1g = 1000 mg
2g = (2 x 1000) mg = 2000 mg
1,23 g = (1,23 x 1000) mg = 1230 mg
1050 mg = 1050 : 1000 g = 1,05 g
Contoh :
Perhitungan Dosis Tablet/kapsul/Obat Cair/injeksi
Tablet / kapsul :
Rumus 1.
Jumlah yg diminta = dosis yg diminta x 1 tablet
dosis yg tersedia
ex : berapa tablet digoxin diperlukan untuk mendapatkan dosis
0,125 mg ? 1 tablet = 62,5 mcg digoksin
Jawab : 0,125 mg = (0,125 x 1000) mcg = 125 mcg
{125 mcg : 62,5 mcg} x 1 = 2 tablet
Obat cair/injeksi
Rumus 2.
dosis yg tersedia
5. Subscriptio
6. Signatura
Reaksi obat dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat
memiliki reaksi yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat.
Semuanya tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor – faktor yg mempengaruhi reaksi obat :
1. Usia
2. Waktu pemberian
3. Berat badan
4. Jenis kelamin
5. Lingkungan
6. Kondisi Individu
5. Efek obat
Efek terapeutik : efek yang diinginkan/efek utama
Ex :- Morfin sulphat : analgesia
Diazepam : penenang, mengurangi kecemasan
Efek samping : efek sekunder, efek tidak diinginkan, dapat diprediksi
Ex : Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard
mis : mual, muntah
Toksisitas : efek obat yang merusak disebabkan oleh :
- overdosis
- obat eksternal : ditelan
- Gangguan metabolisme / ekskresi : ggn.hepar, ggn.ginjal
Alergi reaksi imunologi terhadap obat pada orang yang sudah pernah
kontak dengan obat tersebut sebelumnya
ex: alergi -> penisilin
Toleransi Obat: terjadi pada orang yang respon fisiologi terhadap obat
rendah dan membutuhkan peningkatan dosis utk mempertahankan
efek terapeutik.
Misalnya opiat : menghilangkan nyeri
3. Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian Obat
1. Benar klien.
Jika perawat harus memesan obat ke IFRS (instalasi farmasi RS) atau
menyiapkan obat di ruangan, maka obat dipesankan ke IFRS berdasarkan
daftar obat pasien / resep yg terbaru dg keterangan sbb : nama
lengkap pasien, umur, jenis kelamin, nama/no.kamar, dan no.bed/tempat
tidur pasien.
periksa identitas pasien yg tertera dalam kartu pesanan obat dg cara :
a). Dicocokkan dengan gelang identitas pasien / papan identitas di
tempat tidur pasien.
b) komunikasi dg pasien/keluarganya jika pasien koma, kesulitan
bahasa/tidak kooperatif.
c) Pastikan identitas pasien sebelum memberikan obat
2. Benar Obat
a. Pastikan nama obat sesuai dengan resep
b. Periksa label obat / botol sebelum memberikan obat, minimal 3 kali
3. Benar dosis
a. Periksa dosis sebelum diberikan
b. Bila ragu konsultasi ke apoteker/penulis resep
c. Secara khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda
antara singkatan mg & mcg bila ditulis tangan
4. Benar cara pemberian.
a. Rute pemberian per oral, parenteral, topikal, per rectal atau melalui
inhalasi
b. Rute pemberian dipilih tergantung keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi & fisik obat serta
tempat kerja yang diinginkan
5. Benar waktu.
a. a.c (ante coenam) sebelum makan: ½ - 1 jam sebelum makan
b. p.c (post coenam) ½ - 1 jam sesudah makan
c. d.c (durante coenam) saat makan
6. Benar dokumentasi.
a. Setelah obat diberikan dicatat dosis, rute, waktu & oleh siapa obat
diberikan
b. Catat bila pasien menolak minum obat beserta alasannya.
4. Cara penyimpanan obat yang benar
a. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
b. Simpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup
rapat
c. Jangan pernah mencampur obat dalam bentuk sediaan tablet dan
kapsul dalam satu wadah.
d. Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
e. Jangan menyimpan kapsul atau tablet di tempat panas dan atau
lembab
f. Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin
kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
g. Hindarkan obat dalam bentuk cair menjadi beku.
h. Jangan simpan obat yang telah kadaluwarsa.
5. Rute/cara dan langkah-langkah dalam pemberian obat
A. Oral
PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang
dimasukkan melalui mulut. Pemberian obat per oral adalah cara
yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang
paling murah, aman dan nyaman bagi pasien. Pengertian lain
mengenai pemberian obat per oral adalah rute pemberian yang
paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Berbagai bentuk obat dapat diberikan
secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau serbuk.
Untuk membantu absorpsi, maka pemberian obat per oral dapat
disertai dengan pemberian setengah gelas air.
Kelemahan dari cara pemberian obat per oral adalah
aktivitasnya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai
pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral ini biasanya
membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit sebelum diabsorpsi
dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai dengan 1.5 jam.
Rasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien.
Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami
pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai
gangguan menelan, mual muntah.
Kalau obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus
dilakukan dengan cara yang paling nyaman, khususnya untuk
obat-obat yang rasanya pahit atau tidak enak. Pasien dapat
diberikan minuman yang dingin sebelum sirup tersebut. Sesudah
minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau
kembang gula.
PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kartu pesanan obat harus diperiksa secara hati-hati tentang
pesanan obatnya, sebelum mengambil atau mengeluarkan
obat, maka perawat harus mencocokkan kartu pesanan obat
dengan label pada botol kemasan obat.
2. Setiap label harus dibaca tiga kali untuk meyakinkan obat
yang diberikan yaitu:
a. Pada saat botol obat diambil dari lemari obat
b. Pada saat mencocokkan dengan kartu pesanan obat.
c. Pada saat dikembalikan ke lemari obat.
3. Apabila obatnya dalam bentuk cairan, maka menuang
obatnya ketempat takaraan. Sebelum mengembalikan
obatnya ke lemari, maka perawat harus menguap atau
membersihkan mulut bibir botol, sehingga obat tidak
melengket atau merusak label.
4. Sediaan obat berupa tablet atau kapsul dikeluarkan dari
botolnya pada tutupnya dan selanjutnya dituangkan kedalam
mangkok obat yang dialasi dengan kertas permanen uuntuk
memberikan kepada pasien. Ingat tablet dan kapsul tidak
boleh dipegang.
D. Parenteral
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam
otot,vena atau melalui kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur
invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Tujuan Injeksi
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat sehingga
mendapatkan efek obat yang cepat juga.
Indikasi
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan
obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga
klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah
lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien
dilakukan dengan pemberian obat secara injeksi.
Kontra Indikasi
- Jangan menusukkan pada pasien di area infeksi karena
dapat memasukkan bakteri ke jaringan yang lebih dalam.
- Pada pasien yang sulit mengalami pembekuan darah /
hemofilia karena dapat memicu perdarahan (bleeding)
JENIS-JENIS PEMBERIAN INJEKSI/PARENTERAL
a. Pemberian Obat Melalui Intracutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam lapisan
dermis atau di bawah epidermis.
Tujuan :
Pemberian obat intracutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes
terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat
melalui jaringan intra kutan ini dilakukan pada dermis atau di bawah
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan bawah bagian
dalam. Tidak boleh dilakukan pada pasien yang luka, alergi, infeksi
kulit
Alat dan bahan:
Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
Obat dalam tempatnya
Sarung tangan bersih
Spuit 1 cc
Kapas alcohol dalam tempatnya
Cairan pelarut
Bak steril ( tempat spuit )
Bengkok
Perlak
Pulpen
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pakai Sarung tangan
4. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang buka atau di lipat.
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
6. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan
aquades ( cairan pelarut) kemudian ambil 0.5 cc dan siapkan pada
bak instrument atau injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan
8. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
9. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
sudut 15-20 derajat dengan permukaan kulit.
10. Suntikan obat hingga terjadi gelembung
11. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage
12. Buat lingkaran di sekitar gelembung dengan menggunakan pulpen.
Instruksikan pada klien untuk tidak menggosok area tersebut.
13. Catat reaksi pemberian setelah 10-15 menit.
14. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/test obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat.
b. Pemberian Obat Melalui Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan
ikat longgar di bawah dermis yang dapat dilakukan pada daerah
lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar,
dan daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam
program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar
gula darah.
Alat dan bahan :
a. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Bak injeksi
f. Bengkok
g. Perlak
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang buka dan ke ataskan
4. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan
diberikan setelah itu tempatkan pada bak injeksi.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan
7. Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan
suntikan subkutan)
8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
sudut 45 derajat dengan permukaan kulit.
9. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-
lahan hingga habis.
10. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah
dipakai masukkan kedalam bengkok.
11. Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat,
tanggal, waktu, dan jenis obat.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasi
Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara Pemberian obat melalui vena/pembuluh darah secara langsung.
Diantaranya vena mediana kubiti/vena cephalika (Lengan), Vena jugularis
(leher), vena frontalis (ubun-ubun).
Tujuan : Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh
darah. (TUGAS : Tulislah tempat tempat dalam pemberian obat secara
intravena)
Hal-hal yang diperhatikan
- Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai
70 detik lamanya.
- Tempat injeksi harus tepat kena pada daerah vena.
- Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
- Kondisi atau penyakit klien.
Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral.
kontra indikasi : obat yang tidak dapat larut dalam air
Alat dan bahan :
1. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak steril ( tempat spuit )
7. Bengkok
8. Perlak
9. Karet pembendung/Torniquet
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang buka dan ke ataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang
akan disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka
larutkan dengan larutan pelarut ( aquades). Kemudian tampatkan obat
yang telah diambil pada bak injeksi
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol
7. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada
bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau
tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau membendung diatas
vena yang akan dilakukan penyuntikan
8. Ambil spuit yang berisi obat
9. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah
10. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan obat hingga habis
11. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan
pada daerah penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah
digunakan letakkan ke dalam bengkok.
12. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
13. Cuci tangan.
Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum sesuai ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke
dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke
dalam selang intravena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
Pemberian Obat Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ), dorsogluteal,
atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.
kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.
Alat dan bahan :
1. Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit sesuai dengan ukuran
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
6. Bak injeksi
7. Bengkok
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan
dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi
penyuntikan ).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan
dilakukan penyuntikan
6) Lakukan penyuntikan:
7) Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien
untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
8) Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus
9) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah
semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis. Jika ada darah
tarik kembali spuit.
10) cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika
jarum di masukan. Sambil melakukan penekanan dengan kapas
alcohol pada area penusukan.
11) cuci tangan
12) Dokumentasi
A. Peran perawat
1. Bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan obat-obat kimia
untuk meningkatkan derajat kesehatan & meminimalkan efek obat yg
merugikan (adverse affects).
2. Menguasai & mengerti persoalan yg legal dan illegal
3. Mempunyai kemampuan untuk mengelola, mengontrol & memberikan
obat secara aman (safety).
4. Penkes kepada pasien & klg tentangg program pengobatan
B. Tanggung Jawab perawat
Sebelum memberikan obat ke pasien, perawat harus mengetahui
secara pasti tentang :
1. Nama obat
2. Golongan obat / kelas farmakoterapi
3. Efek yg diinginkan & mekanisme aksi
4. Efek samping
5. Efek toksik
6. Interaksi
7. Kontraindikasi & tindakan pencegahannya
8. Regimen dosis & rute pemberian
Masalah dalam Pemberian Obat dan Intervensi Keperawatan
1. Menolak pemberian obat
Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama
yang dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien
melakukan hal tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien
alasan pemberian obat. Jika pasien terus menolak, maka sebaiknya
tunda pengobatan, laporkan ke dokter, dan catat dalam laporan.
2. Integritas kulit terganggu
Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan
dalam pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat kedalam
laporan.
3. Disorientasi dan bingung
Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan
cara melakukan penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan
kedokter dan catat dalam laporan.
4. Menelan Obat
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien mengalami
gangguan menelan obat, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut
kepada dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan
intervensi.
5. Alergi Kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan
sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter
dan catat dalam pelaporan.
Kesalahan pengobatan
Yaitu suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yg salah atau tidak
mendapat terapi obat yg tepat.
Jika Kesalahan terjadi maka :
1. Segera melaporkan ke dokter/manajer keperawatan/institusi terkait
2. Memantau efek obat
3. Segera mengakui kesalahan
4. Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan & tindakan
pencegahan guna mencegah terulangnya kesalahan yg sama / kesalahan
lainnya.
5. Dokumentasikan dg benar pd MR / forum khusus kekeliruan : Penjelasan
kesalahan & langkah yg sudah diambil untuk mengatasinya