OLEH
NIM : 711490120020
JURUSAN KEPERAWATAN
NERS LANJUTAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibody, dan fungsi
pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan imunitas
terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan.
Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi
dari makromolekul asing atau serangan organism, termasuk virus, bakteri, protozoa dan
parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh
molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi
menjadi tumor
Letak sistem imun
Suatu peradangan kronis jaringan ikat mengenai sendi, ginjal, selaput serosa
permukaan, dan dinding pembuluh darah yang belum jelas penyebabnya.
Peradangan kronis ini mengenai perempuan muda dan anak-anak. 90% penderita
penyekit SLE adalah perempuan.
2. Etiologi
Faktor genetic mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan
ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10%-20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat
yang menderita SLE. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa banyak gen yang
berperan antaral ain haptolip MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen
komplemen yang berperan pada fase awal reaksi pengikatan komplemen yaitu
yaitu Crq, Cir, Cis, C3, C4, dan C2, serta gen-gen yang mengode reseptor sel T,
immunoglobulin, dan sitokin (Albar, 2003).
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana
terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat
antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam
penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
4. Epidemiologi
Keadaan ini susah didiagnosis. Lupus terjadi kira-kira 1 dari 700 wanita
berumur 15-64 tahun. Pada wanita kulit hitam, lupus terjadi pada 1 dari 254
wanita. Lupus lebih sering menyerang wanita daripada pria, khususnya wanita
berusia 20 dan 40 tahun. Tidak ada obat untuk lupus. Pengobatan bersifat
individual dan biasanya berupa minum steroid. Ada baiknya tidak hamil ketika
anda mengalami serangan lupus. Wanita penderita lupus berisiko tinggi
mengalami keguguran. Juga risiko lahir mati, yang memerlukan perawatan ekstra
selama kehamilan.
Bayi-bayi yang lahir dari lupus dapat terkena ruam. Mereka juga mengalami
blok jantung dan defek jantung. Bayi-bayi ini mungkin lahir premature atau
mengalami keterlambatan pertumbuhan intrauterine.
5. Manifestasi klinis
Keluhan dan gejala: gambaran klinik SLE sangat bervariasi antara satu pasien
dengan pasien SLE lainnya. Gejala terjadi dimulai dengan timbulnya demam akibat
adanya satu infeksi. Gejalanya hilang-hilang timbul selama berbulan-bulan dan
bertaun-tahun yang diselingi demam dan badan lemah.
Keluhan penderita SLE yang lainnya adalah sakit kepala, kejang epilepsy, dan
gangguan kejaiwaan ssering merupakan keluhan awal.
6. Klasifikasi SLE
SLE merupakan suatu penyakit autoimun pada jaringan ikat yang menunjukkan
berbagai manifestasi, paling sering berupa arthritis. Dapat juga timbul manifestasi di
kulit, ginjal, dan neurologis. Penyakit ini ditandai dengan adanya periode aktivitas
(ruam) dan remisi. SLE ditegakkan atas dasar gambaran klinis disertai dengan
penanda serologis, khususnya beberapa autoantibodi; yang paling sering digunakan
adalah antinukelar antibody (ANA, tetapi antibody ini juga dapat ditemukan pada
wanita yang tidak menderita SLE. Antibody yang kurang spesifik adalah antidouble
standed DNA antibody (anti DNA), pengukurannya bermanfaat untuk menilai ruam
pada lupu. Anti-Ro, anti-La dan antibody antifosfolipid penting untuk diukur karena
meningkatkna risiko pada kehamilan. Penatalaksanaan SLE harus dilaksanakan
secara multidisiplin. Periode aktivitas penyakit dapat sulit untuk didiagnosis.
Keterlibatan ginjal sering kali disalahartikan dengan pre-eklamsia, tetapi temuan
adanya peningkatan titer antibody anti DNA serta penurunan tingkat komplemen
membantu mengarahkan pada ruam.
9. Penatalaksanaan
7. Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu di tulang pipi dan pangkal
hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar
matahari.
C. Asuhan Keperawatan
Kasus:
Seorang perempuan bernama Ny. Y usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan
merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya
kecil namun setelah satu minggu ukuran tersebut bertambah lebar, demam, nyeri,
dan terasa kaku seluruh persendian terutama pagi hari dan kurang nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh ruam pada pipi dengan batas tegas, peradangan
pada siku, lesi pada daerah leher, malaise. Klien mengatakan terdapat bberapa
sariawan pada mukosa mulut. Klien ketika bertemu dengan orang lain selalu
menunduk dan menutupi wajahnya dengan masker. Tekanan darah 110/80 mmHg,
RR 20x/menit, nadi 90x/menit, suhu 38,5℃, Hb 11gr/dl, WBC 15.000/mm3.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny. Y
Usia : 35 tahun
Alamat : Malalayang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : menikah
b. Keluhan utama
Klien mengeluhkan nyeri pada sendi serta kekakuan kaki dan tangan, saat
beraktivitas klien merasa mudah lelah, klien merasa demam. Pipi dan leher
memerah serta nyeri pada bagian yang memerah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan kulit
memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya lebarnya kecil namun setelah
satu minggu lebarnya bertambah besar, demam, nyeri dan terasa kaku seluruh
persendian utamanya pada pagi hari dan berkurang nafsu makan karena ada
sariawan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
f. Pemeriksaan fisik
1) TTV
TD : 110/80 mmHg
RR : 20x/menit
S : 38,5℃
N : 90x/menit
2) Pemeriksaan fisik per sistem
B1 (Breath)
RR 20x/menit, napas dalam terlihat seperti menahan nyeri
B2 (Blood)
TD 110/80 mmHg
B3 (Brain)
Gangguan psikologis
B4 (Bladder)
Tidak ada
B5 (Bowel)
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
B6 (Bone)
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa
kaku pada pagi hari. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
g. Pemeriksaan penunjang
a) Tes fluorensi untuk menentukan antinuclear antobodi (ANA), positif
dengan titer tinggi pada 98% penderita SLE
b) Pemeriksaan DMA double stranded lebih spesifik untuk menentukan SLE
c) Bila titer antidobel stranded tinggi, spesifik untuk diagnose SLE
d) Tes sifilis bisa positif paslu pada pemeriksaan SLE
e) Pemeriksaan zat antifosfolipid antigen (seperti antikardiolipin antibody)
berhubungan untuk mennetukan adanya thrombosis pada pembuluh arteri
atau pembuluh vena atau pada abortus spontan, bayi meninggal dalam
kandungan, dan trombositopeni.
2. Analisis data
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, arthritis)
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kronis pada sendi
4. kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk karena suatu penyakit
5. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi
6. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada sendi
7. gangguan body image berhubungan dengan penyakit kronis
4. Intervensi
Dx: kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk karena suatu
penyakit
Ds:
1. kelelahan
2. meningkatnya komplain fisik
3. secara verbal menyatakan kurang energi
Do:
1. penurunan kemampuan
2. ketidakmampuan mendapatkan energy sesudah tidur
3. kurang energy
4. ketidakmampuan untuk mempertahankan aktivitas
NOC NIC
1. activity tolerance 1. monitor respon kardiorespirasi
2. energy conservation terhadap aktivitas (takikardi,
3. nutritional status: energy disritmai, dispnea, diaphoresis,
setelah dilakukan tidnakan pucat, tekanan hemodinamik
keperawatan selama 2x24 jam dan jumlah respirasi)
kelelahan pasien teratasi dengan 2. monitor dan catat pola dan
kriteria hasil: jumlah tidur klien
1. kemampuan aktivitas adekuat 3. monitor lokasi ketidaknyamanan
2. mempertahankan nutrisi adekuat atau nyeri selama bergerak dan
3. keseimbangan aktivitas dan aktivitas
istirahat 4. monitor intake nutrisi
4. menggunakan tehnik energy 5. monitor pemberian dan efek
konservasi samping obat depresi
5. mempertahankan interaksi sosial 6. instruksikan pada klien untuk
6. mengidentifikasi faktor fisik dan memcatat tanda dan gejala
psikologis yang menyeabbkan kelelahan
kelelahan 7. jelaskan pada klien hubungan
7. mempertahankan kemampuan kelelahan dengan proses
untuk konsentrasi penyakit
8. kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
intake makanan tinggi energy
9. dorong klien dan keluarga
mengekspresikan perasaannya
10. catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
11. anjurkan klien melakukan yang
meningkatkan relaksasi
12. tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
13. batasi stimulasi lingkungan
untuk memfasilitasi relaksasi