Dwi Linda Aprilia Aristi1, Hanny Rasni1, Latifa Aini Susumaningrum1, Tantut Susanto1, Slamet Siswoyo2
1Departemen Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
2Puskesmas Panti, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
Naskah masuk: 28 Januari 2020 Perbaikan: 24 Maret 2020 Layak terbit: 23 April 2020
https://doi.org/10.22435/hsr.v23i1.2741
ABSTRAK
Beban kerja petani yang cukup berat harus diimbangi dengan asupan makanan yang optimal secara kuantitas dan
kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hubungan konsumsi makanan tinggi natrium
dengan kejadian hipertensi pada buruh tani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional pada 248 buruh tani dengan stratified random sampling. Kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi
sosiodemografi dan frekuensi konsumsi makanan. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan sphygnomanometer
digital. Analisis data bivariat dilakukan dengan Chi-square test. Hasil penelitian menunjukkan kejadian hipertensi sebesar
33,1%. Frekuensi konsumsi makanan tinggi natrium berhubungan dengan kejadian hipertensi sistolik, seperti biskuit (x 2 =
10,466; p-value = 0,005), ikan asin (x 2 = 12,067; p-value = 0,022), susu dan olahannya (x 2 = 9,051; p-value = 0,022), kopi
(x 2 = 6,025; p-value = 0,049), dan MSG (x 2 = 10,298; p-value = 0,006), sementara itu, frekuensi konsumsi teh berhubungan
dengan hipertensi diastolik (x 2 = 6,504; p – value = 0,039). Penelitian ini dapat disimpulkan frekuensi konsumsi makanan
(biskuit, ikan asin, susu, kopi, dan bumbu penyedap makanan) berhubungan dengan kejadian hipertensi sistol, sedangkan
kebiasaan minum teh berhubungan dengan kejadian hipertensi diastolik. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring
tekanan darah secara berkala dan pengaturan konsumsi makanan buruh tani melalui kegiatan posyandu penyakit tidak
menular (PTM) secara berkala setiap bulannya.
Kata kunci: Buruh Tani, Frekuensi Konsumsi Makanan, Hipertensi Sistolik, Hipertensi Diastolik, Posyandu penyakit tidak
menular (PTM).
ABSTRACT
A very heavy workload of farmers must be balanced with optimal food intake in both quantity and quality. The study
aimed to identify the relationship between high sodium food consumption and the incidence of hypertension among
farm workersat Public Health Center of Panti in Jember Regency. A cross-sectional study design was performed 248
of farmworkers using stratified random sampling. A self-administered questionnaire was used to identify the socio-
demography of farm workers. Food frequency questionnaires and sphygmomanometer were performed to measure food
frequency consumption and blood pressure. A Chi-square test was used to analyze the objective of the study (p<0,005).
The results showed 33.9% of hypertension incident. There were a significant relationship between food consumption and
hypertension systolic, such as: biscuit (x2 = 10.466; p-value = 0.005), salted fish (x2 = 12.067; p-value = 0.022), milk and
processed products (x2 = 9.051; p-value = 0.022), coffee (x2 = 6.025; p-value = 0.049), dan MSG (x2 = 10.298; p-value =
0.006). Meanwhile, the consumption of tea had a significant relationship with hypertension diastolic (p-value 0.039). This
study showed that the frequency consumption on biscuits, salted fish, milk, coffee and food seasonings was related to
the incidence of hypertension systolic. Besides, tea consumption was related to the incidence of hypertension diastolic.
Korespondensi:
Tantut Susanto
Departemen Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
E-mail: tantut_s.psik@unej.ac.id
53
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 23 No. 1 Januari 2020: 53–60
Therefore, monitoring blood pressure and regulating the consumption food among farmworkers should be maintained
regularly per month through non-communicable disease integrated health service post.
Keywords: Farm worker, food consumption, systolic hypertension, diastolic hypertension, Non-communicabe disease,
integrated health service post
54
Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Natrium dengan Kejadian Hipertensi (Dwi Linda Aprilia Aristi, dkk.)
Populasi target: Petani berumur 15-55 tahun di Kecamatan Panti Kabupaten Jember
11.901 petani
Penelitian ini menggunakan kuesioner Matriks Klasifikasi Tekanan Darah Menurut PERKI
sosiodemografi untuk mengidentifikasi data Klasifikasi Sistolik Diastolik
sosiodemografi petani. Kemudian kuesioner Food Optimal < 120 Dan < 80
Frequency Questionaire (FFQ) untuk mengukur Normal 120 – 129 dan/ atau 80 – 84
frekuensi konsumsi makanan yang mengandung Normal tinggi 130 – 139 dan/ atau 84 – 89
tinggi natrium pada sampel Tekanan darah diukur Hipertensi grade 1 140 – 159 dan/ atau 90 – 99
dengan menggunakan alat ukur sphygmomanometer Hipertensi grade 2 160 – 179 dan/ atau 100 – 109
digital. Pengukuran dilakukan pada pagi hari, hasil Hipertensi grade 3 ≥ 180 dan/ atau ≥ 110
pengukuran tekanan darah dibedakan menjadi Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 dan < 90
hipertensi dan tidak hipertensi yang sebelumnya Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI),
2015.
diklasifikasikan menurut PERKI (2015), sebagai
berikut:
55
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 23 No. 1 Januari 2020: 53–60
Informasi sosiodemografi yang dikumpulkan didapatkan lebih banyak tidak ada riwayat keluarga
antara lain usia, jenis kelamin, riwayat pendidikan, dengan hipertensi sebanyak 62,1%.
dan riwayat hipertensi dalam keluarga dengan. Food
Frequency Questionaire (FFQ) mencakup 6 jenis Tabel 1. Karakteristik Petani di Wilayah Kerja Puskesmas
makanan diantaranya: makanan tinggi kolesterol, Panti Kabupaten Jember
makanan tinggi natrium, makanan yang diawetkan, Karakteristik Petani M±SD
susu dan olahannya, minuman berkafein, bumbu Umur 46,40 ± 9,125
penyedap (MSG). Perhitungan frekuensi konsumsi
Karakteristik Petani n (%)
terdiri dari 6 tingkatan yaitu > 1 x/hari, 1 x/hari,
Jenis Kelamin
3-6 x/minggu, 1-2 x/minggu, 1 x/bulan, dan tidak
Laki-laki 142 (57,3)
pernah, yang kemudian akan dikategorikan menjadi
Perempuan 106 (42,7)
3 tingkatan. Kategori sering (> 1 x/hari, 1 x/hari, 3-6
Riwayat Sekolah
x/minggu), kategori jarang (1-2 x/minggu, 1 x/bulan,),
dan kategori tidak pernah. Frekuensi konsumsi Tidak sekolah 34 (13,7)
makanan didasari dari ingatan buruh tani saat SD/sederajat 135 (54,4)
dilakukan wawancara dan hanya menggali informasi SMP/sederajat 53 (21,4)
tanpa mengetahui porsi makanan yang dikonsumsi. SMA/sederajat 22 (8,9)
Peneliti menanyakan ketersediaan sampel untuk Diploma/sederajat 4 (1,6)
menjadi responden dan tujuan dari penelitian. Bila Riwayat Keluarga dengan Hipertensi
sampel telah menyetujui, lembar informed-consent Tidak ada riwayat hipertensi 154 (62,1)
diberikan untuk ditandatangani. Pertama, peneliti Ada riwayat hipertensi 94 (37,9)
mengukur tekanan darah dilanjutkan menjelaskan Total 248
tentang cara pengisian kuesioner kepada responden.
Peneliti mendapatkan izin etik dari Komite Etik Konsumsi Makanan
Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran
Konsumsi makanan dikategorikan sebagai
Gigi Universitas Jember dengan Nomor No.637/
makanan tinggi kolesterol dengan pengelompokan
UN25.8/KEPK/DL/2019.
frekuensi konsumsi makanan sebagai: sering, jarang,
Analisis deskriptif untuk data kategorik
dan tidak pernah yang disajikan pada tabel 2.
menggunakan jumlah dan persentase, yang
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2. dapat
meliputi data jenis kelamin, riwayat pendidikan,
disimpulkan bahwa kuning telur ayam dari kelompok
riwayat keluarga dengan hipertensi, sedangkan data
makanan tinggi kolesterol menjadi makanan yang
numerik disajikan menggunakan mean dan standar
sering dikonsumsi petani dengan persentase
deviasi (SD). Lebih lanjut, data hasil Food Frequency
konsumsinya sebesar 40,7%. Konsumsi petani dari
Questionaire (FFQ) (sering, jarang, tidak pernah)
kelompok makanan tinggi natrium dengan jenis keripik
disajikan dalam bentuk jumlah dan persentase.
menjadi makanan yang sering dikonsumsi dengan
Uji statistic Chi Square dengan tingkat signifikan
persentase 44,4%. Jenis makanan yang diawetkan
(p<0,05) digunakan untuk menganalisis hubungan
khususnya ikan asin menjadi menu khusus yang
frekuensi konsumsi makanan tinggi natrium dengan
sering dikonsumsi petani dengan persentase 49,2%.
kejadian hipertensi pada buruh tani.
Petani lebih banyak tidak mengonsumsi susu dengan
persentase 66,9%, sedangkan minuman berkafein
HASIL baik kopi maupun teh sering dikonsumsi petani
hampir setiap hari dengan persentase konsumsinya
Karakteristik Petani
berturut-turut sebesar 67,3% dan 62,1%. Bumbu
Karakteristik petani ditunjukkan pada tabel 1. penyedap (MSG) juga menjadi makanan yang sering
Nilai median usia petani adalah 46,40 dengan petani dikonsumsi petani setiap harinya dengan persentase
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yang mencapai 83,5%.
mayoritas pendidikan terakhir jenjang SD 54,4%. Ada
atau tidaknya riwayat keluarga dengan hipertensi
56
Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Natrium dengan Kejadian Hipertensi (Dwi Linda Aprilia Aristi, dkk.)
Tabel 2. Frekuensi Konsumsi Makanan Tinggi Natrium pada Petani di Wilayah Kerja Puskesmas Panti Kabupaten
Jember
No. Jenis Makanan Tidak pernah Jarang Sering
frekuensi % frekuensi % frekuensi %
1. Makanan Tinggi Kolesterol
Daging sapi 73 29,4% 167 67,4% 8 3,2%
Daging kambing 113 45,6% 127 51,2% 8 3,2%
Daging atau kulit ayam 15 6,0% 180 72,6% 53 21,4%
Kuning telur ayam 12 4,8% 135 54,5% 101 40,7%
Jeroan 93 37,5% 130 52,4% 25 10,1%
2. Makanan Tinggi Natrium
Biskuit 86 34,7% 85 34,3% 77 31,0%
Craker 154 62,1% 55 22,2% 39 15,7%
Keripik 61 24,6% 77 31,0% 110 44,4%
3. Makanan yang Diawetkan
Dendeng 179 72,2% 59 23,8% 10 4,0%
Abon 165 66,6% 71 28,6% 12 4,8%
Ikan asin 13 5,2% 113 45,6% 122 49,2%
Pindang 32 12,9% 132 53,2% 84 33,9%
Telur asin 123 49,6% 114 46,0% 11 4,4%
4. Susu dan Olahannya (gelas) 166 66,9% 66 26,6% 16 6,5%
5. Minuman Berkafein
Kopi 64 25,8% 17 6,9% 167 67,3%
Teh 48 19,4% 46 18,5% 154 62,1%
6. Bumbu Penyedap (MSG) 14 5,6% 27 10,9% 207 83,5%
57
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 23 No. 1 Januari 2020: 53–60
Tabel 4. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Tinggi Natrium dengan Tekanan Darah Sistol pada Petani di Wilayah
Kerja Puskesmas Panti Kabupaten Jember
58
Hubungan Konsumsi Makanan Tinggi Natrium dengan Kejadian Hipertensi (Dwi Linda Aprilia Aristi, dkk.)
59
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 23 No. 1 Januari 2020: 53–60
Bertalina, M. (2016). Hubungan Pola Makan, Asupan Kementerian Kesehatan RI. (2017). Transformasi
Makanan dan Obesitas Sentral dengan Hipertensi pengetahuan dan pola makan mutlak dibutuhkan.
di Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung. Mafaza, R. L., Wirjatmadi, B., & Adriani, M. (2018). Analisis
Jurnal Kesehatan, VII(1), 34–45. Retrieved from Hubungan Antara Lingkar Perut, Asupan Lemak,
http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/ Dan Rasio Asupan Kalsium Magnesium Dengan
article/view/116 Hipertensi. Media Gizi Indonesia, 11(2), 127. https://
Dalmazo, A. L., Fetter, C., Goldmeier, S., Irigoyen, M. C., doi.org/10.20473/mgi.v11i2.127-134
Pellanda, L. C., Costa, E., … Osório, D. (2018). PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada
Original Article Stress and Food Consumption Penyakit Kardiovaskuler. PERKI. Jakarta: PERKI.
Relationship in Hypertensive Patients. Sociedade https://doi.org/10.1103/PhysRevD.42.2413
Brasileira Cardiologia. https://doi.org/10.5935/ Ramadhani, D. H., Bintanah, S., & Handarsari, E. (2017).
abc.20190175 Profil Tekanan Darah Berdasarkan Asupan Lemak
Dinas Kesehatan Propinsi JawaTimur. (2017). Profil , Serat dan IMT Pasien Hipertensi. Jurnal Gizi
Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2017. Dinas Universitas Muhammadiyah Semarang, 6(2).
Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabya. Salman, Y., Anwar, R., & Muhaimin, A. (2015). Pola Konsumsi
Fitriani, Marlina, Y., Roziana, & Yulianda, H. (2018). Natrium dan Lemak sebagai Faktor Risiko Terjadinya
Gambaran Asupan Natrium, Lemak dan Serat Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Tanjung Kandangan Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu
Gading Kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Sungai Selatan. Jurkessia, 5(4), 1–7.
Hulu. Jurnal Proteksi Kesehatan, 7(1), 2. Retrieved Setiarini, S. (2018). Menara Ilmu Vol. XII No.3 April 2018,
from http://jurnal.pkr.ac.id/index.php/JPK/article/ XII(4), 85–93.
view/123/102 Susanto, T., Purwandari, R., & Wuri, E. (2017). Prevalence
Hartinah, D., & Retnowati, E. (2019). Hubungan Pola and associated factors of health problems among
Konsumsi Minuman Berkafein Dengan Hipertensi Indonesian farmers *. Chinese Nursing Research, 4(1),
Di Desa Cepogo Kecamatan Kembang Kabupaten 31–37. https://doi.org/10.1016/j.cnre.2017.03.008
Jepara. In The 9th University Research Colloqium Susanto, T., Purwandari, R., & Wuri Wuryaningsih, E.
2019 (pp. 200–205). (2016). Model Kesehatan Keselamatan Kerja
Huang, J. H., Tsai, L. C., Chang, Y. C., & Cheng, F. C. (2014). Berbasis Agricultural Nursing: Studi Analisis Masalah
High or low calcium intake increases cardiovascular Kesehatan Petani (Occupational Health Nursing
disease risks in older patients with type 2 diabetes. Model-Based Agricultural Nursing: A Study Analyzes
Cardiovascular Diabetology, 13(1), 1–10. https://doi. of Farmers Health Problem). Jurnal Ners, 11(1),
org/10.1186/s12933-014-0120-0 45–50. https://doi.org/10.20473/jn.v11i12016.45-50
Huang, X., Zhou, Z., Liu, J., Song, W., Chen, Y., Liu, Y., … Utami, U., Karimuna, S., & Jufri, N. (2017). Hubungan
Zhao, S. (2016). Prevalence, Awareness, Treatment, Lama Kerja, Sikap Kerja Dan Beban Kerja Dengan
And Control Of Hypertension Among China’s Sichuan Muskuloskeletal Disorders (Msds) Pada Petani
Tibetan Population: A Cross-Sectional Study. Clinical Padi Di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten
and Experimental Hypertension, 38(5), 457–463. Konawe Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
https://doi.org/10.3109/10641963.2016.1163369 Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 2(6), 1–10.
Hurst, P., & Kirbly, P. (2014). Health, Safety and Widianto, E. P., Maisyaroh, A., & Fibriansari, R. D. (2019).
Environment: A Series of Trade Union Education Proactive Public Health Approach To Prevention
Manuals for Agricultural Wokers. International Labour Of Occupational Disease on Farmers in Lumajang.
Organization (Vol. 35). Italy: International Labour Cendekia Nursing Academy, 1, 95–101.
Organization. https://doi.org/10.1016/B978-0-444- Wijayanti, H. S. (2007). Hubungan Konsumsi Susu Dengan
62700-1.00016-4 Kejadian Hipertensi. Universitas Diponegoro.
Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Zainuddin, A., & Yunawati, I. (2018). Asupan Natrium Dan
Pengembangan. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Lemak Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Dasar 2018. Kementerian Kesehatan Republik Pada Lansia Di Wilayah Poasia Kota Kendari 12.
Indonesia, 1–100. https://doi.org/1 Desember 2013 Seminar Nasional Teknologi Terapan Berbasis
Kearifan Lokal, 1(1), 581–588.
60