakan tidak nutrisi kurang dari dan
kebutuhan tubuh ketidakmampuan
nafsu makan.
mencerna makanan
- Pasien mengatakan mual (domain 2. Kelas 1. ditandai dengan
Kode diagnosis enggan makan ,
dan muntah
00002) dan berat badan
20% atau lebih
dibawah rentang
DATA OBJEKTIF : badan ideal
Data tambahan
- konjungtiva klien pucat
- BB sebelum sakit: 65 kg
- BB setelah sakit : 62 kg
- Frekuensi muntah 2x/hari
- Jumlah muntah 200 ml
3. DATA SUBJEKTIF : Hipertermia Penyakit dan
- Pasien mengatakan peningkatan laju
metabolisme
badannya terasa demam,
ditandai dengan
- keluarga pasien (domain 11. Kelas kulit terasa hangat
6. Kode diagnosis dan takikardia
mengatakan demam sudah
00007)
3 hari, sakit sejak main
kerumah saudara yang
banyak nyamuk.
- Pasien mengatakan
mimisan
DATA OBJEKTIF :
Hasil TTV:
- S: 41oC
- HR: 110 x/menit
- RR: 22x/menit
- TD : 100/60 mmHg
DATA TAMBAHAN:
- Kulit pasien tampak
kemerahan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf &

( P&E) Ditemukan Teratasi Nama jelas

1. Defisien volume cairan 29 oktober


berhubungan dengan asupan 2019
cairan kurang ditandai
dengan penurunan turgor
kulit, penurunan tekanan
darah, membrane mukosa
kering, peningkatan suhu
tubuh, peningkatan
frekuensi nadi, dan
kelemahan
(domain 2. Kelas 5. Kode
diagnosis 00027)

2. Ketidak seimbangan nutrisi 29 oktober


kurang dari kebutuhan 2019
tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang dan
ketidak mampuan mencerna
makanan ditandai dengan
enggan makan, dan berat
badan 20% atau lebih
dibawah rentang badan
ideal

domain 2. Kelas 1. Kode


diagnosis 00002)

3. Hipertermia berhubungan 29 ktober


dengan Penyakit dan 2019
peningkatan laju
metabolism ditandai dengan
kulit terasa hangat dan
takikardia

(domain 11. Kelas 6. Kode


diagnosis 00007)

D. RENCANA TINDAKAN
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan dan Paraf & Nama
Tanggal
Dx (NOC) Rasional (NIC) Jelas
29 oktobe 1 NOC NIC
r 2019 Volume cairan, kekurangan Volume cairan,
(Bagian empat, hal 667) kekurangan.(bagian
enam, hal 594)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 Manajemen cairan
jam masalah kekurangan (bagian tiga, klasifikasi,
volume cairan dapat teratasi, 4120)
dibuktikan oleh klien
Keseimbangan cairan (0601) 1. Monitor TTV pasien
1. Tekanan darah normal 2. Berikan terapi IV, seperti
dipertahankan 100/60 yang ditentukan
mmHg dan 3. Jaga intake asupan yang
ditingkatkan (100/80 – akurat dan catat output
130/90 mmHg) (5) pasien
2. Denyut nadi radial 4. Berikan cairan, dengan
dipertahankan tepat
100x/menit dan 5. Tingkatkan asupan oral
ditingkatkan (60- (misalnya, memberikan
100x/menit) (5) sedotan, menawarakan
3. Keseimbangan intake cairan diantara waktu
dan output dalam 24 makan, mengganti air es
jam dipertahankan secara rutin,
-300ml dan menggunakan es untuk
ditingkatkan ( ) jus favorit anak,
4. Turgor kulit normal potongan gelatin
dipertahankan turgor kedalam cangkir obat
kurang 8 detik dan kecil), yang sesuai
ditingkatkan (turgor Distribusikan
baik 1 detik) asupan cairan
5. Kelembapan selama 24 jam
membrane mukosa
(lembab)
6. Hematokrit normal
dipertahankan 50%
dan ditingkatkan (40-
50%)

29 oktobe 2. NOC NIC


r 2019 Nutrisi : Ketidak Nutrisi: ketidak
seimbangan, kurang dari seimbangan , kurang dari
Kebutuhan Tubuh kebutuhan tubuh (bagian
(Bagian empat, hal 644) enam, hal 558)

Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (bagian


keperawatan selama 3x 24 tiga, hal 197. 1100)
jam masalah ketidak
seimbangan nutrisi kurang 1. Anjurkan keluarga untuk
dari kebutuhan tubuh dapat membawa makanan
teratasi, dibuktikan oleh klien favorit pasien sementara
pasien berada di rumah
Status Nutrisi (bagian tiga, sakit, atau fasilitasi
hal 551. 1004) perawatan yang sesuai.
1. Asupan makanan 2. Tawarkan makanan
dipertahankan pada 3 ringan yang padat gizi
(cukup meyimpang dari 3. Monitor kalori dan
rentang normal) di asupan makanan
tingkatkan ke 5 (tidak
menyimpang dari rentang Manajemen Energi (bagian
normal) tiga, hal 177. 0180)
2. Asupan cairan 1. Tentukan jenis dan
diperthankan pada banyaknya aktivitas yang
3(cukup meyimpang dari dibutuhkan untuk
rentang normal) di menjaga ketahanan.
tingkatkan ke 5 (tidak 2. Monitor intake/ asupan
menyimpang dari rentang nutrisi untuk mengetahui
normal) sumber energy yang
3. Energi dipertahankan adekuat.
pada 3 ditingkatkan ke 5 3. Konsulkan dengan ahli
4. Hidrasi di pertahankan gizi mengenai cara
pada 2(banyak meningkatkan asupan
menyimpang) energy dari makanan.
ditingkatkan ke 4 (sedikit 4. Monitor/catat waktu
menyimpang ) lamanya istirahat atau
tidur pasien

3 NOC NIC
Hipertermia (bagian empat, Hipertermia (bagian enam
hal 611) hal,518)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 Perawatan demam
jam masalah hipertermi dapat (bagian tiga, hal 355,
teratasi, dibuktikan oleh 3740)
klien: 1.pantau suhu dan tanda-
tanda vital lainnya
Termoregulasi (bagian tiga, 2.monitor warna kulit dan
hal 564,0800) suhu
3.berikan cairan IV
1.peningkatan suhu kulit 4. kompres hangat
dipertahankan skala berat(1) 5. dorong konsumsi cairan
ditingkatkan pada skala 5.fasilitasi istirahat dan
ringan(4) batasi aktivitas
6.tingkatkan sirkulasi udara
2.hipertermia dipertahankan 7.lembabkan bibir dan
pada skala cukup berat(2) mukosa hidung yang kering
ditingkatkan pada sekala
ringan (4) Monitor tanda-tanda vital
(bagian tiga, hal 237,6680)
3.perubahan warna kulit
dipertahankan skala berat(1) 1.monitor ttv setelah
ditingktatkan pada skala memberikan obat, jika
ringan (4) memungkinkan
2.monitor warna kulit, suhu
Tanda-tanda Vital (bagian dan kelembapan.
tiga, hal 563, 0802)
1.suhu tubuh dipertahankan
pada deviasi berat dari
kisaran normal(1)
ditingkatkan ke deviasi ringan
pada kisaran normal (4)

2.tekanan nadi dipertahankan


deviasi yang cukup besar dari
kisaran normal ditingkatkan
ke deviasi ringan dari kisaran
normal

I. Telaah Jurnal

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM


BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang telah menjadi
salah satu masalah umum kesehatan masyarakat di Indonesia. Peningkatan kejadian DBD di Pancoran
Mas yang signifikan dari tahun 2010-2015 dan selalu menjadi peringkat pertama tertinggi di Kota Depok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku kesehatan keluarga terhadap kejadian DBD di
Kelurahan Pancoran Mas. Metode penelitian ini bersifat analitik. Subjek penelitiannya adalah masyarakat
yang bertempat tinggal di Kelurahan Pancoran Mas.

Dapat disimpulkan yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha)
ditolak dan Hipotesis (Ho) diterima, dimana tidak ada pengaruh antara perilaku keluarga terhadap
kejadian DBD di Kelurahan Pancoran Mas.
1.PENDAHULUAN

Penyakit DBD adalah salah satu penyakit endemik yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis .
World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa Asia menduduki urutan pertama pada kasus DBD
setiap tahunnya, Indonesia menjadi negara dengan kasus tertinggi di Asia.

data kasus DBD, didapat angka kejadian DBD pada tahun 2014 yaitu 100.347 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 907 orang. Di jateng tahun 2009 (89 kasus per 100.000 penduduk)

Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia, sehingga memiliki kelembapan udara yang cukup
tinggi yang menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti Aedes aegypti.

Penyebarannya didukung dengan mobilitas penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya,
kebiasaan masyarakat menampung air bersih yang belum mencukupi kebutuhan dan sumber air yang sulit
didapat karena letaknya yang jauh, sikap dan pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai pencegahan
DBD.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok, mulai bulan Maret 2016. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik yaitu penelitian yang mendeskripsikan, mencatat, menganalisa
dan menginterpretasikan hubungan antara perilaku keluarga terhadap kejadian demam
berdarah di Kelurahan Pancoran Mas. Jenis penenlitian adalah observasional dengan pendekatan secara
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh warga yang bertempat tinggal di Kelurahan
Pancoran Mas. Cara pengambilan sampel ini yaitu cluster random sampling dan diperoleh 136 responden.
Juga instrumennya menggunakan kuesioner, Kuesioner berisi pertanyaan untuk mengetahui perilaku
individu dan lingkungan rumah.

3. HASIL

Perilaku Responden Terhadap Kejadian DBD

Berdasarkan hasil pengambilan data primer dengan menggunakan kuesioner kepada responden tentang
perilaku keluarga terhadap kejadian demam berdarah dapat diketahui bahwa distribusi responden paling
banyak frekuensinya pada perilaku sedang sebanyak 64 responden atau 47,1 % dimana responden dapat
menjawab 11-13 soal dengan skor 60- 80, perilaku baik sebanyak 61 responden atau 44,9% dengan
menjawab 14-17 soal skor 80-100 dan perilaku kurang sebanyak 11 responden atau 8,1% dengan
menjawab

0-10 soal skor <60.

Kejadian DBD

distribusi responden paling banyak frekuensinya pada tidak sakit DBD sebanyak 86 responden atau
63,2% dan sedang sakit/pernah sakit demam berdarah sebanyak 50 responden atau 36,8% yang dapat
dilihat dari jawaban responden saat mengisi kuesioner.

Hubungan Perilaku Keluarga Terhadap Kejadian DBD di Kelurahan Pancoran Mas


Berdasarkan perilaku keluarga di Kelurahan Pancoran Mas, dapat dilihat perilaku masyarakatnya yang
mayoritas terdiri atas:

1. Kebiasaan menggantung pakaian

30 orang (37,5%) yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian kategori baik, 15 orang
(40,50%) yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian kategori sedang dan 5 orang (26,30%) yang
memiliki kebiasaan menggantung pakaian kategori kurang.

2. Kebiasaan Menguras TPA

Berdasarkan tabel 4 mengenai frekuensi pengurasan TPA menunjukkan bahwa dari 50 orang yang terkena
DBD terdiri dari 28 orang (37,8%) yang memiliki kebiasaan frekuensi pengurasan kategori sedang, 17
orang (41,5%) yang memiliki kebiasaan frekuensi pengurasan TPA kategori baik dan 5 orang (23,80%)
yang memiliki kebiasaan frekuensi pengurasan TPA kategori kurang

3. Kebiasaan menutup kontainer

Ketersediaan Tutup Kontainer

Berdasarkan tabel 5ketersediaan tutup TPA menunjukkan dari 50 orang yang terkena DBD paling banyak
yang memiliki ketersedian tutup TPA kategori baik yaitu 35 orang (35%) dan dari 86 orang yang tidak
terkena DBD paling banyak yang memiliki ketersediaan tutup TPA dengan kategori baik yaitu 65 orang

4.PEMBAHASAN

Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian Terhadap Kejadian DBD

Menurut Dermala (2012), Pakaian bekas yang digantung di dalam kamar merupakan media yang
disenangi nyamuk dan faktor resiko terjadinya penyakit DBD. Tempat-tempat yang lembab dan gelap
adalah tempat nyamuk beristirahat dan menunggu proses pematangan telur yaitu dengan menggantung
baju bekas pakai karena intensitas cahaya dan kelembapan udara mempengaruhi aktifitas terbang
nyamuk dan meletakkan telurnya. Kebiasaan masyarakat menggantung pakaian di dalam kamar karena
kemudahan jika dipakai di esok harinya, rumah yang dihuni tidak memiliki ruangan lain untuk
menggantung pakaian mereka dan jika mereka memiliki lemari, mereka enggan untuk menaruh pakaian
bekas ke dalam lemari karena tidak ingin baju yang masih bersih terkena bau kurang sedap dari baju
bekas pakai.

Hubungan Antara Frekuensi TPA Terhadap Kejadian DBD

Menurut Widia (2009), Pengurasan TPA yang dilakukan < 1 kali dalam 1 minggu dapat mengakibatkan
tumbuhnya jentik nyamuk dan terjadinya kejadian DBD sehingga pengurasan TPA harus dilakukan
secara teratur supaya tidak berkembangbiak di tempat tersebut. Dengan melakukan 3M dan meningkatkan
kesadaran masyarakat bahwa kebersihan lingkungan dapat menekan terjadinya DBD

Hubungan Antara Kebiasaan Menutup Kontainer

Menurut Widia (2009), Ketersediaan tutup pada kontainer yang berada di luar maupun di dalam rumah
sangat penting untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada kontainer, dimana kontainer
merupakan media tempat berkembang-biaknya nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat menular dan
terjadinya KLB DBD.

Hubungan Perilaku Keluarga Terhadap Kejadian DBD

Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Tuti et al (2012), terdapat hubungan yang bermakna
antara perilaku 3M terhadap kejadian DBD, hasil penelitiannya dari 19 responden (31,7%) yang
melakukan perilaku 3M Plus yang melakukan pengetahuan negatif, 12 responden beresiko, sedangkan 41
responden (68,3 %) melakukan perilaku positif, 32 responden tidak berisiko.

Menurut Sarwono (2007), Perilaku merupakan respons/reaksi seseorang individu terhadap stimulus
dari luar maupun dalam dirinya dimana perilaku individu dibentuk berdasarkan segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, perilaku merupakan gabungan dari
pengetahuan, sikap dan tindakan.

5.KESIMPULAN

1. Gambaran perilaku responden di Kelurahan Pancoran Mas paling banyak frekuensinya pada
perilaku sedang sebanyak 64 responden atau 47,1 %.

2. Gambaran kejadian DBD di Kelurahan Pancoran Mas paling banyak frekuensinya pada tidak
sakit DBD sebanyak 86 responden atau 63,2%.

3. Tidak terdapat hubungan antara perilaku keluarga terhadap kejadian DBD dengan nilai P = 0,254.

J. Materi Edukasi
1. Edukasi yang harus dilakukan pada pasien dan keluarga pasien demam dengue
(dengue fever/DF) yang dirawat jalan antara lain :
 Pasien harus istirahat cukup
 Diperlukan asupan cairan yang cukup. Cairan dapat berupa susu, jus, cairan
isotonik, maupun oralit.
 Jaga suhu tubuh di bawah 39 C
 Awasi munculnya warning sign
 Pasien diminta untuk kontrol kadar leukosit, hematokrit, dan trombosit setiap
24 jam
 Lingkungan sekitar rumah pasien harus dibersihkan agar penyebaran penyakit
dapat terkontrol
Edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat pada umumnya berupa
peningkatan kesadaran masyarakat, dalam upaya untuk mengendalikan dan mencegah
penularan virus dengue, dengan cara membasmi nyamuk melalui pemberantasan
sarang nyamuk.

2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit perlu terus dilakukan untuk
memutus rantai penularan penyakit. Upaya pemerintah untuk mengajak
masyarakat turut berpartisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk, adalah
dengan cara 3M, yaitu :

1. Menguras
Yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
ataupun penampung air lemari es.
2. Menutup
Yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, ataupun bak mandi.
3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DF

3. Imunisasi Dengue
Sekitar akhir tahun 2015, dan awal tahun 2016, vaksin pertama dengue dipasarkan
oleh Sanofi Pasteur dengan nama Dengvaxia (CYD-TDV). Vaksin ini diindikasikan
untuk pencegahan terhadap virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4.

WHO merekomendasikan kepada negara-negara yang memiliki tanggungan


beban penyakit dengue yang tinggi (high burden of disease) untuk menggunakan
vaksin recombinant tetravalent ini. Hal ini disarankan mengingat adanya bukti ilmiah
yang mengungkapkan bahwa seseorang yang pernah mendapatkan DF memiliki
risiko tinggi mengidap DHF, atau DSS bila mereka terinfeksi dengan virus dengue
strain yang lain. Karenanya, vaksin yang diterima haruslah memberikan imunitas
tubuh yang tinggi terhadap ke-4 serotipe virus dengue agar berguna secara klinis

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah menyetujui izin
edar vaksin dengue Dengvaxia sejak 31 Agustus 2016. Sebelumnya, Indonesia adalah
salah satu negara yang berpartisipasi dalam fase ke-3 randomized clinical trials untuk
evaluasi vaksin tersebut. Vaksin Dengvaxia ini diberikan 3 dosis kepada anak usia 9-
16 tahun, dengan jadwal pemberian 0, 6 dan 12 bulan. Namun, pemberian vaksin
tersebut memiliki kontraindikasi terhadap orang dengan riwayat reaksi alergi terhadap
komponen vaksin ini, individu dengan defisiensi imunitas tubuh, penderita HIV,
wanita hamil dan menyusui, dan orang yang sedang menderita demam.

K. Proses Terjadinya Mimisan dan Petechiae


Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue(DBD) disebabkan
oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang
menyebabkan perbedaanklinis. Perbedaan yang utama adalah hemokonsentrasi yang khas
pada DBD yang bisa mengarah pada kondisi renjatan. Renjatan itu disebabkan karena
kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue hal ini
tidak terjadi. Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap
masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap
oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir
setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap
virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Presenting Cell).
Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-
sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan
sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. 5 Proses diatas
menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik
seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya. Dapat terjadi manifetasi
perdarahan karena terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia, tetapi
trombositopenia ini bersifat ringan.5 Imunopatogenesis DBD dan DSS masih merupakan
masalah yang kontroversial. Dua teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan
patogenesis pada DBD dan DSS yaitu teori virulensi dan hipotesis infeksi sekunder
(secondary heterologous infection theory). Teori virulensi dapat dihipotesiskan sebagai
berikut : Virus dengue seperti juga virus binatang yang lain, dapat mengalami perubahan
genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia
maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom
virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi,
dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Renjatan yang dapat menyebabkan
kematian terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling virulen.2,4 Secara umum
hipotesis secondary heterologous infection menjelaskan bahwa jika terdapat antibodi
yang spesifik terhadap jenis virus tertentu maka antibodi tersebut dapat mencegah
penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi terdapat dalam tubuh merupakan antibodi
yang tidak dapat menetralisasi virus, justru dapat menimbulkan penyakit yang berat.
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan
menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang akan berikatan
dengan Fc reseptor Secondary heterologous dengue infection Replikasi virus Anamnestic
antibody response Kompleks Virus-Antibody Aktivasi Komplemen Anafilatoksin (C3a,
C5a) Komplemen Histamin dalam urin meningkat Permeabilitas kapiler meningkat
Perembesan Plasma Hipovolemia SYOK Anoksia Asidosis MENINGGAL Ht Meningkat
Natrium Menurun Cairan dalam rongga serosa >30% pd kasus syok 24-48 jam dari
membran sel leukosit terutama makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody
dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan
replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai respon terhadap infeksi
tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis infeksi sekunder (teori secondary
heterologous infection) dapat dilihat pada Gambar 2.3. Sebagai akibat infeksi sekunder
oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respon antibodi anamnestik
yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi
limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG antidengue. Disamping itu,
replikasi virus dengue terjadi juga di dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat
terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya
kompleks antigen-antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3
dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. Pada pasien
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24 – 48 jam. Perembesan plasma yang erat hubungannya dengan
kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah ini terbukti dengan adanya peningkatan
kadar hematokrit, penurunan kadar natrium dan terdapatnya cairan di dalam rongga
serosa (efusi pleura dan asites). Syok yang tidak tertanggulangi secara adekuat akan
menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakibat fatal, oleh karena itu
pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian.4 Gambar 2.3 Patogenesis
Terjadinya Syok Pada DBD.4 6 Secondary heterologous dengue infection Replikasi virus
Anamnestic antibody respose Kompleks Virus-Antibody Agregasi Trombosit Aktivasi
Koagulasi Aktivasi Komplemen Penghancuran Trombosit oleh RES Pengeluaran Platelet
faktor III Aktivasi Faktor Hageman Trombositopenia Koagulopati konsumtif Sistem
Kinin Anafilaktosin Gangguan fungsi trombosit Penurunan faktor Pembekuan Kinin
Peningkatan Permeabilitas kapiler PERDARAHAN MASIF FDP Meningkat SYOK
Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen antibodi selain
mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan
mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua
faktor tersebut akan mengakibatkan perdarahan pada DBD. Agrerasi trombosit terjadi
sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit
mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin diphosphat ), sehingga trombosit
dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia.
Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan
terjadinya koagulapati konsumtif (KID; koagulasi intravaskular deseminata), ditandai
dengan peningkatan FDP (fibrinogen degradation product ) sehingga terjadi penurunan
faktor pembekuan. Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi
trombosit, sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi
dengan baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hagemen
sehingga terjadi aktivasi sistem kinin kalikrein sehingga memacu peningkatan
permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif
pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID),
kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya perdarahan
akan memperberat syok yang terjadi.4 Gambar 2.4 Patogenesis Terjadinya Perdarahan
pada DBD
DHF

Reaksi imun

Aktivasi sistem komplemen

(ANTIGEN-ANTIBODI

Anafilatoksin dilepaskan
Melepaskan histamin yang
bersifat vasoaktif

Permeabilitas pembuluh darah


meningkat

koagulapati

Megakariosit disumsum tulang


belakang meningkat

Masa hidup trombosit pendek

perdarahan

trombositopenia

Pecahnya pembuluh darah hidung Perdarahan di bawah kulit


L. Proses Terjadinya Tidak Nafsu Makan

Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infektif sepanjang
hidupnya dan mimisan
terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat menggigit dan menghisap
petekie
darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel
kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru.
Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini,
dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel
dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur
dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif
terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.
Reaksi immumitas ini dengan mengeluarkan antibodi, salah satunya adalah teori antigen-antibodi
yang Berdasarkan pada penderita atau kejadian DBD terjadi penurunan aktivitas sistem
Komplemen yang ditandai penurunan kadar C3, C4 dan C5. . Karena aktivitas sistem
komplemennya menurun maka akan melepaskan anafilatoksin, anafilatoksin merupakan senyawa
yang dilepaskan oleh C3a dan C5a. Senyawa ini dapat memberikan stimulasi pada sel mast untuk
melepaskan histamine, histamine berperan dalam meningkatkan permeabilitas pembuluh dan
kontraksi otot polos. Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh
ketika mengalami reaksi alergi atau infeksi. Jika tidak mampu mengendalikan produksi
histamin di dalam tubuh, Anda mungkin akan merasakan beberapa gejala yang mirip dengan
alergi, misalnya gatal-gatal, ruam, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, diare, hidung
tersumbat atau berair, sesak napas, kulit kemerahan, dan merasa ingin pingsan.
Muntah merupakan cara dari traktus gastroinstestinal membersihkan dirinya sendiri
karena suatu rangsangan berupa iritasi organ gastrointestinal secara luas dan berlebihan dan non
iritasi (obstruksi saluran nafas), pemakaian obat tertentu seperti opiad, kemoterapi, toksin bakteri,
virus, dan kehamilan yang dapat merangsang zona kemoreseptorpencetus. Setelah zona
kemoreseptor pencetus, rangsangan akan berlanjut ke pusat muntah di sistem saraf pusat.
Rangsangan di pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma (suatu sekat antaradada dan
perut) dan otot-otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma dan kontriksi
(pengerutan) otot-otot lambung. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di
dalam perut khususnya lambung dan mengakibatkan keluarnya isi lambung sampai ke
mulut.Muntah pada penyakit DBD untuk anak dan dewasa dari penelitian yang dilakukan oleh
L.J Souza,dkk didapatkan jumlah dewasa lebih banyak dibandingkan anak. Muntah pada DBD
lebih sering ditemukan pada lima hari pertama sakit. Muntah persisten merupakan muntah setiap
kali penderita mencoba untuk minum selama 24 jam sehingga penderita tidak dapat menahan
makanan atau cairan. Muntah persisten juga dapat didefinisikan muntah yang jumlah keluaran
dan kekuatannya besar.

M. Proses Terjadinya Nadi Cepat dan Lemah


Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infektif sepanjang hidupnya
dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat menggigit dan menghisap darah.
Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer
hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa
penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai
dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan
membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur
dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif
terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.
Reaksi immumitas ini dengan mengeluarkan antibodi, salah satunya adalah teori antigen-antibodi
yang Berdasarkan pada penderita atau kejadian DBD terjadi penurunan aktivitas sistem
Komplemen yang ditandai penurunan kadar C3, C4 dan C5. . Karena aktivitas sistem
komplemennya menurun maka akan melepaskan anafilatoksin, anafilatoksin merupakan senyawa
yang dilepaskan oleh C3a dan C5a. Senyawa ini dapat memberikan stimulasi pada sel mast untuk
melepaskan histamine, histamine berperan dalam meningkatkan permeabilitas pembuluh dan
kontraksi otot polos. Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh
ketika mengalami reaksi alergi atau infeksi. Mediator inßamasi ini mengakibatkan terjadinya
disfungsi selendoteldan terjadi kebocoran plasma.Selain itu kompleks virus dan antibodi ini akan
mengaktifkan sistem komplemen dengan mensekresikan C3a dan C5a,yang akibatkan
peningkatan permeabilitas dinding. Pembuluh darah sehingga terjadi ekstravasasi plasma dari
intravaskuler menuju ekstravaskuler. Kebocoran plasma itu mengakibatkan volume plasma dalam
darah menurun akibatnya jantung tidak dapat memasok darah untuk di alirkan kan keseluruhan
tubuh dan terjadilah syok hipovolemik. Syok hemoragik (hipovolemik) disebabkan kehilangan
akut dari darah atau cairan tubuh. Cairan di tubuh manusia terdiri dari cairan intraselular dan
cairan ekstraselular terbagi dalam cairan intravaskular, cairan interstisial, dan cairan transelular.
Volume kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh natrium dan protein plasma. Natrium
paling banyak terdapat di cairan ekstraselular, di cairan intravaskular (plasma) dan interstisial
kadarnya sekitar 140 mEq/L.4. Hipovolemia menyebabkan beberapa perubahan yaitu
vasokonstriksi organ sekunder (viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan organ primer (otak,
jantung) dengan aliran darah yang tersisa. Vasokonstriksi menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi
metabolism anaerobik dengan produk asam laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat.
BAB III
SIMPULAN
A. SIMPULAN
DHF di sebut Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau sering di sebut DBD(Demam
Berdarah Dengue) adalah Penyakit yang bersifat endemik artinya peyakit yang umum
dan laju nya konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi,pada banyak daerah tropis
dan subtropis dbd akan muncul sepanjang tahun,terutama saat musim hujan ketika
kondisi optimal untuk nyamuk berkrmbang biak,biasanya sejumlah orang akan terinfeksi
dalam waktu yang singkat
Yang memiliki 4 klasifikasi yaitu derajat 1 hingga 4. Mempunyai tanda dan gejala
:Sakit kepala parah, Nyeri pada bagian belakang mata, Nyeri otot dan sendi parah, Mual
dan muntah, Ruam dan lain-lain.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Dengan pemeriksaan
menunjang nya yaitu test tourniquet, pemeriksaan darah dan lain sebaginya.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bobkova, E. Medscape (2017). Drugs & Diseases. Relapsing Fever Differential Diagnoses.

Black,J.M.,Hawks,J.H. 2009. Keperawatan Medikal Bedah. Singapur: Cv Pentasada Media


Edukasi.

Available from: http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-biasanya-


mulai-meningkat-di-januari.html.

Chairani, Aulia., dkk. 2017. HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA


TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI
KELURAHAN PANCORAN MAS. Jurnal Profesi Medika. Vol. 11, No. 01.

Citra, Adysha.18 Februari 20016. Cukupkah Air Putih untuk Penderita DBD? Ini Jawabannya.
diakses pada tanggal 12 September 2019 pada link:
https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/16/02/18/o2qcvw384-
cukupkah-air-putih-untuk-penderita-dbd-ini-jawabannya

Candra,Aryu. (2010). Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission
Risk Factors. Aspirator Vol 2 No 2. 110 –119

Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.

Syafiqah, Nur. Suardamana, Ketut. 2018. DEMAM BERDARAH DENGEU.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ba3c25eee71e14175424cccf777e
caff.pdf. (31 Oktober 2019)

.Tafwid, Muhammad Iqbal. (2015). Tatalaksana Syok Hipovolemik Et Causa Suspek Intra Abdominal
Hemorrhagic Post Sectio Caesaria. Vol 2. 203-2011.

Anda mungkin juga menyukai