TINJAUAN PUSTAKA
A. Ginjal
Ginjal adalah salah satu organ utama system kemih atau uriner (tractus
urinarius) yang bertugas menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari
dalam tubuh. Seperti diketahui, setelah sel-sel tubuh mengubah makanan menjadi
energi, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses
metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh. Sebagian
lagi melalui ginjal bersama urin, dan sisanya melalui kulit dibawah keringat.
Ginjal bertugas menyaring zat-zat buangan yang dibawa darah agar darah
tetap bersih, dan membuang sampah metabolic tersebut agar sel-sel tubuh tidak
menjadi loyo akibat keracunan. Zat-zat tersebut berasal dari proses normal
pengolahan makanan yang dikonsumsi, dan dari pemecahan jaringan otot setelah
melakukan suatu kegiatan fisik. Tubuh akan memakai makanan sebagai energi dan
perbaikan jaringan sel tubuh. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan
tersebut sesuai dengan keperluan untuk mendukung kegiatan, sisanya akan dikirim ke
dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal (Syamsir, 2007)
5. Natrium
Asupan natrium 40-120 mEq/hari (920-270 mg/hari) untuk kontrol tekanan
darah dan oedema. Pembatasan natrium dapat membantu mengatasi rasa haus,
dengan demikian dapat mencegah kelebihan asupan cairan.
Bahan makanan tinggi natrium yang tidak dianjurkan antara lain : bahan
makanan yang dikalengkan. Garam natrium yang ditambahkan ke dalam
makanan seperti natrium bikarbonat atau soda kue, natrium benzoate atau
pengawet buah, natrium nitrit atau sendawa yang digunakan sebagai pengawet
daging seperti pada “corner beff”.
6. Kalium
Pembatasan kalium sangat diperlukan. Asupan kalium iberikan 40-70
mEq/hari. Bahkan makanan tinggi kalium pada umbi, buah-buahan, alpukat,
pisang ambon, mangga, tomat, rebung, daun singkong, daun papaya, bayam,
kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai.
7. Kalsium dan Phospor
Hendaknya dikontrol keadaan hipokalsium dan hiperphosphatemi, ini untuk
menghindari terjadinya hiperparathyroidisme dan seminimal mungkin
mencegah klasifikasi dari tulang dan jaringan tubuh. Asupan phosphor 400-
900 ml/hari, kalsium 1000-1400 mg/hari.
8. Cairan
Untuk membatasi kelebiahan caiaran tubuh, konsumsi cairan yang baik
berasal dari makanan maupun minuman diberikan sesuai dengan air seni yang
dikeluarkan ditambah 500cc.
2. Asupan Protein
Asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam tubuh.
Asupan protein dapat dipenggaruhi oleh konsumsi protein yang rendah dalam diit,
asupan makanan yang kurang pengaruh dari melemahnya kekebalan tubuh.
Pengaruh asupan protein disamping asupan kalori memegang peranan yang
penting dalam penaggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala
sindrom uremik disebabkan menumpuknya sisa katabolisme tubuh (Roesma,
1992).
Semua jaringan dari protein, lemak dan air, penderita gagal ginjal kronik
mengalami gangguan kehilanggan protein lebih tinggi yang digunakan untuk
mengganti jaringan tubuh dan kerusakan organ tubuh lebih lanjut (Sya’bani,
1996).
Secara kualitatif kebutuhan protein dapat diberikan 1-1,2 gr/kg BB/hari.
Namun dalam pemberian ini konsumsi bahan makanan 50%nya harus bernilai
biologi tinggi seperti telur, ayam, daging, susu, kerang dan lain-lain dalam jumlah
sesuai anjuran (Rahadjo, 1992). Tujuan dari pemberian diet tersebut adalah agar
pasien mempunyai kebiasaan makan yang baik serta mampu menerimanya sesuai
dengan keadaan penyakitnya, mengupayakan perubahan sikap serta perilaku sehat
terhadap makanan, serta mempertahankan keadaan gizi yang optimal. Tujuan ini
merupakan suatu pola yang dianjurkan untuk pasien gagal ginjal kronik dengan
himodialisa sesuai dengan golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan
aktivitasnya guna mencegah terjadinya kekurangan gizi (Sidabutar, 1992)
H. Status Gizi
Status gizi seseorang dapat ditemukan antara lain dengan menggunakan rumus
IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu dihitung dengan menggunakan rumus
IMT digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa diatas 18 tahun.
Dengan klasifikasi seperti yang digambarkan pada tabel 3.
Tabel 1 Kategori Ambang Batas IMT
I. Kerangka Teori
Asupan protein
Kadar albumin