Anda di halaman 1dari 26

1.

Pengertian Obat, Macam-Macam Obat, bentuk-bentuk obat


dan Tujuan Pemberian Obat
 Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan,
hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau
menyembuhkan penyakit.
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang di
maksudkan untuk di gunakan dalam menetapkan diagnosis,
mencegah, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka, pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan manusia termasuk obat tradisional.
Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan
ada yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di
uji khasiatnya. Yang terakhir inilah yang lazim dikenal sebagai
obat.Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita
dapatkan.
 Macam-Macam Obat
1. Obat bebas
adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan
ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna
hijau. Dalam obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan
isi zat berkhasiat, indikasi , dosis dan aturan pakai, nomor
registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara penyimpanannya.
Obat ini dapat dijual di apotek maupun toko obat, misalnya
Antasida, Parasetamol, Calcium Lactate, dll.
2. Obat bebas terbatas
Yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang
dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk
obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas
dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi
bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November
1975 ada tanda peringatan P. No.1 sampai P.No.6 dan harus
ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat
yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang
digunakan, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat
produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian,
peringatan serta kontraindikasi.
3. Obat keras
adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan
lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat
huruf "K" yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga
semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan
secara parenteral baik dengan cara suntikan maupun dengan cara
pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan.
4. Obat Narkotika dan Psikotropika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-
golongan.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.
 Tujuan Pemberian Obat
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.
2. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
3. Pencegahan penyakit
4. Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien
 Bentuk-bentuk Obat
Kaplet : bentuk padat seperti kapsul untuk pemberian oral
Kapsul : bentuk seperti bubuk, cairan & dibungkus oleh
selongsong gelatine
Tablet : bentuk bubuk yang keras
Sirup : obat yang larut dalam larutan gula pekat, mengandung
perasa yang membuat terasa lebih enak
Suspensi : partikel obat yang dibelah sampai halus & larut dalam
media cair
Salep : Semisolid yang dioles pada kulit biasanya mengandung

satu atau lebih obat


Supositoria : bentuk padat yg dicampur dgn gelatin & dibentuk dlm
bentuk peluru utk dimasukkan dalam rectum/vagina

2. Pengertian dosis obat, standar obat, resep obat, Reaksi obat


dan efek obat
1. Dosis obat
Adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan
efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit. Jika dosis terlalu
rendah (under dose) maka efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika
berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan bahkan
sampai kematian.
 Dosis Maksimum ( DM ) adalah dosis / takaran maksimum / terbanyak
yang dapat diberikan (berefek terapi) tanpa menimbulkan bahaya.
 Dosis lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur
merupakan dosis yang lazimnya dapat menyembuhkan.
 Dosis toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan keracunan pada penderita.
PERHITUNGAN DOSIS OBAT
Satuan berat : 1 kg = 1000 g (gram)
1 g = 1000 mg (miligram)
2 mg = 1000 mcg (mikrogram)

Satuan volume : 1 L (liter) = 1000 ml (mililiter)


Konversi gram ke mg (sebaliknya) :

1g = 1000 mg
2g = (2 x 1000) mg = 2000 mg
1,23 g = (1,23 x 1000) mg = 1230 mg
1050 mg = 1050 : 1000 g = 1,05 g
Contoh :
Perhitungan Dosis Tablet/kapsul/Obat Cair/injeksi
Tablet / kapsul :
Rumus 1.
Jumlah yg diminta = dosis yg diminta x 1 tablet
dosis yg tersedia
ex : berapa tablet digoxin diperlukan untuk mendapatkan dosis
0,125 mg ? 1 tablet = 62,5 mcg digoksin
Jawab : 0,125 mg = (0,125 x 1000) mcg = 125 mcg
 {125 mcg : 62,5 mcg} x 1 = 2 tablet

Obat cair/injeksi

Rumus 2.

X = dosis yg diminta x volume yg tersedia

dosis yg tersedia

ex : seorang perawat diinstruksikan untuk menyuntik 150 mg penisilin.


tersedia flakon dg label 125 mg/5 ml. berapa ml harus diberikan?

jawab : X = {150 mg : 125 mg} x 5 ml = 6 ml


2. Standar Obat
Sebaiknya obat yang akan digunakan memenuhi berbagai standar
persyaratan obat, diantaranya :
a. Kemurnian, yaitu bahwa obat mengandungg unsur keaslian,
tidak ada percampuran.
b. Standar potensi yang baik.
c. Memiliki bioavailability yaitu keseimbangan obat.
d. Adanya keamanan.
e. Efektivitas.
Kelima standar tersebut harus dimiliki agar menghasilkan efek yang baik
terhadap kepatenan obat sendiri.
3. Resep Obat
Adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk
memberikan obat yang dikehendaki kepada pasien. Oleh karenanya
pasien tidak diharuskan mengerti tulisan resep obat. Akan tetapi
apotekerlah yang wajib mengerti tulisan resep obat dan memberikan
informasi obat yang dibutuhkan oleh pasien. Mulai dari nama obat, dosis,
aturan pakai, efek samping sampai hal-hal lain yang berhubungan dengan
obat dan penyakit pasien. Dari alur tersebut jelaslah bahwa pasien
mendapatkan informasi lebih dari sekedar bisa membaca resep obat.
Dalam hal ini keaktifan pasien untuk bertanya/berkonsultasi dengan
apoteker ketika menebus obat di apotik sangat dibutuhkan.
Yang berhak menulis resep :
- dokter
- dokter gigi
- dkter hewan
Yang berhak membuat/meracik obat yg tertulis di resep :
- apoteker
- asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.
Dalam resep harus tertulis :
1. Nama, alamat, no. ijin praktek dr / drg / drh.
2. Tempat & tanggal penulisan resep.
3. Supersriptio
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
R/ = “recipe” = ambillah!
4. Inscriptio / invocatio
Nama setiap obat & komposisinya.
Tujuan : membantu menyembuhkan & mengurangi penyakit pasien.
Nama obat dalam resep :
- diawali huruf besar
- ditulis jelas, lengkap, atau dg singkatan resmi.
Misalnya : INH = Isoniazida

5. Subscriptio

• Perintah untuk dibuatkan bentuk sediaan obat yg diinginkan &


jumlah obat yg diminta.
• mfla →pulv / sol / susp / emul.
• mfla = misce fac lege artis = campur & buatlah menurut / sesuai
dg seninya.
• Jumlah obat yg diminta ditulis dg angka romawi
(I,II,III,IV,V,X,L,C)

6. Signatura

• Aturan pemakaian obat yg tertulis dalam resep.


• Aturan pemakaian obat harus ditulis dg jelas & mudah dibaca.
• Contoh signatura dg bahasa latin yg lazim ditulis dalam resep :
– ac ante coenam : sebelum makan
– ad auris dextra : telinga kanan
– bdd /bis de die : sehari dua kali
– bddc / bis de die cochlear : sehari dua kali satu sendok makan
– cth/cochlear these : sendok teh, 5 ml
– dc /durante coenam : selagi makan
4. Reaksi Obat
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan
bekerja sesuai dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat dapat
dihitung dalam satuan waktu paruh, yaitu suatu interval waktu yang
diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi
pengurangan konsentrasi obat (½ dari kadar puncak) dalam tubuh.
4 Tahapan proses obat dalan tubuh diantaranya adalah :
a. Absorbsi Obat yaitu proses pergerakan obat dari sumber ke dalam
tubuh melalui aliran darah, kecuali jenis topical yang dipengaruhi oleh
cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan,
dan keadaan pasien.
b. Distribusi obat kedalam tubuh, setelah diabsorbsi, obat
didistribusikan ke dalam tubuh melalui darah dan system limfatis
menuju sel dan masuk ke dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat
dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektrolit, dan keadaan
patologis.
c. Metabolisme obat, setelah melalui sirulasi, obat akan mengalami
proses metabolism. Obat akan ikut sirkulasi kedalam jaringan
kemudian berinteraksi dengan sel dan mengalami perubahan zat
kimia untuk kemudian diekskresikan.
d. Ekskresi sisa melalui obat, setelah obat mengalami metabolisme
atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai dan
tidak bereaksi. Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal dalam
bentuk urine, intestinal dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk
udara.

Reaksi obat dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat
memiliki reaksi yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat.
Semuanya tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor – faktor yg mempengaruhi reaksi obat :
1. Usia
2. Waktu pemberian
3. Berat badan
4. Jenis kelamin
5. Lingkungan
6. Kondisi Individu

5. Efek obat
 Efek terapeutik : efek yang diinginkan/efek utama
Ex :- Morfin sulphat : analgesia
Diazepam : penenang, mengurangi kecemasan
 Efek samping : efek sekunder, efek tidak diinginkan, dapat diprediksi
Ex : Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard
mis : mual, muntah
 Toksisitas : efek obat yang merusak disebabkan oleh :
- overdosis
- obat eksternal : ditelan
- Gangguan metabolisme / ekskresi : ggn.hepar, ggn.ginjal
 Alergi reaksi imunologi terhadap obat pada orang yang sudah pernah
kontak dengan obat tersebut sebelumnya
ex: alergi -> penisilin
 Toleransi Obat: terjadi pada orang yang respon fisiologi terhadap obat
rendah dan membutuhkan peningkatan dosis utk mempertahankan
efek terapeutik.
Misalnya opiat : menghilangkan nyeri
3. Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian Obat
1. Benar klien.
Jika perawat harus memesan obat ke IFRS (instalasi farmasi RS) atau
menyiapkan obat di ruangan, maka obat dipesankan ke IFRS berdasarkan
daftar obat pasien / resep yg terbaru dg keterangan sbb : nama
lengkap pasien, umur, jenis kelamin, nama/no.kamar, dan no.bed/tempat
tidur pasien.
periksa identitas pasien yg tertera dalam kartu pesanan obat dg cara :
a). Dicocokkan dengan gelang identitas pasien / papan identitas di
tempat tidur pasien.
b) komunikasi dg pasien/keluarganya jika pasien koma, kesulitan
bahasa/tidak kooperatif.
c) Pastikan identitas pasien sebelum memberikan obat
2. Benar Obat
a. Pastikan nama obat sesuai dengan resep
b. Periksa label obat / botol sebelum memberikan obat, minimal 3 kali
3. Benar dosis
a. Periksa dosis sebelum diberikan
b. Bila ragu konsultasi ke apoteker/penulis resep
c. Secara khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda
antara singkatan mg & mcg bila ditulis tangan
4. Benar cara pemberian.
a. Rute pemberian per oral, parenteral, topikal, per rectal atau melalui
inhalasi
b. Rute pemberian dipilih tergantung keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi & fisik obat serta
tempat kerja yang diinginkan
5. Benar waktu.
a. a.c (ante coenam) sebelum makan: ½ - 1 jam sebelum makan
b. p.c (post coenam) ½ - 1 jam sesudah makan
c. d.c (durante coenam) saat makan
6. Benar dokumentasi.
a. Setelah obat diberikan dicatat dosis, rute, waktu & oleh siapa obat
diberikan
b. Catat bila pasien menolak minum obat beserta alasannya.
4. Cara penyimpanan obat yang benar
a. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
b. Simpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup
rapat
c. Jangan pernah mencampur obat dalam bentuk sediaan tablet dan
kapsul dalam satu wadah.
d. Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
e. Jangan menyimpan kapsul atau tablet di tempat panas dan atau
lembab
f. Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin
kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
g. Hindarkan obat dalam bentuk cair menjadi beku.
h. Jangan simpan obat yang telah kadaluwarsa.
5. Rute/cara dan langkah-langkah dalam pemberian obat
A. Oral
 PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang
dimasukkan melalui mulut. Pemberian obat per oral adalah cara
yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang
paling murah, aman dan nyaman bagi pasien. Pengertian lain
mengenai pemberian obat per oral adalah rute pemberian yang
paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Berbagai bentuk obat dapat diberikan
secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau serbuk.
Untuk membantu absorpsi, maka pemberian obat per oral dapat
disertai dengan pemberian setengah gelas air.
Kelemahan dari cara pemberian obat per oral adalah
aktivitasnya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai
pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral ini biasanya
membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit sebelum diabsorpsi
dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai dengan 1.5 jam.
Rasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien.
Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami
pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai
gangguan menelan, mual muntah.
Kalau obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus
dilakukan dengan cara yang paling nyaman, khususnya untuk
obat-obat yang rasanya pahit atau tidak enak. Pasien dapat
diberikan minuman yang dingin sebelum sirup tersebut. Sesudah
minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau
kembang gula.
 PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kartu pesanan obat harus diperiksa secara hati-hati tentang
pesanan obatnya, sebelum mengambil atau mengeluarkan
obat, maka perawat harus mencocokkan kartu pesanan obat
dengan label pada botol kemasan obat.
2. Setiap label harus dibaca tiga kali untuk meyakinkan obat
yang diberikan yaitu:
a.  Pada saat botol obat diambil dari lemari obat
b.  Pada saat mencocokkan dengan kartu pesanan obat.
c.  Pada saat dikembalikan ke lemari obat.
3. Apabila obatnya dalam bentuk cairan, maka menuang
obatnya ketempat takaraan. Sebelum mengembalikan
obatnya ke lemari, maka perawat harus menguap atau
membersihkan mulut bibir botol, sehingga obat tidak
melengket atau merusak label.
4. Sediaan obat berupa tablet atau kapsul dikeluarkan dari
botolnya pada tutupnya dan selanjutnya dituangkan kedalam
mangkok obat yang dialasi dengan kertas permanen uuntuk
memberikan kepada pasien. Ingat tablet dan kapsul tidak
boleh dipegang.

 TUJUAN PEMBERIAN OBAT PER ORAL


 Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
 Menghindari pemberian obat yang menyebabkan
kerusakan kulit dan jaringan
 CARA PEMBERIAN OBAT PER ORAL
PERSIAPAN ALAT
 Baki berisi obat
 Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
 Gelas dan air minum
 Pemotong obat (bila di perlukan)
 Sedotan
 Sendok
 PROSEDUR KERJA
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan di laksanakan
3. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral
(menelan, mual, muntah, adanya program tahan makan
atau minum (puasa), atau akan dilakukan pengisapan
lambung dll)
4. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama
dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal
kedaluarsa obat
5. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah
pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)
6. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah
obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa
mengkontaminasi obat. Ingat untuk jangan menyentuh obat
dan cocokkan dengan order pengobatan.
7. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
8. Atur pada posisi duduk, posisi ini membantu
mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
9. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit
menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian
belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu
untuk menelan dan mencegah aspirasi.
10. Evaluasi obat yang di berikan kepada pasien
11. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan
benar, kemudian cuci tangan.
12. Dokumentasi (Catat obat yang telah diberikan meliputi
nama dan dosis obat, setiap keluhan, hari dan tanggal dan
tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.)
B. Pemberian secara sublingual
Pemberian obat dengan cara meletakan obat di bawah lidah
sampai di absorbsi ke dalam pembuluh darah.
Prosedur Pelaksanaan :
Secara umum persiapan dan langkah-langkah hampir sama dalam
pemberian obat secara oral. Hal yang perlu di perhatikan adalah
klien perlu diberi penjelasan untuk meletakan obat di bawah lidah,
obat tidak boleh di telan, dan di biarkan berada di bawah lidah
sampai habis di absorbsi seluruhnya.
Obat yang biasa di berikan secara sublingual adalan nitrogliserin,
suatu obat vasodilator yang di gunakan pada penyakit jantung
angina pectoris.

C. Pemberian obat secara Bukal


yaitu : menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi sampai
obat larut. Menempatkan dosis obat scr bergantian dipipi kanan &
kiri supaya mukosa tidak iritasi. Klien diperingatkan untuk tidak
mengunyah / menelan obat / minum air bersama obat. Obat
bereaksi secara lokal pada mukosa atau secara sistematik ketika
obat ditelan dalam saliva

D. Parenteral
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam
otot,vena atau melalui kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur
invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Tujuan Injeksi
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat sehingga
mendapatkan efek obat yang cepat juga.
Indikasi

Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan
obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga
klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah
lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien
dilakukan dengan pemberian obat secara injeksi.
Kontra Indikasi
- Jangan menusukkan pada pasien di area infeksi karena
dapat memasukkan bakteri ke jaringan yang lebih dalam.
- Pada pasien yang sulit mengalami pembekuan darah /
hemofilia karena dapat memicu perdarahan (bleeding)
JENIS-JENIS PEMBERIAN INJEKSI/PARENTERAL
a. Pemberian Obat Melalui Intracutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam lapisan
dermis atau di bawah epidermis.
Tujuan :
Pemberian obat intracutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes
terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat
melalui jaringan intra kutan ini dilakukan pada dermis atau di bawah
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan bawah bagian
dalam. Tidak boleh dilakukan pada pasien yang luka, alergi, infeksi
kulit
Alat dan bahan:
 Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
 Obat dalam tempatnya
 Sarung tangan bersih
 Spuit 1 cc
 Kapas alcohol dalam tempatnya
 Cairan pelarut
 Bak steril ( tempat spuit )
 Bengkok
 Perlak
 Pulpen
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pakai Sarung tangan
4. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang buka atau di lipat.
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
6. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan
aquades ( cairan pelarut) kemudian ambil 0.5 cc dan siapkan pada
bak instrument atau injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan
8. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
9. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
sudut 15-20 derajat dengan permukaan kulit.
10. Suntikan obat hingga terjadi gelembung
11. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage
12. Buat lingkaran di sekitar gelembung dengan menggunakan pulpen.
Instruksikan pada klien untuk tidak menggosok area tersebut.
13. Catat reaksi pemberian setelah 10-15 menit.
14. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/test obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat.
b. Pemberian Obat Melalui Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan
ikat longgar di bawah dermis yang dapat dilakukan pada daerah
lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar,
dan daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam
program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar
gula darah.
Alat dan bahan :
a. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Bak injeksi
f. Bengkok
g. Perlak
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang buka dan ke ataskan
4. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan
diberikan setelah itu tempatkan pada bak injeksi.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan
7. Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan
suntikan subkutan)
8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
sudut 45 derajat dengan permukaan kulit.
9. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-
lahan hingga habis.
10. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah
dipakai masukkan kedalam bengkok.
11. Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat,
tanggal, waktu, dan jenis obat.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasi
Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara Pemberian obat melalui vena/pembuluh darah secara langsung.
Diantaranya vena mediana kubiti/vena cephalika (Lengan), Vena jugularis
(leher), vena frontalis (ubun-ubun).
Tujuan : Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh
darah. (TUGAS : Tulislah tempat tempat dalam pemberian obat secara
intravena)
Hal-hal yang diperhatikan
- Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai
70 detik lamanya.
- Tempat injeksi harus tepat kena pada daerah vena.
- Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
- Kondisi atau penyakit klien.
Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral.
kontra indikasi : obat yang tidak dapat larut dalam air
Alat dan bahan :
1. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak steril ( tempat spuit )
7. Bengkok
8. Perlak
9. Karet pembendung/Torniquet
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan
panjang buka dan ke ataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang
akan disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka
larutkan dengan larutan pelarut ( aquades). Kemudian tampatkan obat
yang telah diambil pada bak injeksi
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol
7. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada
bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau
tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau membendung diatas
vena yang akan dilakukan penyuntikan
8. Ambil spuit yang berisi obat
9. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah
10. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan obat hingga habis
11. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan
pada daerah penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah
digunakan letakkan ke dalam bengkok.
12. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
13. Cuci tangan.
Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan bahan :
1.        Spuit dan jarum sesuai ukuran
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Selang intravena
4.        Kapas alcohol
Prosedur Kerja:
1.        Cuci tangan
2.        Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3.       Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke
dalam spuit.
4.        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5.        Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6.        Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke
dalam selang intravena.
7.        Setelah selesai tarik spuit.
8.        Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9.        Cuci tangan
10.    Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
Pemberian Obat Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ), dorsogluteal,
atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.
Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.
kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.
Alat dan bahan :
1.        Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Spuit sesuai dengan ukuran
4.        Kapas alcohol dalam tempatnya
6.        Bak injeksi
7.        Bengkok
Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan
dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi
4)        Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi
penyuntikan ).
5)        Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan
dilakukan penyuntikan
6)        Lakukan penyuntikan:
7) Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien
untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
8)        Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus
9)        Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah
semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis. Jika ada darah
tarik kembali spuit.
10) cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika
jarum di masukan. Sambil melakukan penekanan dengan kapas
alcohol pada area penusukan.
11) cuci tangan
12) Dokumentasi

PEMBERIAN SECARA TOPIKAl


Yaitu pemberian obat pada kulit yang bertujuan untuk melindungi
permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, mengatasi infeksi. Obat kulit terdiri
dari berbagai macam antara lain : krim. Aerosol. dan spray. Tugas cari
perbedaannya.
Alat dan bahan :
1. Obat dalam tempatnya
2. Pinset anatomis
3. Kain kassa
4. Balutan
5. Pengalas
6. Sarung tangan
7. Baskom dengan air hangat
Cara kerja :
1. Periksa kembali order pengobatan (prinsip 6 benar obat)
2. Cuci tangan
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Jaga privacy
5. Berikan pengalas pada daerah yang akan dilakukan tindakan
6. Pakai sarung tangan
7. Bersihkan daerah yang akan di berikan obat dengan air hangat
(apabila kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
8. Berikan obat sesuai indikasi dan cara pemberian seperti mengoles dan
mengompres
9. Jika perlu tutup dengan kain kassa pada daerah yang di obati.
10. Cuci tangan
11. Dokumentasi
PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA
Yaitu memasukan obat melalui vagina bertujuan untuk medapat efek terapi
obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam
bentuk krim dan suppositoria yang di gunakan untuk mengatasi infeksi local
Alat dan Bahan :
1. Obat dalam tempatnya
2. Sarung tangan
3. Kain kassa
4. Tissue
5. Kapas sublimate
6. Pengalas
Cara kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Jaga privasi
4. Pakai handscoun
5. Atur posisi pasien (sebaiknya posisi dorsal recumbent)
6. Buka bungkus obat dan pegang dengan kain kassa. Apabila obat
bentuk supositoria maka buka pembungkus dan berikan obat pelumas
pada obat
7. Bersihkan alat kelamin dengan kapas sublimat
8. Renggangkan labia mayora dengan tangan kiri dan masukan obat
sepanjang dinding kanal vagina.
9. Setelah obat masuk bersihkan daerah sekitar labia dengan tissue
10. Anjurkan pasien untuk tetap pada posisinya. Kurang lebih 10 menit
11. Cuci tangan
12. Dokumentas

PEMBERIAN OBAT SECARA RECTUM


Merupakan cara memberikan obat dengan memasukan obat melalui
anus atau rektum dengan tujuan memberikan efek lokal dan
sistematik.Tindakan pengobatan ini di sebut pemberian obat suppositoria
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah fases dan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac
supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan
contoh efek sistematik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi
mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini di berikan tepat pada
dinding rektal yang melewati sfingter ani interna.
Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Alat dan bahan
1. Obat supositoria dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelican/pelumas.
5. Kertas tisu.
Prosedur kerja
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
3. Jaga privacy
4. Gunakan sarung tangan.
5. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
6. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
7. Regangkan gluteus dengan tangan kiri, kemudian masukkan
soppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan
mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm
pada bayi atau anak.
8. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal
dengan tisu.
9. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama
kurang lebih 5 menit.
10. Setelah selesai lepaskan sarung tangan kedalam bengkok.
11. cuci tangan.
12. Dokumentasi

PERAN PERAWAT DAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM


PENGOBATAN.

A. Peran perawat
1. Bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan obat-obat kimia
untuk meningkatkan derajat kesehatan & meminimalkan efek obat yg
merugikan (adverse affects).
2. Menguasai & mengerti persoalan yg legal dan illegal
3. Mempunyai kemampuan untuk mengelola, mengontrol & memberikan
obat secara aman (safety).
4. Penkes kepada pasien & klg tentangg program pengobatan
B. Tanggung Jawab perawat
Sebelum memberikan obat ke pasien, perawat harus mengetahui
secara pasti tentang :
1. Nama obat
2. Golongan obat / kelas farmakoterapi
3. Efek yg diinginkan & mekanisme aksi
4. Efek samping
5. Efek toksik
6. Interaksi
7. Kontraindikasi & tindakan pencegahannya
8. Regimen dosis & rute pemberian
Masalah dalam Pemberian Obat dan Intervensi Keperawatan
1. Menolak pemberian obat
Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama
yang dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien
melakukan hal tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien
alasan pemberian obat. Jika pasien terus menolak, maka sebaiknya
tunda pengobatan, laporkan ke dokter, dan catat dalam laporan.
2. Integritas kulit terganggu
Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan
dalam pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat kedalam
laporan.
3. Disorientasi dan bingung
Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan
cara melakukan penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan
kedokter dan catat dalam laporan.
4. Menelan Obat
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien mengalami
gangguan menelan obat, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut
kepada dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan
intervensi.
5. Alergi Kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan
sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter
dan catat dalam pelaporan.

Kesalahan pengobatan

Yaitu suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yg salah atau tidak
mendapat terapi obat yg tepat.
Jika Kesalahan terjadi maka :
1. Segera melaporkan ke dokter/manajer keperawatan/institusi terkait
2. Memantau efek obat
3. Segera mengakui kesalahan
4. Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan & tindakan
pencegahan guna mencegah terulangnya kesalahan yg sama / kesalahan
lainnya.
5. Dokumentasikan dg benar pd MR / forum khusus kekeliruan : Penjelasan
kesalahan & langkah yg sudah diambil untuk mengatasinya

Cara mencegah kesalahan pengobatan


1. Baca label obat dgn teliti
2. Waspadai obat-obatan bernama sama
3. Cermati angka dibelakang koma
4. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba & berlebihan
5. Obat baru / tadak lazim diprogramkan, segera konsultasikan ke pada
sumbernya
6. Jangan beri obat yang diprogramkan dengan nama pendek / singkatan tidak
resmi.
7. Jgn berupaya menguraikan & mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca
8. Kenali klien yang memiliki nama akhir sama, juga minta klien menyebutkan
nama lengkap.

Anda mungkin juga menyukai